Anda di halaman 1dari 76

PERCOBAAN I

KARBOHIDRAT
PERCOBAAN I

I. JUDUL PERCOBAAN : KARBOHIDRAT


II. TUJUAN PERCOBAAN :
-uji molish : untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif
- uji iodium: untuk membuktikan adanya polisakarida ( amilum,
glikogen, dekstrin)
-uji benedict: untuk membuktikan adanya gula reduksi
-uji barfoed:untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida
-uji seliwanoff: untuk membuktikan adanya ketos.

III. LANDASAN TEORI

Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa


organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen dan oksigen. Bentuk
molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Terdapat tiga golongan utama karbohidrat yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. ton. Oligosakarida terdiri dari rantai pendek
unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen.
Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan
unit monosakarida (Suhara, 2008).

Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah karbon
yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling
sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksi aldehid atau aldosa) atau
berupa keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian
diatas berarti diketahui bahwa karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O.
Adapun rumus umum dari karbohidrat adalah Cn(H2O)n atau CnH2nOn
(Wiratmaja, 2011).

Umumnya makanan mengandung tiga unsur yaitu karbohidrat, lemak


dan protein. Dari ketiga unsur tersebut yang merupakan sumber energi utama
ialah karbohidrat. Karbohidrat ialah senyawa organik dengan fungsi utama
sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Peran
utama karbohidrat di dalam tubuh ialah menyediakan glukosa bagi sel-sel
tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa merupakan jenis
karbohidrat terpenting bagi tubuh manusia. Karbohidrat dibutuhkan oleh
tubuh sebagai sumber utama tenaga untuk bergerak, membentuk glukosa otot
sebagai energi cadangan tubuh dan juga membentuk protein dan lemak
(Djakani, 2013).
Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan
makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum).
Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam
amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperolehdari makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.Karbohidrat ditemukan pada setiap sel
makhluk hidup yang berperan antara lain sebagai alat komunikasi sel
(Pranata, 2008).

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang


terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O.
Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan
mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat
ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana,
mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil.
Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan
sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang
mengandung gugus aldehid disebut aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan
deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan
gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan
monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1990).

Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel


dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua
molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang
dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan
polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung
grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut
ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam
karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa.
Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah
dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison, 1983).
Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai
sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar,tetapi mudah larut dalam air.
Kecuali, polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Semua jenis karbohidrat,
baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida akan berwarna merah-
ungu bila larutannya dicampur beberapa larutan ɑ-naftol dalam alkohol dan
ditambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. (Nur Annis H
dan Henny Helmy, 2014)
Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan
kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang
digunakan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah uji benedict.
Benedict reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula
pereduksi. Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan
mereduksi ion Cu2- dalam suasana alkalis menjadi Cu+. Dalam hl ini akan
terbentuk endapan Cu2O. Reaksi dinyatakan positif apabila terbentuk
endapan berwarna biru kehijauan sampai merah batu bata. (Nur Annis H dan
Henny Helmy, 2014)
Uji asam musat digunakan untuk membedaka antara glukoa dan
galaktosa. Oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan
menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa
menghasikan asam musat yang tidak dapat larut. (Nur Annis H dan Henny
Helmy, 2014)
Uji Yodium untuk membuktikann adanya polisakarida (amilum,
glikogen dan dekstrin). Polisakarida dengan penambahan yodium akan
membentuk senyawa berwarna yang spesivik. Amilum atau pati dengan
yodium menghasikan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah
anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi
dengan yodium membentuk warna merah coklat. (Suhara, 2008).
Hidrolisis pati untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum. Pati
terbagi menjadi dua fraksi yakni yang terlarut (amilosa) dan Fraksi yang
tidak larut (amilopektin). Hasil hidrolisis dapat diuji dengan yodium dan
menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hail akhir ditentukan
dengan Uji benedict. (Pranata, 2008).
Karbohidrat itu sendiri merupakan senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen yang terdapat di alam. Senyawa ini pernah disangka “hidrat dari
karbon”, sehingga disebutlah karbohidrat. Pada tahun 1880 dinyatakan
bahwa gagasan “hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang salah dan
sebenarnya karbohidrat adalah polihidroksi aldehida dan keton atau turunan
keduanya (Fessenden 1986).
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan
rumus molekul Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton
dari alkohol polihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis
senyawa kompleks (Girinda, 1986). Karbohidrat yang dihasilkan oleh
tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar,
batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia
dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian
besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011)
Karbohidrat terdiri dari 3 kelompok yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang
paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang dihidrolisis
menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan polisakarida
merupakan monomer-monomer yang berasal dari monosakarida (Respati,
1990).
Monosakarida atau gula sederhana terdiri dari hanya satu unit
polisakarida aldehid atau keton. Oligosakarida (bahasa yunani oligos
“sedikit”) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan
bersama-sama oleh ikatan kovalen. Sedangkan polisakarida terdiri dari
rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.
Beberapa polisakarida seperti selulosa, mempunyai rantai linear. Sedangkan
yang lain seperti glikogen, mempunyai rantai bercabang (Maggy, 1990).
Menurut Lehninger (1982), monosakarida yang paling sederhana
yaitu gliseraldehid dan dihidroksiaseton. Contoh monosakarida yang
penting yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa. Oligosakarida yang
lain ialah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan
tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida.
Oligosakarida yang paling banyak terdapat dialam ialah disakarida.
Golongan disakarida yaitu sukrosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa.
Golongan yang termasuk oligosakarida adalah rafinosa yang bila
dihidrolisis menjadi galaktosa, glukosa, dan fruktosa. Polisakarida umunya
berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak
mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Beberapa
polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin, dan
selulosa.

