Anda di halaman 1dari 4

Bidadari Tanpa Sayap

Kasih sayang yang mendalam dan tulus dari seorang ibu, adalah harta paling
berharga bagi semua orang. Termasuk aku gadis yang sudah menginjak usia 18 tahun
yang sedang mengejar mimpi, mendambakan Universitas Negeri dengan dukungan
dari orang-orang yang aku cintai.

Ibu adalah sosok manusia yang sangat kuat, bahkan kadang melebihi kuatnya
ayah. Itu yang aku rasakan pada ibuku. Sosok ibu yang begitu sempurna, yang
mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan pengertian, bekerja keras
dan menyimpan pedih rapat-rapat di hati sampai akhirnya ia bisa bahagia melihat
anak-anaknya yang mandiri. Ibuku tidak pernah mengeluh, Ibu yang tak pernah lelah
memperhatikanku, apa yang dikerjakan ibu semuanya untukku dan demi
kebahagiaanku dan keluargaku.

Pukul 04.50 WIB, tiba-tiba seseorang berjalan mengarah ke kamarku dengan


tenang , kemudian mengetuk pintu.

“Kak.. bangun ini sudah jam 6 lebih..” Ujar ibuku.

Kemudian aku terbangun karena terkejut, dan menjawab,

“iya mah ini kakak bangun..” Ujarku.

“cepat nanti kesiangan, kan lagi ulangan” Ujar ibuku.

“Iya mah..” Ujarku.

Dengan tergesa-gesa aku menuju ke kamar kecil yang berada di kamarku


untuk berwudhu dan sesegera melakukan shalat subuh. Kemudian aku melihat ke
arah jam ternyata jam itu menunjukan pukul 05.00 WIB, ya memang seperti itulah
ibuku agar anaknya tidak terlambat berangkat ke sekolah untuk mengerjakan PAS
singkatan dari penilaian akhir semester. Begitu sayangnya ibuku padaku, aku pun
sayang ibu.

Pagi itu dengan cuaca yang cerah mendukungku untuk semangat berangkat
ke sekolah, ibuku selalu menyiapkan sarapan untukku, ayahku, dan adikku. Dia
bangun sebelum aku dan lainnya bangun, menyiapkan dengan penuh kasih sayang
untuk memenuhi nutrisi dan gizi untuk keluarganya. Aku pun tidak melewatkan
sarapanku, begitu juga ayahku dan adikku, kami makan bersama. Tak terlewatkan
juga ayahku adalah lelaki bertanggung jawab penuh kasih sayang seperti ibuku, tetapi
ayahku lebih bisa menunjukan rasa kasih sayangnya kepadaku berbeda halnya
dengan ibuku lebih menunjukan dengan sikapnya dibandingkan dengan
perkataannya.

Aku pun segera berangkat sekolah, dengan doa dari ibu dan ayahku dan kerja
kerasku belajar untuk mengerjakan soal-soal aku bersemangat karena ingin
membanggakan orang tuaku dan mengejar mimpi-mimpiku. Hari terus berlanjut
seperti itu keseharian dan kegiatanku dan keluargaku.

Sesampai disekolah aku belajar bersama dengan teman-teman sambil


menunggu pukul 07.30 WIB, dan kami bercanda ria dan kemudian ibu pengawas
sudah terlihat berjalan ke arah ruanganku. Pelajaran pertama saat itu adalah kimia
sulit rasanya aku mengerjakan soal-soal itu bagaimana jika nilaiku turun dan
peringkatku juga aku tak ingin membuat orang tuaku kecewa akan hal ini, tetapi aku
sudah berusaha belajar di rumah demi membanggakan orang tuaku dengan nilai yang
baik dan peringkat kelas yang baik juga. Tapi apapun hasilnya sudah aku serahkan
kepada Allah SWT, yang terpenting aku sudah mengerjakannya dengan baik.

Pukul 11.30 WIB sudah waktunya untuk pulang ke rumah, aku bersama dengan
teman-teman pulang karena sudah mengerjakan soal-soal tersebut, ini merupakan
hari terakhir PAS di sekolahku, dan pembagian rapot akan di laksanakan pada tanggal
12 Desember. Aku pun segera pulang ke rumah dan memberitahunya kepada ibuku.

“Assalamualaikum mah..” ujarku sudah tiba di depan rumah.

“Waalaikumsalam..” ujar ibuku yang sedang memasak di dapur.

Tercium aroma masakan ibuku, aku lihat dia sedang memasak masakan
kesukaanku, aku pun terpikir bagaimana jika aku mengecewakan ibuku yang sudah
mengerjakan semua kegiatan rumah untuk keluarganya.

“Udah pulang kak? Gimana ulangannya lancar?” ujar ibuku.

“lancar mah, oh iya mah tanggal 12 nanti mamah ke sekolah ya, mengambil
rapot kata ibu pengawas tadi kelas 12 harus bersama orang tuanya, mungkin ada
yang ingin dibicarakan kepada orang tua siswa”
“iya.. nanti mamah ke sekolah kakak, ayo cepat makan nanti sakit panggil
adikmu suruh dia untuk makan juga, kita makan” ujar ibuku.

