Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN
CEKAT (GTC)

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Sarah Arwita Nasution Vivian


130600113 140600113

Periode:
11 Maret 2019 s/d 24 Mei 2019

Pembimbing:
Siti Wahyuni, drg., M.Sc

DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

0
RENCANA PERAWATAN
GIGI TIRUAN CEKAT

1. Data Pasien
Nomor status : 012699/19
Nama pasien : Yenni
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Sri Tanjung No.16
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Diagnosis Pasien
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan ingin mengganti gigi yang hilang akibat pencabutan.

b. Pemeriksaan Umum

- Pasien memiliki penyakit sistemik yaitu kolesterol tinggi.


- Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.
- Sikap mental pasien adalah kritis, di mana pasien memiliki keingintahuan yang tinggi
tentang perencaan gigi tiruannya.

c. Pemeriksaan Lokal
1. Ekstra oral
- Dilihat dari depan wajah berbentuk oval.
- Dilihat dari samping wajah berbentuk lurus.
- TMJ : kanan (normal), kiri (mengetutuk).

Gambar 1. Foto profil pasien dari depan dan samping

2. Intra Oral

1
- Status Gigi:

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

- Gigi yang hilang : 15, 36, 37, 38, 46, 47, 48


- Gigi yang karies : -
- Radiks : -
- Gigi mobiliti : -
- Gigi elongasi : 17
- Oral hygiene : Baik
- Kelainan oklusi : -
- Pemeriksaan Gigi Penyangga
 Elemen : 14
 Vitalitas : vital
 Posisi : normal
 Karies : tidak ada
 Tambalan : tidak ada
 Fraktur mahkota : tidak ada
 Resesi gingiva : ada

 Elemen : 16
 Vitalitas : vital
 Posisi : normal
 Karies : tidak ada
 Tambalan : tidak ada
 Fraktur mahkota : tidak ada
 Resesi gingiva : ada

3. Masalah yang ditemukan


 Elongasi gigi : ada
 Tilting gigi : tidak ada
 Rotasi gigi : tidak ada

4. Rencana Perawatan
 Perawatan pendahuluan : -
 Desain perawatan
 Tipe jembatan : fixed - fixed bridge, karena memiliki retensi yang maksimal dan kuat
serta dapat menyalurkan beban pengunyahan yang sebanding pada gigi penyangga.
 Gigi penyangga : gigi 14 dan 16, karena gigi sudah erupsi sempurna, masih vital,
rasio mahkota akar cukup, memiliki bulk (ketebalan dinding pulpa cukup), akar cukup
panjang, didukung oleh tulang alveolar dan jaringan periodontal yang sehat.
 Jenis retainer : retainer ekstrakoronal, karena pada kasus ini inklinasi gigi penyangga
<25° sehingga memungkinkan untuk digunakan retainer ekstrakoronal. Selain itu,

2
retainer ekstrakoronal memiliki nilai estetis yang baik, sanggup menerima beban
pengunyahan yang besar dan mudah dibuat.
 Tipe dasar pontik : ridge-lap pontic, dimana permukaan dasar pontik bagian bukal
berkontak dengan linggir berguna untuk estetis dan bagian palatal tidak berkontak
dengan linggir berguna untuk self-cleansing.
 Desain preparasi
 Preparasi oklusal : tebal preparasi 2 mm sesuai bentuk anatomi gigi, untuk
menyediakan ruangan bagi logam dan porcelain.
 Preparasi bukal : tebal preparasi bukal 2 mm dengan akhiran servikal shoulder
serta bentuk preparasi konus ke arah oklusal ± 100.

 Preparasi lingual : tebal preparasi lingual 1,5 mm dengan akhiran servikal


chamfer serta bentuk preparasi konus ke arah oklusal ± 100.

 Preparasi proksimal : tebal preparasi 1 mm, untuk mengurangi kecembungan


permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan.
 Pengasahan batas akhir preparasi sampai setentang dengan margin gingiva dengan
tujuan untuk menambah estetis.

