Anda di halaman 1dari 44

TUGAS PEMBUATAN

GIGI TIRUAN PENUH


(GTP)
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Sarah Arwita Nasution Vivian


130600113 140600113

Periode:

11 Maret 2019 - 24 Mei 2019

Pembimbing:

Syafrinani, drg., Sp. Pros (K)

DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN

CETAK ANATOMIS

PEMBUATAN SENDOK CETAK FISIOLOGIS

PENCETAKAN FISIOLOGIS

PEMBUATAN MODEL FISIOLOGIS

PEMBUATAN GIGI
PEMBUATAN BASIS DAN OKLUSAL RIM
TIRUAN PENUH

PENETAPAN HUBUNGAN RAHANG

PEMASANGAN MODEL PADA ARTIKULATOR, PEMILIHAN


ANASIR GIGI TIRUAN, PENYUSUNAN ANASIR GIGI TIRUAN,
OKLUSI, PENYELESAIAN AKHIR

PROSES LABORATURIUM

PEMASANGAN GTP

KONTROL
DIAGNOSA DAN
RENCANA
PERAWATAN
KELUHAN UTAMA

DATA PRIBADI
PEMERIKSAAN
SUBJEKTIF
RIWAYAT MEDIS

RIWAYAT DENTAL

PEMERIKSAAN UMUM
DIAGNOSA
PEMERIKSAAN
EKSTRA ORAL
OBJEKTIF

PEMERIKSAAN
INTRA ORAL
RADIOGRAFI

PEMERIKSAAN GIGI
TIRUAN YANG ADA

ELIMINASI INFEKSI

BEDAH PRA-PROSTETIK
PERAWATAN
TAMBAHAN
TISSUE CONDITIONING

KONSELING NUTRISI
RENCANA
PERAWATAN DUKUNGAN JARINGAN
LUNAK

DUKUNGAN IMPLANT

PERAWATAN
PILIHAN BAHAN
PROSTODONTIK

SELEKSI GIGI

ANATOMIS PALATUM
 ANAMNESIS
Pasien datang ke klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU ingin dibuatkan gigitiruan
karena semua gigi pada rahang atas dan rahang bawah sudah hilang.

 IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 010148/18
Nama Pasien : Rayani
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Jl. Bubuh gang sarah no. 7
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Telp : 085373249387
 PEMERIKSAAN UMUM
Penyakit sistemik :-
Kebiasaan jelek :-
Pernah memakai GT : Atas : Tidak
Bawah : Tidak
Keluhan GT lama : Tidak ada
Sikap mental pasien : Filosofis
 PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Wajah : Depan : Oval
Samping : Lurus
Bibir : Panjang dan Tipis
Mata : Pupil : Bergerak
 PEMERIKSAAN INTRA ORAL
Mukosa linggir alveolaris : Normal
Linggir alveolaris : Bentuk : Mx. Ka : Ovoid
Mx. Ki : Ovoid
Mx. Ante : Ovoid
Md. Ka : Knife Edge
Md. Ki : Datar
Md. Ante : Ovoid
Lengkung : Ovoid
Relasi rahang : Retrognasi
Ruang antar linggir : Cukup
Palatum : Sedang
Torus palatinus : Rendah
Posterior palatal seal : Sedang
Lidah : Besar
Kondisi saliva : Kental
Vestibulum : RA : Sedang
RB : Dangkal

 DIAGNOSIS
Edentulus Penuh rahang atas dan rahang bawah
CETAKAN ANATOMIS
CETAKAN ANATOMIS

Definisi
• Bentuk negatif dari jaringan mulut yang digunakan untuk mempersiapkan
cetakan diagnostik

Tujuan
• Untuk mendapatkan model studi
• Untuk pembuatan sendok cetak fisiologis

Syarat
• Hasil cetakan tidak boleh poreus
• Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis
• Tepi cetakan harus bulat
• Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat
• Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik

Alat dan bahan


• Instrumen diagnosa (kaca mulut dan probe)
• Sendok cetak berlubang
• Rubber bowl dan spatula
• Alginate

Prosedur
• Pemilihan sendok cetak harus memiliki clearance minimal 2 - 3 mm, tidak
terlalu besar atau kecil
• Aduk bahan cetak alginate hingga homogen, lalu letakkan bahan cetak pada
sendok cetak dan masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien
• Operator harus mengangkat dan memanipulasi bibir dan pipi pasien
sewaktu membuat cetakan
• Sendok cetak ditekan sampai bahan cetakan mengeras

