DI PUSKESMAS MOJOPANGGUNG
BANYUWANGI
2019
Oleh:
Afrisa Maulana Ayu P. (2017.01.002)
Mengetahui
Mahasiswa
Mengetahui
( ) ( )
BAB I
HIPERTENSI
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolok di atas 90 nnHg. Pada manula
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, Suzanne.2002;896).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi ( Arif
Mansjoer,2010;518 )
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetapdiatas
batas normal yang disepakati, yaitu diastolic 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. (Sylvia
A price, 2010)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik
>90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-
94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target
akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari).
C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c) Stress Lingkungan.
d) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b) Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
D. Faktor Resiko
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
Factor emosional dan tingkat stress
Gaya hidup yang monoton
Sensitive terhadap angiotensin
Kegemukan
Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
E. Patofisiologi
Dari pusat vasomotor bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion
ke pembuluh darah. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin
dan korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid, semuanya memperkuat respons
vasokonstiktor pembuluh darah.. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh darah perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut.perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer.(Smeltzer C Suzanne,2002;897)
F. Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian gejala baru muncul setelah komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (Arif
mansjoer,2001;518).Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari), azotemia
(peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). (Smeltzer C Suzanne,2002;897)
Sakit kepala
Vertiogo dan muka merah
Efitaksis kontan
Penlihatan kabur atau scotonas dengan perubahan retina
Kekerapan nokturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal
Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan:
1) Insifuensi koroner dan penyumbatan
2) Kegagalan jantung
3) Kegagalan ginjal
4) Cerebro vaskular accident (struke)
G. PATHWAY
Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas
Elastisitas , arteoskleros
Hipertensi
Perubahan struktur
Vasokontriksis
Gangguan sirkulasi
Resistensi
pembuluhOtak ginjal pembuluh darah retina
darah otak
Spasme
Vasokonstriksi sisitemik
Suplai O2 koroner asrteriola
pembulu darah
menurun
ginjal Vasokontriksi Iskemic diplopia
miokard
Blood flow Afterload
Nyeri Gangguan Resti injuri
menurun meningkat
kepala pola tidur
Nyeri
Respon dada
RAA Penurunan fatiqu
curah jantung
Rangsangan
aldosteron Intoleransi
aktivitas
Retensi
Na
edema
H. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
I. Pemeriksaan Penunjan
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
J. PENATALAKSANAAN
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia;
dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler.1,2 Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut
usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia
menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat
kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada perempuan sering ditemukan
hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya TDS
1) Sasaran tekanan darah
3) Terapi farmakologis
KONSEP LANSIA
A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55
tahun (WHO 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansi) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan orang untuk
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
B. Klasifikasi lansia
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
C. Proses Penuaan
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi tua
merupaka proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan ,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur
alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan
kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh
“mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh
tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih
mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok (deskriminasi). Ada pula
orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan
tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering di
alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan struktural
diabetes militus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan
episode terminal yang dramatis, misalnya stroke , infark miokard, koma asidotik, kanker
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
1) Teori biologi
Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram bahwa
material didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis. Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia memiliki rentang kehidupan maksimal
sekitar 110 tahun, sel- sel di perkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu
Teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan
stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan
c. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan
responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut menjadi
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular, lama
kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan oleh karena sel-
sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila,
2013).
Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses translasi
RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungi organ atau perubahan sel normal menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia,
2014).
h. Teori Nutrisi
Nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu meningkatkan makanan
bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih lama sehat. (Sofia, 2014).
2) Teori Psikologis
Usia lanjut atau proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas
perkembangan.
Teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang harus di capai dalam
Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak dan tetap
bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada usia tua bisa menjadi mengindikasi
3) Teori Sosial
Interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan, kehilangan peran, hambatan
kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang,
yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila, 2013).
psikologis.
1) Perubahan Fisik
a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan
fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan
pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput,
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan dan
kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot- otot pernapasan
kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas
lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan
penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf.
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam merespon
dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress, berkurangnya atau
dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang dapat
lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan otot-
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat
kekakuan.
k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun terhadap sinar,
2) Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik,
menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang
proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif
tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan
apapun terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010)
3) Perubahan Kognitif
Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah lupa, bingung
dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal yang sering
kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal (Siti
dkk, 2008).
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien hipertensi berdasarkan teori, yaitu :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, iskemia
miokard
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
B. Intervensi
1. Penurunan curah jantung
Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa
jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular,
perifer, dan pulmonal); dan status tanda-tanda vital
Criteria hasil
2. Nyeri akut
Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
a. Mengenali awitan nyeri
b. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
Criteria hasil
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor
tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic
secara teapat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau
tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Melaporkan pola tidur yang baik
10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan onformasi
pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0= tidak
ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan khusus
saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama
orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko
ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam
selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu
3. Intoleransi aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri : ASK
(dan AKSI)
Criteria hasil
1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat dan atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis, eliminasi
dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)
6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis, membutuhkan bantuan
untuk kebersihan setiap minggu)
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang belum dilaporrkan
kepada dokter
3. Pentingnya nutrisi yang baik
4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas
6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan tempat kerja
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat atau benda yang sering
digunaakan ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan ketahanan), atau reasi
untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa dirumah
4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan peralatan
rumah, jika perlu
5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan bantuan perawatan
rumah, jika perlu
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan yang kaya energy
7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
(Wilkinson, 2016, pp. 17-18)
B. Implementasi
Implementasi adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pad
a tahap perencanaan. (Nasrul Effendy, 2012)
Jenis tindakan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan intervensi keperawtan antara lain.
1) Secara mandiri (independen)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk mem-bantu pasien
dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya nyeri (Nasrul
Effendy, 2012)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame tim perawat atau denga
Effendy, 2012)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari lain diantaranya Dokter, psik
2012)
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C.2000. KMB: Buku saku untuk Brunner dan Suddarth. EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda juall.1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi II.EGC.
Jakarta
Doengoes, Marylin E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC: Jakarta