Anda di halaman 1dari 4

Adegan 1

Disuatu malam, seorang raja dan ratu sedang berbincang mengenai masa depan
kerajaannya. Raja yang sedang sakit khawatir akan keadaan kerajaan setelah nanti
baliau tiada. Beliau mencoba menceritakan kepada isteri tercintanya yang sedang
merias diri.

Boy: “Dindaku saying, kemarilah…”

Etik: “Ada apakah Baginda, sepertinya ada hal yang penting.”

Boy: “Jadi begini, Dinda. Aku teringat akan perjodohan antara putra kita, Esa
Andaka, dengan Kalpika putri Paramita yang kulakukan dahulu. Saat ini keadaan
kerajaan membutuhkan penerus. Karena itu, aku akan menikahkan Esa Andaka
segera.

Etik: “Apa tidak terlalu terburu-buru, Baginda?”

Boy: “Ini memang sudah waktunya, Dinda.”

Etik: “Baiklah, Baginda. Jika menurutmu itu yang terbaik maka lakukanlah.”
(mengakhiri perbincangan dan kembali ke meja riasnya)

Sebenarnya Ratu Gahana tidak menginginkan Kalpika menjadi pendamping putranya


karena dia miskin, tetapi karena Raja Surya Dwipangga yang meminta maka ia tidak
bisa menolak.

Adegan 2

Di depan kamarnya, Raja Surya masih gelisah memikirkan penerusnya. Penasihatnya,


Driya Nala melihatnya dan datang menghampirinya.

Mella: “Ada apakah, Baginda? Kau terlihat sangat cemas?”

Boy: “Aku merasa umurku tidak akan lama lagi. Kepada siapakah tahta ini akan ku
berikan? Sementara putra semata wayangku belum menikah. Sebagai penasihat, apa
pendapatmu tentang hal ini?”

Mella: “Jangan berpikir seperti itu, Baginda. Tahta raja memang seharusnya
diserahkan kepada putra kandungmu, Esa Andaka.Ku pikir Putra Esa telah siap untuk
menanggung beban kerajaan. Jika itu yang jadi permasalahannya, bagaimana jika kita
mengadakan sayembara?”

Boy: “Dulu, aku pernah menjodohkan putraku dengan putri Paramarta, yaitu Kalpika.
Tapi aku tak tahu keberadaan mereka sekarang dimana.”

Mella: “Baginda, cobalah kau utus putramu untuk mencari Kalpika. Jika tidak
ditemukan maka sayembaralah yang menjadi jalan terakhir.’

Boy: “kau benar, Nala. Akan ku utus putraku untuk mencarinya.”

Adegan 3

Pada suatu pagi, keadaan kerajaan tidak begitu sibuk. Raja Surya Dwipangga sedang
bersiap untuk mengabarkan berita pencarian kepada putranya yang saat ini sedang
bermain panahan. Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan Cendhala yang akan menuju
ke arah Putra Esa Andaka.

Boy: “Cendala, kemarilah, nak.”

Desi: (menghampiri Raja) “ya, Baginda..”

Boy: “tolong kau panggilkan teman kecilmu itu untuk menghadap kepadaku.”

Desi: “Baik, Baginda.” (melaksanakan perintah Raja)

Dengan cepat Cendhala memanggil putra Esa.

Desi: “ Hey, teman. Ayahmu memanggilmu untuk segera menghadap.”

Khamdih: “ untuk apa?”

Desi: “ aku tidak tahu, Baginda hanya menyuruhku untuk memanggilmu saja.”

Khamdih: “Baiklah. Ikutlah denganku.” (menghampiri Raja dan menyuruh Cendhala


mengikutinya)

Khamdih: “Ada apa, Ayah? Tidak biasanya kau memanggilku?”

Cendhala hanya mengantar Putra Esa, kemudian kembali.

Boy: “Nak, aku akan membicarakan hal yang sangat serius denganmu, tentangku dan
masa depan kerajaan ini. Tak lama lagi tahta ini akan ku serahkan padamu, karena
kau putraku. Tapi saat ini kau masih belum menikah, dulu, kau pernah dijodohkan
dengan putri teman ayah yang berasal dari kampung, ia bernama Anggara, sedangkan
putrinya bernama Kalpika. sekarang ayah tidak tahu keberadaan mereka. Cobalah kau
ajak temanmu untuk mencarinya.”

Khamdih: “Baiklah, Ayah. Aku selalu percaya akan pilihanmu.”

Langkah kaki cendhala tiba-tiba terhenti mendengar bahwa teman masa kecilnya
akan dijodohkan dengan seorang wanita. Hatinya terguncang mendengar semua itu,
hati yang selama ini memendam rasa.