Gambar 1. Hasil pencetakan menggunakan alginate


PEMBUATAN SENDOK
CETAK FISIOLOGIS
Pembuatan Sendok Cetak Fisiologis

Alat yang dibuat khusus untuk pasien tertentu yang


Definisi digunakan untuk membawa, menahan dan mengontrol
bahan cetakan saat pencetakan

Harus disesuaikan dengan model anatomis

Harus stabil secara dimensional pada model dan di mulut

Permukaan jaringan harus bebas dari rongga atau


proyeksi.
Tebal sendok cetak fisiologis + 2 mm di daerah palatal
Syarat dan lingual untuk kekakuan yang adekuat.

Tidak merekat pada model dan harus mudah dilepas

Harus mudah dimanipulasi sehingga bisa mudah


disesuaikan dengan bentuk yang dibutuhkan
Sendok
Cetak Seharusnya relief 2 mm di dekat sulkus sehingga
Fisiologis greenstick compound bisa digunakan untuk border
moulding

Self curing akrilik

Api spiritus

Alat dan
Lecron
Bahan

Bur

Wax

Pembuatan relief wax

Prosedur Pembuatan spacer dan stopper

Pembuatan sendok cetak


Pembuatan relief wax:
• Relief wax harus disesuaikan dengan tanda
daerah relief dari model anatomis.
• Relief wax dibuat untuk mencegah sendok cetak
memberikan tekanan yang besar pada daerah
tersebut selama pencetakan fisiologis. Relief wax
ini juga membantu untuk merekam jaringan relief
dalam keadaan anatomis istirahat.
• Modeling wax adalah bahan yang paling umum
digunakan untuk memberi rongga, ketebalan
relief bervarias sesuai dengan kualitas jaringan.
• Pada model maksila, relief wax seharusnya
dibuat dari papila incissive sampai midpalatine
raphe. Dan pada model mandibula, relief wax
harus disesuaikan dengan puncak linggir alveolar

Pembuatan spacer dan stopper:

• Selembar wax yang telah dilunakkan diletakkan


dan ditekankan pada model anatomis sebatas
garis merah. Wax ini berfungsi sebagai spacer
untuk bahan cetak dengan ketebalan 1-2 mm
pada rahang atas dan bagian anterior rahang
bawah, sedangkan pada bagian posterior rahang
bawah rahang bawah bagian posterior, spacer
dipertebal untuk mengurangi penekanan saat
pencetakan fisiologis
• Pembuatan stopper berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 2x4mm (pada daerah kaninus dan
molar kanan dan kiri

Pembuatan sendok cetak:

• Aduk resin akrilik swapolimerisasi dan


masukkan ke stopper dan ratakan di
ataswaxdengan ketebalan 2-3 mm
• Pada saat akrilik memulai proses setting, akrilik
akan mengalami panas dan pada saat itu sendok
cetak ditahan dengan handuk yang basah agar
spacer tetap stabil
• Buat tangkai sendok cetak di bagian anterior dan
perhatikan posisi tangkai agar tidak mengganggu
bibir saat memasukkan sendok cetak ke dalam
mulut dan tidak mengganggu proses muscle
trimming
• Rapikan dan haluskan sendok cetak dan bagian
tepinya
PENCETAKAN
FISIOLOGIS
Pencetakan Fisiologis Retensi

Stabilisasi

Umum Dukungan

Estetis

Tujuan Memelihara kesehatan rongga mulut

Mendapatkan model kerja/model


fisiologis yang lebih akurat baik dari segi
Khusus keakuratan jaringan pendukung maupun
anatomi struktur pembatasnya untuk
pembuatan GTP

Daya alir baik

Akurat
Keungulan
Tetap elastis setelah
mengeras
Pencetakan Bahan
Fisiologis dapat memberntuk
Bahan cetak
lapisan tipis
elastomer
Bersifat hidrofobik
Kekurangan
tidak melekat dengan
sendok cetak
Border moulding
Preparasi sendok cetak setelah
border moulding
Maksila Pembuatan cetakan fisiologis

Penentuan posterior palatal seal


Pemeriksaan kesalahan pada
Prosedur
posterior palatal seal
Border moulding
Preparasi sendok cetak setelah
Mandibula
border moulding
Pembuatan cetakan fisiologis
Mendapatkan perluasan basis GT semaksimal
Tujuan mungkin tanpa mengganggu fungsi normal
bibi, pipi dan lidah

