Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL
A. Judul Praktikum
“Pemeriksaan Bunyi Jantung”
B. Pendahuluan:
1. Latar Belakang
Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang
berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari Yunani
cardiauntuk jantung. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan ta
ngan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri
dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, dibalik
tulang dada atau sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit
kearahkiri.Dalamproses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung
pada berfungsinya system kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang
terjadi pada system ini akan menyebabkan konsekuensi klinik serius. Jantung
sangat berperang penting bagi kehidudan manusia karena jantung memiliki
fungsi vital yaitu untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau jaringan
tubuh. Darah yang dipompa menghantarkan nutrisi dan O2 ke jaringan untuk
kelangsungan hidupnya, sehingga jaringan dapat hidup dan menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya.
Bunyi jantung adalah bunyi yang disebabkan oleh proses membuka
dan menutupnya katup jantung akibat adanya getaran pada jantung dan
pembuluh darah besar. Bunyi jantung dikenal juga sebagai suara
jantung.Banyak dokter menggunakan alat bantu stetoskop untuk mendengar
bunyi jantung. Adapun jumlah dan kualitas bunyi jantung bergantung pada
desain stetoskop dan tekanannya pada dinding dada, lokasinya, orientasi tubuh,
serta fase bernapas. Umumnya, bunyi tidak dihantarkan dengan baik dari cairan
atau udara sehingga bunyijantung tidak terdengar denga baik apabila
melewati paru.
Faktor – faktor bunyi jantung. faktor-faktor yang mempengaruhi BJ I
yaitu: Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, (makin kuat dan cepat
makin keras bunyinya). Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum
kontraksi ventrikel" (makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil
kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan
terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikuler
sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup
lebih cepat . Jarak jantung terhadap dinding dada ada pasien dengan dada kurus
BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar
lebih lemah demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih
lemah Bunyi jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi BJ II yaitu: karena penutupan
katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan
ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung I menandakan
awal sistol ventrikel penutupan katup semilunaris terjadi pada awal
relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun
dibawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis dengan
demikian, bunyi jantung II menandakan permulaan diastol ventrikel
ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta komponen aorta
penutupankatup pulmonal komponen pulmonalperlambatan aliran yang menda
dak dari darah pada akhir ejaksi sistolik, dan benturan balik dari kolom
darah pada pangkal aorta yang baru tertutup rapat.
Mekanisme bunyi jantung ;
Bunyi jantung utama terdiri dari bunyi jantung I, II, III, dan IV.
(1) Bunyi jantung I
Bunyi jantung I ditimbulkan karena getaran akibat menutupnya katup
atrioventrikular terutama katup mitral. Pada keadaan normal terdengar
tunggal. Faktor-faktor yang memengaruhi intensitas BJ I adalah:
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin Kuta dan
cepat, makin keras bunyinya.
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi
ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup, makin kecil
kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin
pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbukanya katup
atrioventrikular sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena
akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat.
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada
kurus, BJ akan terdengar lebih keras dibandingkan dengan pasien
gemuk. Demikian juga pada pasien dengan emfisema pulmonum, BJ
akan terdengar lebih lemah.
(2) Bunyi jantung II
Bunyi jantung II (BJ II) timbul karena getaran menutupnya katup semilunar
Aorta maupun Pulmonal. Pada keadaan normal, terdengar pemisahan
(splitting) dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada
anak-anak atau orang muda. Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta
dan pulmonal (BJ II = A2 + P2). Komponen A2 lebih keras terdengar
pada area aorta di sekitar ruang intercostal II kanan. Komponen P2 hanya
dapat terdengar keras di sekitar area pulmonal.
(3) Bunyi jantung III
Bunyi jantung III (BJ III) disebabkan oleh getaran cepat dari aliran darah
saat pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar
pada anak-anak atau dewasa muda atau keadaan dimana compliance otot
ventrikel menurun (hipertrofi atau dilatasi).
(4) Bunyi jantung IV
Bunyi jantung IV (BJ IV) disebabkan oleh kontraksi atrium yang
mengalirkan darah ke ventrikel yang compliance menurun. Jika atrium
tidak berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi
jantung IV tidak terdengar.Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan
daerah katup dimana bunyi tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung I di
daerah mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung
I akan terdengar jelas di daerah apeks, sedangkan bunyi jantung II dikatakan
mengeras jika intensitasnya terdengar sama keras dengan bunyi jantung I di
apeks.
2. Tujuan
C. Konsep Dasar
1. Prinsip – prinsip dasar bunyi
Suara dekat jantung yang didengar oleh dokter sebenarnya merupakan
proses terjadinya pembukaan dan penutupan katup jantung. Detak jantung
menghasilkan dua suara yang berbeda yang dapat didengarkan pada stetoskop yang
sering dinyatakan dengan lub-dub. Pada umumnya suara jantung yang dihasilkan
dari aktifitas jantung akan sinkron dengan rekaman EKG seperti ditunjukan
pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2. Sinkronisasi rekaman aktifitas jantung
dengan EKG dengan suara jantung. Suara lub disebabkan oleh penutupan katup
tricuspid dan mitral (atrioventrikular) yang memungkinkan aliran darah dari
serambi jantung (atria) ke bilik jantung (ventricle) dan mencegah aliran darah
membalik. Umumnya suara jantung pertama (S1), yang terjadi hampir bersamaan
dengan timbulnya QRS dari elektrokardiogram dan terjadi sebelum periode jantung
berkontraksi (systole) Suara dub disebut suara jantung ke-dua (S2) dan disebabkan
oleh penutupan katup semilunar (aortic dan pulmonary) yang membebaskan darah ke
sistem sirkulasi paru-paru dan sistemik. Katup ini tertutup pada akhir systole dan
sebelum katup atrioventikular membuka kembali. Suara S2 ini terjadi hampir
bersamaan dengan akhir gelombang T dari EKG, suara jantung ke-tiga (S3) sesuai
dengan berhentinya pengisian atrioventikular ,sedangkan suara jantung ke-empat (S4)
memiliki korelasi dengan kontraksi atria. Pada jantung abnormal terdapat suara
tambahan yang disebut Murmur. Murmur disebabkan oleh pembukaan katub yang tidak
sempurna atau stenotic (yang memaksa darah melewati bukaan sempit),
atau regurgitasi yang disebabkan oleh penutupan katub yang tidak sempurna dan
mengakibatkan aliran balik darah. Dalam masing-masing kasus suara yang timbul
adalah akibat aliran darah dengan kecepatan tinggi yang melewati bukaan sempit.