Pada sudut yang lainnya, ternyata Ratu Gahana memerhatikan gerak gerik Cendhala
dan menyimpulkan bahwa selama ini Cendhala mempunyai perasaan lebih kepada
Putra Esa.

Karena sebenarnya Ratu Gahana tidak menyukai Kalpika, ia bersiasat untuk


memanfaatkan Cendhala agar dapat membantunya membatalkan perjodohan itu.

Etik: “hey, Cendhala. Kemarilah. Apakah kau menyukai putraku? Aku tahu. Aku juga
sebenarnya tidak menyukai anak kampung itu, maka nanti pada saat pencarian
buatlah anakku tersesat agar tidak bisa menemukan keberadaan anak itu.”

Desi: “bagaimana engkau tahu ratu?”

Etik: “sudahlah, lakukan saja yang ku perintahkan!”

Desi: “baik ratu, demi cintaku dan atas perintahmu, akan ku lakukan.”
Adegan 4

Pencarian pun dimulai, begitupun dengan siasat licik Cendhala dengan Ratu Gahana.
Ditengah perjalanan, Cendhala mengganti arah suatu desa menuju ke hutan, sehingga
Putra Esa tidak dapat menemukan satupun penduduk. Akhirnya mereka kembali
dengan tangan hampa.

Khamdih: “maaf ayah, aku belum bisa menemukan keberadaan Kalpika.”

Boy: “bagaimana ini? Baiklah, akan aku adakan sayembara untuk mendapatkan
pendampingmu. Tolong panggilkan Jalanidhi kemari, nak.”

Khamdih: “Baik, Ayah.”

Jalanidhi merupakan humas kerajaan.

Ilmi: “Siap menghadap, Baginda.”

Boy: “siapkan pengumuman sayembara pencarian pendamping putraku dan pergilah


ke kampung-kampung untuk menyampaikan.”

Ilmi: “Akan segera dilaksanakan, Baginda.”

Tanpa berpikir panjang, Jalanidhi langsung mempersiapkan berbagai keperluan dan


kemudian berangkat menuju kampung untuk menyebarkan berita.

Adegan 5

Tibalah Jalanidhi ke suatu kampung, tepatnya berada di suatu pasar yang ramai.
Seorang rentenir sedang menagih hutang kepada nasabahnya, penjual sedang
melayani pembeli, dan pembeli sedang memilih berbagai macam buah dan sayur.
Jalanidhi menyuruh mereka untuk berkumpul.

Ia membaca pengumuman yang telah dibuat sebelumnya. Isinya adalah:

Warga-wargaku yang ku cintai,

Hamba selaku pemimpin kerajaan, kiranya akan mengadakan sayembara guna


mencari pendamping putra semata wayang hamba.

Tidak memikirkan harus dari golongan mana, sayembara ini berlaku untuk semua
wanita lajang.

Dimohon untuk mempersiapkan bakat untuk dipertunjukan kepada kami. Akan ada
penilaian khusus akan hal itu.

Sayembara akan dilaksanakan besok di halaman kerajaan.

Terima kasih,

Ttd

Rj. Surya Dwipangga

Pedagang: Aenun (Palupi), Annisa (Kartika), dan Amel (Sasmita).

Pembeli: Wulan (Nawala), Bella (Paramarta), dan Lisa (Margana).


Rentenir: Andini (Indriya)

Pengumuman itu menggegerkan masyarakat desa, termasuk Nawala. Ia merupakan


salah satu teman dekat dari Kalpika. Segera ia menuju rumah Kalpika untuk
menawarkan keikut sertaan Kalpika dalam sayembara.

Wulan: “Assalamualaikum, Kalpika. Apakah kau sudah tahu kabar yang


menghebohkan desa?”

Aniza: “Waalaikumsalam, hah? Kabar menghebohkan?”

Wulan: “iyaa.. kabar menghebohkan. Putra Raja sedang mencari pendamping hidup,
besok akan diadakan sayembara. Syaratnya hanya harus menampilkan bakat. Nah,
kebetulan sekali kau pandai menari. Cobalah dahulu, Pika..”

Aniza: “Tidak! (sambil memalingkan wajah) aku merasa tidak pantas jika harus
disandingkan dengan Putra Esa. “

Wulan: “Ayolaah, lagipula kau cantik, raja tidak mengkhususkan dari golongan mana
seharusnya pendamping putra Esa. “

Aniza: “hmm.. bagaimana ya? Aku bingung, ku putuskan nanti setelah aku meminta
izin kepada ibuku.”

Wulan: “baiklah, akan ku tunggu disini.

Anda mungkin juga menyukai