Api spiritus / Torch

Rubber bowl
Alat dan
Bahan
Air
Border
moulding
(teknik Stick Compound (Greenstick)
inkremental)
Greenstick compound dilunakkan dengan api
dan ditambahkan sepanjang perbatasan
sendok cetak fisiologis sampai halus. Bahan
tersebut harus diimbangi dengan air hangat
sebelum menempatkan di mulut pasien

Ruang depan labial dihaluskan terlebih


dahulu, lalu vestibulum bukal dan posetiror
palatal seal / lingual

Prosedur

Gerakan pasif dibuat dengan mengerak-


gerakkan pipi dan bibir pasien

Setelah border moulding, bagian cetakan


direndam dalam air dingin
Preparasi sendok cetak
Lapisan wax bagian dalam
(pembuatan retensi pada
sendok cetak dilepas
sendok cetak)

Sendok cetak dilubangi dengan round bur (jarak tiap lubang 1


cm, diameter lubang 2 mm), lubang tidak boleh dibuat pada
daerah palatum dan diatas linggir alveolaris untuk mengalirkan
bahan cetak yang berlebih pada saat pencetakan. Jika tidak
dibuat lubang maka bahan cetak yang berlebih akan
menyebabkan tekanan yang berlebih pada jaringan pendukung
gigi tiruan.
Mulut dan sendok cetak
dalam keadaan kering.
Prosedur pencetakan Bahan cetak fisiologis
dicampur dan diletakkan
fisiologis
pada sendok cetak. lalu,
dimasukkan ke dalam
mulut pasien.

Satu jari menahan sendok


Setelah bahan mengeras,
cetak pada posisinya, jari
sendok cetak dilepaskan
telunjuk dari tangan lain
dari rongga mulut secara
mengaktifkan otot pipi dan
hati-hati.
bibir.

Didapatkan hasil cetakan


Evaluasi hasil cetakan
fisiologis rahang atas dan
fisiologis
bawah
Penentuan posterior palatal Pasien diinstruksikan untuk
seal dengan tujuan menambah mengucapkan kata “Ah” keras
retensi, mengurangi refleks untuk melihat daerah AH Line
muntah, dan mencegah Anterior, lalu pembuatan garis
akumulasi makanan diantara pada posterior dari palatum
posterior GT dan palatum lunak menggunakan pensil copy

Pasien diinstruksikan untuk


mengucapkan kata “Ah” lemah
untuk melihat daerah AH Line Didapatkan daerah Posterior
Posterior, lalu pembuatan garis Palatal Seal
dengan menggunakan pensil
copy

Sendok cetak fisiologis rahang


atas dimasukkan kembali
kedalam mulut pasien dan Keluarkan sendok cetak dari
pasien diinstruksikan untuk dalam mulut dan lakukan
menyebutkan kata “AH” keras evaluasi pada daerah palatum
dan “AH” lemah sehingga garis akan terlihat gambaran letak
yang telah ditandai dengan AH line pada cetakan.
pensil copy tercetak pada
elastomer

Evaluasi hasil cetakan fisiologis


Bahan cetak di
Struktur Khusus cetakan
Seluruh daerah atas compound
pembatas GTP RA, batas distal
pendukung GTP harus setipis Tidak poreus
tercetak dengan AH-line terlihat
telah tercakup mungkin, tidak
jelas dengan jelas
lebih 1 mm
PEMBUATAN MODEL
FISIOLOGIS
Untuk mempertahankan bentuk
perifer dari cetakan fisiologis
Tujuan (tinggi dan lebar vestibulum) dan
memudahkan pembuatan model
kerja

Utility wax
Bahan
Lembaran wax

Pembuatan
model kerja Hasil cetakan fisiologis bersihkan
(Boxing) dan rapikan hasil cetakan.

