PENDAHULUAN
1 [1] Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan thn 2006.hal 5
pembinaan dan pengawasan yang baik dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang berkualitas dan pada akhirnya bisa meningkatkan
kualitas pendidikan.
Kinerja guru yang kurang professional, seperti diungkapkan oleh Mulyasa, “Dalam praktek
kehidupan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan
tugas dan fungsinnya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru,
bahkan masih banyak diantaranya menganggap hal biasa dan wajar.” 2[2] Maka dari itu diperlukan
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah, karena salah satu tugas dan fungsi kepala
sekolah yaitu sebagai supervisor. Seperti yang diungkapkan oleh Sulistyorini, ”Kepala sekolah
berfungsi dan bertugas sebagai (1) Administrator, (2) Manajer, (3) Supervisor, (4) Edukator.”3[3]
Dari latar belakang masalah diatas, sebagian dari tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagi
administrator dan sebagai supervisor, maka penulis menyajikan makalah dengan judul ”Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis rumuskan rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana standar kepala sekolah?
2. Bagaiman kepala sekolah sebagai administrator?
3. Bagaiman kepala sekolah sebagai supervisor?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui standar kepala sekolah.
2. Untuk mengetahui kepala sekolah sebagai administrator.
3. Untuk mengetahui kepala sekolah sebagai supervisor.
2 [2] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal.10
3 [3] Sulistyorini, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS, 2008 hal. 90
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kualifikasi
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
2. Kompetensi
a. Kepribadian
1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadI teladan
akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/
madrasah.
6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b. Manajerial
1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah
secara optimal.
4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif.
5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
10[10]Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hal 23
3. Bertindak sebagai Koordinator dan Pengarah
Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam
struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan pengarahan dari kepala
sekolah. Adanya koordinasi dari kepala sekolah yang baik dapat menghindarkan dari adanya
persaingan yang tidak sehat, baik antar personal maupun antar bagian yang ada dalam sekolahan
tersebut. Dengan adanya koordinator yang baik maka akan tercipta suasana kekeluargaan, saling
tolong menolong dalam mengerjakan tugas, saling membantu untuk menggapai tujuan bersama,
baik dalam hal pembelajaran dan administrasi. Dengan demikian, kualitas pendidikan di sekolah
tersebut dapat ditingkatkan.
4. Melaksanakan Pengelolaan Kepegawaian
Kepala sekolah harus dapat melakukan pengelolaan kepegawaian, atau manajemen pegawai, yang
meliputi; (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian
pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,
yakni tersedianya tanaga kependidikan Islam yang diperlukan dengan kuaifikasi dan kemampuan
yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas. 11[11]
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif untuk sekaran dan masa depan. Penyuusunan rencana personalia yang
baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap danjeas tentang pekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan dalam organisasi. Oleh karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai dalam suatu lembaga,
baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, perlu
dilakukan kegiatan rekruitmen, yaitu usaha usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon
pegawai yang memenuhi syarat.
Selanjutnya diadakan pembinaan dan pengembangan pegawai-pegawai yang sudah direkrut. Hal ini
sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan mmeningkatkat kinerja pegawai. Kegiatan
ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan yang selanjutnya
adalah mengusahakan supaya calon tersebut menjadi anggota organisasi yang sah sehingga
mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota organisasi atau lembaga. Setelah pengangkatan
pegawai maka akan dialakukan penempatan atau penugasan kepada pegawai tersebut.
Pemberhentian pegawai adalah putusnya hubungan kerja sama antara pegawai tersebut dengan
organisasi atau lembaga yang sebelumnya ia bekerja di sana.
12[12] Ahmad Ashari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, Jakarta 2004 hal 1
13[13] Ibid hal 2
14[14]Depag RI Direktorat Kelembagaan Islam, Pedoman Pengambangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: 2004 hal 28
a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
b. Obyektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.
c. Mengunakan alat (instrument) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2. Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup
menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif
Maksudnya adalah seluruh staf dapat bekerja sama dan mengembangkan usaha bersama dalam
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4. Konstruktif dan kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang
merasa aman dan dapat mengambangkan potensinya.
Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu mengubah sikap para pemimpin pendidikan yang
hanya memaksa bawahannya, menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggotanya. Sikap
korektif harus diganti dengan sikap yang menciptakan situasi dimana orang merasa aman dan
tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Kepala sekolah sebagai supervisor, berarti kepala sekolah menjalankan fungsi supervisi, adapun
fungsi supervisi menurut Sahertian adalah sebagai berikut:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Oleh karena perubahan terus menerus terjadi, sehingga kegiatan sekolah juga makin bertambah,
maka perlu adanya koordinasi yang baik terhadap semua usaha sekolah, misalnya dalam
menentukan kebijakan sekolahan dan merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah
termasukprogram-program sepanjang tahun ajaran perlu adanya koordinasi yang baik dari semua
personel sekolah.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Dalam masyarakat demokratis, kepemimpinan yang demokratis perlu dikembangkan.
Kepemimpinan merupakan suatu ketrampilan yang harus dipelajari dan harus melalui latihan yang
terus menerus. Dengan melatih dan memperlengkapi guru-guru agar memiliki ketrampilan dalam
kepemimpinan di sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru
Akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia selalu ingin mencapai kemajuan
yang semaksimal mungkin. Seseorang yang akan jadi pemimpin, bila ia mau belajar dari
pengalaman nyata dilapangan melalui pengalaman baru, maka ia dapat belajar untuk memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar baru.
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
Usaha-usaha kreatif bersumber pada pandangan manusia. Semua orang percaya bahwa manusia
diciptakan dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Supervisi bertugas untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi
kreatifitas dalam dirinya.
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya diperlukan penilaian terus menerus. Melalui penelitian
dapat dikektahui kelebihan dan kelemahan seseorang dari hasil dan proses balajar mengajar.
Penilaian harus bersifat menyeluruh dan kontinu.
6. Menganalisis situasi belajar mengajar
Supervisi dilakukan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Agar
usaha memperbaiki situasi belajar mengajar dapat tercapai, maka perlu dianalisis hasil dan proses
pembelajaran. Penganalisaan membberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha
kearah perbaikan. Suatu pembelajaran akan mengalami pertumbuhan bila selalu ada usaha
perbaikan yang terus menerus.
7. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepda setiap anggota
Setiap guru mempunyai potensi dan dorongan untuk berkembang. Kebanyakan potensi-potensi
tidak berkembang karena berbagai faktor, baik faktor obyektif maupun subyektif. Supervisi
memberi dorongan stimulasi dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dalam hal
ketrampilan mengajar. Kemampuan-kemampuan dalam mengajar hanya bisa dicapai bila ada
latihan, mengulang dan dengan sengaja dipelajari.
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
Untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada
hierarki kebutuhan yang harus selaras, setiap guru harus mampu mengukur kemampuannya masing-
masing. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi supervisi pendidikan. 15[15]
Dalam rangka pembinaan profesionalisme guru yang pada gilirannya meningkatkan mutu proses
dan hasil pembelajaran maka para supervisor hendaknya melakukan peran sebagai berikut:
1. Narasumber, dituntut untuk mengenal dan memahami masalah pengajaran
2. Konsultan atau penasehat. Supervisor hendaknya dapat membantu guru melakukan cara-cara
yang lebih baik dan mengelola proses pembelajaran.
3. Fasilitator. Supervisor harus mengusahakan sumber-sumber profesional baik materi seperti
buku dan alat pelajaran maupun sumber manusia yaitu narasumber modul diperoleh guru.
4. Motifator. Supervisor hendaknya membangkitkan dan memelihara kegairahan kerja guru untuk
mencapai prestasi kerja yang semakin baik.
15[15] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000, hal 22-25
5. Pelopor pembaharuan. Supervisor jangan merasa puas dengan cara-cara dan hasil yang sudah
dicapai, tetapi harus memiliki prakarsa untuk melakukan perbaikan agar guru juga melakukan hal
serupa. 16[16]
Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1)
meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya (2)
meningkatnya ketrampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. 17[17]
D. ANALISIS
1. Dalam era globalisasi ini, pendidikan di Indonasia semakin lama semakin maju, meskipun di
mata dunia mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Para guru dan personel sekolah semakin
menyadari bahwa betapa pentingnya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini ditandai dengan usaha
guru untuk meningkatkan wawasan, pengalaman dan kemampuanya dalam bidang pendidikan
seperti mengikuti seminar, workshop, kursus dan para guru sudah banyak yang mengenyam
pendidikan pada jenjang lebih tinggi, tidak hanya puas pada jenjang pendidikan S1 saja. Dari sisi
lain, sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program pascasarjana sehingga dapat
menampung para guru yang ingin melanjutkan studinya, untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasannya demi terciptanya guru-guru yang berkualitas dan pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
2. Melihat kenyataan di lapangan kiranya pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai administrator
maupun sebagi supervisor masih perlu ditingkatkan , misalnya secara umum kita temui bahkan kita
mengalami betapa banyak dan menumpuknya tugas melengkapi administrasi yang belum
terselesaikan dengan baik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa masih lemahnya keadministrasian
dan kedisiplinan kita dalam menjalankan tugas.
3. Terkait dengan pelaksanaan supervisi pendidikan kiranya masih belum optimal dilaksanakan
dan paradigma supervisi masih dianggap sebagai inspeksi. Padahal terdapat perbedaan mendasar
antara supervisi dan inspeksi. Paradigma dan praktek supervisi ini yang harus kita luruskan.
4. Masih rendahnya kesadaran diri, serta niat dan tekad dari tenaga kependidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang ada dalam lembaga pendidikannya. Apalagi ketika sudah
menjadi pegawai negeri sipil dan sudah mendapatkan gaji tetap, terkadang tenaga pendidikan akan
terlena dengan kompensasi yang ia terima pada akhirnya tidak bekerja dengan optimal, merasa
cukup atau puas dengan kinerja yang sudah ia lakukan. Oleh karena itu, kepala sekolah dan seluruh
guru maupun stafnya perlu memperbaiki niat, tekad dan kesadaran diri untuk meningkatkan
kinerjanya demi meningkatkan mutu pendidikan.
A. KESIMPULAN
1. Standar Kepala Sekolah/Madrasah
a. Kualifikasi
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman
mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-
PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang
berwenang.
b. Kompetensi
1) Kepribadian
2) Manajerial
3) Kewirausahaan
4) Supervisi
5) Sosial
Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan, Yoyakarta: Aditya Media, Jakarta,
1985.
Ashari, Ahmad. Supervisi Rencana Pembelajaran, Jakarta: Rian Putra, 2004
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Pedoman Pengembangan
Administrasi dan Suupervisi Pendidikan. Jakarta: 2004
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI tentang Pendidikan thn 2006.
http:// litbangkemdiknas.net/.../Permen%20No… tgl 08 Desember 2011
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Purwanto, Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Sulistyorini. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS,
2008
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF, 2006