“iya.. mah” ujarku.

Begitu perhatian ibuku kepadaku dan kepada adikku tak terbayangkan jika aku
membuat ibuku kecewa. Kami pun makan bersama.

Pagi sudah tiba tak terasa hari ini bagi rapot dan ibuku akan ke sekolah untuk
mengambil hasil yang sudah aku kerjakan beberapa hari yang lalu. Tak terlintas dalam
benakku, jika aku dapat mengecewakan ibu. Aku serahkan semuanya kepada Allah
SWT. Aku berangkat menggunakan motor untuk ke sekolah bersama dengan ibuku
dan juga adikku. Aku sepanjang jalan berdoa agar aku mendapatkan hasil yang
terbaik sesuai yang aku harapkan.

Tiba di sekolah, aku memarkirkan motor ibuku dan adikku menunggu di dekat
gerbang sekolah. Aku pun menghampiri ibu dan adikku. Kami berjalan menuju
kelasku, sebelum sampai ke kelas, ada yang mengumumkan bahwa orang tua siswa
kelas 12 diharapkan masuk aula, akan ada rapat yang di selenggarakan. Ibuku
langsung menuju aula, aku dan adikku menunggu di depan kelas.

“kak.. mamah ke aula dulu ya, eza sama kakak tunggu di sini” ujar ibuku.

“iya mah” ujarku dan adikku.

Kami kemudian menunggu rapat, rapat berlangsung selama 2 jam, hingga


pukul 10.45 WIB rapat orang tua sudah selesai. Aku dan teman-teman sudah
menunggu, kemudian ibuku dan orang tua yang lain datang menghampiri kami,
kemudian kami masuk ke kelas untuk pembagian rapot.

Dag dig dug sudah hatiku tak sabar mendengarkan apa yang di kataka ibu guru
mengenai hasil-hasil yang juga kami per oleh. Ibu guru tak langsung mengumumkan
hasil, melainkan memberi banyak pengumuman mengenai kegiatan-kegiatan yang
akan di laksanakan oleh kelas 12. Kemudian guruku akan mengumumkan hasil yang
rapot atau peringkat kelas aku pun semakin tak karuan dan tak sabar untuk
mengetahui hasilnya.

“ibu hanya mengumumkan yang peringkat 10 besar saja ya..” ujar guruku.

“iya bu..” ujar kami serempak.


Guruku mengumumkan semuanya sampai peringkat 6 teman-temanku yang
masuk 10 besar sudah senang dan terlihat pada wajahnya sudah tenang dan lega.

“peringkat 5, Shelma Nurlita” ujar guruku.

Aku terkaget-kaget seolah tak menyangka peringkatku turun, aku malu kepada
ibuku aku sudah mengecewakannya tak bisa menjaga peringkatku yang dulu
peringkat 4. Aku sangat menyesal. Pasti ibuku kecewa dan akan memarahiku nanti.
Sesudah di sebutkan semua aku menghampiri ibuku tapi ibuku tetap tersenyum. Aku
pun sesegera menghampiri guruku melihat nilai, jumlah nilai, dan rata-rata yang aku
dapat. Ternyata nilaiku dan nilai temanku jumlahnya sama aku pun bertanya kepada
guruku mungkin di mata pelajaran yang lain temanku lebih unggul dibandingkan
dengan aku meskipun jumlah nilai dan rata-rata sama. Ini menjadi pelajaran untukku
dan ke depannya agar lebih bisa memahami pelajaran di sekolah, atau menjadi
pacutan untukku agar bisa lebih maju.

Aku kemudian menghampiri ibuku dengan rasa malu yang mendalam dan
mencoba menjelaskan semuanya kepada ibu, meyakinkan ibu agar aku bisa menjadi
lebih baik lagi, tak akan mengecewakan ibu lagi. Ibuku hanya tersenyum dan sedikit
bercanda, aku tahu ada kekecewaan dalam hati ibu. Begitu sampai di rumah ibuku
tidak memarahiku, aku terus menjelaskan kepada ibu bahwa nilaiku dengan temanku
sama. Aku bisa menerima ini karena ini juga ulahku sendiri tapi aku tidak bisa
membuat ibuku kecewa. Aku terus menjelaskan dan berjanji akan menjadi lebih baik
lagi.

“tak apa nak, belajar lebih baik lagi tingkatkan lagi” ujar ibuku.

Bu terus memberi dukungan, tidak memarahiku ibu tetap memberi support


kepadaku agar aku bisa menjadi lebih baik lagi. Ibu membuat aku menjadi kuat, ibu
membuatku ingin menjadi yang lebih baik lagi. Aku sayang sekali pada ibuku, tak
pernah terbayangkan dalam hidupku jika aku tidak bersama ibu lagi. Teruntuk ibu, aku
akan berusaha menjadi lebih baik lagi akan aku buktikan bu, aku sayang ibu.

Anda mungkin juga menyukai