DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak
atau meluncur kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan
lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas
kedap air tersebut menjadi jenuh
Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar
tanah liat tinggi, atau dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay
shale) (Arsyad dalam Suripin, 2011:39).
a. Jatuhan (falls)
b. Robohan (topples)
c. Longsoran (slides)
d. Sebaran (spreads)
e. Aliran (flows)
Gambar 1
a. Jatuhan (falls)
Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan umumnya
terjadi akibat oleh pelapukan, perubahan temperatur, tekanan air atau
penggalian bagain bawah lereng. Di daerah Tempel, Sleman, Yogyakarta
terdapat lereng batuan terjal yang retak dengan lebar retakannya secara
berangsur-angsur bertambah oleh akibat getaran yang ditimbulkan oleh
aliran debris Kali Krasak, ketika terjadi banjir.
a. Robohan (topples)
b. Longsoran (slides)
lain:
1. Penggelinciran (slips)
c. Sebaran (spread)
d. Aliran (flows)
1. Lereng terjal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut
memiliki potensi untuk terjadinta tanah longsor, apabila terjadi hujan.
Disamping itu, tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena lembek terkena air dan pecah akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila
terdapat pada daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebab
longsor adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran
yang dalam dan biasanya terjadi di daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka
dapat menyebabkan gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
1. Dampak Positif :
2. Dampak Negatif :
Sumber: BNPB
PEMETAAN BENCANA TANAH LONGSOR BENGKULU
Sumber: BNPB
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas
di dekat permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tanah memalui retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
lndonesia mulai dari tsunami, tanah longsor, badai siklon, banjir, tetapi
juga kekeringan yang berakibat pada kebakaran hutan ketika ada
fenomena El Nino. Kondisi yang ada di masyarakat kita masih banyak
yang belum tersentuh pemahaman tentang mitigasi bencana. Sebagaimana
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
Secara substansi adalah usaha menciptakan masyarakat yang sadar
dan tanggap bencana dengan melalui pendidikan baik formal maupun non
formal. Arti penting pendidikan mitigasi bencana dapat dilakukan secara
formal melalui jalur pendidikan sesuai ketentuan pemerintah. Contohnya:
melalui desain kurikulum sekolah, implementasi sederhananya bisa seperti
melalui poster-poster dan slogan maupun dengan media lain yang
mendukung. Secara informal dapat melalui lembaga-lembaga
kemasyarakatan, forum temu warga ataupun kelompok- kelompok
komunitas yang difasilitasi instansi terkait (BNPB) sebagai pembina
ataupun komunikator masalah kebencanaan.
a. Pemetaan
KESIMPULAN
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah
perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh
gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong
terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah longsor terjadi akibat
adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan batas
bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas
suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah
liat (mengandung kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai
peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut: adanya lereng
yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah. adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap
air dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan adanya cukup air dalam
tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air tersebut menjadi
jenuh. Karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi
lima macam antara lain : jatuhan (falls), Robohan (topples), longsoran
(slides), sebaran (spreads), aliran (flows).
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 275
kabupaten/kota rawan longsor pada tahun ini. BNPB telah membagikan peta
zonasi daerah rawan bencana kepada pemerintah daerah. Zonasi itu terbagi
menjadi tiga, warna hijau potensi longsor rendah, warna oranye potensi
longsor sedang, dan warna merah potensi longsor tinggi. Oleh karena itu perlu
adanya mitigasi bencana longsor melihat kondisi Indonesia yang rawan
longsor maka tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor yang dapat dilakukan
(Nandi, 2007) meliputi: pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan,
sosialisasi, dan pemeriksaan bencana longsor.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, Patrick L. 2014. Natural Disaster: Ninth Edition. San Diego: McGraw-
Hill International Edition.
Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.