Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi mempunyai peran besar dalam kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait
dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang sepanjang kehidupan
membutuhkan nutrien yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu
yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung
pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan akan nutrien
berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan masing-masing tahap kehidupan (Kusharisupeni, 2007).

Manusia mendapatkan zat makanannya dalam bentuk bahan makanan yangberasal


dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Satu macam saja bahan makanan tidakdapat
memenuhi semua keperluan tubuh akan berbagai zat makanan, karena masing-
masingbahan makanan mengandung zat makanan yang berlainan macam
maupunbanyaknya (Santoso dan Ranti, 1999).

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.Sebagai penyebab langsung gangguan gizi,
khususnya gangguan gizi padabayi dan anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah
tidak sesuainya jumlah zat giziyang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan
tubuh mereka(Depkes RI, 2007).

Periode dua tahun pertama kehidupanmerupakan masa kritis, karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembanganyang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi
pada periode ini bersifat permanen,tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada
masa selanjutnya terpenuhi.(Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan anak memerlukan lebih banyak zat gizi daripada orang dewasa.Pada
masyarakat yang mengalami kekurangan gizi ringan dan berat serta pada situasiinfeksi
yang tinggi, umumnya akan dijumpai angka kematian yang tinggi pada anak-anakdi
bawah umur empat tahun dan bayi(Suhardjo, 1996).Pada umumnya masyarakat di
Indonesia mengalami penyakit gizi kurang padaberbagai golongan masyarakat terutama
golongan anak yang berada pada masa pekaakan kecukupan zat gizi bagi tumbuh
kembangnya(Santoso dan Ranti, 1999).
Menurut laporan UNICEF (United Nations International Children’sEmergency
Fund) jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari1,8 juta ( 2005),
menjadi 2,3 juta (2006) diluar 2,3 juta penderita gizi buruk masihada 3 juta lebih
mengalami gizi kurang yaitu sekitar 28% dari total balita di seluruhIndonesia. Dari
jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang sekitar 10% berakhirdengan kematian.
Dari angka kematian balita yang 37 per 1000 ini, separuhnyaadalah kurang gizi(Depkes,
2006).

Meningkatnya gizi buruk, terutama pada anak-anak di Indonesia harus diwaspadai.


Pada tahun 2007 anak usiadibawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk
sebanyak tujuh ratus ribuanak dan yang mengalami gizi kurang sebanyak empat juta
balita.Menurut data Departemen Kesehatan RI (2004) menunjukkan bahwa pada
tahun2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%)
dalamtingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Berdasarkan data
susenasDepkes RI 2005, prevalensi gizi kurang sebesar 19,20% dan gizi buruk 8,80%.
Didalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan gizi
buruk2005-2009 disebutkan bahwa tujuan utamanya adalah penurunan prevalensi
gizikurang pada balita menjadi setinggi-tingginya 20% dan prevalensi gizi buruk
menjadisetinggi-tingginya 5% pada tahun 2009(Dinkes, 2009).

Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang
termasuk penyuluhan gizi di posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan
termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah
TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak
keluarga yang belum berperilaku gizi baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan
lambat(Depkes RI, 2007). Penimbangan rutin merupakan salah satu upaya penilaian
status gizi secara langsung. Berat badan seorang balita dapat mencerminkan jumlah
protein, lemak, air dan massa mineral tulang.

Berdasarkan data laporan pembinaan indikator kinerja pembinaan gizi Kabupaten


Labuhan Batu Utara Januari 2015, didapatkan bahwa tingkat penimbangan balita di
Puskesmas Gunting Saga hanya mencapai 69.92%. Angka tersebut masih berada
dibawah target standar pelayanan minimal bidang kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI
Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 yang menyatakan bahwa cakupan kunjungan bayi
maupun cakupan pelayanan anak balita harus mencapai 90%.
Dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang gambaran status
gizi pada balita, dan dalam hal ini, penelitian ditujukan kepada balita-balita di salah satu
wilayah kerja Puskesmas Gunting Saga.

1.2 Rumusan Masalah


Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimanakah gambaran status gizi pada balita
di Desa Sidua-dua?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum :
Dari penelitian ini dapat diketahui gambaran status gizi balita di Desa Sidua-
dua yang dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya penggalakan usaha-usaha
peningkatan tingkat penimbangan di seluruh desa-desa dalam wilayah kerja
Puskesmas Gunting Saga.

1.3.2 Tujuan khusus :


1. Mengetahui gambaran status gizi berdasarkan data penimbangan di Posyandu
dan dinilai menggunakan indeks antropometri BB/U.
2. Deteksi dini gizi buruk

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi peneliti
1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan statistic
kedokteran ke dalam penelitian
3. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan meneliti dalam bidan
penelitian
4. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang penilaian status gizi balita

1.4.2 Bagi tenaga kesehatan


1. Meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
balita.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang cara sederhana untuk menilai status gizi
balita.
3. Sebagai masukan bagi Puskesmas dan instansi yang terkait.

1.4.3 Bagi masyarakat


1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penilaian status gizi
secara berkala
2. Sebagai tinjauan bagi penelitian lain terutama dengan topik yang sama sehingga
dapat menjadi bahan pembanding yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai