Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, beahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 1[1]
Apabila kita perhatikan tujuan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional, yaitu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya dalam arti tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka
harus didukung oleh tenaga pendidik yang berkinerja baik. Kinerja tenaga pendidik akan bisa
ditingkatkan bila didukung dengan adanya supervisi, motivasi dan pemberian bimbingan yang baik.
Kepala sekolah memegang peranan penting terhadap kinerja tenaga pendidik dan juga
perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para
guru, pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya
mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah siswa, hubungan sekolah dengan
masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sangat bergantung pada
kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah. Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus
memiliki berbagai persyaratan agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Masing-masing
persyaratan ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah memiliki
ijazah, kemampuan mengajar, kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman kerja.
Kepala sekolah harus menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai administrator, karena administrasi
sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa sokongan dari kepala sekolah. Untuk menunjang
produktifitas sekolah, kepala sekolah harus bisa membuat perencanaan, kemana dan bagaimana
sekolahan tersebut akan dibawa. Selain membuat perencanaan, kepala sekolah juga harus membuat
struktur organisasi sekolah dengan baik, dengan tujuan untuk membagi tugas masing-masing
anggotanya dan harus bisa menyesuaikan antara tugas dan kemampuannya, sehingga bisa bekerja
secara optimal.
Guru sebagai ujung tombak yang utama dalam pendidikan, mempunyai peran mengadakan
pembelajaran. Dalam melaksanakan perannya tersebut harus melakukan berbagai kegiatan antara
lain merencanakan, menyiapkan, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Supaya guru dapat menjalankan perannya dengan baik, maka guru harus menguasai sejumlah
kompetensi yang telah ditetapkan dan bekerja dengan professional. Selain itu juga harus ada

1 [1] Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan thn 2006.hal 5
pembinaan dan pengawasan yang baik dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang berkualitas dan pada akhirnya bisa meningkatkan
kualitas pendidikan.
Kinerja guru yang kurang professional, seperti diungkapkan oleh Mulyasa, “Dalam praktek
kehidupan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan
tugas dan fungsinnya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru,
bahkan masih banyak diantaranya menganggap hal biasa dan wajar.” 2[2] Maka dari itu diperlukan
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah, karena salah satu tugas dan fungsi kepala
sekolah yaitu sebagai supervisor. Seperti yang diungkapkan oleh Sulistyorini, ”Kepala sekolah
berfungsi dan bertugas sebagai (1) Administrator, (2) Manajer, (3) Supervisor, (4) Edukator.”3[3]
Dari latar belakang masalah diatas, sebagian dari tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagi
administrator dan sebagai supervisor, maka penulis menyajikan makalah dengan judul ”Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis rumuskan rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana standar kepala sekolah?
2. Bagaiman kepala sekolah sebagai administrator?
3. Bagaiman kepala sekolah sebagai supervisor?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui standar kepala sekolah.
2. Untuk mengetahui kepala sekolah sebagai administrator.
3. Untuk mengetahui kepala sekolah sebagai supervisor.

2 [2] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal.10
3 [3] Sulistyorini, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS, 2008 hal. 90
BAB II
PEMBAHASAN

A. STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH 4[4]

1. Kualifikasi
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

2. Kompetensi
a. Kepribadian
1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadI teladan
akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/
madrasah.
6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b. Manajerial
1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah
secara optimal.
4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif.
5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.

4 [4] http//: litbangkemdiknas.net/.../Permen%20No tgl 08 Desember 2011


6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal.
8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.
9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta didik.
10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional.
11) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
12) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah/madrasah.
13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran
dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
14) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/
madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
c. Kewirausahaan
1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif.
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi / jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar peserta didik.
d. Supervisi
1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
3) Menindaklanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
e. Sosial
1) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

B. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR


”Kepala sekolah sebagai administrator menurut Mulyasa 2006, 107-110 memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan
dan pendokumenan seluruh program sekolah secara spesifik. Kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia,
administrasi kearsipan dan administrasi keuangan.” 5[5] Kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan
cara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.
Kemampuan-kemampuan kepala sekolah terkait sebagai administrator dapat dijabarkan dalam
tugas-tugas operasional berikut: 6[6]
1. Kemampuan kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi
bimbingan konseling, adminstrasi kegiatan praktikum dan kelengkapan data administrasi kegiatan
belajar mengajar.
2. Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan
kelengkapan data administrasi peserta didik, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan
ekstrakurikuler dan penyusunan data admnistrasi hubungan sekolah dengan orang tua dan peserta
didik.
3. Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan
kelengkapan data administrasi tenaga guru serta pengembangan kelengkapan data administrasi
tenaga kependidikan seperti pustakawan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah dan teknisi.
4. Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, pengembangandata administrasi
meubeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat kantor (AMK), pengembangan
kelengkapan data administrsi buku atau bahan pustaka, kelengkapan data administrsi alat
laboratorium, serta pengembangan kelengkapan data administrsi alat bengkel.
5. Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan
kelengkapan data administrsi surat masuk, kelengkapan data administrsi surat keluar,
pengembangan kelengkapan data administrsi surat keputusan, pengembangan kelengkapan data
administrsi surat edaran.
5 [5] Sulistyorini, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS, 2008 hal. 90
6 [6] Ibid hal 90
6. Kemampuan mengelola administrasi keuangan diwujuudkan dalam pengembangan administrasi
keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang
tua peserta didik, dari pemerintah diantaranya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pengembangan proposal untuk mencari bantuan keuangan dan pengembangan propposal untuk
mencari berbagai kemungkinan dalam mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang
tidak mengikat.
Herk (1994) menyarankan agar kepala sekolah sebagai administrator tidak memandang guru
sebagai bawahan, melainkan sebagai teman sejawat.7[7] Sikap dan perilaku administrator
hendaknya bisa membuat guru-guru lebih merasa dihargai dan dihormati kemampuan
profesionalnya. Sehingga guru-guru tidak segan menanyakan dan mendiskusikan sesuatu yang
berkaitan dengan tugasnya kepada administrator. Komunikasi antar guru dan administrator akan
menjadi lancar. Situasi ini akan mempermudah administrator memberi drongan kepada guru-guru
untuk meningkatkan prestasi kerja mereka.
Untuk mensukseskan tugasnya, maka administrator hendaknya memiliki ketrampilan sebagai
berikut: 8[8]
1. Ketrampilan konsep adalah suatu ketrampilan untuk menciptakan konsep-konsep baru baik
untuk kepentingan manajemen maupun administrasi sekolah.
2. Kemampuan manusiawi adalah kemampuan administrator untuk berkomunikasi, membina dan
menunjukkan perilaku kepada para personalia sekolah terutama para guru.
3. Ketrampilan tehnik adalah ketrampilan tentang tehnik-tehnik mendidik, mengajar dan
ketatausahaan.
Menurut Purwanto ” Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap
kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai administrator.” 9[9]
Adapun tugas dan fungsi dari kepala sekolah sebagai administrator adalah sebagai berikut:
1. Membuat Perencanaan
Salah satu fungsi utama dan pertama dari kepala sekolah adalah membuat perencanaan.
Perencanaan merupakan syarat mutlak bagi setiap organisasi atau kelompok agar dapat berjalan
dengan baik. Dalam rangka membuat perencanaan, kepala sekolah paling harus membuat rencana
tahunan, dalam rencana tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang berikut ini:
a. Program pengajaran. Termasuk dalam program pengajaran antara lain; pembagian tugas
mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pembelajaran.

7 [7] Ibid hal 99


8 [8] Ibid hal 101
9 [9] Ibid hal 102
b. Kesiswaan, antara lain; syarat-syarat penerimaan murid baru, pengelompokan siswa,
pembagian kelas, pelayanan bimbingan dan konseling dan pelayanan kesehatan.
c. Kepegawaian, antara lain; penerimaan guru baru, pembagian tugas guru dan pegawai, mutasi
atau promosi guru dan pegawai.
d. Keuangan, mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah
direncanakan.
e. Perlengkapan, antara lain meliputi; sarana dan prasarana sekolah, rehabilitasi gedung,
penambahan ruang kelas dan lainnya.
Perlu diperhatikan oleh kepala sekolah, bahwa dalam membuat perencanaan tersebut, harus
diperhitungkan dengan matang, selain itu perencanaan juga harus transparan dan dilakukan dengan
musyawarah dengan pegawai, dewan guru dan atau komite sekolah.
2. Menyusun Organisasi Sekolah
Organisasi mengambarkan adanya pembidangan fungsi dan tugas dari masing-masing kesatuan.
Dalam suatu susunan dan struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing
kesatuan, serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kesatuan tersebut. Dengan kata lain,
dengan melihat struktur organisasi dapat diketahui bentuk pola hubungan. 10[10]
Maka dari semua itu, kepala sekolah sebagai administrator pendidikan harus menyusun organisasi
sekolah yang dipimpinnya, melaksanakan pembagian tugas dan wewenangnya kepada guru-guru
serta pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang telah disusun dan disepakati.
Untuk mmenyusun organisasi sekolah yang baik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Mempunyai tujuan yang jelas.
b. Para anggotanya menerima dan memahami tujuan tersebut.
c. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan dan kesatuan pikiran.
d. Adanya keatuan perintah
e. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam organisasi
tersebut.
f. Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan atau bakat
masing-masing.
g. Struktur organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan
koordinasi, pengawasan dan pengendalian.
h. Pola organisasi hendaknya relatif permanen.
i. Adanya jaminan keamanan/kenyamanan dalam bekerja.
j. Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas tergambar dalam
struktur atau bagan organisasi.