5. Prosedur Perawatan
 Perawatan pendahuluan : -
-
 Desain perawatan:
a. Tipe jembatan pada kasus yaitu rigid fixed bridge, alasannya: memiliki retensi
yang maksimal dan kuat serta dapat menyalurkan beban pengunyahan yang
sebanding pada gigi penyangga.
Keuntungan fixed- fixed bridge:
 Tidak mudah lepas.
 Dapat melindungi gigi dari karies.

3
 Dapat diubah bentuk ukuran dan oklusi.
 Preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan mudah.
 Tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya kunyah.

b. Gigi penyangga pada kasus ini gigi yang dipilih yaitu gigi 14 dan 16, karena: gigi
sudah erupsi sempurna, masih vital, rasio mahkota akar cukup, memiliki bulk
(ketebalan dinding pulpa cukup), akar cukup panjang, didukung oleh tulang
alveolar dan jaringan periodontal yang sehat.
c. Jenis retainer pada kasus ini yaitu retainer ekstrakoronal, alasannya: pada kasus ini
inklinasi gigi penyangga <25° sehingga memungkinkan digunakannya retainer
ekstrakoronal. Selain itu, retainer ekstrakoronal memiliki nilai estetis yang baik,
sanggup menerima beban pengunyahan yang besar, dan mudah dibuat.
d. Tipe dasar pontik: pada kasus ini yaitu ridge-lap pontic, alasannya: dimana
permukaan dasar pontik bagian bukal berkontak dengan linggir berguna untuk
estetis dan bagian palatal tidak berkontak dengan linggir berguna untuk self-
cleansing.
e. Pencetakan Anatomis
 Tujuan cetakan anatomis adalah mendapatkan model studi dan sebagai model
untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.
 Hasil cetakan harus mencakup:
i) Struktur pendukung dan pembatas gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah.
ii) Hasil cetakan yang tidak poreus.
iii) Hasil cetakan tidak memperlihatkan dasar sendok cetak.

a) Pencetakan rahang atas harus mencakup:


Posterior: mencakup fovea palatina ke arah posterior sampai AH line.
Lateral: meliputi hamular notch.

b) Pencetakan rahang bawah juga harus mencakup:


Posterior: meliputi retromolar pad.
Lateral: mencakup linggir oblik bagian luar hingga frenulum bukalis.
Lingual: meliputi frenulum lingualis dan dasar mulut.

Gambar 2. Hasil cetakan anatomis


 Teknik mencetak anatomis:
- Sendok cetak dicobakan dalam mulut pasien.

4
- Setelah sendok memenuhi syarat, maka dilakukan pencetakan dengan bahan
cetak alginate.
- Sendok cetak yang telah berisi bahan cetak dimasukkan dalam mulut pasien,
sendok cetak diletakkan pada posisi sesuai dengan lengkung rahang. Setelah
bahan cetak mengeras, cetakan dapat dilepas dari dalam mulut pasien.
- Hasil cetakan baik adalah didapati seluruh gigi, prosessus alveolaris,
perlekatan otot, cetakan rahang atas mencakup hamular notch dan tuberositas
maksilaris, cetakan rahang bawah mencakup retromolar pad dan sulkus
lingualis, cetakan halus dan tidak poreus, dasar sendok cetak tidak terlihat.
- Setelah itu, cetakan diisi dengan dental stone sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan model anatomis.

Model I
o Pemilihan gigi penyangga.
o Pemilihan jenis retainer, pontik dan konektor.
o Melihat gigi geligi yang perlu diasah untuk memperbaiki oklusi.

Model II
o Pembuatan sendok cetak fisiologis.
o Pembuatan mahkota sementara.
f. Sendok cetak fisiologis
 Tujuan pembuatan sendok cetak fisiologis :
i) Mendapatkan cetakan fisiologis agar mendapatkan model fisiologis yang
lebih akurat dari segi keakuratan jaringan pendukungnya maupun anatomi
struktur pembatasnya.
ii) Model fisiologis dipergunakan sebagai model kerja.
 Cara Pembuatan:
- Gambarkan outline yaitu garis merah pada model diagnostik. Pada daerah
bergigi garis tersebut berada pada lingkaran terbesar prominensia. Sedangkan
daerah tidak bergigi terletak pada forniks.
- Lapiskan selembar wax sebatas garis merah sebagai spacer untuk bahan cetak.
- Buat oklusal stop sebesar 2x4mm.
- Oleskan permukaan model dengan bahan separasi.
- Aplikasikan resin akrilik swapolimerisasi hanya ke wax pada model dan
ditekan dengan jari. Bentuk ukuran sesuai dan ketebalan.
- Buat tangkai sendok cetak.
- Setelah keras, haluskan permukaan yang kasar.