Monosakarida:
O HO
CH 2 OH HOH 2C O OH
H O H HO O
H OH H OH OH
OH H atau HO H CH 2 OH atau HO
OH OH OH OH

H OH OH H
OH
OH

Glukosa Fruktosa
Disakarida:
CH 2 OH CH 2 OH

HOH 2 C O OH CH 2 OH O OH
H O H H
H
H 2+ -
+
O
+
OH
OH H H OH Cu 2OH H O
OH H
O OH H
H
OH CH 2 OH
H H OH
H
H OH OH H H OH

Sukrosa Laktosa

Polisakarida:
CH 2 OH CH 2 OH CH 2 OH

H O H H O H H O H
H H H
HO H H OH
OH O OH O OH H
O O

H OH H OH H OH

Amilosa

Menurut Poedjiadi (2007), sifat kimia karbohidrat berhubungan erat


dengan gugus fungsi yang terdapat pada molekulnya yaitu gugus –OH, gugus
aldehid dan gugus keton.
1. Sifat mereduksi, monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat
dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sift sebagai reduktor ini
dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat mupun analisis
kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau
keton bebas dalam molekul karbohidrat.
2. Pereaksi fehling, pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang
mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi selain oleh reduktor lain.
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan
fehling.
3. Pereaksi Benedict, pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Adanya natriumkarbonat dan
natriumsitrat membut pereaksi benedict bersifat asam lemah. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata.
4. Pereaksi Barfoed, pereaksi ini terdiri dari larutan kupriasetat dan asam asetat
dalam air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida dapat mereduksilebih cepat oleh disakarida.
Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan
teroksidasi. Gugus aldehid pada karbohidrat ini akan teroksidasi menjadi
gugus karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh
galaktosa akn teroksidasi menjadi asam galaktonat, sedangkan glukosa akan
menjadi asam glukonat.
5. Pembentukan Furfural, dalam larutan asam yang encer, walaupun
dipanaskan, monosakarida umunya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan
asam kuat yang pekat, monosakarida akan menghasilkan fulfural atau
derivatnya. Reaksi pembentuka furfural adalah reaksi dehidrasi atau
pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
6. Pembentukan ozason, semua karbohidrat yamg mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas akan membentuk ozason bila dipanaskan bersama
fenilhidrazin berlebih. Ozason yang terjadi mempunyai bentuk Kristal dan
titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat.

Karbohidrat (CH2O)n, adalah sumber energi utama untuk manusia.


Kebanyakan karbohidrat yang kita konsumsi adalah tepung,amilum atau
pati, yang ada dalam gandum, jagung, beras, kentang dan padi-padian
lainnya. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.
Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil
menggunakan bensin. Karbohidrat juga merupakan bahan yang penting dan
sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu,
karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup
dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektin, serta lignin (Edahwati,
2010).
Glukosa adalah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis
oleh tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk
monosakarida yang mmpunyai rumus umum C6H12O6 yang disebut
sebagai dekstrosa atau gula anggur. Tumbuh-tumbuhan menyimpan glukosa
sebagai karbohidrat yang dinamai kanji dalam biji bijian seperti beras,
jagung, barli dan sebagainya. Glukosa adalah suatu gula monosakarida yang
merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu
utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa)
disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Edahwati, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat-alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Gelas kimia 50 ml
4. Gelas ukur
5. Hot plate
6. Kertas perkamen
7. Neraca analitik
8. Neraca digital
9. Penjepit
10. Pipet tetes
11. Sendok tanduk
12. Tabung reaksi + tabung
b. Bahan-bahan yang digunakan
1. Aquades
2. Arabinosa
3. Asam sulfat (H2SO4)
4. Amilum
5. Barfoed
6. Dekstrin
7. Fruktosa
8. Galaktosa
9. Benedict
10. Glukosa
11. Iodium
12. Laktosa
13. Maltosa
14. Pereaksi molish
15. Pereaksi selowanoff
16. Sukrosa

V. Perhitungan Pembuatan Larutan atau Reagen

50 = 100 gram
gr = 0,5 gram

Untuk semua hasil uji penimbangan (Amilum, Dekstrin, Arabinosa,


Fruktosa, Galaktosa, Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa)
mendapatkan hasil penimbangan yang sama.