10[10]Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hal 23
3. Bertindak sebagai Koordinator dan Pengarah
Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam
struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan pengarahan dari kepala
sekolah. Adanya koordinasi dari kepala sekolah yang baik dapat menghindarkan dari adanya
persaingan yang tidak sehat, baik antar personal maupun antar bagian yang ada dalam sekolahan
tersebut. Dengan adanya koordinator yang baik maka akan tercipta suasana kekeluargaan, saling
tolong menolong dalam mengerjakan tugas, saling membantu untuk menggapai tujuan bersama,
baik dalam hal pembelajaran dan administrasi. Dengan demikian, kualitas pendidikan di sekolah
tersebut dapat ditingkatkan.
4. Melaksanakan Pengelolaan Kepegawaian
Kepala sekolah harus dapat melakukan pengelolaan kepegawaian, atau manajemen pegawai, yang
meliputi; (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian
pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,
yakni tersedianya tanaga kependidikan Islam yang diperlukan dengan kuaifikasi dan kemampuan
yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas. 11[11]
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif untuk sekaran dan masa depan. Penyuusunan rencana personalia yang
baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap danjeas tentang pekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan dalam organisasi. Oleh karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai dalam suatu lembaga,
baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, perlu
dilakukan kegiatan rekruitmen, yaitu usaha usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon
pegawai yang memenuhi syarat.
Selanjutnya diadakan pembinaan dan pengembangan pegawai-pegawai yang sudah direkrut. Hal ini
sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan mmeningkatkat kinerja pegawai. Kegiatan
ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan yang selanjutnya
adalah mengusahakan supaya calon tersebut menjadi anggota organisasi yang sah sehingga
mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota organisasi atau lembaga. Setelah pengangkatan
pegawai maka akan dialakukan penempatan atau penugasan kepada pegawai tersebut.
Pemberhentian pegawai adalah putusnya hubungan kerja sama antara pegawai tersebut dengan
organisasi atau lembaga yang sebelumnya ia bekerja di sana.

11[11] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam ,(Surabaya: eLKAF,2006) hal 47-48


Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan
uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kommpensasi, selain dalam
bentuk gaji, dapat berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain sebagainya.
Kegiatan selanjutnya adalah evaluasi atau penilaian dari pelaksanaan fungsi-fungsi yang
dikemukakan diatas. Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran
sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi
pegawai itu sendiri.
Ketujuh fungsi manajemen diatas harus dilaksanakan dengan cermat, rapi dan teratur, demi
berhasilnya pengelolaan kepegawaian dalam sebuah lembaga pendidikan. Semua hal tersebut tidak
terlepas dari kepiawaian dalam manajemen dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dari
organisasi sekolah di samping juga adanya kerja sama yang selaras antar pegawai.

C. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR


Supervisor berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervisi artinya ”pengawasan” dari kata tersebut
muncul kata supervisor yang artinya pengawas atau pengamat. Supervisi di bidang pendidikan
adalah suatu proses pembimbingan dari pihak yang berkompeten kepada guru-guru dan kepada
personalia sekolah yang langsung menangani belajar siswa untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang lebih meningkat. 12[12]
Supervisi pendidikan ada dua macam yaitu supervisi akademis dan supervisi administrasi. Supervisi
akademis adalah kegiatan pembimbingan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personal
maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi pembelajaran yang lebih baik demi
terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi administrasi yaitu pada pelaksanaannya hanya difokuskan
pada penampilan mengajar guru (terpusat pada guru) yang meliputi aspek kemampuan mengajar
guru yang terkandung di dalamnya kemampuan mengatur perencanaan pembelajaran, kemampuan
mengajar materi pelajaran dan personal sosial atau pergaulan dengan siswa. 13[13]
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar secara
total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tapi
juga pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas
pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang
terkait. 14[14]
Dalam pelaksanaannya sebagai supervisor, maka kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-
prinsip supervisi yaitu:
1. Ilmiah (Scientific)
Yang mencakup unsur-unsur:

