Laporan Pendahuluan Gangguan Tidur Pada Lansia
Laporan Pendahuluan Gangguan Tidur Pada Lansia
OLEH :
SUHARDI, S.Kep
1812101020092
A. Definisi Eliminasi
Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Eleminasi
merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari dalam tubuh. Eliminasi dapat
dibagikan menjadi 2 yaitu:
1. Eliminasi Urine
Gangguan eleminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eleminasi urine (Lynda Juall Carpenitro-
Moyet, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13, 2010).
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan, dimana
sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses pembentukan
urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi. Proses filtrasi
berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan eferen. Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida,fosfat, dan beberapa ion karbonat. Proses sekresi ini sisa
reabsorpsi diteruskan keluar.
2. Eliminasi Fekal
Gangguan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi
yangdisertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau
pengelaranfeses yang keras, kering dan banyak (Nanda International, Diagnosis
Keperawatan, 2012)
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan .Saluran pen-
ernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya
untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan pen-
ampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. organ utama yang
berperan dalam eliminasi fekal adalah usus besar, Usus besar memiliki beberapa
fungsi utama yaitu mengabsorpsi -airan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan
dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding ususdari trauma oleh
f'eses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan
berkontraksi. Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestine. Pusat
refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena
adanya feses dalam rectum
2. Eliminasi fekal
a. Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan
padalansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya
kemampuanfisiologis sejumlah organ.
b. Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan
yangdikonsumsi. Sebagai contoh, makanan berserat akan
mempercepatproduksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan
yang masukkedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan defekasi.
c. Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Inikarena
jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat
d. Tonus Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yangcukup
akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkanmateri feses
bergerak disepanjang kolon.
e. Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau motilitasusus
sehingga dapat menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dankatartik
dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akantetapi, jika
digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapatmenurunkan tonus
usus sehingga usus menjadi kurang responsif terhadapstimulus laksatif. Obat-
obat lain yang dapat mengganggu pola defekasiantara lain: analgesik
narkotik,opiat, dan anti kolinergik.
g. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
h. Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak,
atau kebiasaan menahan buang air besar.
i. Aktivitas fisik
Orang yang banyak bergerak akan mempengaruhi mortilitas usus.
j. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi tersebut
memungkinkan individu mengerahkan tekanan yang terabdomendan
mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
k. Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir
kehamilan . seiring bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat
menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses
.Akibatnya , ibu hamil sering kali mengalami hemoroid permanen
karenaseringnya mengedan saat defekasi
C. Klasifikasi
1. Eliminasi urine
a. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemihakibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
b. Dysuria
Adanya rasa setidak sakit atau kesulitan dalam berkemih .
c. Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml /hari ,
tanpa adanya intake cairan .
d. Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal
untukmengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .
e. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine.
2. Eliminasi fekal
a. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti
olehpengeluaran feses yang lama atau keras dan kering .
b. Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksiadalah
kumpulan feses yang mengeras , mengendap di dalam rektum , yangtidak dapat
dikeluarkan
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran fesesyang
cair dan tidak berbentuk . Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran
d. Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dangas
dari anus .
e. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dankram.
f. Hemoroid
adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisanrektum
D. Gejala klinis
1. Eleminasi urine
Retensi urine
Ketidaknyamanan daerah pubis.
Distensi kandung kemih.
Ketidaksanggupan untuk berkemih.
Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25 – 50 ml )
2. Eleminasi Fekal
Diare
Nyeri atau kejang abdomen.
Kadang disertai darah atau mukus.
Kadang vomitus atau nausea.
Bila berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya kelemahan dan kurus
E. Pemeriksaan fisik
1. Eliminasi urine
a. Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran , distensi kandung kemih ,
pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .
b. Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia . Amati adanya bengkak , rabas , atau
radang pada meatus uretra .
c. Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine normal
2. Eliminasi fekal
a. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada bagian
yang tampak saja
Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas , adanya
distensi atau gerak peristaltik .
Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas , frekuensi dan
kualitasnya.
Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi
berupa cairan , massa , atau udara . mulailah pada bagian kanan atas dan
seterusnya .
Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen serta adanya
nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen .
b. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
c. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan
jumlahnya .
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Pola defekasidan keluhan selama defekasi
Pengkajian ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi,
secara normal, frekuensi buang air besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan
orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari
adalah 150 g
2. Keadan feses, meliputi
Warna, bau, konsitensi, bentuk
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal
Faktor yang meningkatkan Eliminasi :
a. Lingkungan yang bebas
b. Kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, privasi.
c. Diet tinggi serat
d. Asupan cairan normal (jus buah, cairan hangat)
e. Olahraga
f. Kemampuan untuk mengambil posisi jongkok
g. Laksatif atau katartik secara tepat
5. Intervensi Keperawatan
1) Kontisipasi berhubungan dengan tidak adekuatnya diet yang berserat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kontisipasi dapat teratasi
Intervensi :
1. Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur, misalnya pergi ke
kamarmandi satu jam setelah makan pagi dan tinggal di sana sampai ada
keinginan untuk buangair.
2. Meningkatkan asupan cairan dengan banyak minum.
3. Diet yang seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.-
Melakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut.
4. Mengaturposisi yang baik untuk buang air besar, sebaiknya posisi duduk
denganlutut melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu prosesnya.
5. Anjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam buang air besar.
6. Berikan obat laksanatif, misalnya dulcolaxTM atau jenis obat supositoria.
7. Lakukan enema (huknah)
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Jakarta: EGC
Hidayat Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
salemba medika