Anda di halaman 1dari 7

PORTOFOLIO

DEPARTEMEN BEDAH MULUT

Renal Disease dan Gangguan Perdarahan

Oleh :
Bhaskara Pradipta K
160160100111010

Program Profesi Kedokteran Gigi


Universitas Brawijaya
Malang
2019
Renal Diesease dan Gangguan Perdarahan

1. Pendahuluan.
Rongga mulut merupakan bagian yang dapat membantu dokter untuk
memprediksi tentang kesehatan sistemik dari seseorang. Lesi yagn terjadi di
rongga mulut bisa menjadi tanda khusus suatu penyakit seperti pada HIV,
diabetes, penyakit jantung, dan penyakit pada ginjal1. Pasien dengan kondisi
sistemik gagal ginjal atau penyakit ginjal dapat datang dengan kondisi rongga
mulut yang baik maupun kebersihan yang buruk, dokter gigi harus bisa
menentukan perawatan yang tepat agar tidak menimbulkan atau mengganggu
kesehatan sistemik pasien.

2. Renal Disease
2.1 Definisi
Penyakit ginjal yang sering dibahas adalah gagal ginjal kronis. Gagal
ginjal kronis ini dapat di definisikan sebagai keadaan abnormal atau kelainan
dari struktur atau fungsi dari ginjal yang bersifat progresif yang berlangsung 3
bulan atau bisa memetap lebih lama, yang mempengaruhi kesehatan2.

2.2 Fungsi
Ginjal merupakan organ yang penting pada tubuh manusia, ginjal
memiliki tanggung jawab sebagai organ yang komplek di dalam tubuh
manusia, bertanggung jawab untuk melakukan ekskresi produk sisa
metabolism, pengaturan garam dan air di dalam tubuh, menjaga keseimbangan
asam basa di tubuh, ekskresi berbagai hormone dan substansi organic tubuh3.

2.3 Klasifikasi
Gagal ginjal kronis merupakan kondisi klinis yang progresif yang di
karakteristikkan oleh bertahap atau secara permanen terjadi penurunan dari
homeostatis atau fungsi pertukaran cairan pada ginjal. Secara patologis
berawal dari terganggunya fungsi nephrons oleh karena penurunan dari
glomerular filtrate rate (GFR), yang normalnya 100-130 mL/min. Oleh
karena itu gagal ginjal dapat dibagi menjadi beberapa stage2,4 :
 Stage I, terjadi kerusakan pada ginjal namun masih asimtomatik
dengan karakteristik terjadi peningkatan GFR atau relative stabil
>90mL/min.
 Stage II, terjadi kerusakan pada ginjal dan terjadi sedikit penurunan
pada GFR 60-89mL/min.
 Stage III, terjadi kerusakan yang sedang , dengan penurunan GFR
44-59mL/min
 Stage IV, terjadi kerusakan parah pada ginjal, dengan GFR 15-29,
kadang sering terjadi keadaan akut.
 Stage V, GFR <15mL/min, terjadi gagal ginjal- End Stage Renal
Disease (ESRD) atau dalat juga disebut fase Uratemik.keadaan
dimana telah rusaknya nephron.
Kemerosotan dan kerusakan dari fungsi nephron ini adalah hal yang
paling medasari dari proses patologi dari penyakit ginjal ini. Sekali nephron
ini rusak, tidak dapat lagi digantikan2.

2.4 Gambaran Klinis


Gagal ginjal memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi ,tergantung
pada bagian mana yang terlihat, seperti pada jantung dapat menyebabkan
adanya hipertensi, pada kulit dapat menyebabkan adanya pallor atau warna
pucat karena anemia, pada sistem perdarahan dapat menyebabkan adanya
perdarahan , anemia yang dapat mempengaruhi pada perawatan atau kondisi
sehatan rongga mulut2.
2.4.1 Oral manifestasi
Rongga mulut dapat menunjukkan tanda dan gambaran klinis ,tidak
terkecuali pada kasus gagal ginjal, hal ini dapat terjadi karena efek secara
lanbgsung dari perkembanga penyakit atau terjadi karena efek samping dari
pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan kondisi riwayat gagal ginjal.
Pasien dengan kondisi sistemik gagal ginjal memiliki kecenderungan
untuk mengalami infeksi karena terjadi depresi dari sistem imun. Dokter gigi
harus mempertimbangkan adanya kontaminasi bakteri pada rongga mulut pada
saat melakukan perawatan gigi dan mulut. Perubahan rongga mulut yang
terjadi merupakan hal yang penting dalam melakukan perawatan agar dapat
menghindari adanya bacteraemia3,6.
Adanya peningkatan konsentrasi urea pada saliva,hal ini dapat
disebabkan karena menurunnya sekeresi urea. Xerostomia dapat terjadi pada
pasien dengan gagal ginjal karena adanya kterlibatan kelenjar saliva,bisa
disebabkan karena terganggunya ekskresi dari berbagai hormone sehingga
menyebabkan adanya perkembangan atropi yang mengganggu kelenjar saliva.
Menurnnya intake cairan ke dalam tubuh juga dapat menyebabkan adanya
kondisi xerostomia yang diakumulasi dengan konsumsi obat yang dapat
menurunkan kadar saliva seperti obat antihipertensi yang diminum oleh
pasien1,2,4,5,6.
Beberapa pasien mengeluhkan adanya bau mulut yang sangat
mengganggu ,hal ini bisa disebebkan karena meningkatnya kandungan urea di
dalam saliva yang mengakibatkan bau yang kuat. Peningkatan urea ini selain
dapat menyebabkan bau yang tidak sedap juga dapat menurunkan sinsitivitas
dari indra peraba pasien,terutama rasa manis dan asam1,2,4,5,6.
2.4.2 Gangguan perdarahan
Gangguan perdarahan dapat menjadi perhatian khusu pada praktik
perawatan gigi dan mulut, karena mudahnya terjadi perdarahan di dalam
rongga mulut. Gambaran klinis yang dapat dijumpai dapa pasien dengan
kondisi sitemik ini dalah adanya tendensi terjadinya gingival bleeding. Hal ini
perlu manjadi perhatian karena kondisi anemi juga dapat terjadi pada pasien
tersebut1.
Beberapa sumber menjelaskan kondisi sistemik gagal ginjal dapat
menyebabkan adanya gangguan dalam sistem perdarahan. Penyakit pada
ginjal dapat menyebabkan tergnaggunya eritropoetin. Eritropoetin, hormone
glikoprotein yang menstimulasi terjadinya eritropoesis yaitu lintasan
metabolism yang pada akhirnya daoat menghasilkan eritrosit. Ginjal juga
meruoakan sesnsor primer yang berfungsi menentukan tingkat oxigenasi di
dalam tubuh yang dibutuhkan, Pada akhirnya kerusakan pada ginjal dapat
menurunkan eritropoetin, hal ini membuay produksi dari sel darah merah
menurun sehingga dapat terjadinya anemia, hal ini bisa membuat
terganggunya sistem perdarahan. Penutupan luka dan penyembuhan akan
mengalami gangguan seiring pada pasien dengan konsisi distemik ini akan
memnyebabkan penurunan adesi platelet darah, membuat pembuluh darah
mudah mecah. Hal ini dapat disebebkan oleh renal anemi, konsusmsi obat anti
koagulan dan disfungsi endotel yang membuat dinding pembuluh darah jadi
rapuh1,2,5.

2.5 Perawatan pada rongga mulut


Perawatan pada pasien dengan kondisi sistemik khusus seperti ini harus
memiliki pertimbangan agar tidak membahayakan pasien. Oleh karena pasien
memiliki tendensi terjadinya infeksi karena sistem imun yang terganggu maka
pertimbangan untuk dilakukan pemberian antibiotic sebelum dilakukan
perawatan sebagai profilaksis, dapat diberikan penicillin atau sefalosporin3.
Pemberian antibotik harus diperhatikan apabila diperlukan konsumsi
antibiotic,dipilih untuk pemberian antibiotic yang tidak disintesis di dalam
ginjal, menghindari oemberian tetrasiklin dan streptomisin karena merupakan
obat nephro toxic, bisa jadi karena di stimulasi di ginjal.
Pasien dengan penyakit sistemik ginjal, lebih baik menghindari untuk
perawatan yang bersifat infeksius seperti perawatan pada gigi yang gangrene,
atau sisa akar yang bisa menyebabkan infeksi. Melakukan konsultasi pada
dokter spesialis merukan pilihan yang lebih bijaksana. Perawatan intervensi
yang memiliki kemungkinan mengalami perdarahan lebih baik
dikonsultasikan pada dokter spesialisnya atau diperhatikan untuk perawatan
pendahuluan dengan memberikan vitamin K, dengan pengawasan dokter
spesialisnya3.
2.5.1 Perawatan pada Pasien Hemodialisa
Pasien dengan kondisi ginjal yang telah rusak dan mengalami
perawatan hemodialisa harus lebih diperhatikan. Pasien dengan perawatan
dialysis memiliki kecenderungan mengalami infeksi atau rentan terkena
infeksi lebih tinggi daripada pasien kelainan ginjal yang lain. Perlu
diperhatikan oleh dokter gigi karena pasien dengan perawatan dialysis,
biasanya rutin menkonsumsi obat heparin untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah. Perlu diperhatikan juga untuk menghindari perawatan
gigi pada saat hari yang sama dengan saat pasien melakukan perawatan
dialysis. Pilihan perawatan dan prosedur rencana perawatan pada pasien
sistemik ginjal dapat dilihat pada tabel.a . Pada kasus pasien harus melakukan
ekstraksi gigi, tindakan perawatan harus dilakukan sehari setelah pasien
melakukan hemodialisis. Hal ini dimaksudkan karena obat antikoagulan
berada pada dosis paling rendah dengan efek dialisa yang maksimal2,3.
Tabel a
Daftar Pustaka

1. Oyetola EO, Owotade FJ, Agbelusi GA, Fatusi OA, Sanusi AA. Oral Finding
in Chronic Kidney Disease: Implementations for Management in Developing
Countries. BMC Oral Health, 2015.
2. Little JW dan Falace DA. Dental Management of the Medically Compromised
Patient 8thed. Elsevier Mosby : 2013.
3. Sulejmanagic H, Sulejmanagic N, Prohic S, Secic S, Miseljic S. Dental
Treatment of Patients with Kidney Diseases-Review. Bosnia journal of Basic
Medical Sciences, 2015.
4. Dioguardi M, Caloro GA, Troiano G, Giannatempo G, Laino L, Petruzzi M,
Lo Muzio L. Oral Manifestations in Chronic Uremia Patients. Ren Fail.2016.
5. Patil S, Khandelwal S, Doni B, Rahman F, Kaswan S. Oral Manifestations in
Chronic Renal Failure Patients Attending Two Hospitals in North Karnataka,
India. OHDM vo 11.2012.
6. Akar H, Akar GC, Carrero JJ, Stenvinkel P, Lindholm B. Systemic
Consequences of Poor Oral Health in Chronic Kidney Disease Patints. Clin J
Am Soc Nephrol 6. 2011.

Anda mungkin juga menyukai