12[12] Ahmad Ashari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, Jakarta 2004 hal 1
13[13] Ibid hal 2
14[14]Depag RI Direktorat Kelembagaan Islam, Pedoman Pengambangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: 2004 hal 28
a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
b. Obyektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.
c. Mengunakan alat (instrument) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2. Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup
menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif
Maksudnya adalah seluruh staf dapat bekerja sama dan mengembangkan usaha bersama dalam
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4. Konstruktif dan kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang
merasa aman dan dapat mengambangkan potensinya.
Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu mengubah sikap para pemimpin pendidikan yang
hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggotanya. Sikap
korektif harus diganti dengan sikap yang menciptakan situasi dimana orang merasa aman dan
tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Kepala sekolah sebagai supervisor, berarti kepala sekolah menjalankan fungsi supervisi, adapun
fungsi supervisi menurut Sahertian adalah sebagai berikut:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Oleh karena perubahan terus menerus terjadi, sehingga kegiatan sekolah juga makin bertambah,
maka perlu adanya koordinasi yang baik terhadap semua usaha sekolah, misalnya dalam
menentukan kebijakan sekolahan dan merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah
termasukprogram-program sepanjang tahun ajaran perlu adanya koordinasi yang baik dari semua
personel sekolah.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Dalam masyarakat demokratis, kepemimpinan yang demokratis perlu dikembangkan.
Kepemimpinan merupakan suatu ketrampilan yang harus dipelajari dan harus melalui latihan yang
terus menerus. Dengan melatih dan memperlengkapi guru-guru agar memiliki ketrampilan dalam
kepemimpinan di sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru
Akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia selalu ingin mencapai kemajuan
yang semaksimal mungkin. Seseorang yang akan jadi pemimpin, bila ia mau belajar dari
pengalaman nyata dilapangan melalui pengalaman baru, maka ia dapat belajar untuk memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar baru.
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
Usaha-usaha kreatif bersumber pada pandangan manusia. Semua orang percaya bahwa manusia
diciptakan dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Supervisi bertugas untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi
kreatifitas dalam dirinya.
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya diperlukan penilaian terus menerus. Melalui penelitian
dapat dikektahui kelebihan dan kelemahan seseorang dari hasil dan proses balajar mengajar.
Penilaian harus bersifat menyeluruh dan kontinu.
6. Menganalisis situasi belajar mengajar
Supervisi dilakukan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Agar
usaha memperbaiki situasi belajar mengajar dapat tercapai, maka perlu dianalisis hasil dan proses
pembelajaran. Penganalisaan membberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha
kearah perbaikan. Suatu pembelajaran akan mengalami pertumbuhan bila selalu ada usaha
perbaikan yang terus menerus.
7. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepda setiap anggota
Setiap guru mempunyai potensi dan dorongan untuk berkembang. Kebanyakan potensi-potensi
tidak berkembang karena berbagai faktor, baik faktor obyektif maupun subyektif. Supervisi
memberi dorongan stimulasi dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dalam hal
ketrampilan mengajar. Kemampuan-kemampuan dalam mengajar hanya bisa dicapai bila ada
latihan, mengulang dan dengan sengaja dipelajari.
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada
hierarki kebutuhan yang harus selaras, setiap guru harus mampu mengukur kemampuannya masing-
masing. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi supervisi pendidikan. 15[15]
Dalam rangka pembinaan profesionalisme guru yang pada gilirannya meningkatkan mutu proses
dan hasil pembelajaran maka para supervisor hendaknya melakukan peran sebagai berikut:
1. Narasumber, dituntut untuk mengenal dan memahami masalah pengajaran
2. Konsultan atau penasehat. Supervisor hendaknya dapat membantu guru melakukan cara-cara
yang lebih baik dan mengelola proses pembelajaran.
3. Fasilitator. Supervisor harus mengusahakan sumber-sumber profesional baik materi seperti
buku dan alat pelajaran maupun sumber manusia yaitu narasumber modul diperoleh guru.
4. Motifator. Supervisor hendaknya membangkitkan dan memelihara kegairahan kerja guru untuk
mencapai prestasi kerja yang semakin baik.