5
Gambar 3. Sendok cetak fisiologis

g. Preparasi gigi penyangga


 Tujuan preparasi:
a.Menyediakan tempat bagi bahan retainer atau mahkota GTC.
b. Mendapatkan arah pasang (path of insertion) dari GTC yang akan dibuat.
c.Menghilangkan daerah gerong (undercut).
d. Memungkinkan pembentukan mahkota atau retainer sesuai dengan bentuk
anatomi.
e.Membangun bentuk retensi GTC.
f. Menghilangkan jaringan gigi yang rapuh oleh karena karies.

 Hal – hal yang perlu diperhatikan pada waktu preparasi antara lain:
a. Preparasi tidak boleh dilakukan terlalu tebal sehingga dapat membahayakan
kesehatan pulpa (tebal preparasi harus disesuaikan dengan bahan yang akan
digunakan untuk membuat GTC).
b. Apabila preparasi dilakukan menggunakan bur kecepatan tinggi (High
Ultra Speed) maka harus disertai dengan irigasi air, agar panas yang
ditimbulkan tidak sampai mengiritasi pulpa.
c. Gigi yang telah dipreparasi harus segera dilindungi dengan cara membuat
mahkota sementara.

 Syarat preparasi:
a. Jaringan gigi yang diambil cukup untuk memberikan ketebalan (bulk) pada
bahan retainer sehingga retainer yang dihasilkan cukup kuat untuk menahan
daya kunyah tanpa mudah merubah bentuk.
b. Tebal preparasi di bagian proksimal ± 1,5 mm dan di bagian oklusal atau
insisal ± 2 mm.
c. Preparasi konus ke arah insisial atau oklusal ± 100.
d. Preparasi harus saling sejajar sisi antara satu gigi penyangga dengan gigi
penyangga yang lain.
e. Preparasi harus mengikut bentuk anatomi gigi.
f. Preparasi harus non-undercut.

6
g. Pertemuan bidang preparasi harus ditumpulkan (membulat).
h. Tepi akhiran preparasi harus berada pada atau sedikit di bawah margin
gingiva.

 Urutan preparasi
a. Depth reduction guide cut : dibuat dengan bur tapered silindris dengan
ujung membulat.
b. Preparasi oklusal : tebal preparasi 2 mm, untuk mengurangi bentuk
anatomis sehingga menyediakan ruangan untuk logam dan porcelain.
c. Preparasi bukal dan lingual : tebal preparasi bukal 2 mm dan lingual 1,5
mm.
d. Preparasi proksimal : tebal preparasi 1 mm, untuk mengurangi
kecembungan permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan.
e. Pengasahan batas akhir preparasi sampai setentang dengan margin gingiva
dengan tujuan untuk menambah estetis.
f. Penghalusan dinding preparasi.

 Bentuk akhiran servikal pada kasus ini dipilih preparasi shoulder pada bagian
bukal dan akhiran servikal preparasi chamfer pada bagian lingual gigi yang
akan dipreparasi.

a. Shoulder
 Indikasi:
o Bagian labial gigi anterior RA & RB dan gigi posterior RA.
o Untuk mahkota penuh porselen/ akrilik atau mahkota logam berlapis
porselen / akrilik.
 Kontraindikasi: pada gigi yang kecil dan pasien muda.
 Keuntungan: estetis dan kekuatan pada 1/3 servikal sangat baik.
 Dipreparasi dengan flat end tapered diamond bur.

b. Chamfer (Sloped shoulder)


 Merupakan suatu modifikasi flat shoulder dengan membuat bentuk
antara bahu dengan dinding tegak sebesar 1350.
 Indikasi:
o Untuk permukaan gigi bagian lingual atau palatal.
o Untuk mahkota logam keramik atau mahkota logam.
 Kerugian: memudahkan penumpukan semen dan plak.
 Dipreparasi dengan torpedo shaped diamond bur.

