Anda di halaman 1dari 4

TANTANGAN DAKWAH MUHAMMADIYAH DI ERA GLOBALISASI

Globalisasi adalah sebuah peristilahan atau konsep yang relatif baru. Setidaknya era tahun 60-
70 umat manusia belum mengenal istilah tersebut seperti yang kita kenal di era sekarang.
Barangkali, isu globalisasi dunia pertama kali menyembul begitu kuat ke permukaan hanya
pertengahan kedua dekade 80-an. Meskipun tidak terasakan, ternyata globalisasi berdampak
hampir pada hampir setiap bidang kehidupan. Globalisasi yang melanda dunia membawa
dampak pada kehidupan fisik, sosial-ekonomi dan bahkan agama. Perbedaan gaya hidup/life
style manusia pra dan post globalisasi sangat tampak jelas. Dampak itu dapat bersifat positif,
namun pada saat yang sama juga dapat bersifat negatif.

Era globalisasiisasi yang ditandai dengan berkembangnya informasi secara masif di seluruh sendi
kehidupan manusia telah memberikan kekuatan yang sangat besar dalam merubah paradigma
kemanusian. Perubahan umat manusia yang kini di dominasi oleh produk renaisance yang
mekanistis dan berkotak-kotak, perlu dipertanyakan kembali. Ketika peradaban Islam diambil
alih dalam suatu peradigma yang berbeda, ada banyak komponen struktur masyarakat yang
juga ikut berubah. Sementara itu, teknologi informasi memberi peluang untuk perubahan yang
mendasar dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Dalam konteks keterkaitan dakwah dan informasi secara formal memiliki kesamaan yaitu
keduanya merupakan proses menyampaikan pesan (message) kepada orang lain. Tetapi secara
substansial memiliki perbedaan. Dakwah tidak netral karena memihak pada nilai-nilai Islam.
Informasi dapat dikatakan netral kerana interpretasinya diserahkan kepada obyeknya, tetapi
sering kali tak netral karena biasa dikemas untuk interes tertentu dari sumber informasi.
Penyebaran informasi yang deras menimbulkan kompetisi yang kuat dari ide-ide dan nilai-nilai
yang ditawarkan. Ide dan nilai-nilai yang unggul karena masyarakat memandangnya mampu
mengatasi masalahnya dan memberikan kesegaran dan atraktif yang tinggi. Karena itu, di era
globalisasi ini dakwah harus memiliki strategi jitu agar informasi keagamaan yang akan
disampekan kepada masyarakat bisa tepat sasaran. Masifikasi informasi di era globalisasi ini
harus mampu mendukung dinamika dakwah agar nilai Islam yang ditawarkan menjadi pilihan
tepat bagi masyarakat untuk mengatasi problema hidupnya. Oleh karenanya gerakan dakwah
yang dilakukan oleh para da’i dan mubaligh Muhammadiyah untuk pencapaian strategi tersebut
harus bersifat akomodatif, kontributif, kompetitif, antisipatif, dan evaluasi-kritis.
Dalam perspektif dakwah, kehidupan manusia merupakan satu kesatuan yang utuh tidak
terpisahkan. Sekalipun kehidupan dapat dibedakan menjadi beberapa segi, tetapi dalam
kenyataannya kehidupan itu tidak dapat dipisah-pisahkan. Kehidupan politik,
ekonomi,budaya,sosial dll adalah satu kesatuan yang utuh dalam kehidupan manusia dan tidak
dapat terpisah-pisah dan bahkan satu dengan yang lainya memiliki keterkaitan yang erat.
Dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah harus mampu memasuki wilayah-wilayah
kehidupan manusia tersebut.

Dengan tersedianya alat-alat teknologi informasi, seperti internet, e-mail, twitter, facebook,
whatsapp, BBM,instagram, televisi digital dan lain-lain pada zaman sekarang,telah mengubah
dunia menjadi sempit, karena setiap manusia bisa saling berkomunikasi dari belahan bumi yang
satu dengan orang-orang yang berada di belahan bumi yang lain. Masa meluncurnya arus
informasi dari suatu bangsa ke bangsa yang lain, melewati batas benua dan samudera, melalui
alat-alat teknologi informasi yang sangat cepat itu disebut dengan era globalisasiisasi.

