PENDAHULUAN
Sumber :
1
a. Biji tanaman dapat tumbuh menjadi bibit melalui proses perkecambahan bila diberi
kondisi lingkungan yang dikehendaki. Pada biji - bijian tanaman tertentu ada yang
sulit berkecambah walaupun sudah diberi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Biji - bijian yang demikian inilah yang memerlukan perlakuan
khusus, contohnya adalah pada biji kemiri, biji melinjo, biji sengon (albasia), dan
sebagainya.
b. Biji yang sudah berkecambah akan tumbuh menjadi bibit dan bibit akan tumbuh
menjadi tanaman. Pada tanaman - tanaman tertentu ada yang pertumbuhannya tidak
dapat tegak ke atas karena sifatpertumbuhannya menjalar/merambat sehingga untuk
dapat tumbuh secara optimal dia memerlukan pegangan atau rambatan. Bila tidak
diberi pegangan atau rambatan maka pertumbuhannya akan jatuh di permukaan tanah
dan ini akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil. Contoh dari tanaman -
tanaman yang karakter pertumbuhannya merambat dan perlu pegangan adalah kacang
panjang, timun, tomat, paria dan sebagainya.
c. Tanaman yang telah cukup dewasa dan cukup umur akan memasuki fase generatif
yang ditandai dengan diiukuti dengan keluarnya bunga. Namun demikian ada
beberapa tanaman yang walaupun tumbuh di lingkungan yang sesuai, sudah cukup
umur dan sudah waktunya berbuah tetapi bunga yang nantinya diharapkan menjadi
buah tidak kunjung tiba. Tanaman - tanaman seperti ini perlu dirangsang dengan
perlakuan khusus agar cepat berbunga. Tanaman yang mempunyai karakter demikian
biasanya adalah tanaman - tanaman buah tahunan.
d. Bila kita amati tanaman – tanaman di sekitar kita kadang- kadang dijumpai
tanaman yang selalu berbunga dengan lebat namun kita tidak pernah menjumpai
buahnya. Mengapa hal ini terjadi? Banyak faktor yang menyebabkan tanaman yang
sudah berbunga tidak mau berbuah yang antara lain karena pada bunga tersebut tidak
pernah terjadi persarian atau terjadi persarian tetapi tidak sesuai dengan persyaratan
sehingga buah tidak mau terbentuk. Contoh tanaman yang demikian adalah anggrek,
2
panili, lengkeng, salak, dan sebagainya. Tanaman - tanaman ini agar dapat
menghasilkan buah perlu perlakuan khusus, dalam hal ini peran manusia sangat
menentukan.
3
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk mengetahui dan belajar lebih banyak
mengenai perlakuan khusus pada benih dan tanaman.
2. Bagi pembaca, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
5
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
6
hitam, putih, kuning atau cokelat kemerahan, bahkan ada semangka tanpa
biji (Seedless).
2.1.2 Mangga
7
Kingdom : Plantae (tumbuh - tumbuhan)
Ordo : Anacardiales
Genus : Mangifera
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
9
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif karena dalam proses analisis data
tidak menggunakan analisis statistik dan data penelitian berupa kumpulan kata
atau frasa.
3.3 Data dan Sumber Data
Data merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Data
dalam penelitian kualitatif berupa kata, frasa, dan kalimat, tanpa adanya
hitungan statatistik. Untuk memperoleh data, tentunya kita memerlukan sumber
atau orang yang bisa memberikan data-data yang kita perlukan. Secara lebih
rinci, data dan sumber data dalam penelitian ini adalah.
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah perlakuan khusus pada benih dan
tanaman. Data yang didapatkan adalah berupa penjabaran mengenai teknik –
teknik perlakuan khusus pada benih semangka tanpa biji dan juga tanaman
manga.
2. Sumber Data
Berdasarkan data penelitian yang didapatkan, maka sumber data dalam
penelitian ini adalah artikel dari website resmi milik pemerintah Desa Mekar
Mulya. Lofland (dalam Moleong, 2013: 157) “sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata¸dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
10
literatur., yaitu teknik yang dilakukan dengan cara membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian.
Adapun alat pengumpul data merupakan media penunjang teknik
penelitian yang digunakan. Menurut Djaali (dalam Ismawati, 2011: 98) yang
menyatakan bahwa alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu, berdasarkan teknik yang digunakan, maka
alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah literatur yang berisi artikel –
artikel mengenai teknik perlakuan khusus pada benih dan tanaman.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang dilakukan guna menganalisis data
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
content analysis (analisis isi). Krippendonrff (dalam Ismawati, 2011: 82)
memaparkan kerangka kerja content analysis yang terdiri dari.
1. Data sebagaimana yang dikomunikasikan kepada analisis.
2. Konteks data.
3. Bagaimana pengetahuan analisis membatasi realitasnya.
4. Target analisis isi.
5. Inferensi sebagai tugas intelektual yang mendasar.
6. Kesahihan sebagai kriteria akhir keberhasilan
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Gambar 4.1 Penipisan kulit benih semangka non-biji | Sumber : unsurtani.com
13
Peganglah pangkal benih ( bagian yang membulat) dengan menggunakan
tangan kiri
Masukkan mulut benih dengan posisi horizontal pada bagian rongga
gunting kuku. Mulut benih diposisikan menghadap ke sebelah kanan.
Tahanlah tangkai gunting kuku bagian atas dengan jari telunjut tangan
kanan, sementara ibu jari siap menekan gunting kuku. Maksud dan tujuan
dari penahanan ini agar peretakan mulut benih tidak terlalu keras sehingga
dapat merusak benih itu sendiri
Tekan tangkai gunting kuku secara perlahan, sampai mulut benih retak.
Penekanan tangkai gunting kuku yang terlalu kuat akan menyebabkan
mult benih pecah dan keping biji retak yang justru mengakibatkan benih
itu tidak dapat berkecambah.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam peretakan benih
adalah, sebagian benih yang akan diretakkan akan jauh lebih baik apabilah
disimpan didalam kemasan, karena apabila semua benih yanga akan
diretakkan ditaruh di udara bebas, maka beni akan cepat menyerap uap air
dan sulit untuk diretakkan.
14
lendir yang masih menempel. Karena lendir – lendir pada benih
semangka non – biji yang masih menempel ini dapat menghambat
proses perkecambahan karena menghalangi masuknya air dan oksigen
kedalam benih.
Untuk melindungi bibit dari serangan penyakit rebah
kecambah, setelah pencucian benih maka dianjurkan untuk melakukan
perendaman benih kedalam larutan fungisida atau bisa juga dengan air
hangat dan tambahan ZPT atau irisan bawang merah untuk merangsang
perkecambahan. Perlu ditekankan bahwa jika perendaman dilakukan
dengan larutan fungisisda maka pencelupan hanya dilakukan selama 5 –
10 menit saja, karena mulut benih sudah diretakkan, sehingga jika
perendaman dengan fungisida dilakukan terlalu lama maka akan
berpotensi pada kematian benih.
Sedangkan apabila perendaman dengan campuran irisan
bawang merah maka, perendaman dilakukan selama jangka waktu
maksimal 10 jam.
15
Kemudian, benih yang telah direndam ditiriskan menggunakan
saringan.
4. Pemeraman Benih
Setelah benih ditirisakan dari pencelupan, benih dikeluarkan
dari plastik selanjutnya dibungkus dalam lipatan handuk basah atau
kertas koran maupun lapisan yang ditutupi kertas koran basah. Lipatan
handuk/ koran basah berisi benih ini dimasukkan ke dalam kaleng
pemeraman yang dapat dibuat dari kaleng bekas biscuit.