Bentuk wax dengan tangan berbentuk


bulat pipih panjang setebal 5 mm (utility
wax) lalu tempatkan dibawah bagian tepi
cetakan mengelilingi tepi hasil cetakan
dengan jarak 3 mm dari tepi cetakan.
Utility wax kemudian direkatkan dengan
menggunakan wax mass dan wax yang
dicairkan.
Prosedur
Lekatkan selembar boxing wax
disekeliling utility wax tersebut setinggi
13 mm dari tepi cetakan
Tutup celah yang terbuka dengan wax
mass yang dipanaskan dan wax yang
dicairkan
Kemudian aduk dental stone dan isi hasil
cetakan fisiologis yang telah diboxing
sampai batas boxing
Setelah dental stone mengeras, lempeng
wax boxing dan sendok cetak fisiologis
dilepaskan dari model fisiologis.
PEMBUATAN BASIS DAN
OKLUSAL RIM
Pembuatan basis

Bagian gigi tiruan yang bersandar pada


Definisi jaringan pendukung dan tempat anasir
gigi tiruan dilekatkan

Ketebalan 2mm pada sayap


palatal & lingual untuk
mendapatkan kekakuan
Kaku dan
dimensi
stabil
Halus dan tidak mengiritasi
mukosa

Dapat beradaptasi pada model


fisiologis
Syarat Akurat
Basis Gigi Batas tepi harus halus dan
Tiruan membulat, menyerupai model
fisiologis

Retentif di dalam mulut

Stabil
Tidak lebih dari 1mm pada
puncak linggir

Shellac base plate

Autopolymerizing acrylic resin atau visible


light cure acrylic resin
Bahan
Base plate wax

Vacuum formed vinyl atau polystyrene


Metode cepat dan mudah

Keuntungan

Murah dan gampang didapat

Kurang kaku

Pembuatan Kerugian
Base Plate
Basis Gigi
Wax
Tiruan Dimensi kurang stabil

Panaskan wax

Lunakkan base plate wax dan


Prosedur adaptasikan pada model
fisiologis

Buang wax yang berlebih dan


haluskan serta bulatkan tepi
wax
Pembuatan oklusal rim

Permukaan yang beroklusi pada basis pencatat atau basis


Definisi gigi tiruan permanen yang digunakan untuk pencatatan
hubungan rahang dan tempat anasir gigi tiruan

Menentukan neutral zone atau bentuk lengkung rahang

Tujuan Mengembalikan dataran oklusal


Oklusal
Rim Membuat catatan hubungan rahang atas dan rahang bawah

Posisi sebaiknya dipersiapkan untuk posisi anasir gigi


tiruan

Melekat baik pada basis

Syarat Permukaan oklusal sebaiknya halus dan datar/persegi

Bentuknya mendukung bibir dan pipi dengan akurat

Seluruh permukaannya halus


Prosedur
Menggunakan wax, dibentuk seperti tapal kuda dan diadaptasikan ke basis
GT
Lunakkan dengan pemanasan, lekatkan ke basis dengan bantuan wax knife
Haluskan seluruh permukaan
Lebar + 14mm, panjang sesuai panjang wax
Tinggi oklusal rim RA --> daerah anterior 12mm, dan posterior 11 mm, RB
--> 2/3 tinggi retromolar pad atau mengikuti tinggi gigi asli
Permukaan labial pada daerah insisal --> sedikit ke labial
Lebar dataran oklusal anterior --> 4mm
Lebar dataran oklusal poterior --> + 6 - 8 mm
Bentuk oklusal rim posterior --> trapesium
Batas distal oklusal rima RA --> Molar 1; RB --> Molar 2
Permukaan oklusal rim --> satu bidang datar (halus dan rata)
Bentuk oklusal rim --> mengikuti lengkung rahang
Penggunaan occlusal guide plane untuk melihat kesejajaran permukaan
dataran oklusal
Passen Oklusal Rim
Oklusal rim RA dipasangkan ke dalam mulut pasien

Hal yang harus diperhatika n adalah apakah tinggi oklusal rim cukup
yaitu dengan melihat low lip line pasien yaitu tinggi oklusal rim rahang
atas berjarak 2 mm di bawah garis bibir atas pada saat posisi istirahat

Setelah tinggi oklusal rim tepat, tanda dari alanasi ke tragus dengan
benang untuk metihat kesejajaran oklusal rim

Masukkan guiding plane ke mulut pasien dengan menyentuh oklusal rim


RA, sejajar garis kamfer dan garis interpupil

Setelah oklusal rim RA sejajar, masukkan oklusal rim RB

Oklusal rim RA dan RB harus saling berkontak bidang

Panduan anatomis yang membantu penetapan bentuk oklusal rim bagian


anterior
• Sulkus nasolabial jangan terlalu dalam
• Sulkus mentolabial tidak boleh terlalu dalam
• Filtrum tidak boleh hilang
• Komisura bibir datar
PENENTUAN
HUBUNGAN RAHANG
Penentuan Untuk Harus mengetahui
menentukan pergerakan rahang
relasi rahang hubungan rahang bawah