15[15] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000, hal 22-25
5. Pelopor pembaharuan. Supervisor jangan merasa puas dengan cara-cara dan hasil yang sudah
dicapai, tetapi harus memiliki prakarsa untuk melakukan perbaikan agar guru juga melakukan hal
serupa. 16[16]
Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1)
meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya (2)
meningkatnya ketrampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. 17[17]
D. ANALISIS
1. Dalam era globalisasi ini, pendidikan di Indonasia semakin lama semakin maju, meskipun di
mata dunia mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Para guru dan personel sekolah semakin
menyadari bahwa betapa pentingnya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini ditandai dengan usaha
guru untuk meningkatkan wawasan, pengalaman dan kemampuanya dalam bidang pendidikan
seperti mengikuti seminar, workshop, kursus dan para guru sudah banyak yang mengenyam
pendidikan pada jenjang lebih tinggi, tidak hanya puas pada jenjang pendidikan S1 saja. Dari sisi
lain, sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program pascasarjana sehingga dapat
menampung para guru yang ingin melanjutkan studinya, untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasannya demi terciptanya guru-guru yang berkualitas dan pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
2. Melihat kenyataan di lapangan kiranya pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai administrator
maupun sebagi supervisor masih perlu ditingkatkan , misalnya secara umum kita temui bahkan kita
mengalami betapa banyak dan menumpuknya tugas melengkapi administrasi yang belum
terselesaikan dengan baik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa masih lemahnya keadministrasian
dan kedisiplinan kita dalam menjalankan tugas.
3. Terkait dengan pelaksanaan supervisi pendidikan kiranya masih belum optimal dilaksanakan
dan paradigma supervisi masih dianggap sebagai inspeksi. Padahal terdapat perbedaan mendasar
antara supervisi dan inspeksi. Paradigma dan praktek supervisi ini yang harus kita luruskan.
4. Masih rendahnya kesadaran diri, serta niat dan tekad dari tenaga kependidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang ada dalam lembaga pendidikannya. Apalagi ketika sudah
menjadi pegawai negeri sipil dan sudah mendapatkan gaji tetap, terkadang tenaga pendidikan akan
terlena dengan kompensasi yang ia terima pada akhirnya tidak bekerja dengan optimal, merasa
cukup atau puas dengan kinerja yang sudah ia lakukan. Oleh karena itu, kepala sekolah dan seluruh
guru maupun stafnya perlu memperbaiki niat, tekad dan kesadaran diri untuk meningkatkan
kinerjanya demi meningkatkan mutu pendidikan.

16[16] Sulistyorini, Kepemimpinan Kepala.......... hal 170


17[17] Ibid, hal 166
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Standar Kepala Sekolah/Madrasah
a. Kualifikasi
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-
PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang
berwenang.
b. Kompetensi
1) Kepribadian
2) Manajerial
3) Kewirausahaan
4) Supervisi
5) Sosial

2. Kepala Sekolah Sebagai Administrator


a. Kemampuan-kemampuan kepala sekolah terkait sebagai administrator dapat dijabarkan dalam
tugas-tugas operasional sebagai berikut:
1) Kemampuan kurikulum.
2) Kemampuan mengelola administrasi peserta didik.
3) Kemampuan mengelola administrasi personalia.
4) Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana.
5) Kemampuan mengelola administrasi kearsipan.
6) Kemampuan mengelola administrasi keuangan.
b. Kepala sekolah sebagai adminnistrator berfungsi sebagai berikut:
1) Menyusun atau membuat perencanaan.
2) Menyusun organisasi sekolah.
3) Menjadi koordinator dan pengarah.
4) Melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
a. Kepala sekolah sebagai supervisor, berarti kepala sekolah menjalankan fungsi supervisi, adapun
fungsi supervisi adalah sebagai berikut:
1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
6) Menganalisis situasi belajar mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepda setiap anggota
8) Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
b. Supervisor hendaknya melakukan peran sebagai berikut:
1) Narasumber,
2) Konsultan atau penasehat.
3) Fasilitator.
4) Motifator.
5) Pelopor pembaharuan.
B. SARAN
1. Bagi Kepala Sekolah
Hendaknya selalu konsisten dan kontinu dalam melaksanakan supervisi, karena pelaksanaan
supervisi tersebut akan dapat meningkatkan kinerja guru yang pada akhirnya dapat
meningkatkatkan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan.
2. Bagi Guru
Hendaklah selalu meniingkatkan kinerjanya dalam melakukan proses pembelajaran, baik ketika ada
maupun tidak ada supervisi dari kepala sekolah
3.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan, Yoyakarta: Aditya Media, Jakarta,
1985.
Ashari, Ahmad. Supervisi Rencana Pembelajaran, Jakarta: Rian Putra, 2004
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Pedoman Pengembangan
Administrasi dan Suupervisi Pendidikan. Jakarta: 2004
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI tentang Pendidikan thn 2006.
http:// litbangkemdiknas.net/.../Permen%20No… tgl 08 Desember 2011
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Purwanto, Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Sulistyorini. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS,
2008
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF, 2006

Anda mungkin juga menyukai