7
Gambar 4. Bentuk akhir preparasi gigi penyangga

h. Retraksi gingiva
 Retraksi gingiva yaitu suatu tindakan membuka tepi gusi ke arah lateral dari tepi
preparasi.
 Tujuan: agar sewaktu mencetak fisiologis, bahan cetak dapat masuk ke dalam
sulkus gingiva sehingga daerah step/servikal preparasi dapat tercetak dengan
akurat.
 Macam retraksi gingiva pada pekerjaan klinik dilakukan: secara kemis mekanis,
dengan alasan retraksi kemis dengan menggunakan benang retraktor yang
berisikan adrenalin untuk mengurangi pendarahan dan mengurangi rasa sakit
pada saat dilakukan retraksi dan retraksi mekanis dengan menggunakan alat
retraksi gingiva agar gingiva terkuak sehingga bisa mendapatkan hasil cetakan
yang sempurna.
 Metode retraksi :
 Persiapan daerah retraksi.
 Pengukuran benang retraksi pada penyangga.
 Merendam benang retraksi dalam larutan adrenalin.
 Penempatan benang retraksi ke dalam sulkus gingiva ±10 menit.
 Pengambilan benang retraksi dari dalam sulkus gingival.

i. Pencetakan fisiologis
 Dengan menggunakan sendok cetak fisiologis.
 Bahan cetak: Silikon tipe II / adhesi yaitu putty dan wash.
 Teknik pencetakan fisiologis diklasifikasikan atas 2 teknik, namun pada kasus
ini dipilih one stage technique, dengan alasan untuk menghemat waktu
pencetakan dan menghindari kontaminasi saliva yang dapat membuat Wash sulit
untuk melekat, dan juga menghindari kesulitan dalam meletakkan putty kembali
ke dalam rongga mulut.
 Single stage technique
o Bahan cetak yang digunakan adalah putty dengan wash.
o Retraksi gingiva.
o Melepas retraksi gingiva dan daerah tersebut dikeringkan.
o Letakkan putty pada sendok cetak.

8
o Buat cekungan di putty dengan ditekan tangan dan letakkan wash di atas
cekungan putty yang setengah mengeras tadi.
o Wash juga diinjeksikan pada gigi yang dipreparasi dimulai dari sela gusi
menuju oklusal.
o Sendok cetak dimasukkan ke rongga mulut yang sudah dikeringkan.
o Apabila bahan cetak telah keras atau kenyal, maka sendok cetak
dikeluarkan dari mulut.

Gambar 5. Cetakan fisiologis

j. Pembuatan mahkota sementara


 Bahan: self curing acrylic
 Teknik pada kasus ini, dipilih teknik tidak langsung, alasannya lebih aman
terhadap gigi karena menghindari adanya rasa ngilu dan panas sewaktu akrilik
mengeras terhadap gigi yang telah dipreparasi.
Teknik Tidak langsung
o Gigi yang telah dipreparasi dicetak dengan alginate untuk mendapatkan
model A.
o Model anatomis gigi sebelum dipreparasi pada bagian edentulous dicetak
dengan alginate.
o Aduk akrilik sampai homogen dan tuangkan ke dalam cetakan alginate.
o Cetakan tersebut kemudian diletakkan akrilik self curing pada daerah
gigi yang dipreparasi kemudian dicetakkan pada model A yang telah
diberi vaseline.
o Tekan cetakan dengan tekanan yang cukup.
o Tunggu sampai akrilik mengeras sebagian.
o Lepaskan cetakan.
o Tunggu sampai akrilik mengeras sempurna.
o Lakukan pemolisan.