Prosedur :
1. Metode Niswonger
 Pasien duduk dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga garis
imajiner tergus-alanasi sejajar lantai
 Masukkan oklusal rim ke dalam mulut pasien
 Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar median line, satu diatas bibir
atas dan satu pada dagu pasien
 Instruksikan pasien untuk menghitung angka 1 - 10 dan setelah hitungan
ke sepuluh pasien diminta untuk mempertahankan posisi rahang, kemudia
ukur kedua titik dan catat sebagai X
 Instruksikan pasien untuk mengontakkan oklusal rim sambil menelan
ludah, ukur kedua titik dan catat sebagai Y
 Jika selisih X-Y = 2 - 4mm maka telah diperoleh VD yang benar
 Prosedur ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil nilai rata-ratanya

a. Metode Fonetik
 Pasien didudukkan dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga garis
imajiner tragus – alanasi sejajar lantai
 Buat tanda titik pada midline, satu di atas bibir atas dan satu pada dagu
pasien
 Pasien dianjurkan untuk membiarkan mandibula dalam keadaan istirahat,
selanjutnya ukur kedua titik tersebut dan catat hasilnya sebagai x mm
 Pasien diinstruksikan untuk menghitung 11-19 (untuk melihat
pengucapan huruf s,i,ch,sy)
 Ukur kembali jarak kedua titik tersebut dan catat hasilnya sebagai y mm
 Selisih x-y = 1 – 1,5 mm, closest speaking space yang normal.
 Penurunan jarak closest speaking space menyatakan dimensi oklusi yang
berlebihan. Begitu juga sebaliknya.
b. Metode Relasi Sentrik
1) Pasien didudukkan dengan bagian atas badan pasien tegak dan tidak
bersandar. Pasien disuruh berlatih menelan beberapa kali atau menempatkan
ujung lidah pada bagian belakang palatum kemudian mengatupkan mulut
dan oklusal rim bersamaan dengan lidah tetap pada kedudukan tersebut
2) Mula-mula pasien boleh dibantu doktergigi dengan cara menekan dagu
perlahan-perlahan untuk mendapatkan kedudukan paling belakang, namun
bila pencatatan terakhir dilakukan, pasien jangan disentuh
3) Pasien disuruh menelan sendiri dengan mempertahankam oklusal rim tetap
berkontak
4) Oklusal rim ditandai dari RA ke RB untuk memastikan bahwa oklusal rim
berkontak pada kedudukan ini setiap saat
5) Relasi sentrik sudah benar bila garis yang dibuat pada oklusal rim tersebut
harus bertemu dalam hubungan yang sama setiap penelanan.

c. Pembuatan Garis Pedoman pada Oklusal Rim


 Garis Tengah (Midline)  menggunakan pedoman garis tengah wajah
midline oklusal rim sejajar dengan midline wajah
 Bibir Istirahat/Garis Bicara (Low Lip Line) tinggi oklusal rim rahang atas
berjarak 2 mm di bawah garis bibir atas pada saat posisi istirahat
 Garis Bibir Tertinggi, Garis Gusi, Garis Senyum (High lip line)  sebagai
pedoman servikal gigi anterior RA  menentukan panjang servikoinsisal
gigi anterior
 Garis Caninus (Caninus Line)  pedoman untuk menentukan lebar 6 gigi
anterior

Penyusunan gigi kaninus dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:


1. Sudut mulut  menandakan ujung distal dari gigi kaninus
2. Ala nasi  garis vertikal yang diperpanjangkan sepanjang permukaan
lateral cuping hidung (ala nasi) melalui tonjol gigi kaninus atas
Pemasangan artikulator

Pengertian Alat dan Bahan

Artikulator merupakan alat - Oklusal rim RA dan RB


mekanis yang dapat menirukan yang telah difiksasi
gerakan rahang manusia yang - Gips putih
digunakan untuk memegang - Artikulator
basis gigi tiruan RA dan RB - Vaseline
pada beberapa posisi. - Lilin mainan anak-anak
- Rubber bowl dan spatula

