Makalah Mutu Pelayanan Keperawatan
Makalah Mutu Pelayanan Keperawatan
PENDAHULUAN
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan hasil
lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga menekankan
pemahaman tentang keprofesian.
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi
dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber
yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan
masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam
makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian,
strategi, indikator, standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan
sehingga dapat menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu
seharusnya dilaksanakan.
b. Pelayanan Keperawatan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau
jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan
(Supranto, 2006). Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler
(2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah
suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada
kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya
berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004)
menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan
suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud
namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik
dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan
pelayanan sebagai berikut :
1. pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based)
atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari
segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional;
Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan
2. beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s
precense)
3. pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan
(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
4. pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non
profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yang memberikan
pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya dapat
Keperawatan
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut
Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai
kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas
untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal
dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya
dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan bahwa keperawatan
adalah suatu bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari
layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yangm
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit
maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Layanan
keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-
hari secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai mutu dan pelayanan keperawatan di atas,
maka Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan
yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat
profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit
maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien
dan standar
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis,
rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan
prosedur pengobatan.
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhadap pasien
Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
Ʃ ALOS 1-10 hari
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%
Ʃ NTRR < 10%
Ʃ MDR < 0,25%
Ʃ IDR < 0,2%
T
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
b. Supervisor
1) Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
2) Memberikan landasan rencana diklat
3) Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
2. Lingkup audit
1) Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a) Fasilitas
b) Peralatan
c) Petugas
d) Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan
2) Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah
dilaksanakan sesuai standar. Proses audit menggunakan pendekatan retrospektif
yaitu dengan mengukur kualitas asuhan keperawatan setelah pasien pulang atau
setelah beberapa pasien dirawat
3) Audit Hasil
a) Kebutuhan pasien terpenuhi
b) Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
c) Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
d) Pasien memiliki motivasi
10 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
2) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
3) Tentukan standar dan kriteria
4) Susun instrumen evaluasi
5) Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
6) Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
7) Analisa data
8) Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
9) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
E. AUDIT PERSONALIA
1. Ruang Lingkup Audit Personalia
Tujuan audit personalia adalah mengevaluasi kegiatan-kegiatan personalia
dengan maksud untuk :
1) menilai efektivitas
2) mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3) mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam
4) menunjukkan kemungkinan perbaikan, dan
5) membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan-perbaikan tersebut.
11 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
3) mereview berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mencapai
sasaran-sasaran tersebut
4) menentukan besarnya sample catatan-catatan dalam system informasi
personalia untuk mempelajari apakah kebijaksanaan dan prosedur diikuti secara
benar
5) menyiapkan laporan audit
6) mengembangkan rencana tindakan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan dalam
sasaran, kebijaksanaan dan prosedur
7) melaksanakan tindak lanjut untuk memastikan apakah masalah-masalah temuan
audit telah dipecahkan
F. KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di
rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah
sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang
tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana yang kurang tepat dan
lain sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-
area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya
untuk menunjukkan:
1. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
12 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
4. ketidaksepadanan antarunit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan
swasta atau urban dengan rural)
13 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi
pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi
maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi
kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk
verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses
ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu
sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang
sama.
14 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
khususnya adalah berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standardisasi
dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
15 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan
kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi
terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman
G. PERAWATAN DIRI
a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri.
b. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
parsial dan total).
Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :
H. Kepuasan pasien
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak
dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan
dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi
(2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang
16 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan
konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
a. Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada
beberapa faktor, antara lain :
a) Kualitas produk atau jasa
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap
kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama
iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.
b) Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal
ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik
atau sesuai dengan yang diharapkan.
c) Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah
mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat
kepuasan yang lebih tinggi.
d) Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam
penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya
semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga
murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e) Biaya
17 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
3) Keandalan (reliability)
sejauh mana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau
ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini
dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam
memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan
pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan
dirumah sakit.
18 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
5) Daya tahan (durability)
berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan. Dimensi ini
mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan
peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan
sebagainya.
6) Service ability
meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang
memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan
penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien
sewaktu-waktu.
7) Estetika
merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca
indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap
dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan
ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.
1. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
kali datang di rumah sakit.
2. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan
dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan
perawatan pasien selama berada dirumah sakit.
19 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
3. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai
masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.
4. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk
berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara
lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi,
kursi, air minum dan sebagainya.
5. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman,
privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap
pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan
privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah
sakit.
6. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini
disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang
dikehendakinya.
7. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan
yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan
dokter atau perawat.
Tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)
Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya dipengaruhi
oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga dipengaruhi oleh
pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter, perawat, dan
karyawan-karyawan lainnya.
20 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
b. Empati, yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian
secara pribadi kepada konsumen.
c. Cepat tanggap, yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan dari konsumen.
d. Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan, terpercaya dan akurat dan konsisten.
e. Kepastian, yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan
dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama
pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut :
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu
menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga
kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat
dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan
ruangan pengobatan dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien
terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
21 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
No. Karakteristik 1 2 3 4
1. Reliability (Keandalan)
a. Perawat mampu menangani masalah perawatan Anda
dengan tepat dan professional
2. Assurance (jaminan)
a. Perawat mmeberi perhatian terhadap keluhan yang anda
rasakan
3. Tangibles (Kenyataan)
a. Perawat memberi informasi tentang administrasi yang
berlaku bagi pasien rawat inap di RS
22 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan yang digunakan
4. Empathy (Empati)
a. Perawat memberikan informasi kepada Anda tindakan
perawatan yang akan dilaksanakan
23 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Keterangan:
I. KENYAMANAN PASIEN
Di definiskan sebagai kondisi yang di alami oleh resipien berdasarkan pengukuran
kenyamanan.ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendse)
serta empat konteks pengalaman (fisik,psikospiritual,sosial dan lingkungan ).Tipe-
tipe kenyamanan di desfinisikan sbb :
a. Dorongan (relief) : kondisi resipion yang membutuhkan penanganan yang
spesifik dan segera.
b. ketentraman (ease) : kondisi yang tentram atau kepuasan hati
c. Transcendense :Kondisi di mana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri)
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan
ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespons untuk
menghilangkan mengurangi rangsang nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang
tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
(Nursalam, 2014).
24 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
2. Toleransi individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan
intensitas nyeri dimana individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya
3. Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan
rangsang nyeri, suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta
berespon terhadap nyeri
4. Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri
5. Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas
nyeri individu
6. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
7. Kebudayaan
Norma/aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang
dan berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8. Kepercayaan
Ada keyakinan bhawa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan
dan hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan
9. Kecemasan dan stress
Stres dan kecemasan dapat mengahmbat keluarnya endorfin yang berfungsi
menurunkan persepsi nyeri
25 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Instrumen Intensitas Nyeri
1. Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien pada semua
area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk menentukan tingkat
dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan.
2. Instruksi:
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL
7-10 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL
7-10 = nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL
c. Tim kesehatan di dalam kolaborasinya dengan pasien/keluarga (bila perlu), dapat
menentukan intervensi yang dibutuhkan untuk menangani nyeri pasien.
J. KECEMASAN
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh pasien
dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu
mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya
dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
26 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobsevasi secara langsung.Perawat
dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku pasien.
Cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui
dan didahului oleh penglaman baru.Takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya
dapat didefinisikan.Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang
mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, dan fobia tertentu.
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali,
perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan
terisolasi (Nursalam, 2014).
27 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pertanyaan setiap
pernah kadang waktu
waktu
28 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Saya merasa pusing tujuh
11. 1 2 3 4
keliling
29 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Skor 75-80: kecemasan berat
K. PENGETAHUAN
Menurut Notoadmodjo (2003:121) Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi
pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman,
peraba dan indra perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Nursalam, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan
perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya.
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru.
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
30 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika perawat
professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus
berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta
perawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi
yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang
diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang
bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih terbatas pada
pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal
kontrol ulang.(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang bertujuan:
1. Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis dan social;
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga;
3. Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien;
4. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain;
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien;
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat
memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Nursalam,
2014).
31 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
4. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan.
32 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien
diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi
dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan pasca rawat.
2. Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus dilakukan
pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan: integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah.
Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya:
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Perencanaan pasien pulang (discharge planning):
Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu x 100%
33 | M u t u p e l a y a n a n k e p e r a w a t a n