Selain itu penyebab terjadinya murmur adalah kebocoran septum yang memisahkan
bagian jantung sebelah kiri dan kanan, sehingga darah mengalir dari ventrikel kiri
ke ventrikel kanan yang mana proses ini menyimpangkan sirkulasi sistemik. Suara
jantung normal memiliki rentang frekuensi antara 20 hingga 100 Hz, sedangkan
suara murmur mempunyai rentang frekuensi hingga 1000 Hz. Suara jantung S1
terdiri atas energi dalam rentang frekuensi 30 hingga 45 Hz, yang sebagian besar
berada dibagian bawah ambang batas pendengaran manusia. Suara jantung S2
biasanya memiliki nada yang lebih tinggi dengan energi maksimum yang berada dalam
rentang 50 hingga 70 Hz. Suara jantung S3 merupakan vibrasi yang sangat lemah dengan
hampir semua energinya dibawah 30 Hz. Salah satu jenis Regurgitasi yang
menyebabkan murmur dalam rentang frekuensi antara 100 hingga 600 Hz dan bahkan
untuk jenis murmur tertentu hingga 1000 Hz
3. Dasar terjadinya aliran darah turbulen dalam jantung selama aktivitas jantung.
E. Hasil
Sebelum beraktivitas
Bunyi Jantung I :
1. Posisi Normal
Pada ICS 6 tidak terdengar terlalu jelas, sedangkan pada ICS 5 terdengar lebih jelas
dan setelah nadi diperiksa, bunyi jantung pada ICS 5 seirama dengan bunyi pada
nadi.
2. Posisi Tungkai dilipat
Pada saat stetoskop diletakkan di ICS 5 dan tungkai orang coba dilipat terdengar
sedikit perubahan Bunyi Jantung sedikit lebih keras
3. Posisi Tungkai ditinggikan
Sedangkan saat tungkai ditinggikan dan diperiksa bunyi jantungnya terdengar lebih
jelas dibandingkan dalam posisi normal dan tungkai dilipat
Bunyi Jantung II :
1. Posisi Normal
Pada ICS 3 tidak terdengar terlalu jelas, sedangkan pada ICS 2 terdengar lebih jelas
dan setelah nadi diperiksa, bunyi jantung pada ICS 2 seirama dengan bunyi pada
nadi.
2. Posisi Tungkai dilipat
Pada saat stetoskop diletakkan di ICS 2 dan tungkai orang coba dilipat terdengar
sedikit perubahan Bunyi Jantung sedikit lebih keras
3. Posisi Tungkai ditinggikan
Sedangkan saat tungkai ditinggikan dan diperiksa bunyi jantungnya terdengar lebih
jelas dibandingkan dalam posisi normal dan tungkai dilipat.
Sesudah beraktivitas :
Bunyi Jantung I :
1. Posisi Normal
Pada ICS 5 terdengar sangat jelas dan lebih cepat setelah beraktivitas, bunyi jantung
pada ICS 65 seirama dengan bunyi pada nadi.
2. Posisi Tungkai dilipat
Pada saat stetoskop diletakkan di ICS 5 dan tungkai orang coba dilipat terdengar
sedikit perubahan dari Bunyi Jantung dalam posisi normal sedikit lebih keras
3. Posisi Tungkai ditinggikan
Sedangkan saat tungkai ditinggikan dan diperiksa bunyi jantungnya terdengar
sangat jelas dibandingkan dalam posisi normal dan tungkai dilipat
Bunyi Jantung II :
1. Posisi Normal
Pada ICS 2 terdengar sangat jelas dan lebih cepat setelah beraktivitas, bunyi jantung
pada ICS 2 seirama dengan bunyi pada nadi.
2. Posisi Tungkai dilipat
Pada saat stetoskop diletakkan di ICS 2 dan tungkai orang coba dilipat terdengar
sedikit perubahan dari Bunyi Jantung dalam posisi normal sedikit lebih keras
3. Posisi Tungkai ditinggikan
Sedangkan saat tungkai ditinggikan dan diperiksa bunyi jantungnya terdengar
sangat jelas dibandingkan dalam posisi normal dan tungkai dilipat
F. Pembahasan
Setelah pengamatan yang dilakukan, pada saat pemeriksaan bunyi jantung I dan
II setelah beraktivitas memiliki hasil yang lebih jelas terdengar dan kecepatan jantung
juga meningkat .
Saran, sebaiknya pada saat pemeriksaan bunyi jantung di fasilitasi dengan
stetoskop yang cukup bagus agar bunyi jantung lebih terdengar dan juga ruangan
diharapkan lebih tenang agar pemeriksaan bunyi jantung lebih jelas.