ISNALDI
Fakultas Hukum
Universitas Indonesia
Abstract
This study is a normative legal research aims to determine the development of
oversight systems for supreme court and constitutional Judges in Indonesia. Law
society and Indonesian constitutional require formation of a free, independent,
clean and respectable judiciary, however, a oversight system must be supported
and equipped with external oversight, which the existing control is an internal
one. Through the third amendments to the Constitution of the Republic of
Indonesia in 1945, Judicial Commission was formed as a state institution in
charge of maintaining the honor, dignity and behavior of judges. The study was
based on the statutory provisions on Judicial Power, the Supreme Court,
Constitutional Court and the Judicial Commission formed after the Constitutional
Court Decision No. 005/PUU-IV/2006 that limit the authority of the judicial
commission on oversight of judges.
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan sistem pengawasan Hakim Agung
dan Hakim Konstitusi di Indonesia. Kebutuhan Hukum Masyarakat dan
ketatanegaraan Indonesia terhadap terbentuknya lembaga peradilan yang bebas,
mandiri, bersih dan berwibawa menyebabkan sistem pengawasan selama ini yang
hanya bersifat internal harus didukung, dilengkapi dengan pengawasan eksternal.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
2
PENDAHULUAN
1
Wasingatu Zakiyah, et al., Menyingkap Tabir Mafia Peradilan, cet. 1, (Jakarta:
Indonesia Corruption Watch, 2002), hal. 217.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
3
seperti polisi, hakim, jaksa dan advokat.2 Rendahnya kualitas aparat penegak
hukum hampir di semua negara berkembang adalah menjadi penyebab
terhambatnya proses penegakan hukum. Peranan manusia yang menjalankan
hukum itu (penegak hukum) menempati posisi strategis. Seperti apa yang
diungkapkan oleh Frans Hendra Winarta yang mengutip pendapat dari Roscoe
Pound menjelaskan bahwa hukum itu sangat bergantung pada orang yang
mengatur hukum tersebut, bukan dari hukum itu sendiri.3
Makin maraknya penyalahgunaan wewenang dan judicial corruption
tersebut disebabkan lemahnya sistem pengawasan. Sistem pengawasan internal
(fungsional) yang ada di lembaga peradilan tidak berjalan secara efektif.4 Badan
Pengawas Mahkamah Agung yang merupakan lembaga pengawas internal di
Mahkamah Agung dan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi belum bekerja
dengan baik. Kondisi itu memicu tumbuh dan berkembangnya tindakan abuse of
power yang menyebabkan judicial corruption (mafia peradilan) sulit diberantas.5
Mengingat pentingnya lembaga khusus pengawasan terhadap hakim
tersebut, maka Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
hasil amandemen ketiga telah melahirkan Komisi Yudisial, yaitu lembaga baru
yang berada dalam lingkungan kekuasaan kehakiman yang kewenangan utamanya
adalah menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksana kekuasaan kehakiman
yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konsitusi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh A. Ahsin Thohari, di beberapa negara, Komisi Yudisial muncul
sebagai akibat dari salah satunya disebabkan oleh lemahnya monitoring secara
intensif terhadap kekuasaan kehakiman, karena monitoring hanya dilakukan
secara internal saja.6 Pembentukan Komisi Yudisial juga didasari pada ide
pentingnya pengawasan hakim dalam rangka melakukan reformasi yang mendasar
terhadap sistem peradilan, tidak saja menyangkut penataan kelembagaannya
2
Imam Anshori, “Tujuh Faktor Sebabkan Penegakan Hukum Lemah,”
<http://www.antaranews.com>, diakses 9 April 213.
3
Roscoe Pound sebagaimana dikutip dalam Frans Hendra Winarta, “Reformasi Lembaga
Hukum Sebagai Dasar Pelaksanaan Reformasi Hukum Nasional,“
<http://.www.komisihukum.go.id>, diakses 1 Maret 2013.
4
Hermansyah, “Peran Lembaga Pengawas Eksternal Terhadap Hakim,”
<http//www.pemantau peradilan.com, diakses 3 Desember 2012.
5
Bunga Rampai Komisi Yudisial, Refleksi Satu Tahun Komisi Yudisial Republik
Indonesia, (Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2006), hal. 117.
6
Ibid., hal. 15.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
4
7
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi R.I, 2006), hal. 188.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
5
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
LN No. 3 Tahun 2009, Pasal 32 ayat (1).
