Jelaskan
mengenai Penyakit akibat kerja, meliputi : pengertian, factor penyebab, pneumoconiosis,
dermatosis
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 01/1981 tentang
Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja tercantum 30 jenis penyakit, sedang
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul
Karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama ditambah : ”penyakit yang
disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat”. Daftar selengkapnya :
Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral.
Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam keras.
Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu kapas, vlas,
henep, dan sisal.
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
Penyakit yang disebabkan oleh berilium.
Penyakit yang disebabkan oleh kadmium.
Penyakit yang disebabkan oleh fosfor.
Penyakit yang disebabkan oleh krom.
Penyakit yang disebabkan oleh mangan.
Penyakit yang disebabkan oleh arsen.
Penyakit yang disebabkan oleh raksa.
Penyakit yang disebabkan oleh timbal.
Penyakit yang disebabkan oleh fluor.
Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
Penyakit yang disebabkan oleh deriva halogen.
Penyakit yang disebabkan oleh benzena.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena.
Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin.
Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol / keton.
Penyakit yang disebabkan oleh gas / uap penyebab asfiksia.
Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik.
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan mengion.
Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi /
biologik.
Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena.
Kanker paru yang disebabkan oleh asbes.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri / parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi / rendah / panas radiasi / kelembaban
udara tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
Sumber: UNDIP, HIPERKES & KK, 2005
2. Sebutkan dan jelaskan pengertian K3 menurut ILO/WHO? Bagaimana urutan penyakit
penyebab kematian akibat kerja menurut ILO?
Definisi K3 menurut ILO/WHO
Menurut ILO : Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
Menurut WHO : penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.
Urutan penyebab kematian akibat kerja menurut ILO
ILO 2011:
a. 35% : Circulatory disease
b. 29% : Malignant neoplasm
c. 15% : accident, violence
d. 10% : Communicable disease
e. 7% : Respiratory disease
f. 2% : Neuropsychiatry disease
g. 1% : Digestive disease
h. 1% : Genitourinary disease
3. Apa peran dan kewajiban dokter perusahaan?
“Dokter hiperkes bersama dengan paramedisnya diharapkan mampu
mendeteksi, melakukan investigasi dalam rangka menegakkan diagnosis
penyakit akibat kerja, serta menganalisa dan mencegah sedini mungkin
timbulnya kecelakaan kerja sehingga terciptanya suatu kondisi tempat /
lingkungan kerja maupun proses kerja yang lebih aman, efisien dan efektif serta
sehat bagi setiap pekerja di perusahaan. “
Dokter perusahaan adalah Setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di
perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas higiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja(hiperkes)
TUGAS POKOK : Memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan kerja sebagai
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja guna mewujudkan tenaga kerja yang
sehat dan produktif optimal
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan
sebelum penempatan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus dan menafsirkan serta menggunakan hasil pemeriksaan
tsb.;
Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan
terhadap tenaga kerja serta memberikan nasehat tentang pembinaan dan
pengawasan dimaksud kepada pihak terkait khususnya di perusahaan yang
bersangkutan;
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja serta
memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak
terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air serta
memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada
pihak terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja
serta memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada
pihak terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
Melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan
penyakit akibat kerja baik terhadap tenaga kerja individual maupun
komunitas tenaga kerja dan juga masyarakat yang ada kaitannya dengan
perusahaan yang bersangkutan;
Melakukan atau memberikan nasehat kepada atau meminta pihak terkait
untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) dan penyakit
umum serta penyakit akibat kerja;
Melakukan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja serta komunitas
tenaga kerja dan latihan untuk petugas PPPK dan petugas kesehatan lainnya
khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
Memberi nasehat aspek medis dan kesehatan mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja;
Membantu dari segi medis usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau
penyakit akibat kerja;
Melakukan dan atau memberi nasehat kepada dan atau meminta kepada pihak
yang bersangkutan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya;
Melakukan dan menafsirkan audit program atau sistem manajemen
kesehatan/ kedokteran kerja di perusahaan.
