Anda di halaman 1dari 8

KARIES GIGI – Radiological point of view

Ardika Satria Kusuma / 26 November 2018 – 22 Desember 2018

A. Definisi

Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral
email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri)
yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen organik sehingga menimbulkan
kavitasi.
Penyakit ini merupakan proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi
mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin. Karies gigi ini merupakan masalah mulut
utama pada anak dan remaja, periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada
gigi sulung dan usia 12-13 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih mengalami
maturasi setelah erupsi, sehingga kemungkinan terjadi karies besar. Jika tidak mendapatkan
perhatian, karies dapat menular ke gigi yang lain.
Plak adalah massa yang bersifat gelatin dan merupakan awal penting pembentukan
karies. Bakteri yang berkembang biak pada plak menghasilkan asam yang mampu
melarutkan gigi. Metabolit bakteri pada plak mengubah karbohidrat menjadi energi dan asam
organik yang menyebabkan pH metabolit rendah (5,0-5,5), dan menyebabkan demineralisasi
struktur gigi.

B. Pathogenesis

 Teori Proteolitik Gottlieb (1944)


Karies merupakan suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras gigi
dan produk bakteri. Mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela email dan
sarung batang email, serta merusak bagian-bagian organik ini. Proteolisis juga disertai
pembentukan asam.
 Teori Proteolisis Kelasi Schatz (1955)
Kelasi adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan kovalen koordinat
yang menghasilkan suatu kelat. Serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme
yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email lainnya,
terutama keratin. Ini menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan
larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada PH netral atau
basa.

 Teori Demineralisasi dan Remineralisasi Steinberg et al. (1992)


Setelah gigi erupsi, terjadi peristiwa demineralisasi dan remineralisasi. Ion kalsium
(Ca+²) merupakan faktor utama yang berperan dalam peristiwa tersebut. Pada keadaan
normal (pH normal), garam kalsium ini berada dalam suatu keseimbangan dinamik antara
email, air liur dan plak. Reaksi kimia dari siklus demineralisasi dan remineralisasi sebagai
berikut.

Secara perlahan, demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus
tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat
dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makroskopis dapat dilihat.
C. Epidemiologi
Di Indonesia, karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Terdapat
peningkatan prevalensi karies gigi dan mulut akibat terbatasnya sarana pelayanan kesehatan gigi
dan rendahnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan rongga mulut. Survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) 2004 melaporkan penduduk berusia 33-34 tahun dan 29% penduduk berusia >65
tahun kehilangan seluruh gigi. Peningkatan prevalensi karies gigi mencapai 90,05% lebih tinggi
dibanding negara berkembang lain.

D. Tipe-tipe Karies

Karies Insipien

• Terjadi pada permukaan email gigi dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau
cokelat saja.

Keries Superfisialis

• Karies sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang terasa sakit.

Karies Media

• Karies udah mencapai lapisan dentin.

Karies Profunda

• Telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pulpa.

E. Faktor risiko dan faktor penyebab

Faktor risiko:
- Riwayat karies dentis sebelumnya
- Kurangnya penggunaan fluor pada sikat gigi
- Kebersihan gigi yang kurang
- Pola makanan dan jenis makanan yang merusak gigi

Faktor penyebab:
- Usia
- Kerentanan permukaan gigi
- Air ludah
- Bakteri (Streptococcus, Actynomyces, Lactobacilus)
- Plak
- Diet Kariogenik

F. Tanda dan Gejala

Tanda awal karies gigi berupa munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi.
Ini menunjukkan area demineralisasi akibat asam. Demineralisasi jaringan keras gigi ini akan
diikuti oleh kerusakan bahan organik pada gigi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan
membentuk lubang. Proses tersebut dapat reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk, maka
struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat
menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel dan
dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan
menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa
nyeri.

G. Diagnosis
Menetapkan diagnosis karies gigi penting untuk identifikasi kebutuhan perawatan sesuai
indikasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan radiologis. Paradigma lama yang hanya mendeteksi ada tidaknya kavitas, harus
diubah, dengan mendeteksi adanya kuman S. mutans, dan menentukan tingkat risiko terjadinya
karies. Berdasarkan karakteristik karies gigi, maka diagnosis ditegakkan dengan melihat
lokalisasi kavitas apakah terletak di permukaan pits dan fissures, permukaan halus gigi dan akar
gigi

Diagnosis karies pada pits dan fissures


Menegakkan diagnosis karies pada permukaan pits dan fissures tidak mudah, karena
sulitnya membedakan karies yang terjadi dengan anatomi normal gigi, karena perubahan warna
tidak selalu berarti sebuah kavitas. Untuk menetapkan diagnosis pits dan fissures ada tiga faktor
yang harus diperhatikan, yaitu dasar kavitas pits atau fissures lunak, perubahan warna di sekitar
permukaan pits atau fissures menjadi lebih putih sebagai tanda adanya remineralisasi email, dan
permukaan email yang lunak pada pits atau fissures dapat terangkat pada waktu dibersihkan.
Diagnosis Karies di Permukaan Halus Gigi
Karies pada permukaan halus gigi di sisi bukal/labial atau lingual dengan mudah dapat
dideteksi, namun karies yang letaknya proksimal sulit dideteksi secara visual atau pada
pemeriksaan klinis, sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis. Hasil pemeriksaan radiologi
dengan foto bite-wing atau panoramik dapat menunjukkan gambaran radiolusen pada sisi
proksimal, di bawah titik kontak akibat proses demineralisasi. Penilaian klinis yang tepat harus
dilakukan untuk menilai apakah sudah terbentuk kavitas atau belum, sehingga preparasi dan
restorasi dapat dilakukan.

