Anda di halaman 1dari 11

ASRAPIN

Asra Dwi Aulia, siswi populer SMA Pratama, cewek cantik dan pintar. Dia ramah pada semua
orang, dan berteman dengan siapa saja. Selalu menjadi sorotan di SMA Pratama, bahkan sudah
banyak menerima ungkapan perasaan dari siswa disana.

Saat ini, di kantin, sengaja dia dan teman-temannya mencari tempat yang sepi agar terhindar
dari tatapan-tatapan memuja semua orang.

“Guys, kalian mau pesan apa?”. Debi bertanya pada teman-temannya.

“Gue sama Feni pesen bakso, si Asra siomay”. Jawab Selly.

“Oke”.

Asra dan teman-temannya kembali berbincang sambil menunggu pesanannya datang.

Dari jauh tampak beberapa orang cowok datang menghampiri mereka.

“Hai cewek, boleh kenalan ga?”. Ucap salah seorang cowok tadi kepada Asra. Sebenarnya dia
sudah tau siapa Asra, tetapi dia pura-pura tidak tau hanya untuk mendekati cewek itu. Siapa sih
yang ga kenal dengan most wanted di SMA Pratama.

Sudah sifat alaminya Asra yang ramah ke semua orang dan tidak mungkin dia mengabaikan
cowok itu.

“Boleh”. Jawab Asra.

“Kenalin, nama gue Alfin Mahendra. Biasa dipanggil Apin, dipanggil sayang juga boleh”.
Ucap cowok yang mengaku bernama Alfin tersebut sambil mengulurkan tangannya.
“Ciiielaaah, sa ae lo kaleng kerupuk”, sahut salah satu temannya.

“Sssssttt….”, Apin menempelkan jari telunjuknya ke bibir temannya tadi.

“Tangan lo asin pin, abis ngapain lo?”.

“Ooh, itu tadi bekas gue ngupil, ed”. Apin cengengesan.

“Sialan lo pin, jijay anjiirr”. Ucap temannya, Edi, dengan ekspresi jijik. Apin hanya tertawa
ngakak melihat ekspresi temannya itu.

Asra dan teman-temannya yang melihat itu tertawa diam-diam.

“Nama gue Asra. Lo orangnya lucu juga ya”. Ucap Asri seraya menyambut tangan Apin yang
sudah lama menggantung di udara.

Apin tertegun melihat uluran tangannya disambut baik oleh Asra.

“Dia bukannya lucu, ra, emang otaknya aja yang rada geser”. Sahut teman Apin yang satunya,
valdo namanya.

“Eh, lo jangan mengungkapkan kebenaran di depan cewek cantik, dong. Malu gue”. Ucap Apin
berbisik pada temannya itu, tapi masih bisa terdengar oleh orang disekitarnya. Di saat itu juga
pesanan Asra dan teman-temannya datang. “makasih mang”. Ucap Asra pada mang sukri,
tukang bakso di kantin sekolahnya sambil tersenyum.

“Eh, kalian udah pada makan?’. Tawar Asra kepada Apin dan teman-temannya.

“Udah barusan, sebelum mampir ke meja cewek-cewek cantik ini. Kalau gitu, kami balik ke
kelas dulu ya. Makasih udah mau ladenin cowok aneh macam gue”. Ucap Apin.

Asra dan teman-temannya tertawa. “ga apa-apa kok, gue malah seneng kenalan sama lo.
Yaudah, sana balik ke kelas”.
Apin mengangguk dan tersenyum pada Asra. Dia tampak senyum seperti itu sepanjang
perjalanannya ke kelas. Tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang mengintainya dan Asra
dari tadi. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Beberapa hari setelah keduanya mulai sangat dekat, beredar kabar bahwa Asra dan Apin
berpacaran. Gosip itu dengan cepat menyebar ke seantero sekolah. Diantara mereka yang
menjadi saksi perkenalan Asra dan Apin, belum ada yang mengetahui kabar ini. Sampai
dimana Feni, temannya Asra lewat di koridor sekolah dan tidak sengaja mendengar obrolan
diantara para siswi.

“Masa sih si Asra pacaran sama Apin yang bandel dan aneh itu?”. Ucap salah seorang siswi
yang tak sengaja didengar oleh Feni.

“Iya woi, beritanya lagi hot ini. Ada fotonya juga, lho”. Ucap siswi lainnya sambil
memperlihatkan hasil jepretan orang kurang kerjaan itu.

“kalau beneran, ini gila sih. Yang ganteng dan pintar macam Ketua osis aja ditolak, cowok
sempurna lho ini yang ditolaknya. Giliran cowok beginian diterima”. Ucapan itu di anggukan
oleh siswi yang lain.

Feni yang mendengar itu langsung berlari mencari keberadaan temannya yang sedang menjadi
bahan gosip itu dan melihat bagaimana keadaannya. Tentu saja Asra merasa syok karena
dituduhkan dengan sesuatu yang sama sekali tidak dilakukannya. Lagipula kalau benar pacaran,
emang salah? Seburuk itukah Apin di mata orang-orang?. Mereka hanya tau Apin dari cerita
orang-orang. Mereka bahkan hanya kenal namanya aja, bukan sifat dan kepribadiannya.

Saat didepan kelas, Feni melihat Selly dan Debi yang juga mengkhawatirkan keadaan Asra.
Mereka masuk bersama dan menghampiri Asra yang sedang bermenung di mejanya. Mengelus
pundak untuk menenangkannya.
“Asra, emang bener ya yang di gosipin sama orang-orang? Lo deket sama Apin, bahkan
pacaran?”. Salah seorang teman sekelas Asra bertanya.

“Hah, mana mungkin gue deket sama orang macam si Apin, apalagi pacaran. Gue juga
milih-milih kali mana yang mau gue jadiin pacar”.

Saat Asra mengucapkan itu, Apin sedang berada di pintu kelas Asra. Dia mengkhawatirkan
cewek itu dan berinisiatif mengunjunginya ke kelas. Tapi apa yang di dapatkannya? Apin sakit
hati dan memilih untuk pergi dari sana dan mengurungkan niatnya untuk menenangkan cewek
itu. Lagi pula, sepertinya dia baik-baik saja. Tak ada yang perlu dia khawatirkan.

“Lo semua ngira gue bakal ngomong seperti itu kan? Kalau gue beneran dekat sama dia emang
kenapa? Kalau gue beneran pacaran sama dia emang kenapa? Kok malah kalian yang sewot?
Kok kalian semua ngurusin? Lo semua cuma ga tau gimana Apin itu aslinya, jadi jangan
banyak omong tentang dia. Dia inilah, dia itulah, padahal cuma tau dari cerita orang.”

Orang-orang yang ada di kelas itu bungkam. Karena tidak biasanya Asra marah seperti ini.
Sosok yang selalu sabar dan ramah kalau marah bisa seseram ini. Asra meninggalkan kelas
untuk menenangkan suasana hatinya yang sedang panas, melewatkan pelajaran hari ini dan
duduk ditaman belakang sekolahnya. Lagi-lagi tatapan orang-orang tertuju padanya hanya
karna dia dekat dengan seseorang. Konyol.

Bel tanda pulang berbunyi, siswa-siswi SMA Pratama berhamburan keluar dari kandang harian
yang bernama kelas. Begitu kelas sudah kosong, Asra masuk untuk mengambil tasnya dan
melenggang pulang.

Saat berjalan ke gerbang, dia bertemu dengan Apin. Mata mereka bertemu, Asra hendak
menyapa, tetapi dilengahkan oleh Apin. Asra mengejar Apin, bertanya apakah dia baik-baik
saja.

“Apin, lo gapapa?”. Tanya Asra


“Gapapa kok, gue pulang dulu”. Ucap Apin Sambil memaksakan senyumnya.

“Apin, lo serius gapapa? Ga biasanya lo kaya gini. Lo marah sama gue?”. Ucap Asra tepat
sasaran.

“Iya gapapa kok. udah ya, gue mau pulang, emak tercinta udah nungguin, hehe”. Jawab Apin
lagi tanpa menoleh.

“Apin aneh hari ini”. Ucap Asra didalam hati. Dia berpikir, apakah ia melakukan kesalahan.

“jangan-jangan dia dengar yang gue omongin di kelas?”. Asra menyadari apa yang salah, dia
harus meluruskan kesalah pahaman ini agar hubungannya dengan Apin tidak canggung seperti
saat ini.

Besoknya, Asra berencana untuk mengunjungi rumah Apin. Tentu saja sebelum itu dia sudah
bertanya informasi alamat rumah Apin terlebih dahulu kepada teman dekat Apin. kedekatan
mereka sudah seperti Upin, Ipin dan Apin di serial kartun salah satu stasiun televisi. Bedanya,
mereka tidak botak. Asra akan kerumah Apin sore nanti setelah pulang sekolah. Sebelum itu,
dia membuat kue buatannya sendiri sebagai permintaan maafnya kepada Apin.

Tok tok tok. “Assalamu’alaikum”. Asra mengetuk pintu rumah Apin.

Pintu rumah Apin terbuka, dan menampilkan seorang cewek yang kira-kira berumur
dibawahnya.

“wa’alaikumussalam, iya kak, mau nyari siapa ya kak?”. Ucap cewek itu sesopan mungkin
kepada Asra.

“Apin nya ada?”.

“Oh, nyari bang Apin, bentar ya kak. Masuk dulu kak”.

“Eh, iya dek”.

“Bang Apin, pacarnya nyariin nih”. Panggil cewek yang ternyata adiknya Apin sambil
tersenyum jahil.
“Pacar apaan sih? Orang masih jomblo juga. Ngejek ya?”. Apin keluar dengan muka bantal
plus kesalnya.

“Sini deh bang makanya, liat dulu siapa yang datang”.

Apin kaget melihat Asra yang datang kerumahnya.

“Eh, Asra. Duduk dulu ra”. Ucap Apin canggung.

Asra pun duduk. “jadi gini pin. Gue to the point aja ya. Alasan lo aneh dan ga kaya lo yang
biasanya itu, karena ucapan gw dikelas pagi kemarin, betul?”.