KHUSUS
Membuat diagnosis penyakit akibat kerja(penyakit yang timbul karena hubungan
kerja) dan atau penyakit lain yang berkaitan dengan pekerjaan serta mengobati
dan atau melakukan tindakan-tindakan lain dalam keselamatan dan kesehatan
kerja(K3) yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama dengan
spesialis lain dan atau pihak lain;
Membuat diagnosis dan menilai kecacatan akibat kecelakaan kerja dan atau
penyakit akibat kerja yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama
dengan spesialis dan atau pihak lain;
Menilai dan menetapkan ada tidak adanya efek pekerjaan atau lingkungan kerja
terhadap kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan;
Menilai dan menetapkan batas sehat pemaparan kerja terhadap faktor dalam
pekerjaan atau lingkungan kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
Menilai dan menetapkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih
detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis
sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan.
Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis,
kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta
sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Usaha
6. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja, meliputi : pengertian, penyebab, klasifikasi
Pengertian
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni
faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan
bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga
dan tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur (1989) membuat batasan
bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja
dengan perusahaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua
permasalahan pokok, yakni:
Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
Penyebab
A. Penyebab langsung
adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang
dibagi dalam 2 kelompok :
a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak tanduk
atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM
(modern safety management) diganti substandard acts / substandard practices.
b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan
menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern safety
management) diganti substandard conditions.
Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices :
Ada 5 golongan :
- Golongan fisik
1. suara yang keras dapat menyebabkan tuli
2. suara tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia
3. suhu rendah mnyebabkan chilblains,trench foot, atau frotstbite
4. penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan kelainan penglihatan
dan memudahkan terjadinya kecelakaan
5. penurunan tekanan udara (dekompressi ) yang mendadak dapat menyebabkan
caisson disease
6. radiasi dari sinar rontgenatau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit
darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya
7. sinar infra merah dapat menyebabkan catharact lensa mata
8. sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis photo electrica
- Golongan kimia
1. gas yang menyebabkan keracunan misalnya :CO,HCN.H2S,SO2
2. uap dari logam yang dapat menebabkan ‘metal fume fever” ataupun keracunan
logam misalnya karena Hg,Pb
3. larutan ataupun cairan mislnya H2SO4,HCL dapat menyebabkankeracunan
atau dermatosis(penyakit kulit)
4. debu-debu misalnya debu silica , kapas, asbest ataupn debu logam berat bila
terhirup kedalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis
5. awan atau kabut dari insectisida ataupun fungicida pada penyemprotan
serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan keracunan
- Penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri bacillus anthracis pada
penyamak kulit atau pengumpul wool.penyakit-penyakit infeksi pada
karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan
penderita penyakit menular
- Fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik : karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak
sesuai
- Mental psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesame karyawan,
antara karyawan dengan pemipin, karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan
psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah
yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikiranya tidak dicurahkan kepada
pekerjaanya melainkan kepada usaha-usaha pribadi untuk menambah
penghasilan
(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Indan Entjang)
Ada 4 faktor :
Alat dan bahan yang tidak aman
Penggunaan alat yg kurang aman atau rusak dan penggunaan bahan kimia
berbahaya.
Keadaan tidak aman
Ruang kerja terkontaminasi, suhu terlalu tinggi, gudang penyimpanan tidak teratur
dsb.
Tingkah laku pekerja, apabila :
Lalai atau ceroboh dalam bekerja
Meremehkan kemungkinan setiap bahaya
Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan standar kerja yang
diberikan.
Tidak disiplin dalam menaati peraturan keselamatan kerja, termasuk pemakaian
alat pelindung diri.
Pengawasan, apabila :
Memberikan prosedur yang tidak benar atau bahaya
Kurang mengetahui atau tidak dapat mengantisipasi akan kemungkinan adanya
bahaya
Terlalu lemah dalam menegakkan disiplin kerja bagi para pekerja untuk
menaati peraturan keselamatan kerja
(A.M.Sugeng Budioro.2005.Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Edisi Kedua
(Revisi).Semarang : Undip)
Klasifikasi
7. Apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja, meliputi : pengertian, tujuan program,
sasaran utama, determinan
Pengertian
Keselamatan kerja : keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang
yang bekerja,. Dan keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga
kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.
Tujuan
Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup serta peningkatan produksi dan
produktivitas nasional
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan
berdayaguna (efisien)
(Dari.Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)
Program
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah dan mengurangi kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan dan jalan untuk menyelamatkan diri saat kebakaran
Memberi alat perlindungan diri para pekerja
Memberi penerangan yang cukup dan sesuai
Mengamankan dan memperlancar bongkar muat
Sasaran Utama
a. Sasaran Undang-undang
- Pada intinya. Undang-undang menyediakan kerangka kerja untuk
rnengingaLkm standar keselaniatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
Dan mengurangi kecelakaan akibat kerja serta penyebaran penyakit.
Sasaran Undang-undang tersebut adalak sebagai berikut:
- Untuk menjaga kesehatan. keselamatan dan kescjahteraan flap orang pada
suat hekerja.
- Untuk melindungi setiap orang saat bekerja terhadap resiko pada
keselamatan kesehatannya.
- Untuk membantu nienjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja.
- Untuk menyediakan. kebutuhan pegawai dan perusahaan seria assosiasi
yang mewakili pegawai dan perusahaan dalam merumuskan dan
mewujudkan tandar keselamatan kesehatan kerja.
- Untuk hak-hak yang tidak utama bervariasi antar wilayah sesuai
permohonan setiap pembuat undang-undang yang relevan dengan
pemerintah pusat dan wilayah pemberlakuan Undang-undang keselamatan
dan kesehatan kerja.
1) Tánggung jawab
Keselamatan dan kesehatan kenja merupakan tanggung jäwab bersama antar
pengusaha pegawai I karyawan.
Berikut ini adalah daftar informasi umum tanggung jawab perusahaan.
Undang-undang yang relevan penlu diteliti berbagai kelalaian yang terjadai
atau kecelakaan dan peristiwa beresiko.
a) Tanggung jawab perusahaan (industri) : Penusahaan menuntut tensedianya
dan tenpeliharanya sejauh yang dapat dilakukan untuk pegawai suatu
lingkungan keija yang aman tanparesiko terhadap kesehatannya.
Kewajiban khusus, sebagai contoh, tata tertib apa diperlukan untuk ditaati
dengan kewajiban umumnya, termasuk:
- Penyediaan dan perawatan pabrik dan sistem kerja (seperti Iangkah
kerja rutin frekuensi kerja).
- Pengaturan sistem keamanan kerja dalam hubungan dengan
tanaman dan zat (seperti: toksilc kimia, debu dan serat).
- Penyediaan lingkungan kerja yang aman (seperti:’ pengendali
tingkat suara dan getaran).
- Penyediaan fasilitas kesejahteraan yang memadai (seperti. lokasi
kebersihan dini tempat menyimpan barang, tempat makan I
kantin).
- Penyediaan tempat yang memadai untuk informasi bahaya yang
sesuai instruksi, latihan dan pengamatan pana pegawai, yang dapat
memberikan rasa keamanan kerja.
- Para pengusaha membenikan upah yang sama untuk pekerja lepas
dan para pegawainya yang bekerja di tempat kerja. Upah tersebut
dapat diperpanjang untuk urusan lebih yang telah ditentukan oleh
perusahaan. ini meliputi contoh, pekerja sampingan yang besar
yang terdapat pada seluruh perusahaan dan beberapa kontraktor
lepas yang menyelenggarakan jenis pekerjaan yang berbeda.
Selanjutnya, perusahaan diminta untuk melaksanakan semampunya untuk:
- Memonitor kesehatan pegawainya (seperti: pemeniksaan tingkah
laku, audiornetri)
- Simpan infornasi dan rekaman tiap pegawai untuk pemeniksaan
kesehatan dan keselamatannya (sebagai contoh: basil, test, catatan
jika yang pernah diderita, kondisi sakit yang pernah diderita dan
kecelakaan yang pernah dialami).
- Perusahaan atau pengguna dapat menggantikan person dengan
kualifikasi yang sesuai dengan saran yang diberikan sehubungan
dengan keselamatan dan kesehatan para pegawainya. (sebagai
contoh, pada pabrik yang besar ini berarti membutuhkan seorang
perawat kesehatan kerja, seorang petugas keselamatan atau
kebersihan dengan waktu penuh. Pada pabrik yang kedil dapat
mencari seorang spesialis yang disarankan pada saat yang
diperlukan)
- Personil yang telah dipiih dengan tepat path tingkat senioritas akan
nenjadi wakil anggota di perusahaan saat muncul permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja. Ataü saat anggota keselamatan
dan kesehatan kerja menyimpang dan undang-undang yang
berlaku.
- Memonitor keadaan di setiap tempat kerja. di bawah pengendalian
dan pengaturan perusahaan (seperti: pemeriksaan tingkat suara,
pemeniksaan tingkat pencahayaan hingga bahan kimia berbahaya),
dan
- Menyediakan informasi untuk pam pegawainya, termasuk di
dalamnya pernakaian bahasa yang. cocok dengan sikap menglargai
path keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, termasuk nama
personil yang - dibutuhkan pegawai untuk membuat penyelidikan
atau pengaduan yang berhubungan dengan késelamatan dan
kesehatan kerja.
b) Tanggungjawab Pegawai : Kewajiban para pegawai seperti dinyatakan di
bawah ini. Saat bekerja seorang pegawai harus:
- Memiliki sikap yang semestinya untuk peduli pada dirinya aas
keselamatan dan kesehatannya, dan untuk keselamatan dan
kesehatan semua orang yang mungkin dapat terkenal dengan
bertindak atnu mengikuti aturan di tempat kerja; dan
- Bekerjasama dengan perusahaannya dengan menghargai tindakan
yang diambil oleh perusahaan untuk diikuti cfengan beberapa
syarat yang ditentulcan dengan atau hukum yang berlaku.
Sebagai tambahan, para pegawai tidak boleh dengan sengaja atau
sembarangan mencampuri atau menyalahgunakan peralatan keselamatan
yang telah disediakan.
Para pegawai tidak boleh dengan sengaja pengambil resiko terhaciap
keselamatan dan kesehatan pegawai lain
c) Rehabilitasi : Rehabilitasi ditujukan saat pemulihan, sedekat mungkin
dengan tempat yang mungkin terjadinya lulca terhadap kerja baik untuk
secara psikis, psikologis, sosial, kejuruan da kondisi ekonomi yang
dialarni sebelum luka maupun selama menderita. Semua fasilitas
rehabilitasi dan. assosiasi disediakan dana termasuk untuk tindakan
rehabilitasi seperti, konseiing psikoterapi, bimbingan bidang jurusan,
pelatihan relaksasi, biro perjalanan, akomodasi, dan biaya kehadiran,
pelatihan rehabilitasi peningkatan kecakapan kerja atau pelatihan untuk
sesuatu yang lain seperti karir, tempat kerja, kendaraan dan modifikasj
rumah, service peralatan rumah tangga, petugas servis yang dipanggil.
Aturan kewenangan adalah untuk memberi fasilitas yang semestinya
sesuai dengan ketentuan yang ada dan yang cepat untuk merthabilitasi
pekerja yang terluka.
d) Kewajiban Perusahaan dan Pegawal
- Perusahaan harus mengusahakan segala upaya untuk menyediakan
atau menempatkan pegawai di kantor untuk menolong pekerja
yang mendapat luka dan bekerja sama dalam latihan.
- Pekerja yang luka harus mendapatkan perlakuan yang semestinya,
rehabilitasi dan pelatihan pekerjaan yang sesuai keuntungan dapat
ditinjau kembali jika upaya yang semestinya sudah tidakdapat
dilakukan.
Determinan
Tujuan akhir dari usaha kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan
masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Untuk
mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut dengan mencakup 3 faktor utama, yaitu:
a. Beban Kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran adalah merupakan beban bagi yang melakukan.
Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Masing-masing orang
memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja ini.
Oleh sebab itu, penempatan seorang pekerja atau karyawan seharusnya setepat
sesuai dengan beban optimum yang sanggup dilakukan. Tingkat ketepatan
penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada beban
optimum, juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan
sebagainya.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para
karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang
dapat mengurangi beban kerja. Contohnya alat untuk mempercepat pekerjaan
tulis-menulis adalah mesin ketik.
b. Beban Tambahan
Beban tambahan dapat berupa kondisi atau lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena
lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi
5 faktor, yakni :
· Faktor fisik, misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu
udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan
sebagainya.
· Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja,
misalnya bau gas, uap atau asap, debu dan sebagainya.
· Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang
menyebabkan pandangan tidak enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat, kecoa,
lumut, taman yang tidak teratur, dan sebagainya.
· Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu
tinggi atau pendek.
· Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya
adanya klik, gosip, cemburu dan sebagainya.
Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja atau setidak-
tidaknya mengurangi beban tambahan tersebut maka lingkungan kerja harus ditata
secara sehat atau lingkungan kerja yang sehat.
c. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda antara
seseorang yang satu dengan yang lain, hal ini disebabkan karena kapasitas orang
tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh
seseorang yang terbatas atau dapat dikatakan sebagai suatu wadah kemampuan
yang dimiliki oleh masing-masing individu. Kapasitas seseorang dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain gizi dan kesehatan ibu, genetik dan lingkungan.
Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang.
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan disamping kapasitas juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis
kelamin dan ukuran-ukuran tubuh.
Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam
melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga
kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya)
dalam melaksanakan pekerjaan
Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)
PROGRAM
8. Apa yang dimaksud dengan ergonomi, meliputi : pengertian, ruang li gkup, metode,
prinsip
Pengertian
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya
peraturan atau hukum. Secara harviah ergonomi adalah hukum atau peraturan
yang mengatur tentang bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam
menggunakan peralatan kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau
perlengkapan dalam bekerja dengan kondisi atau kemampaun manusia, sehingga
mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas yang optimal.
Ruang Lingkup
Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan. tentang bagaimana
melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Dewasa ini batasan
ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas kerja yang optimal. Dari batasan ini terlihat bahwa ergonomi
tersebut terdiri dari dua sub sistem, yakni: sub sistem peralatan kerja, dan sub
sistem manusia. Sub sistem manusia terdiri: psikolog, latar belakang sosial, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, tujuan dan ergonomi ini adalah untuk menciptakan
suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan
manusia sebagai tenaga kerja.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi (Setyaningsih, Yuliani, 2002)
;
a. Pembebanan kerja fisik
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan
maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Untuk mengukur
kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum
bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang
dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali
mengangkat atau mengangkut.
b. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap
yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan
harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu
tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk
dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri
pekerja.
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat
kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori yang diperlukan. Selain itu
pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita.
Dalam hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada
pekerja.
1) Pekerja Pria
a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
f. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat, pengaturan
waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan dengan irama
faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu
istirahat ½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan
beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama antar pekerja
dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang
(repetitive)
g. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan kerja
sangat berpengaruh. Berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh misalnya
suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C.
h. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan sebelum bekerja/tes
kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan.
i. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan
mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan. Dekorasi dan
pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya :
a) biru ; jarak jauh dan sejuk
b) hijau ; menyegarkan
c) merah ; dekat, hangat, merangsang
d) orange ; sangat dekat, merangsang.
j. Kelelahan
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab kelelahan
diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan
kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.