9
Ibid., Pasal 32 ayat (2).
10
Ibid., Pasal 32A.
11
Ibid., Pasal 32A ayat (4)
12
“Uji materiil skb kode etik hakim dangkal ilmu pengetahuan,”
<http//www.tribunnews.com>, diakses 18 Maret 2012.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
7
penulis dalam menulis karya tulis ini. Harapan penulis dengan adanya karya tulis
ini kita dapat mengetahui dan melihat dengan jelas tentang bagaimana sistem
pengawasan sebagaimana dimaksud.
POKOK PERMASALAHAN
METODE PENELITIAN
17
Menurut J. Gijssel, Kajian Dogmatik Hukum berfokus pada hukum positif, antara lain :
(1) mempelajari aturan hukum dari segi teknis; (2) berbicara tentang hukum; (3) bicara hukum dari
segi hukum; dan (4) bicara problem yang konkret. Lihat J. Gijssel dalam Philipus M. Hadjon,
“Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif)”, (Surabaya: Jurnal Yuridika Fakultas Hukum
Airlangga Vol. IX No. 6, November-Desember 1994).
18
Terry Hutchinson, Researching and Writing in Law, (Sydney: Lawbook. Co., Pyrmont-
NSW, 2002), hal. 29. Lihat juga Peter Mahmud Marzukki, “Jurisprudence As Sui Generis
Discipline”, (Surabaya, Jurnal Hukum Yuridika Fakultas Hukum Universitas Airlangga Vol. XVII
No. 4 Juli 2004), hal. 309-310.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
8
yang bertujuan agar terjadinya saling melengkapi antara satu pendekatan dengan
pendekatan lainnya.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah dengan menghimpun
bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder
yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Untuk menunjang penelitian, penulis
menggunakan metoda pengumpulan data dan analisa data sebagai berikut, yaitu
pengumpulan data dengan menggunakan penelitian pustaka.
PEMBAHASAN
19
H. Moch Koesnoe, Kedudukan Dan Tugas Hakim Menurut Undang-Undang Dasar
1945 (Surabaya: Ubhara Press, 1998), hal. 1.
20
M. Yahya Harahap, Kekuasaan Mahkamah Agung dalam Pemeriksaan Kasasi dan
Peninjauan Kembali Perkara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 4.
21
Jimmly Asshiddiqie, Pengantar …..loc. cit., hal. 310.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
9
22
Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman”. LN tahun 1970 Nomor 74. Pasal 1.
23
Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004…….loc. cit., Pasal 1.
24
Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 ……. loc. cit., Pasal 1.
25
Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum. (Jakarta: Erlangga, 1980), hal.
251; International Covenant on Civil and Political Rights, Adopted and opened for signature,
ratification and accession by General Assembly resolution 2200 A (XXI) of 16 December 1966,
Entry Into Force: 23rd March 1976, inaccordance with Article 49.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
10
menetapkan hak-hak dan kewajibannya dan dalam setiap tuntutan pidana yang
ditujukan kepadanya.26
Kebebasan hakim pada lembaga peradilan hakikatnya merupakan
benteng (safeguard) dari rule of law.27 Kekuasaan kehakiman yang merdeka,
dalam arti bebas dari campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial lain,
merupakan ideologi universal masa kini maupun masa datang. Kekuasaan
Kehakiman yang merdeka merupakan ideologi yang dicetuskan paham trias
politica dan konsep negara hukum (Rechtstaat) atau state under rule of law yang
dikenal dengan semboyan supremasi hukum (the law is supreme). Konsep dan
ideologi negara hukum memberikan kedudukan yang bebas dan merdeka kepada
kekuasaan kehakiman.28
26
Diimplementasikan dalam Pasal 17 UU No.39 Tahun 1999, tentang Hak Asasi
Manusia, yang menyatakan: “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan
dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata,
maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil
untuk memperoleh putusan yang adil dan benar”.
27
Tetang Konsep Negara Hukum ini dapat dibaca secara lengkap dalam Sri Soemantri,
“Sistem Pemerintahan Republik Indonesia”, Jurnal Mimbar Hukum Vol. X No. 3 Nopember 2002,
hal. 190; Yance Arizona, “Konstitusi dalam Intaian Neoliberalisme”, Jurnal Konstitusi Vol. 1 No.
1 November 2008, Mahkamah Konstitusi RI, hal. 27.
28
M. Yahya Harahap, Kekuasaan…..loc. cit., hal. 5.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
11
29
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung ini
selengkapnya berbunyi:
(1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
(2) Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim di semua
lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya.
(3) Mahmakah Agung berwenang untuk meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua lingkungan Peradilan.
(4) Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang
dipandang perlu kepada Pengadilan di semua Lingkungan Peradilan.
(5) Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) sampai dengan
ayat (4) tidak boleh mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksan dan memutus
perkara.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 No. 73 dan Tambahan Lembaran Negara No.
3316
30
Republik Indonesia, Pasal 32 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985. LNRI Tahun 2009 No. 3. Selengkapnya
berbunyi:
(1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
pada semua badan peradilan yang berada dibawahnya dalam menyelenggarakan
kekuasaan kehakiman.
(2) Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Agung melakukan
pengawasan tertinggi terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan keuangan.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
12
(3) Mahkamah agung berwenang untuk meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua badan peradilan yang berada
dibawahnya.
(4) Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada
pengadilan di semua badan peradilan yang berada dibawahnya.
(5) Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus
perkara.
31
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011…..op. cit., Pasal 13.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
13
Kedudukan Yuridis Komisi Yudisial ditegaskan dalam Pasal 24B ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah:33
bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri, mempunyai kewenangan pokok
mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. Dengan frasa “dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Jika merujuk pada ketentuan diatas maka kata “hakim” diatas tidak hanya
terbatas pada Hakim Agung dan hakim dilingkungan Mahkamah Agung semata,
karena Undang-Undang Dasar 1945 tersebut tidak memberikan batasan terhadap
hakim mana yang dimaksud.
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tidak mengatur secara eksplisit mengenai defenisi dan
pengertian Hakim Konstitusi. Pasal 12 Undang-Undang ini hanya mengatur
tentang tugas dan kewenangan Hakim Konstitusi.34 Sementara Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disamping
menegaskan kedudukan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagai
organ negara yang melaksanakan Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang ini
juga mengatur tentang sistem pengawasan terhadap Hakim Agung dan hakim
di lingkungan Mahkamah Agung serta Hakim Konstitusi dan Komisi Yudisial
32
Jimly Asshiddiqie, “Kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam struktur ketatanegaraan
Indonesia,” <http//www.jimly.com>. Di akses tanggal 25 Juni 2013. Makalah disampaikan pada
Workshop tentang Koordinasi, Konsultasi, Evaluasi Implementasi MOU Helsinki dan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh serta Penyelenggaraan Pemilukada
Aceh 2011 yang Aman, Tertib dan Damai, di Jakarta, Kamis, 8 Desember 2011.
34
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004….. loc. cit., Pasal 12.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
14
35
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, Pasal 39 ayat (4) dan Pasal 40 ayat (1). LN Tahun 2009 Nomor 157.
36
Ibid, Pasal 44
37
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Pasal 27A ayat (1). LN.
Tahun 2011 Nomor 70.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
15
38
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-IV/2006 menyatakan bahwa Pasal 1
angka (5) sepanjang mengenai kata-kata “hakim Mahkamah Konstitusi”, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22 ayat (1) huruf e, Pasal 22 ayat (5), Pasal 23 ayat (2), Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (5),
Pasal 24 ayat (1) sepanjang mengenai kata-kata “dan/atau Mahkamah Konstitusi”, Pasal 25 ayat
(3) sepanjang mengenai kata-kata “dan/atau Mahkamah Konstitusi”, Pasal 25 ayat (4) sepanjang
mengenai kata-kata “dan/atau Mahkamah Konstitusi” Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial tidak mempunyai kekuatan hukum mengingat; Pasal 34 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
16
dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung dan Badan Peradilan.39 Jadi jelas
disini tidak termasuk Hakim pada Mahkamah Konstitusi. Dan dalam Undang-