Apin terdiam sebentar, lalu mengangguk.

“Gini pin, gue bisa jelasin. Yang lo denger itu, gue belum selesai ngomongnya. Masih ada
lanjutannya, Pin.” Asra berusaha menjelaskan. Dia tidak tau apakah penjelasannya ini dapat
dipercayai Apin. Asra berpikir, apa sebaiknya bukti yang harus ditunjukkannya kepada Apin.

“Omongan gue selanjutnya gini pin ‘Lo semua ngira gue bakal ngomong seperti itu kan? Kalau
gue beneran dekat sama dia emang kenapa? Kalau gue beneran pacaran sama dia emang
kenapa? Kok malah kalian yang sewot? Kok kalian semua ngurusin? Lo semua cuma ga tau
gimana Apin itu aslinya, jadi jangan banyak omong tentang dia. Dia inilah, dia itulah, padahal
cuma tau dari cerita orang.’”. Asra mengulangi perkatannya pagi kemarin.

“kalau lo ga percaya, teman-teman gue ada disana juga kok. Lo bisa tanya ke mereka”.

“Gue minta maaf kalau ucapan gue udah menyakiti hati lo, gue ga bermaksud Pin”. Asra
menunduk memandangi kotak yang berisi kue buatannya.
Terdengar suara tawa tertahan dari sampingnya. Asra mengangkat kepalanya, melihat Apin
yang sedang berusaha menahan tawanya. Ya, Apin menahan tawanya. Asra menjelaskan hal ini
se-serius mungkin dan se-meyakinkan yang dia bisa. Apin tidak menyangka cewek ini
berusaha sampai seperti ini hanya untuk membuatnya tidak marah lagi.

“Ih, apaan sih Pin, kok malah ketawa. Tapi gue seneng liat lo ketawa, itu artinya lo ga marah
lagi kan, sama gue?”.

“Awalnya gue marah, ra, dengar lo ngomong gitu. Tapi gue sadar diri, wajar lo ngomong gitu.
Gue juga bukan siapa-siapa lo, gue ga berhak marah”. Ucap Apin sambil tersenyum.

“Tapi lo tau ga Pin?”. Apin mengangkat alisnya ingin tau lanjutan ucapan Asra.

“Digosipin pacaran sama lo, ternyata ga buruk juga”. Mereka tertawa bersama, menandakan
masalah yang membuat mereka menjaga jarak telah selesai.

“Gue bawa kue, nih, buatan gue pastinya. Lo orang pertama yang cobain kue perdana buatan
gue”.

“Gue bakal sakit perut ga ya, makan ini”. Ucap Apin seakan pasrah terhadap apa yang akan
terjadi pada perutnya.

“Ih, nyebelin. Makanya cobain dulu. Semoga aja perut lu selamat”.

Apin memakan kue yang dibuat Asra.

“hmmm, lumayan lah untuk ukuran lo yang perdana bikin kue”. Apin menilai kue buatan Asra.

“Lumayan apa nih, lumayan enak atau lumayan bikin enek”. Tanya Asra memastikan.

“Lumayan enak, ra”.

“Alhamdulillah kalau gitu. Berarti kue gue ga akan bikin perut lo sakit kan?”.

“Kemungkinan sih engga, kemungkinan juga iya”.

“Ih, dasar, ga bisa banget bikin orang senang”. Ucap Asra. Mereka pun tertawa.
“Udah sore banget nih, gue pulang dulu ya”.

“Mau gue anterin ga?”. Tawar Apin kepada Asra.

“Gapapa, ga usah, rumah gue lumayan dekat kok dari sini. Pulang dulu pin,
Assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikumussalam, hati-hati ra”. Apin melambaikan tangannya.

Masalah Asra dengan Apin sudah selesai. Asra berharap tidak ada lagi hal yang dapat
merenggangkan hubungan persahabatan mereka. Semoga saja ini awal dari hubungan
persahabatan yang lebih baik lagi.

Besoknya disekolah, Asra dan Apin menjalankan rutinitasnya sebagai siswa-siswi SMA
Pratama dengan tenang. Tidak ada lagi gosip-gosip yang tidak mengenakkan tentang mereka.
Seakan-akan gosip itu tak pernah ada. Tapi Asra bersyukur, setidaknya dia tidak perlu lagi
makan hati dibicarakan orang satu sekolah. Hubungan Asra dan Apin yang sempat renggang
pun kembali erat tanpa khawatir di gosipkan hal yang tidak-tidak. Mereka bersahabat, bukan
pacaran. Namun tak ada yang menjamin persahabatan antara cewek dan cowok akan
berlangsung aman tanpa perasaan. Setidaknya perasaan mereka masih aman, untuk saat ini.

SELESAI
TUGAS CERPEN

BAHASA INDONESIA
Dosen pembimbing : Jendri Mulyadi, M.Hum

Di karang oleh :

Nama : Adiva Hayati

Nim : (1916040036)

AKUNTANSI SYARIAH (A)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2019/2020

Anda mungkin juga menyukai