Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Iklim yang berubah tersebut dapat
berdampak pada prevalensi penyakit yang terkait iklim. Pada tahun 2004, WHO
menetapkan penyakit yang sangat rentan terhadap perubahan iklim salah satunya adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD)1.
Secara umum, iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata suhu, curah hujan,
tekanan udara, dan angin dalam jangka waktu yang panjang. Pada intinya iklim adalah
pola cuaca yang terjadi selama bertahun-tahun. Sementara cuaca itu sendiri adalah
kondisi harian suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin. Jadi, yang dimaksud
perubahan iklim adalah perubahan pada pola variabel iklim yang telah terjadi dalam
jangka waktu lama, setidaknya puluhan tahun2.
DBD adalah penyakit infeksi tular vektor yang ditemukan di daerah tropis-
subtropis. Faktor iklim meliputi suhu, kelembaban dan curah hujan diduga berpengaruh
terhadap angka kejadian DBD. Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah
tropis, sehingga merupakan daerah penyebaran sekaligus daerah endemis yang
menyebabkan tingginya angka kesakitan di Indonesia1.
Pada tahun 2012, DBD merupakan penyakit virus yang ditularkan nyamuk dengan
peringkat tertinggi di dunia. Diperkirakan 50 juta infeksi DBD terjadi setiap tahun dan
sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara-negara endemik DBD. Sekitar 1,8 miliar atau 70
% dari populasi yang berisiko untuk terjangkit DBD di seluruh dunia berada di Asia
Tenggara dan Pasifik1.
Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat
setelah tahun 1995. Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas
kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 %3.
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 30 tahun
terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2007 telah mencapai 139.695 kasus, dengan
angka kasus baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk. Total kasus meninggal
adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate sebesar 1%4.
Kementerian Kesehatan mencatat hingga pertengahan bulan Desember 2014 ini,
angka kejadian penyakit DBD telah terjadi di 34 provinsi di Indonesia. Dari total 71.668
orang yang tertular penyakit DBD, dilaporkan 641 orang diantaranya meninggal dunia.
Dimana angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013)
dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan yang meningggal dunia sebanyak
871 orang. Akan tetapi, beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD di
tahun 2014, di antaranya Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara5.
Dinas kesehatan kabupaten Kepahiang mencatat kejadian DBD sejak tahun 2013–
2016, yang terjadi di 8 kecamatan salah satunya di kecamatan Kepahiang. Dari jumlah
total orang yang tertular penyakit DBD sebanyak 314 orang, 22 orang pada tahun 2013,
29 orang pada tahun 2014, 121 orang pada tahun 2015 dan meningkat pada tahun 2016
hingga akhir februari tercatat 142 orang, dan dilaporkan 5 orang meninggal dikarenakan
komplikasi dari berbagai penyakit6.
Demam berdarah dengue sebagai penyakit berbasis vektor perlu diwaspadai
karena penularan penyakit ini memiliki kemungkinan meningkat dengan perubahan iklim
yang ditandai dengan perubahan pada faktor iklim. Karena semakin tingginya jumlah
kasus DBD di Kabupaten Kepahiang dari tahun ke tahun, yang dapat dilihat dari laporan
dinas kesehatan Kabupaten Kepahiang dari tahun 2013-2016 membuat peneliti tertarik
untuk memetakan daerah rawan DBD di Kabupaten Kepahiang dan menganalisis
pengaruh faktor iklim (suhu dan curah hujan) dengan kejadian DBD di Kabupaten
Kepahiang tahun 2013-2016.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Kecamatan mana sajakah di Kabupaten Kepahiang yang merupakan daerah
rawanDBD ?
2. Apakah terdapat pengaruh iklim (suhu dan curah hujan) terhadap kejadian DBD di
Kabupaten Kepahiang tahun 2013-2016?

B. Tujuan
Dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan daerah rawan demam berdarah dengue di Kabupaten Kepahiang dan
menganalisis pengaruh iklim (suhu dan curah hujan) terhadap kejadian demam berdarah
dengue di Kabupaten Kepahiang tahun 2013-2016.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberi informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penentuan
wilayah rawan kejadian demam berdarah dengue dan pengaruh iklim terhadap
kejadian demam berdarah dengue.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi data
bagi penentu kebijakan dalam penentuan kebijakan pelaksanaan program
kesehatan yang berkaitan dengan DBD sehingga kejadian DBD tersebut dapat
diantisipasi dengan tepat.
b. Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan menjadi tambahan ilmu
untuk masyarakat dalam hal mengantisipasi kejadian DBD, sehingga masyarakat
terutama yang bertempat tinggal di daerah DBD dapat lebih waspada.
c. Bagi Peneliti
Sebagai proses dan melatih kemampuan dalam melaksanakan penelitian di
masyarakat dan dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang hubungan
kejadian DBD dengan iklim.

Anda mungkin juga menyukai