Kehadiran alat-alat teknologi informasi yang masif disamping telah memberi dampak positif
yang mampu membawa kemudahan-kemudahan dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
umat manusia, juga telah menimbulkan efek negatif yang tidak dikehendaki yang dapat
mengancam nilai-nilai agama, moral dan kehidupan manusia sendiri. Oleh karena itu, kehadiran
alat-alat teknologi informasi di samping menjadi tantangan bagi pelaksanaan kegiatan dakwah,
juga dapat menjadi peluang bagi gerakan dakwah dalam era globalisasi ini. Informasi telah
menjelma menjadi aset dan komoditi yang sangat menentukan kehidupan manusia. Dengan
komunikasi yang semakin canggih berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, arus
informasi bergerak sangat cepat tanpa terhalang oleh dimensi ruang dan waktu. Semua bidang
kehidupan kita telah dilanda oleh proses mengglobalisasinya informasi dan komunikasi tersebut.
Informasi pada masa sekarang bernilai strategis. Secara jujur kita akui bahwa pada umumnya
umat islam belum bersikap infomation-minded. Pada umumnya organisasi-organisasi Islam
masih menggnakan pola kerja tradisional dimana pentingnya informasi belum dianggap sebagai
unsur mutlak dalam perencanaan dakwah.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perencanaan dakwah masih didasarkan atas asumsi dan
pekiraan belaka. Mulai informasi terkait medan atau lapangan dakwah hingga potensi dan
masalah yang dihadapi oleh obyek dakwah/jamaah tidak dimiliki secara baik. Selain
perencanaan dakwah yang akurat menjadi mustahil tanpa informasi yang cukup maka tahapan
evaluasi terhadap proses dakwah juga tidak mungkin dilaksanakan dengan baik. Bagaimana
mungkin kita dapat membandingkan antara before dan after proses dakwah bilaman gambaran
tentang situasi lapangan tidak kita miliki. Oleh karenanya hampir-hampir tidak ada lagi sebuah
usaha modern yang tidak di lakukan atas dasar penguasaan informasi yang diperlukan.
Menghadapi masyarakat yang terus berubah secara dinamis, proses dakwah harus didasarkan
atas penguasaan informasi sosial, ekonomi dan pendidikan yang ada di lapangan.

Era globalisasi yang ditandai dengan masifnya informasi ternyata menimbulkan kerawanan-
kerawanan moral serta munculnya beragam kemaksiatan dan munkarot. Barang haram seperti
narkoba dengan segala macam jenisnya mengalami peningkatan yang super dahsyat baik
pelaku/pengedar maupun penggunanya. Hal ini tidak lepas karena akibat kecanggihan informasi
sehingga siapapun dengan mudah mendapatkan barang haram tersebut. Dari uraian di atas,
muncul pertanyaan ; bagaimana dakwah menghadapi masifikasi maksiat dan munkarat tersebut
?

Ungkapan populer dalam dunia dakwah yakni al-haqqu bilaa nidhaamin yaghlibuhu bi
nidhaamin. Ungkapan tersebut oleh Prof. DR.HM.Amien Rais, diterjemahkan dengan kebenaran
tanpa didukung organisasi yang rapih akan dikalahkan oleh kebathilan dengan organisasi yang
rapih (baca buku ; Moralitas Politik Muhammadiyah). Dewasa ini manusia modern yang
melakukan amar munkar nahi ma’ruf telah mengunakan tehnologi informasi modern. Mereka
benar-benar memanfaatkan secara maksimal penggunaan jasa tehnologi yang canggih.

Di sisi lain para da’i dan mubaligh sebagai pengemban dakwah cenderung mengabaikan
kegunaan tehnologi mutakhir. Pada umumnya kita mengalami keterbelakangan baik pada
penggunaan tehnologi informasi maupun pada kemampuan menjaring informasi yang demikian
banyaknya bergerak di sekeliling kita. Ledakan-ledakan informasi itu seolah-olah kita biarkan
begitu saja dan sudah tentu resiko yang harus kita terima adalah bahwa kita harus puas dengan
ketinggalan informasi itu. Namun jangan sekali-kali kita lupa bahwa ketertinggalan informasi
yang kita alami itu pada giliranya akan membuat langkah-langkah dakwah kita bersifat
anakronistik atau tidak njamani lagi.

Era globalisasiisasi dengan segala kelebihan dan kelemahannya bagi umat manusia memang
harus dihadapi oleh para pelaku dakwah agar dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi munkar tetap
relevan,efektif dan produktif maka perlu ada tindakan nyata dalam dakwah Muhammadiyah.
Pertama : perlu ada agenda pengkaderan yang serius untuk memperoduksi juru-juru dakwah
yang handal dan profesional. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah.
Diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu tehnologi informasi. Kedua : perlu
adanya “labda” atau laboratorium dakwah. Dari sini akan dapat diketahui masalah – masalah riil
di lapangan dan dapat pula mengetahui potensi dan kelemahan para mubaligh/dai. Dalam
konteks ini KMM/Korps Mubaligh Muhammadiyah PDM Kota bisa menjadi “Labda” nya
Muhammadiyah. Ketiga : proses dakwah yang dilakukan tidak hanya bil-lisan tetapi harus
diperluas dengan dakwah bil-hal.

Dampak globalisasi dunia memang sedang berjalan dan akan terus berjalan di mana kita tidak
akan tahu apa akibat yang akan lebih mengenaskan bagi nasib umat manusia dalam kebudayaan
modern. Dakwah Muhammadiyah harus mampu memberikan alternatif jawaban dari segala
problem keumatan sehingga umat tercerahkan dan mampu memfilterisasi dari setiap kondisi
kehidupan yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai