LANDASAN TEORI
Postpartum adalah masa pulih kembali, mulai dari bayi sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Lama masa ini adalah 6 minggu atau
42 hari (Bobak, 2005).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks
sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-
mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim. (Rohani,
2011).
Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan
tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit( Rohani, 2011).
1. Puerperium dini : masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan.
6-8 minggu.
3. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
1. Perubahan Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga di bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama
setelah kelahiran, tetapi kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi
(Reeder, 2011).
2. Lochea
Lochea keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu
post partum. Perubahan lochea terjadi dalam tiga tahap yaitu lokia rubra, lochea
serosa, dan alba. Lokia rubra merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari
tempat lepasnya plasenta. Setelah beberapa hari, lokia berubah warna menjadi
kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit serta jaringan yang
disebut lochea serosa. Pada minggu ke-2, lochea berwarna putih kekuningan yang
terdiri dari mukus serviks, leukosit dan jaringan ( Bahiyatun, 2009).
Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa
a) Lokia Rubra : berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, inilah lokia yang akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.
b) Lokia Sanguilenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lokia Serosa : Lochea ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lokia Alba : dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai satu dua minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
3. Perubahan Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi luar seviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya
mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium seviks berkontraksi perlahan,
dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari.
Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyampit.
4. Perubahan sistem endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara
berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari post partum. HCG tidak terdapat
dalam urine ibu setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat pada plasenta
(Bahiyatun, 2009).
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan
kembali normal pada akhir minggu ke-4 setelah melahirkan. Diuresis yang normal
dimulai segera setelah bersalin sampai hari ke-5 setelah persalinan. Jumlah urine yang
keluar dapat melebihi 3000 ml/harinya. Kandung kemih pada puerperium mempunyai
kapasitas yang meningkat secara relatif. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami
distensi akan kembali normal pada 2-8 minggu setelah persalinan (Saleha, 2009).
6. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung
pada keadaan / status sebelum persalinan, lama partus kala 2 dilalui, besarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan.
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sitoscopic segera setelah persalinan tidak
menunjukan adanya edema dan hyperemia dinding vesica urinaria, akan tetapi sering
terjadi ekstravasasi ( extravasation, keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di
dalam badan) ke mukosa.
Adanya urine residual dan bacteriuria pada vesica urinaria yang mengalami
cidera, ditambah dengan dilatasi pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang
optimal untuk tumbuhnya infeksi saluran kencing. Ureter dan pelvis renalis yang
mengalami dilatasi kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari 2-8 minggu setelah
persalinan.
Pengaruh persalinan pada fungsi vesica urinaria post partum, yang dipelajari
menggunakan teknik urodinamik, dapat diketahui bahwa bila persalinan lama dapat
dihindari, dan bila dilakukan keteterisasi secepatnya dikerjakan, pada vesica urinaria
yang besar, maka tidak akan terjadi hipotonia vesica urinaria, meskipun dilaporkan
pula dari hasil mempelajari dengan cara tersebut di atas, bahwa analgesia epidural
tidak merupakan presdisposisi hipotonia vesica urinaria post partum.
7. Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesteron, sehingga
menyebabkan nyeri ulu hati (beartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari
pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya
keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi karena
adanya rasa nyeri pada perineum akibat episiotomi.
8. Perubahan payudara
a) Anatomi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horisontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di
jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superfisial dan profundus,
beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600
gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara
hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause (Ambarwati &
Wulandari, 2009).
Areola
Areolla mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan.
Papilla (puting)
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal
akan menarik kembali puting susu tersebut (Ambarwati & Wulandari, 2009).
Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,
ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa
puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua postpartum. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Pada fase ini ibu
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh postpartum pada masa
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung
jika komunikasi kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena
saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
1. Ambulasi
Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah resiki tromboflebitis,
meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah
distensi abdominal dan konstipasi. Terkadang ibu enggan untuk banyak bergerak
karena letih dan sakit. Jika keadaan tersebut tidak diatasi, ibu akan terancam
mengalami trobosis vena. Untuk mencegah terjadinya trombosis vena, perlu
dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.
Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu diperbolehkan
untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 2 jam setelah
persalinan. Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk latihan menarik nafas dalam
serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya
ditepi tempat tidur.
Sebaiknya, ibu nifas turun dari tempat tidur sedini mungkin setelah persalinan.
Ambulasi dini dapat mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi,
trombosis vena pueperalis, dan emboli pulmonal. Disamping itu, ibu merasa lebih
sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu harus didorong berjalan dan
tidak hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu
karena biasanya pada saat ini ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah
melahirkan ( Suherni, dkk, 2009).
2. Eliminasi
dan mengauskultasi abdomen, berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan
minimal 200 cc. Anjurkan ibu untuk minum banyak air dan ambulasi.
Rangsangan untuk berkemih dapat dilakukan dengan rendaam duduk (sitz bath)
(Bahiyatun, 2009).
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai
dari saat setelah bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil
atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).
dilakukan pada saat masuk ke unit pasca partum. Selain itu komponen pengkajian
awal yang lain yang perlu dikaji pada ibu postpartum adalah sebagai berikut
1. Mengkaji riwayat
a) Ambulasi
b) Berkemih
c) Defeksi
Bagaimana frekuensi buang air besarnya, jumlah, warna dan
konsistensi.
d) Nafsu makan
Apa yang dimakan, seberapa sering, apakah ada rasa mual dan muntah.
e) Gangguan ketidaknyamanan
f) Psikologis
kelelahan.
h) Menyusui
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
pertama pada post partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat
melahirkan.
Pemeriksaan urin
Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubella
Menurut Bobak, dkk (2005) diagnosa keperawatan pada post partum, sebagai berikut:
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan pentingnya buang air kecil untuk
mencegah perdarahan.
Kriteria hasil :
NIC
100º dan 105º F ( 38,0º sampai 43,2º C ) selama 20 menit, 3sampai 4 kali
NOC : Pasien mengetahui tentang cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
b) Asi keluar
c) Payudara bersih
NIC
payudara.
c) Kaji puting klien, anjurkan untuk melihat puting setiap habis menyusui.
d) Anjurkan klien untuk mengeringkan puting dengan udara selama 20-30
Kriteria hasil :
NIC
NIC
Kriteria hasil
NIC
a) Klien mengetahui cara merawat payudara bagi ibu menyusui Kaji kesiapan
diperlukan.