Metode
Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas
mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture
sesuai dengan dimensi fisik pekerja
Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain
Prinsip
a. Prinsip dan penerapan ergonomi
o Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh
bentuk,susunan,ukuran dan penempatan mesin-mesin,penempatan alat-alat
petunjuk , cara-cara harus melayani mesin (macam gerak,arah,kekuataan,dsb)
o Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran
tersebar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara,sehingga ukuran tersebut
dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil,misalnya :
tempat duduk yang dapat dinaik turunkan dan dimajukan atau dimundurkan.
o Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan
alat-alat kerja adalah sebagai berikut :
- Berdiri : tinggi badan,bahu,siku,pinggul,dll
- Duduk : tinggi duduk,panjang lengan atas,panjang lengan bawah dan
tangan,jarak lekuk lutut
o Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di
bawah tinggi siku
o Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk
sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak bungkuk
dan otot perut tidak lemas
o Tempat duduk yang baik adalah :
- Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi
lutut sedangkan paha dalam keadaan datar
- Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
- Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung
o Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah
sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihaan ini sesuai dengan sikap kepala
yang istirahat
o Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 Kg.
Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari.lebih dari itu efisiensi
dan kualitas kerja menurun.
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
b. Aspek
1. Faktor manusia
Dibagi 2:
Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti
umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, dll.
Faktor dari luar, berasal dari luar manusia seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi,adat istiadat, dsb.
2. Anthropometri
Suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk
beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia . Antropometri yang
merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
saran kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut.
Dalam pelaksanaan pengukuran antropometri dikenal dua macam pengukuran
yaitu antropometri statis dan dinamis.
3. Sikap tubuh dalam bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap
sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
kerja, selain SOP yang terdapat pada setiapa jenis pekerjaan. Semua
sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang
yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak
memungkinkan maka harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. Pada
waktu bekerja diusahakan agar bersikapsecara alamiah dan bergerak optimal.
Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah yang
memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan selamat dalam bekerja yang dilakukan
antara lain dengan cara:
Menghindarkan sikapa yang tidak alamiah dalam bekerja
Diusahakan beban statik menjadi sekecil-kecilnya
Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerjayanga
sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja penggunanya.
Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.
4. Manusia- mesin
Fungsi manusia dalam hubungan manusia-mesin dalam rangkaian produksi ini
adalah sebagai pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut. Manusia
menerima informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat keputusan
untuk menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat kendali yang ada pada
mesin. Pada umumnya setiap mesin mempunyai SOP. Kemudian mesin
menerima perintah tersebut untuk kemudian untuk menjalankan tugasnya. Jelas
disini bahwa bekerjanya mesin sangat tergantung pada manusia sebagai
pengendalinya.
5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu
istirahat,kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat
kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.
Jam kerja selama 8 jam perhari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui,
apabial tidak dapat dihindarkan perlu diusahakan grup kerja baru atau
perbanyakan kerja ship.
6. Pengendalian lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang buruk atau melampaui nilai ambang batas yang
ditetapkan, yang melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya, akan
menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan
kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat, dan selamat. Terdapat
berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan,
keselamatan, dan efisiensi serta produktivitas kerja yaitu faktor fisik; seperti
pengaruh kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran; faktor kimia seperti
pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu; faktor fisiologis seperti;sikap dan cara
kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur; faktor
psikologis;seperti suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan faktor
biologis seperti infeksi karena bakteri, jamur, virus, cacing.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu pengendalian secara teknik, pengendalian secara administratif, dan
pengendalian dengan pemberian alat pelindung diri (APD).
7. Kelelahan kerja
Penyebab kelelahan kerja adalah akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana,
prasarana, dan lingkungan kerja merupaan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Kelelahan merupakan suatu
kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan walaupun bukan
merupakan satu-satunya gejala. Kelelahan dapat dibagi dua macam:
Kelelahan otot
Kelelahan umum
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan
sakit sekitar sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat pada munculnya
sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keenggan beraktivitas.
8. Kerusakan trauma kumulatif (CTD)
Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –kerusakan kecil akibat
trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan
rasa sakit. Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yang monoton sikap kerja
yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi
kemampuannya. Penyebab timbulnya trauma pada jaringan tubuh antara lain
karena:
Over exertion
Over stretching
Over compressor
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu;
Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal
Gaya yang melebihi kemampuan jaringan
Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal
Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit
Perusahaan/industri
PAK
pekerja
Kecelakaan kerja
hiperkes
UU kebijakan
tenaga kerja higiene K3 Ergonomi toksikologi
Peningkatan derajat
keselamatan pekerja dan
produktivitas kerja