Bagian dasar kaleng diberi pasir bersih setebal 5 cm yang
dilapisi kertas koran. Lapisan pasir dan kertas koran ini harus senantiasa
lembab. Untuk membuat kondisi hangat antara 25 sampai dengan 30
derajat celcius dalam ruang pemeraman diberikan lampu 15watt.
Apabila kondisinya kering, harus diperciki dengan air agar benih tetap
lembab. Adapun pemeraman dilakukan kurang lebih selama 1 sampai
dengan 2 malam, tergantung dengan kondisi benih. Setiap 4 – 6 jam
harus senantiasa dikontrol. Benih yang selesai diperam telah tumbuh
16
calon akar ( radikel ) sepanjang 2 – 3 mm. Apabila terlalu panjang, akan
menyebabkan calon akar patah sehingga kecambah gagal menjadi calon
bibit
17
4.2 Teknik Perlakuan Khusus pada Tanaman Mangga
18
diameter batang 1-1,5 cm. Ujung batang dipotong sampai ketinggian 50-
70 cm dari permukaan tanah untuk mengembangkan batang yang kokoh
dan untuk
mendorong
19
Pada tahun kedua cabang primer yang telah tumbuh dengan panjang
80-100 cm dipangkas kembali dengan panjang yang tersisa sekitar 30-50
cm dari pangkal cabang, pemangkasan dilakukan 2-3 cm di atas ruas
tanaman. Dari ketiga cabang primer tersebut masing-masing dipelihara
3 cabang sekunder lagi, demikian selanjutnya hingga tahun ketiga dan
bila diperlukan hingga tahun keempat, sampai terbentuk percabangan
yang kompak dan tajuk tanaman diarahkan membentuk setengah kubah
dengan penyebaran daun yang merata. Pemangkasan direkomendasikan
pada awal musim hujan.
20
Tanaman mangga yang memiliki tajuk yang lebat dapat lambat
bertunas setelah panen dan tunasnya seringkali tidak merata. Tunas yang
lambat tumbuh setelah panen dapat menghambat penumpukan energi
karbohidrat yang mendukung tajuk tanaman di musim berikutnya. Tunas
yang tidak merata dalam suatu tajuk dengan penyebaran umur tunas
yang tidak merata akan menimbulkan pembungaan yang tidak merata
pada musim selanjutnya. Daun-daun yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung, lebih bersifat parasit bagi tanaman secara keseluruhan
karena tidak melakukan proses fotosintesis namun tetap mendapatkan
fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun-daun di bagian terluar yang
terkena sinar matahari langsung. Itu sebabnya, banyak tanaman yang
secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya rimbun dengan warna
daun yang hijau pekat, namun teramat sangat jarang memunculkan
bunga/buah. Jika muncul bunga/buah, maka bunga dan buah yang
muncul jumlahnya terbatas atau sedikit sekali.
Tanaman mangga yang ideal memiliki tajuk yang terbuka, cukup
rendah untuk dipetik dengan mudah (tingginya sekitar 3-5 meter) dan
21
memiliki tiga atau paling banyak empat cabang primer serta banyak
ujung cabang yang berbuah. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan
cara pemangkasan. Tanaman yang dipangkas teratur akan memberikan
lingkungan mikro yang baik bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri, di
mana sinar matahari sebagai sumber energi utama dapat menembus
semua bagian tanaman, memberikan iklim mikro yang baik, mengurangi
kelembaban yang berlebihan, juga dapat meminimalkan perkembangan
jamur dan organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya. Dengan
demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal untuk
memberikan hasil yang optimal pula.
Cabang-cabang atau tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya
harus dibuang, demikian pula cabang-cabang/tunas air, ranting atau
tunas yang sakit dipangkas agar daun memperoleh penyinaran matahari.