Prosedur Penanaman Basis pada Artikulator


 Olesi kedua lengan artikulator dan bagian anatomis basis GTP RA dan RB yang
akan diberi gips dengan vaselin
 Pasang karet gelang pada pertengahan artikulator sebagai orientasi dataran
oklusal
 Basis dan oklusal rim yang telah difiksasi diletakkan pada artikulator dengan
memakai lilin mainan pada lengan bawah artikulator
 Posisi basis harus tepat pada pedoman:
 Pin horizontal dipasang tepat pada lekukannya dan ujung pin harus tepat
berada pada perpotongan garis midline oklusal rim dengan bidang oklusal
anterior
 Pin vertikal berkontak dengan meja insisal artikulator di bagian bawahnya
 Dataran oklusal rim harus sejajar berhimpit dengan karet gelang yang
dipasang pada artikulator
 Midline oklusal rim harus berhimpit dengan midline artikulator
Pemilihan anasir gigi tiruan

Panjang Gigi
Ukuran Gigi
Lebar Gigi

Bentuk wajah pasien

Gigi Anterior
Bentuk Gigi Profil wajah pasien

Konsep dentogenik

Warna gigi Umur

Lebar mesiodistal

Ukuran Gigi Tinggi gingivooklusal

Lebar bukolingual
Gigi Posterior
Gigi anatomis

Bentuk Gigi Gigi semi anatomis

Gigi non-anatomis
Penyusunan anasir gigi
tiruan
Membuat poros dari keenam gigi anterior yang
telah dipilih

Buang malam pada daerah I1 kanan dan kiri yang


akan disusun sebagai pedoman menentukan
inklinasi anteroposterior

Buang malam pada daerah I2 kanan dan kiri yang


Gigi anterior RA dan RB akan disusun sebagai pedoman menentukan
inklinasi anteroposterior

Buang malam pada daerah C kanan dan kiri yang


akan disusun sebagai pedoman menentukan
inklinasi anteroposterior

Susun gigi I1, I2 dan C kiri dan kanan sesuai


persyaratan (midline, inklinasi, hubungan dengan
dataran oklusal)

Buat garis imajiner pada permukaan oklusal rim


rahang bawah yang merupakan garis puncak
linggir alveolus RB → pedoman penyusunan gigi
posterior RA, dengan menempatkan gigi posterior
RA tepat pada garis ini.

Urutan penyusunan gigi posterior RA → P1, P2,


Gigi Posterior RA dan RB
M1 dan M2

Urutan penyusunan gigi posterior RB → M1, P2,


P1 dan M2
 Penyusunan Gigi Anterior Rahang Atas dan Rahang Bawah

INKLINASI HUBUNGAN
LABIO DENGAN PERSYARATAN
ELEMEN MESIO-
PALATAL/LI DATARAN LAINNYA
DISTAL OKLUSAL
NGUAL

Tegak lurus
dengan sudut Bagian insisal Kontak dengan
I1 RA
850 terhadap lebih ke labial dataran oklusal
dataran oklusal
Posisi : Lebih
Membentuk sedikit kepalatal
Berada 1 mm
sudut 800 dari I1 RA
I2 RA diatas dataran
terhadap dataran Bagian insisal
oklusal
oklusal dan servikal
sedikit ke palatal
Tegak lurus
Bagian servikal Cusp berkontak
dengan sudut
C RA sedikit lebih dengan dataran
850 terhadap
menonjol oklusal
dataran oklusal
Overbite dan
Tegak lurus overjet : 1-2 mm
1-2 mm
dengan sudut Bagian insisal Oklusi Eksentrik :
melewati
850 terhadap lebih kelabial permukaan insisal
I1 RB dataran oklusal
dataran oklusal berkontak dengan
I1 RA
Overbite dan
Poros :
overjet : 1-2 mm
Membentuk 1-2 mm
Bagian insisal Oklusi Eksentrik :
sudut 800 melewati
lebih kelabial permukaan insisal
I2 RB terhadap dataran dataran oklusal
berkontak dengan
oklusal
I2 RA
Overbite dan
Poros : Tegak
overjet : 1-2 mm
lurus dengan Bagian servikal 1-2 mm
Oklusi Eksentrik :
C RB sudut 850 sedikit lebih melewati
permukaan insisal
terhadap dataran menonjol dataran oklusal
berkontak dengan
oklusal
C RA
Overbite dan
Tegak lurus overjet : 1-2 mm
1-2 mm
dengan sudut Bagian insisal Oklusi Eksentrik :
melewati
850 terhadap lebih kelabial permukaan insisal
I1 RB dataran oklusal
dataran oklusal berkontak dengan
I1 RA
Poros : Overbite dan
1-2 mm
Membentuk Bagian insisal overjet : 1-2 mm
melewati
sudut 800 lebih kelabial Oklusi Eksentrik :
I2 RB dataran oklusal
terhadap dataran permukaan insisal
oklusal berkontak dengan
I2 RA
Overbite dan
Poros : Tegak
overjet : 1-2 mm
lurus dengan Bagian servikal 1-2 mm
Oklusi Eksentrik :
C RB sudut 850 sedikit lebih melewati
permukaan insisal
terhadap dataran menonjol dataran oklusal
berkontak dengan
oklusal
C RA

