Bab 1 1
Bab 1 1
PENDAHULUAN
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi padabayi dan anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah
tidak sesuainya jumlah zat giziyang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan
tubuh mereka(Depkes RI, 2007).
Periode dua tahun pertama kehidupanmerupakan masa kritis, karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembanganyang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi
pada periode ini bersifat permanen,tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada
masa selanjutnya terpenuhi.(Depkes RI, 2007).
Pertumbuhan anak memerlukan lebih banyak zat gizi daripada orang dewasa.Pada
masyarakat yang mengalami kekurangan gizi ringan dan berat serta pada situasiinfeksi
yang tinggi, umumnya akan dijumpai angka kematian yang tinggi pada anak-anakdi
bawah umur empat tahun dan bayi(Suhardjo, 1996).Pada umumnya masyarakat di
Indonesia mengalami penyakit gizi kurang padaberbagai golongan masyarakat terutama
golongan anak yang berada pada masa pekaakan kecukupan zat gizi bagi tumbuh
kembangnya(Santoso dan Ranti, 1999).
Menurut laporan UNICEF (United Nations International Children’sEmergency
Fund) jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari1,8 juta ( 2005),
menjadi 2,3 juta (2006) diluar 2,3 juta penderita gizi buruk masihada 3 juta lebih
mengalami gizi kurang yaitu sekitar 28% dari total balita di seluruhIndonesia. Dari
jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang sekitar 10% berakhirdengan kematian.
Dari angka kematian balita yang 37 per 1000 ini, separuhnyaadalah kurang gizi(Depkes,
2006).
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang
termasuk penyuluhan gizi di posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan
termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah
TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak
keluarga yang belum berperilaku gizi baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan
lambat(Depkes RI, 2007). Penimbangan rutin merupakan salah satu upaya penilaian
status gizi secara langsung. Berat badan seorang balita dapat mencerminkan jumlah
protein, lemak, air dan massa mineral tulang.