Diagnosis Karies Akar


Permukaan akar gigi yang terbuka biasanya terjadi karena retraksi gingiva, sehingga
rentan untuk terjadi karies. Perubahan warna pada permukaan akar gigi yang terbuka merupakan
tanda yang sering ditemukan dan biasanya disertai proses remineralisasi. Warna yang terjadi
mulai dari coklat sampai hitam. Semakin gelap perubahan warna yang terjadi berarti proses
remineralisasi semakin kuat. Sebaliknya bila karies akar aktif, ditandai dengan dasar kavitas
lunak dan hanya menunjukkan sedikit perubahan warna.

H. Pemeriksaan Radiologis

a. Karies Oklusal
• Superimposisi email (email tampak sangat radiopak).
• Karies oklusal dini: sulit tampak, mencapai DEJ
• Karies oklusal sedang: karies sudah meluas ke arah dentin, terdapat radiolusensi
di bawah email permukaan oklusal gigi, tampak berupa garis radiolusen tipis.
• Karies oklusal berat: karies sudah meluas kearah dentin, terdapat radiolusensi
besar dan berada di bawah email permukaan oklusal gigi, ke arah pulpa.
b. Karies Proksimal
• Terjadi di permukaan kontak proksimal gigi yang bersebelahan. Akan tampak puncak
segitiga pada daerah DEJ. Tampak radiolusensi segitiga pada dentin.
• Karies proksimal dini: meluas kurang setengah dari ketebalan email.
• Karies proksimal sedang: meluas lebih dari setengah ketebalan email tapi tidak
melewati CEJ.
• Karies proksimal lanjut: meluas sampai dengan atau melewati DEJ tetapi tidak
meluas lebih dari setengah ketebalan dentin ke arah pulpa, membentuk segitiga
kedua dengan dasar DEJ dan puncaknya ke arah pulpa.
• Karies proksimal berat: meluas dari enamel melewati dentin dan meluas lebih dari
setengah ketebalan dentin ke arah pulpa, radiolusensi sangat luas.

c. Karies Bukal
• Karena adanya superimposisi dengan densitas struktus gigi yang masih normal.
• Kecil: tampak radiolusensi oval
• Basar: radiolusinsi elips setengah lingkaran
d. Karies Rampan
• Radiolusensi menyeluruh, terutama di servikal gigi. Radiolusensi tampak mengelilingi
leher gigi.

e. Karies Akar Gigi


• Lokasi servikal gigi, hanya melibatkan akar gigi. Tampak radiolusensi berbentuk
cekungan di bawah CEJ.
I. Manajemen
Dua pendekatan yang dapat ditempuh setelah diagnosis tegak antara lain adalah
melakukan usaha preventif untuk mencoba menghentikan penyakit, serta membuang jaringan
yang rusak dan menggantinya dengan restorasi disertai usaha pencegahan terhadap rekurensinya.
Usaha pencegahannya antara lain menurunkan konsumsi sukrosa, mengubah bentuk fisik
makanan yang dikonsumsi (misal menghindari makanan yang lengket), kebiasaan menggosok
gigi yang tepat dan benar (cara, konsistensi, keteraturan), dan selalu memeriksakan gigi
setidaknya 6 bulan sekali.

J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi karena karies gigi antara lain abses, osteomielitis, dan
infeksi pada spasial leher bagian dalam, pulpitis kronis, Ludwig’s angina, dll.

Referensi
https://radiopaedia.org/cases/dental-caries diakses pada 21 Oktober 2017 pukul 19.20
https://medlineplus.gov/ency/article/001055.htm diakses pada 4 Februari 2018 pukul
20.30 WIB
Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Wahyu Ika, Setiowulan
Wiwik, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi ke-4 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta, 2014
Rosenstiel, Stephen F. Clinical Diagnosis of Dental Caries: A North American
Perspective. Maintained by the University of Michigan Dentistry Library, along with the
National Institutes of Health, National Institute of Dental and Craniofacial Research. 2000.
Grosman, L. I., Seymour, o., et al., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi 11, EGC,
Jakarta.
Merry, R., 2014, Karies: Etiologi, Karakteristik Klinis dan Tatalaksana, Majalah
Kedokteran UKI, Vol.XXX, No.1
Walton, R, E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai