GIGI TIRUAN
CEKAT (GTC)
Periode:
11 Maret 2019 s/d 24 Mei 2019
Pembimbing:
Siti Wahyuni, drg., M.Sc
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
0
RENCANA PERAWATAN
GIGI TIRUAN CEKAT
1. Data Pasien
Nomor status : 012699/19
Nama pasien : Yenni
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Sri Tanjung No.16
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Diagnosis Pasien
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan ingin mengganti gigi yang hilang akibat pencabutan.
b. Pemeriksaan Umum
c. Pemeriksaan Lokal
1. Ekstra oral
- Dilihat dari depan wajah berbentuk oval.
- Dilihat dari samping wajah berbentuk lurus.
- TMJ : kanan (normal), kiri (mengetutuk).
2. Intra Oral
1
- Status Gigi:
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Elemen : 16
Vitalitas : vital
Posisi : normal
Karies : tidak ada
Tambalan : tidak ada
Fraktur mahkota : tidak ada
Resesi gingiva : ada
4. Rencana Perawatan
Perawatan pendahuluan : -
Desain perawatan
Tipe jembatan : fixed - fixed bridge, karena memiliki retensi yang maksimal dan kuat
serta dapat menyalurkan beban pengunyahan yang sebanding pada gigi penyangga.
Gigi penyangga : gigi 14 dan 16, karena gigi sudah erupsi sempurna, masih vital,
rasio mahkota akar cukup, memiliki bulk (ketebalan dinding pulpa cukup), akar cukup
panjang, didukung oleh tulang alveolar dan jaringan periodontal yang sehat.
Jenis retainer : retainer ekstrakoronal, karena pada kasus ini inklinasi gigi penyangga
<25° sehingga memungkinkan untuk digunakan retainer ekstrakoronal. Selain itu,
2
retainer ekstrakoronal memiliki nilai estetis yang baik, sanggup menerima beban
pengunyahan yang besar dan mudah dibuat.
Tipe dasar pontik : ridge-lap pontic, dimana permukaan dasar pontik bagian bukal
berkontak dengan linggir berguna untuk estetis dan bagian palatal tidak berkontak
dengan linggir berguna untuk self-cleansing.
Desain preparasi
Preparasi oklusal : tebal preparasi 2 mm sesuai bentuk anatomi gigi, untuk
menyediakan ruangan bagi logam dan porcelain.
Preparasi bukal : tebal preparasi bukal 2 mm dengan akhiran servikal shoulder
serta bentuk preparasi konus ke arah oklusal ± 100.
5. Prosedur Perawatan
Perawatan pendahuluan : -
-
Desain perawatan:
a. Tipe jembatan pada kasus yaitu rigid fixed bridge, alasannya: memiliki retensi
yang maksimal dan kuat serta dapat menyalurkan beban pengunyahan yang
sebanding pada gigi penyangga.
Keuntungan fixed- fixed bridge:
Tidak mudah lepas.
Dapat melindungi gigi dari karies.
3
Dapat diubah bentuk ukuran dan oklusi.
Preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan mudah.
Tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya kunyah.
b. Gigi penyangga pada kasus ini gigi yang dipilih yaitu gigi 14 dan 16, karena: gigi
sudah erupsi sempurna, masih vital, rasio mahkota akar cukup, memiliki bulk
(ketebalan dinding pulpa cukup), akar cukup panjang, didukung oleh tulang
alveolar dan jaringan periodontal yang sehat.
c. Jenis retainer pada kasus ini yaitu retainer ekstrakoronal, alasannya: pada kasus ini
inklinasi gigi penyangga <25° sehingga memungkinkan digunakannya retainer
ekstrakoronal. Selain itu, retainer ekstrakoronal memiliki nilai estetis yang baik,
sanggup menerima beban pengunyahan yang besar, dan mudah dibuat.
d. Tipe dasar pontik: pada kasus ini yaitu ridge-lap pontic, alasannya: dimana
permukaan dasar pontik bagian bukal berkontak dengan linggir berguna untuk
estetis dan bagian palatal tidak berkontak dengan linggir berguna untuk self-
cleansing.
e. Pencetakan Anatomis
Tujuan cetakan anatomis adalah mendapatkan model studi dan sebagai model
untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.
Hasil cetakan harus mencakup:
i) Struktur pendukung dan pembatas gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah.
ii) Hasil cetakan yang tidak poreus.
iii) Hasil cetakan tidak memperlihatkan dasar sendok cetak.
4
- Setelah sendok memenuhi syarat, maka dilakukan pencetakan dengan bahan
cetak alginate.
- Sendok cetak yang telah berisi bahan cetak dimasukkan dalam mulut pasien,
sendok cetak diletakkan pada posisi sesuai dengan lengkung rahang. Setelah
bahan cetak mengeras, cetakan dapat dilepas dari dalam mulut pasien.
- Hasil cetakan baik adalah didapati seluruh gigi, prosessus alveolaris,
perlekatan otot, cetakan rahang atas mencakup hamular notch dan tuberositas
maksilaris, cetakan rahang bawah mencakup retromolar pad dan sulkus
lingualis, cetakan halus dan tidak poreus, dasar sendok cetak tidak terlihat.
- Setelah itu, cetakan diisi dengan dental stone sebanyak 2 kali untuk
mendapatkan model anatomis.
Model I
o Pemilihan gigi penyangga.
o Pemilihan jenis retainer, pontik dan konektor.
o Melihat gigi geligi yang perlu diasah untuk memperbaiki oklusi.
Model II
o Pembuatan sendok cetak fisiologis.
o Pembuatan mahkota sementara.
f. Sendok cetak fisiologis
Tujuan pembuatan sendok cetak fisiologis :
i) Mendapatkan cetakan fisiologis agar mendapatkan model fisiologis yang
lebih akurat dari segi keakuratan jaringan pendukungnya maupun anatomi
struktur pembatasnya.
ii) Model fisiologis dipergunakan sebagai model kerja.
Cara Pembuatan:
- Gambarkan outline yaitu garis merah pada model diagnostik. Pada daerah
bergigi garis tersebut berada pada lingkaran terbesar prominensia. Sedangkan
daerah tidak bergigi terletak pada forniks.
- Lapiskan selembar wax sebatas garis merah sebagai spacer untuk bahan cetak.
- Buat oklusal stop sebesar 2x4mm.
- Oleskan permukaan model dengan bahan separasi.
- Aplikasikan resin akrilik swapolimerisasi hanya ke wax pada model dan
ditekan dengan jari. Bentuk ukuran sesuai dan ketebalan.
- Buat tangkai sendok cetak.
- Setelah keras, haluskan permukaan yang kasar.
5
Gambar 3. Sendok cetak fisiologis
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada waktu preparasi antara lain:
a. Preparasi tidak boleh dilakukan terlalu tebal sehingga dapat membahayakan
kesehatan pulpa (tebal preparasi harus disesuaikan dengan bahan yang akan
digunakan untuk membuat GTC).
b. Apabila preparasi dilakukan menggunakan bur kecepatan tinggi (High
Ultra Speed) maka harus disertai dengan irigasi air, agar panas yang
ditimbulkan tidak sampai mengiritasi pulpa.
c. Gigi yang telah dipreparasi harus segera dilindungi dengan cara membuat
mahkota sementara.
Syarat preparasi:
a. Jaringan gigi yang diambil cukup untuk memberikan ketebalan (bulk) pada
bahan retainer sehingga retainer yang dihasilkan cukup kuat untuk menahan
daya kunyah tanpa mudah merubah bentuk.
b. Tebal preparasi di bagian proksimal ± 1,5 mm dan di bagian oklusal atau
insisal ± 2 mm.
c. Preparasi konus ke arah insisial atau oklusal ± 100.
d. Preparasi harus saling sejajar sisi antara satu gigi penyangga dengan gigi
penyangga yang lain.
e. Preparasi harus mengikut bentuk anatomi gigi.
f. Preparasi harus non-undercut.
6
g. Pertemuan bidang preparasi harus ditumpulkan (membulat).
h. Tepi akhiran preparasi harus berada pada atau sedikit di bawah margin
gingiva.
Urutan preparasi
a. Depth reduction guide cut : dibuat dengan bur tapered silindris dengan
ujung membulat.
b. Preparasi oklusal : tebal preparasi 2 mm, untuk mengurangi bentuk
anatomis sehingga menyediakan ruangan untuk logam dan porcelain.
c. Preparasi bukal dan lingual : tebal preparasi bukal 2 mm dan lingual 1,5
mm.
d. Preparasi proksimal : tebal preparasi 1 mm, untuk mengurangi
kecembungan permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan.
e. Pengasahan batas akhir preparasi sampai setentang dengan margin gingiva
dengan tujuan untuk menambah estetis.
f. Penghalusan dinding preparasi.