Tunas air bersifat parasit dan tumbuh sangat cepat, melebihi kecepatan
pertumbuhan tunas-tunas lainnya, dengan mengambil fotosintat hasil
fotosintesis sebagai energi pertumbuhannya. Selain itu tunas air juga
sangat jarang memunculkan bunga meski tanaman telah memasuki
siklus/periode berbunga. Pangkas juga cabang yang bersudut kecil,
dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau terlindung, kemudian
pangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk
atau ke arah bawah serta cabang bekas tangkai buah. Tajuk bagian atas
dipangkas yaitu mundur satu ruas pada ujung ranting agar dapat
mempertahankan ketinggian optimal tanaman. Pemangkasan ujung-
ujung ranting akan merangsang keluarnya tunas-tunas baru yang
jumlahnya akan lebih banyak dari jumlah tunas sebagai ujung ranting.
Selain itu akan memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan
tinggi tanaman yang tetap pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh
terlalu melebar ke arah samping sehingga menghabiskan banyak tempat
untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
22
Alat pangkas yang digunakan adalah gunting pangkas dan gergaji
kayu. Gunakan alat pangkas yang tajam dan bersih agar bekas
pangkasan terbentuk dengan rapi, tidak meninggalkan luka yang
mungkin bisa menjadi sumber infeksi penyakit bagi tanaman. Hindari
penggunaan golok/parang untuk memangkas, lebih baik menggunakan
gunting pangkas untuk ranting kecil, sementara penggunaan gergaji
lebih disarankan untuk memotong cabang tanaman yang berukuran
besar, karena bekas potongan akan menjadi lebih rapi. Jika
pemangkasan dilakukan pada batang yang besar hendaknya setelah
pemangkasan bekas pangkasan disaput menggunakan vaselin, parafin,
ter atau cat minyak agar batang sisa pangkasan tidak terinfeksi penyakit.
Pelukaan pada batang terbukti efektif agar pohon mangga cepat berbuah.
Cara pelukaan biasanya dilakukan dengan cara mengelupas kulit batang
23
pohon mangga sampai kambiumnya hilang. Pelukaan bisa dilakukan dengan
lebar 10 – 20 cm.
Lilitan bisa dilepaskan setelah bakal buah mulai muncul. Pelilitan ini
adalah cara agar pohon mangga cepat berbuah yang banyak dilakukan
untuk budidaya mangga di dalam pot atau tabulampot mangga.
24
1. Pemberian Fosfor dan Protein Tinggi
Pemupukan dengan dosis protein dan fosfor tinggi dapat merangsang
pembentukan bunga. Pupuk yang dapat digunakan bisa berupa pupuk
organik maupun anorganik. Pupuk organik yang bisa digunakan adalah
tepung ikan, tepung tulang, tepung darah dan minyak ikan. Sebagai
gantinya air cucian bekas ikan atau hewan laut pun dapat menjadi
alternatif.
25
Agar pohon mangga cepat berbuah maka dapat dirangsang
dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Adapun beberapa
macam zat pengatur tumbuh yang bisa digunakan agar tanaman manga
cepat berbuah adalah sebagai berikut:
Pemberian paklobutrazol. ZPT ini efektif bagi tanaman mangga.
Pemberian paklobutrazol akan menghambat pertumbuhan daun
dan bisa melumpuhkan titik tumbuh. Fotosintesis akan tetap
berjalan tetapi dengan rasio C/N yang tinggi pada bagian tajuk.
Pada saat titik tumbuh mulai pulih maka bukan daun baru yang
akan muncul melainkan bunga. Dosis pemberian paklobutrazol
adalah 5 – 10 ml dilarutkan ke dalam 10 liter air kemudian
siramkan di sekitar pangkal batang tanaman mangga.
26
Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa pemberian ZPt harus
disertai dengan penyiraman dan pemupukan yang teratur. Pemupukan
bisa dilakukan dengan memberikan fosfor dengan dosis tinggi. Dosis
ZPT yang diberikan tidak boleh berlebih karena bisa menghambat fungsi
dari hormon – hormon tersebut.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Swadaya. Yogyakarta.
29