9
Gambar 6. GTC sementara
k. Pemilihan warna gigi
Dengan Vita 3D shade guide yang diletakkan pada gigi yang ingin ditentukan
warnanya dan diperhatikan value, chroma, dan hue.
l. Pembuatan coping
 Model fisiologis dikirim ke Laboratorium Uji FKG USU untuk pembuatan
coping metal dan ketebalan 0,3 – 0,5 mm.
 Setelah coping dibuat, coping dipassenkan pada gigi penyangga sebelum dibuat
jembatan porselen.
 Apabila coping sudah pas, memiliki ruang untuk bahan porselen dan tidak ada
jarak antara coping dan margin maka coping dapat dikirim kembali ke
Laboratorium Uji FKG USU untuk dibuat porselen dengan ketebalan 1 mm.
 Jembatan porselen dibuat setelah coping dipassenkan dan sesuai dengan keadaan
gigi penyangga.

m. Pasang percobaan sebelum penyelesaian akhir


 Jembatan porselen terlebih dahulu dipassenkan pada gigi penyangga sebelum
disandblasting dan diglazing.
 Dilakukan pemeriksaan kontak dengan gigi tetangga dan antagonis.
 Pemeriksaan kontur dan anatomis. Pemeriksaan adanya traumatik oklusi.
 Setelah sesuai, jembatan dikirim ke lab untuk di glazing. Sandblasting adalah
proses penghalusan, pembentukan dan pembersihan permukaan keras dengan
menembakkan partikel padat dengan menggunakan kecepatan tinggi.

n. Pasang GTC sementara


 Gigi yang telah dipreparasi dipasang GTC sementara sampai GTC tetap selesai
dibuat dan disementasi menggunakan zinc oxide eugenol karena memiliki
kekuatan yang rendah sehingga dapat dengan mudah untuk melepaskan GTC
sementara.
 Tujuan:
- Untuk mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik.
- Melindungi margin yang telah dipreparasi.
- Mencegah migrasi gigi dan ekstrusi gigi antagonis.
- Mencegah iritasi khemis, thermis dan bakteri.

10
Gambar 7. Pemasangan GTC sementara

o. Pasang tetap GTC


 Bahan sementasi yang digunakan adalah GIC luting karena GIC luting
memiliki kekuatan bonding yang baik kepada GTC, GIC luting memiliki
fluoride yang dapat mencegah karies sekunder pada gigi.
 Prosedur:
o GTC dilepaskan kemudian dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi
abutment yang akan dipasang GTC juga dikeringkan.
o Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk penyemenan,
kemudian dioleskan pada bagian dalam dari GTC.
o GTC dipasang dan pasien diinstruksikan untuk dalam posisi oklusi sentrik
beberapa menit.
o Kelebihan semen yang mengalir ke gingiva diambil dan kemudian
dibersihkan.
o Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu.
o Bila ada keluhan rasa sakit segera kontrol untuk pemeriksaan.
o Setelah dilakukan penyemenan, dicek kembali retensi, stabilisasi dan oklusi
(dengan articulating paper).
 Hal yang harus diperhatikan saat pasang tetap GTC:
o Oklusi sebelum pemasangan sama dengan oklusi setelah pemasangan.
o Gigi penyangga dan GTC harus benar-benar kering dan dibersihkan dengan
alkohol.
o Konsistensi GIC luting harus baik.

Gambar 8. Pemasangan tetap GTC

11
p. Kontrol pasca pemasangan GTC
 Satu minggu kemudian dilakukan kontrol untuk jaringan lunak disekitar GTC
dan apakah ada keluhan terhadap hasil pemasangan GTC.
 Pasien diberikan nasehat antara lain:
 Jangan makan pada 1 jam pertama setelah pemasangan.
 Makan makanan yang berserat dan tidak terlalu keras.
 Cara menyikat gigi yang benar dan pembersihan GTC dengan dental floss.
 Kontrol secara periodik.
 Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat kontrol :
 Pemeriksaan subjektif.
 Pemeriksaan objektif.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan objektif :
 Oral hygiene.
 Oklusi.
 Inflamasi perkusi dan palpasi.

Gambar 9. Kontrol pasca pemasangan GTC

12

Anda mungkin juga menyukai