Bentuk akhiran servikal pada kasus ini dipilih preparasi shoulder pada bagian
bukal dan akhiran servikal preparasi chamfer pada bagian lingual gigi yang
akan dipreparasi.
a. Shoulder
Indikasi:
o Bagian labial gigi anterior RA & RB dan gigi posterior RA.
o Untuk mahkota penuh porselen/ akrilik atau mahkota logam berlapis
porselen / akrilik.
Kontraindikasi: pada gigi yang kecil dan pasien muda.
Keuntungan: estetis dan kekuatan pada 1/3 servikal sangat baik.
Dipreparasi dengan flat end tapered diamond bur.
7
Gambar 4. Bentuk akhir preparasi gigi penyangga
h. Retraksi gingiva
Retraksi gingiva yaitu suatu tindakan membuka tepi gusi ke arah lateral dari tepi
preparasi.
Tujuan: agar sewaktu mencetak fisiologis, bahan cetak dapat masuk ke dalam
sulkus gingiva sehingga daerah step/servikal preparasi dapat tercetak dengan
akurat.
Macam retraksi gingiva pada pekerjaan klinik dilakukan: secara kemis mekanis,
dengan alasan retraksi kemis dengan menggunakan benang retraktor yang
berisikan adrenalin untuk mengurangi pendarahan dan mengurangi rasa sakit
pada saat dilakukan retraksi dan retraksi mekanis dengan menggunakan alat
retraksi gingiva agar gingiva terkuak sehingga bisa mendapatkan hasil cetakan
yang sempurna.
Metode retraksi :
Persiapan daerah retraksi.
Pengukuran benang retraksi pada penyangga.
Merendam benang retraksi dalam larutan adrenalin.
Penempatan benang retraksi ke dalam sulkus gingiva ±10 menit.
Pengambilan benang retraksi dari dalam sulkus gingival.
i. Pencetakan fisiologis
Dengan menggunakan sendok cetak fisiologis.
Bahan cetak: Silikon tipe II / adhesi yaitu putty dan wash.
Teknik pencetakan fisiologis diklasifikasikan atas 2 teknik, namun pada kasus
ini dipilih one stage technique, dengan alasan untuk menghemat waktu
pencetakan dan menghindari kontaminasi saliva yang dapat membuat Wash sulit
untuk melekat, dan juga menghindari kesulitan dalam meletakkan putty kembali
ke dalam rongga mulut.
Single stage technique
o Bahan cetak yang digunakan adalah putty dengan wash.
o Retraksi gingiva.
o Melepas retraksi gingiva dan daerah tersebut dikeringkan.
o Letakkan putty pada sendok cetak.
8
o Buat cekungan di putty dengan ditekan tangan dan letakkan wash di atas
cekungan putty yang setengah mengeras tadi.
o Wash juga diinjeksikan pada gigi yang dipreparasi dimulai dari sela gusi
menuju oklusal.
o Sendok cetak dimasukkan ke rongga mulut yang sudah dikeringkan.
o Apabila bahan cetak telah keras atau kenyal, maka sendok cetak
dikeluarkan dari mulut.
9
Gambar 6. GTC sementara
k. Pemilihan warna gigi
Dengan Vita 3D shade guide yang diletakkan pada gigi yang ingin ditentukan
warnanya dan diperhatikan value, chroma, dan hue.
l. Pembuatan coping
Model fisiologis dikirim ke Laboratorium Uji FKG USU untuk pembuatan
coping metal dan ketebalan 0,3 – 0,5 mm.
Setelah coping dibuat, coping dipassenkan pada gigi penyangga sebelum dibuat
jembatan porselen.
Apabila coping sudah pas, memiliki ruang untuk bahan porselen dan tidak ada
jarak antara coping dan margin maka coping dapat dikirim kembali ke
Laboratorium Uji FKG USU untuk dibuat porselen dengan ketebalan 1 mm.
Jembatan porselen dibuat setelah coping dipassenkan dan sesuai dengan keadaan
gigi penyangga.
10
Gambar 7. Pemasangan GTC sementara
11
p. Kontrol pasca pemasangan GTC
Satu minggu kemudian dilakukan kontrol untuk jaringan lunak disekitar GTC
dan apakah ada keluhan terhadap hasil pemasangan GTC.
Pasien diberikan nasehat antara lain:
Jangan makan pada 1 jam pertama setelah pemasangan.
Makan makanan yang berserat dan tidak terlalu keras.
Cara menyikat gigi yang benar dan pembersihan GTC dengan dental floss.
Kontrol secara periodik.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat kontrol :
Pemeriksaan subjektif.
Pemeriksaan objektif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan objektif :
Oral hygiene.
Oklusi.
Inflamasi perkusi dan palpasi.
12