 Penyusunan Gigi Posterior Rahang Atas dan Rahang Bawah


HUBUNGAN
INKLINASI DENGAN DATARAN
OKLUSAL
PERSYARATAN
ELEMEN
BUKO LAINNYA
MESIO - TONJOL TONJOL
PALATAL/
DISTAL BUKAL PALATAL
LINGUAL

Tidak
P1 RA Tegak lurus Tegak lurus Kontak
kontak
P2 RA Tegak lurus Tegak lurus Kontak Kontak
Mesio Kurva spee dengan
Tidak
M1 RA Tegak lurus Tegak lurus palatal sudut kenaikan 60
kontak
kontak Kurva Wilson
Perhatikan : Prinsip
P1 RB Tegak lurus Tegak lurus oklusi dan
artikulasi
Perhatikan : Prinsip
P2 RB Tegak lurus Tegak lurus oklusi dan
artikulasi
Servik sedikit Perhatikan : Prinsip
M1 RB miring ke Tegak lurus oklusi dan
arah distal artikulasi
Oklusi

Gigi non-anatomis 0º dengan overjet


1,5 - 2 mm

Tidak ada kontak cusp ke fossa


Monoplane
occlusion
Gigi anterior tidak berkontak pada
posisi sentrik
Gambar 11. Monoplane
Occlusion

Tidak ada overbite

Cusp palatal RA berkontak dengan


fossa sentral RB

Cusp bukal RB mempunyai space ± 1


mm dengan gigi antagonis
Lingualized
occlussion
Posterior RA menggunakan gigi
anatomis Gambar 12. Lingualized
Occlusion

Posterior RB menggunakan gigi semi-


anatomis/non-anatomis

Cusp bukal RB berkontak dengan


fossa sentral RA

Bilateral balanced Cusp palatal RA berkontak dengan


occlusion fossa sentral RB
Gambar 13. Bilateral
Balanced Occlusion
Ada kontak bilateral yang simultan
antara gigi anterior dan posterior pada
posisi sentrik dan eksentrik
Penyelesaian Akhir Membentuk pola malam
yang secara umum
Definisi dilakukan untuk
membentuk malam dari
kontur gigi tiruan

Permukaan poles
dibentuk untuk
Wax Up menopang dan
berkontak dengan
Retensi pipi, bibir dan
lidah --> Gaya
Stabilisasi mekanis pada otot
dan jaringan
Tujuan
Harus meniru
bentuk jaringan
disekitar gigi
Estetis asli -->
penonjolan
akar
Penyelesaian
Akhir Tahap I :
Memeriksa dan Vertikal dimensi
meyempurnakan
pencatatan Relasi sentrik
hubungan rahang

Tahap II :
Memeriksa relasi Relasi sentrik
eksentrik,
Mengontrol faktor
Pasang penyesuaian pergerakan
Percobaan model dan
artikulator dan Memeriksa dan
Proses membuat PPS
Laboraturium memeriksa PPS

Tahap III: Anatomi dan ekspresi


Menciptakan wajah
wajah dan Wajah dan fungsi
fungsional yang yang harmonis
harmonis dengan Adaptasi pasien
gigi anterior dengan gigi anterior
PROSES
LABORATORIUM
Proses Laboraturium

Suatu Proses penanaman


model malam dalam suatu
Flasking
flask/cuvet untuk membuat
sectional mold.

Suatu proses pembuatan


Moulding cetakan atau mempersiapkan
ruang untuk pengisian akrilik

Proses mencampur monomer


Packing
dan polimer resin akrilik

Proses Pemerataan tekanan pada


Laboraturium ruangan mold, proses
Curing pembentukkan ikatan yang
lebih baik antara anasir
dengan resin akrilik

Proses pendinginan yang cepat


dapat menyebabkan
Cooling pembengkokan pada basis GT
karena perbedaan kontraksi
termal dan stone

Trimming

Finishing dan
Sand paper finishing
Polishing

Pumice wash
PEMASANGAN GTP
Pemasangan Gigi Tiruan

Hal yang menjadi kebutuhan pasien


Hal yang perlu diperhatikan • Fisis --> Nyaman dipakai dan tidak
menyebabkan trauma jaringan
• Adaptasi basis gigitiruan pada mukosa pendukung
• Oklusi dan artikulasi • Fisiologis --> Gigitiruan mendukung
otot &sistem pengunyahan

• Psikologis --> Gigitiruan sesuai dengan


syarat kedokterangigi dan yang
diinginkan pasien

Tepi gigi tiruan tidak


ada bagian yang tajam
dan kasar

Permukaan anatomi gigi


Pemeriksaan gigi tiruan tiruan tidak ada
gelembung akrilik

Permukaan gigi tiruan


halus dan berkilat

Tidak ada luka

Pemeriksaan rongga
mulut Tidak ada rasa sakit
Tahapan pemasangan
gigi tiruan
Pemeriksaan oklusi
sentrik dan eksentrik

Pemeriksaan kembali
Bentuk wajah --> estetis
bentuk wajah

Pemeriksaan retensi dan


stabilisasi

Pemeriksaan oklusi dan


artikulasi
Instruksi dan penyuluhan pada pasien

Melepaskan dan membersihkan gigitiruan sesudah makan


merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan
rongga mulut

Sebaiknya melepaskan gigitiruan pada malam hari waktu tidur guna


mengistirahatkan mukosa sehingga aliran darah menjadi lancar dan
mencegah terjadinya resorpsi, mencegah terjadinya parafungsi dari
otot-otot dan rahang, dan gigitiruan patah

Mulai mengunyah dari makanan lunak terlebih dahulu, jika sudah


terbiasa baru latihan mengunyah makanan yang agak keras

Belajar mengunyah memerlukan waktu 6-8 minggu

Latihan bicara dengan membaca keras-keras dan mengulangi kata-


kata yang masih terasa sulit untuk diucapkan perlu adaptasi
dengan gigitiruan

Gigitiruanharus dilepas pada malam hari dan direndam dalam wadah


berisi air supaya gigitiruan tidakkering atau berubah warna dan
bentuk

Apabila terjadi iritasi jaringan, lepaskan gigitiruan dan datang


kontrol

Cara membersihkan gigitiruan: dengan sikat gigi diatas wadah 


untuk mencegah gigitiruan terlepas/jatuh dan patah

Selalu membersihkan gigitiruan setelah selesai makan dan sebelum


tidur

Kontrol 1 minggu kemudian


KONTROL
Kontrol
Pemeriksaan
jaringanlunak rongga
mulut pasien

Pemeriksaan keadaan
gigitiruan
PERAWATAN
PASCA
PEMASANGAN
(KONTROL)
Pemeriksaan oklusi
dan artikulasi

Memberikan instruksi
dan penyuluhan
kepada pasien

Kebersihan mulut baik

Pada rongga mulut:


Jaringan lunak yang
ditutupi gigitiruan
berkaitan dengan
inflamasi atau akibat
iritasi
Hal yang diperhatikan
sewaktu pasca
pemasangan:
Kebersihan gigitiruan

Pada gigi tiruan: Retensi

Oklusi dan artikulasi


DAFTAR PUSTAKA

1. Zarb, G., Hobkirk, J.A., Eckert, S.E., Jacob, R.F. Prosthodontic Treatment for
Edentulous Patients. Ed. Thirteenth. St. Louis: elsevier Mosby; 2014: 53 - 395
2. Nallaswamy, D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2003: 13 -
229
3. Departemen Prostodonsia FKG USU. Bahan Ajar GTP
4. Heartwell C.M., Rahn A.O. Textbook of Complete Dentures. Ed. Fifth. Philadelphia:
Williams & Wilkins; 1993
5. Rahn A.O., Ivanhoe, J.R., Plummer, K.D., Textbook of Complete Dentures. Ed. Sixth.
Shelton: PMPH - USA: 2009

Anda mungkin juga menyukai