undang perubahan ini tidak ada sama sekali mengatur tentang pengawasan
Hakim pada Mahkamah Konstitusi, praktis dalam Undang-Undang Komisi
Yudisial ini Hakim Mahkamah Konstitusi bukan merupakan Objek
Pengasawasan. Jika kita melihat rangkaian panjang tentang Judicial Review
semua hal yang berkaitan dengan pengawasan Hakim Mahkamah Konstitusi,
dimulai ketika pada Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004, kemudian
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, kemudian Surat Keputusan Bersama
(SKB) tentang Kode Etik dan Perilaku Hakim antara Mahkamah Agung dan
Komisi Yudisial yang juga di jucial review. Secara argumentasi hukum
memang bisa dibenarkan, tapi menurut penulis setiap Lembaga Negara, wajib
untuk bisa diawasi dan transparan dalam setiap kinerjanya, hal ini supaya
mencegah abuse of power dan mal administrasi, dan menurut penulis penting
sekali sebenarnya dalam rumusan tentang Pengawasan Hakim Oleh Komisi
Yudisial dalam Undang-Undang 1945 dibuat menjadi jelas dan disebutkan
objek pengawasannya, sehingga sesuai dengan asas kepatuhan terhadap hirarki
peraturan perundang-undangan, maka semua undang-undang yang mengatur
dan berhubungan dengan pengawasan hakim dalam hal lembaga yang
melaksanakan Kekuasaan Kehakiman wajib melaksanakan, karena kondisinya
sekarang adalah, Komisi yudisial yang dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memang tidak secara jelas dan lugas
mengatur tentang wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksana Kekuasaan Kehakiman.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dalam tulisan ini berdasarkan pokok permasalahan
yang telah disebutkan pada awal tulisan ini diantaranya adalah: Pertama, Sistem
pengawasan terhadap perilaku Hakim Agung sudah cukup ideal. Karena
berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 telah mengatur adanya 2 (dua)
system pengawasan yaitu pengawaan internal oleh Mahkamah Agung dan
39
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011..... loc. cit., Pasal 1 ayat
(5).
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
17
SARAN
Agar tercipta sistem pengawasan yang baik terhadap penyelenggara
kekuasaan kehakiman yaitu Hakim Agung dan Hakim Konstitusi, maka penulis
penafsiran sebagaimana selama ini mengenai kata ”hakim” dalam ketentuan pasal
penafsiran yang kontradiktif. Kedua, Amandemen UUD 1945 butuh waktu yang
lama karena harus melalui proses yang panjang, maka sebagai alternatif menurut
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
18
lembaga atau badan pengawas baik struktur maupun sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
19
Ilyas, Karni. Catatan Hukum, cet. 1. Jakarta: Yayasan Karyawan Forum, 1996.
Koesnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 1976.
Kelsen, Hans. General Theory of Law and State. New York: Russel & Russel,
1973.
Koesnoe, H. Moch. Kedudukan Dan Tugas Hakim Menurut Undang-Undang
Dasar 1945. Surabaya: Ubhara Press, 1998.
Kusnardi, Moh dan Bintan R. Saragih. Susunan Pembagian Kekuasaan Negara
Menurut Sistem Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT
Gramedia, 1978.
Kaligis, O.C. Mahkamah Agung VS Komisis Yudisial di Mahkamah Konstitusi,
Reformasi Pengawasan Hakim.” Jakarta: O.C. Kaligis
&Associates, 2006.
Manan, Bagir. Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia. Bandung: LPPM-
UNISBA, 1995.
____________. Suatu Tinjauan Terhadap Kekuasaan Kehakiman Indonesia
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.” Mahkamah Agung
RI, 2005.
Mahfud MD, Moch. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2001.
____________. Komisi Yudisial dalam Mosaik Ketatanegaraan kita.Bunga
Rampai Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan. Jakarta:
Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2007
Montesquieu sebagaimana dikutip dalam O.Hood Philips, Paul Jackson, and
Patricia Leopold, Constitutional and Administrative Law. London:
Sweet and Maxwell , 2001.
____________. The Spirit of the Law, translated by Thomas Nugent. New York:
Hafner Press, 1949.
Mamudji, Sri, Et al. Metode Penelitian dan penulisan hukum.Depok: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Mahkamah Agung, Cetak Biru Pembaharuan Mahkamah Agung. Jakarta,:MARI
2003.
Nasrun, Andi. M. Krisis Peradilan Mahkamah Agung di Bawah Soeharto. Jakarta:
ELSAM, 2004.
Russell; Peter H; and David M. O’Brien, Judicial Independence In The Age Of
Democracy,Critical perspectives from around the world. Toronto:
Constitutionalism&Democracy Series, McGraw-Hill, 1985.
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
20
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
21
C. Artikel
D. Makalah
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
22
E. Internet
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013
23
F. Peraturan Perundang-undangan
Universitas Indonesia
Sistem Pengawasan..., Isnaldi, FH UI, 2013