Anda di halaman 1dari 3

Dalam makalah ini kami memberikan wawasan berbagai penjuru dunia atas kejadian dan

prognosis HAVB yang menimbulkan komplikasi penyakit AMI, pada era kontemporer terapi
reperfusi dini. Insiden HAVB pada penelitian ini menurun 50% dari 4,2% pada tahun 2002
menjadi 2,1% pada 2010. Tingkat insidensi serupa juga terjadi pada AVB pada pasien STEMI
dengan primer PCI yaitu 3,2% [11] dibandingkan dengan dengan hasil kami yaitu 4,5%.
Demikian pula, Nguyen et al. Melaporkan terjadi penurunan pada kejadian HAVB yang
berkomplikasi menjadi AMI dari 5,1% pada tahun 1975 menjadi 2% pada tahun 2005 dengan
sebagian besar mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir [9]. Harpaz et al. [1] juga
melaporkan kejadian serupa HAVB di era trombolitik (3,7%). Mereka juga menunjukkan
penurunan insiden AVB pada saat pengobatan trombolitik dibandingkan pada saat pra-
trombolitik. Temuan serupa juga dilaporkan oleh analisis lain [7]. Meine et al. Yang melaporkan
bahwa tingkat AVB yang agak lebih tinggi (6%) di antara pasien STEMI yang diobati dengan
terapi trombolitik tetapi analisis ini mencakup semua jenis dari AVB derajat 2 tanpa
mengecualikan AVB Mobitz tipe 1 [5].

Tingkat insidensi AVB yang lebih tinggi dilaporkan yaitu pada saat sebelum terapi reperfusi awal
dengan rentang mulai dari 8% hingga 20% [16-19].

Beberapa penelitian dilakukan pada saat terapi PCI. Baru-baru ini dilakukan penelitan dimana
229 pasien dengan ACS di antara tahun 1999 dan 2007 dilaporkan bahwa 2,9% pasien memiliki
HAVB selama menjalani rawat inap dengan penurunan linear tingkatan HAVB dari waktu ke
waktu [12]. Selanjutnya, Korea Working Group menemukan total 13.862 pasien dengan AMI,
dari 2005 hingga 2013, PCI dengan implantasi stent dilakukan pada 89,8% pasien,
dan HAVB terjadi pada 2,7% pasien [15]. Penelitian-penelitian yang sudah disebutkan
sebelumnya sesuai dengan temuan pada penelitian ini. Sebuah penelitian terbaru oleh
Harikrishnan et al., melaporkan bahwa tingkat HAVB 2,2%, di antara pasien dengan STEMI dari
tahun 2003 hingga 2012 yang meningkat dari 2,1% pada tahun 2003 menjadi 2,3% pada tahun
2012 [14]. Selain itu, penelitian terbaru dalam konteks HAVB berkomplikasi AMI, total 6.626
pasien STEMI antara 2006 dan 2013, HAVB pada 3,5% pasien, dengan tidak adanya penurunan
diamati pada tingkat HAVB Selama 8 tahun periode penelitian [13].

Dua faktor utama yang dapat menyebabkan penurunan tingkat insidensi AVB, yang pertama
adalah pengenalan troponin jantung untuk diagnosis MI dan oleh karena itu terjadi
peningkatan NSTEMI dari waktu ke waktu, yang berasosiasi dengan tingkat insidensi HAVB yang
lebih rendah. Tingkat insidensi NSTEMI meningkat dari 43,9% dari semua AMI pada tahun 2000
menjadi 56,4% pada tahun 2010 (p untuk tren < 0,00001). Peningkatan ini dalam tingkat
NSTEMI berkontribusi pada penurunan persentase HAVB sampai batas tertentu, karena lebih
jarang pada pasien NSTEMI [11] Kedua, peningkatan terapi early PCI yang diiringi dengan
perkembangan terapi reperfusi berkelanjutan, berpotensi mengurangi ukuran infark dan
mengurangi kerusakan iskemik pada sistem konduksi, ini mungkin juga berkontribusi pada
penurunan tingkat insidensi AVB.

Sesuai dengan penelitian sebelumnya [5,8,9,11,15,20–21], pada penelitan ini, pasien dengan
HAVB biasanya lebih tua, wanita, dan lebih cenderung memiliki kondisi yang lebih komorbid
dan beresiko yang mengarah ke penyakit jantung koroner. Pasien dengan HAVB memiliki kadar
kreatinin kinase (CK) dan troponin yang lebih tinggi yang mengindikasikan kerusakan jaringan
yang besar dan mereka lebih mungkin mengalami gagal jantung dan aritmia lainnya juga
komplikasi mekanis yang sudah dilaporkan pada penelitian sebelumnya [6,8,12,13,15]. AVB
lanjutan juga lebih mungkin terjadi di antara pasien dengan STEMI dibandingkan dengan
dengan NSTEMI [8]. Prediktor untuk melihat pengembangan HAVB pada penelitian ini serupa
dengan laporan sebelumnya [1].

Arteri yang terkena pada AMI adalah RCA pada sebagian besar pasien dengan HAVB dengan
STEMI, baik sebelum maupun sesudah terapi trombolitik [5,11,12,15].

Tingkat kematian di antara pasien dengan AVB berkomplikasi AMI di penelitian ini sebanding
dengan yang dilaporkan dalam penelitian lain pada terapi trombolitik[1,5,8] dan primer PCI
[11-14], dan mereka lebih rendah dibandingkan dengan laporan dari pada saat terapi pra-
trombolitik [1]. Penurunan angka kematian di rumah sakit, dari waktu ke waktu, dari pasien
dengan AVB berkomplikasi AMI dilaporkan dalam penelitian sebelumnya [6,7]. Sebaliknya,
penelitian terbaru [12,14] dilakukan di era PCI tidak menunjukkan perubahan yang signifikan
mortalitas di rumah sakit dari waktu ke waktu pada pasien dengan AVB berkomplikasi AMI.

Dalam penelitian ini, HAVB dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi tidak hanya pada
pasien dengan STEMI tetapi juga di NSTEMI, baik pada awal maupun 1 tahun setelah
mengalami AMI. Sebagian besar angka kematian terjadi pada periode awal MI yang juga
terbukti dalam penelitian lain [1,11]. HAVB tetap terkait dengan angka kematian intrahospital
pada pasien STEMI bahkan pada saat awal terapi reperfusi [12,14]. Menariknya, salah satu dari
yang disebutkan di atas [12], menunjukkan bahwa hubungan antara HAVB dan angka kematian
di rumah sakit bervariasi dengan jenis ACS, yang terbesar yaitu pada angina tidak stabil (OR =
8.2), NSTEMI di tengah dengan OR = 6.4; dan paling terakhir, STEMI dengan OR = 3, temuan ini
sesuai dengan temuan kami kecuali fakta bahwa kami menemukan asosiasi serupa di STEMI
dan NSTEMI. Konstras denganpenelitian lain yang mengatakan bahwa HAVB tidak ada
kaitannya secara independen dengan mortalitas di rumah sakit pada pasien STEMI [13]. Pasien
dengan HAVB dalam penelitian ini memiliki derajat TIMI yang lebih rendah sebelum dan setelah
revaskularisasi dan lebih sering terkena tiga pembuluh darah arteri koroner jika dibandingkan
dengan pasien tanpa HAVB. Pengamatan angiografi mungkin dapat menjelaskan mekanisme
HAVB yang mana yang dapat dikaitkan dengan angka kematian pada pasien MI [11].

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, terdapat keterbatasan pada studi
observasional. Namun, data dikumpulkan secara prospektif dan formulir laporan kasus yang
seragam, dengan standar definisi, digunakan secara terpusat. Selain itu, meskipun ada
penyesuaian untuk klinis dan demografi serta variable perancu. Kedua, Intervensi langsung
(b2h) atau awal (b24 jam) tidak dievaluasi dalam pasien NSTEMI risiko tinggi karena kurangnya
data skor GRACE di kohort kami yang dapat mempengaruhi hubungan yang diamati antara
HAVB dan angka kematian. Ketiga, pasien yang meninggal sebelum tiba di rumah sakit tidak
termasuk dalam analisis yang mungkin mengarah pada estimasi di bawah kejadian HAVB dan
tingkat kematian. Keempat, kami tidak memiliki data keseluruhan dalam analisis meskipun
tidak dikaitkan dengan peningkatan kelangsungan hidup di rumah sakit pada pasien dengan
HAVB berkomlikasi CS [12]. Kelima, penelitian meliputi pasien dengan AMI yang dirawat di
rumah sakit di ICCU, pasien dengan infark miokard yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam
tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Akhirnya, analisis ini adalah pasien AMI di antara tahun
2000 dan 2010, yang mungkin tidak mencerminkan pola praktik saat ini.
Terlepas dari keterbatasan ini, kami percaya sifat komprehensif penelitian ini, mencangkup
data spectrum yang penting di berbagai negara dan management AMI secara global

Kesimpulannya, penelitian ini adalah konfirmasi dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa pada terapi reperfusi awal, kejadian HAVB pada pasien AMI tidak terjadi secara
signifikan. Pasien dengan HAVB dengan komplikasi AMI berada pada level tinggi dengan risiko
komplikasi serta kematian dini ataupum 1 tahun setelahnya.

Anda mungkin juga menyukai