VI. CARA KERJA


a. Uji molish:
1 ml sampel+ 3 tetes pereaksi molish dikocok hingga
homogeny + 1 ml H2SO4 melalui dinding tabung.
Diamati perubahan yang terjadi.
b. Uji iodium:
3 tetes sampel + 2 tetes larutan iodium (1). Diamati perubahan
warna yang terjadi .
c. Uji benedict:
1 ml sampel+5 tetes pereaksi benedict dikocok homogen.
Dipanaskan atau dimasukan kedalam penangas air , mendidih
selama 5 menit, amati perubahan warna.
d. Uji barfoed:
1 ml larutan + 10 tetes pereaksi barfoed, dipanaskan dalam
penangas airvselama 5 menit, diamati perubahan warna yang
terjadi.
e. Uji seliwanoff:
1 ml sampel + 15 tetes pereaksi seliwanoff, dipanaskan selama
1 menit, diamati perubahan warna yang terjadi.

VII. DATA HASIL PERCOBAAN


A. Uji Molish
Tujuan : Untuk Membuktikan Adanya Karbohidrat Secara Kualitatif.
No Zat Uji Prosedur Kerja Hasil Uji Kesimpulan
1. Ditambahkan 1 ml Terbentuknya Cincin
1 Amilum 1 % sampel zat uji pada Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
2 Dekstrin 1 % Terbentuknya Cincin (+) Karbohidrat
Berwarna Ungu.
Terbentuknya Cincin
3 Sukrosa 1 % Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
Terbentuknya Cincin
4 Laktosa 1 % Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
Terbentuknya Cincin
5 Maltosa 1 % Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
Terbentuknya Cincin
6 Galaktosa 1 % masing - masing Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
tabung. Terbentuknya Cincin
7 Fruktosa 1 % Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
2. Ditambahkan 3 Terbentuknya Cincin
8 Glukosa 1 % tetes pereaksi Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
molish. Terbentuknya Cincin
9 Arabinosa 1 % Berwarna Ungu. (+) Karbohidrat
3. Dikocok hingga

B. Uji Iodium
Tujuan : Untuk Membuktikan Adanya Polisakarida
(Amilum,Glikogen, Dan
Deekstrin )
No Zat Uji Prosedur Kerja Hasil Uji Kesimpulan
1. Dimasukkan 3 tetes
Warna Biru Mantap
1. Amilum 1 % larutan Uji kedalam (+) Polisakarida
plat tetes
Warna Biru Mantap
2. Dekstrin 1 % (+) Polisakarida
2. Ditambahkan 2 tetes
3. Sukrosa 1 % larutan iodium Warna Biru Mantap (-) Polisakarida
Laktosa 1 % Warna Biru Mantap (-) Polisakarida
4.
Warna Biru Mantap
5. Maltosa 1 % (-) Polisakarida
Warna Biru Mantap
6. Galaktosa 1 % (-) Polisakarida
Warna Biru Mantap
7. Fruktosa 1 % 3. Diaduk zat uji (-) Polisakarida
amilum dan dekstrin
Warna Biru Mantap
8. Glukosa 1 % (-) Polisakarida
4. Diamati warna Warna Biru Mantap
9. Arabinosa 1 % spesifik yang (-) Polisakarida

C. Uji Benedict
Tujuan : Untuk Membuktikan Adanya Gula Reduksi.

No Zat Uji Prosedur Kerja Hasil Uji Kesimpulan


1. Dimasukkan 1 ml
Warna Biru
1. Amilum 1 % larutan uji masing – (-) Gula Reduksi
masing tabung reaksi.
Warna Biru
2. Dekstrin 1 % (-) Gula Reduksi
2. Dimasukkan kedalam Endapan
3. Sukrosa 1 % penangas air mendidih Merah Bata (+) Gula Reduksi
5 menit. Endapan
4. Laktosa 1 % Merah Bata (+) Gula Reduksi
3. Didinginkan perlahan – Endapan
5. Maltosa 1 % lahan. Merah Bata (+) Gula Reduksi
Galaktosa 1 % Endapan (+) Gula Reduksi
6. Merah Bata
Endapan
7. Fruktosa 1 % Merah Bata (+) Gula Reduksi
Endapan
8. Glukosa 1 % 4. Diamati perubahan atau Merah Bata (+) Gula Reduksi
endapan warna yang Endapan
9. Arabinosa 1 % terbentuk. Merah Bata (+) Gula Reduksi

D. Uji Barfoed
Tujuan : Untuk Membedakan Antara Monosakarida dan Disakarida.

No Zat Uji Prosedur Kerja Hasil Uji Kesimpulan


1. Dimasukkan kedalam
Endapan Merah
tabung reaksi
Bata
1. Sukrosa 1 % sebanyak 10 tetes dari (+) Monosakarida
masing – masing zat
Endapan Merah
uji.
Bata
2. Laktosa 1 % (+) Monosakarida
2. Diteteskan 10 tetes
pereaksi barfoed
3. Maltosa 1 % dimasing – masing zat Warna Biru (+) Monosakarida
uji.

4. Galaktosa 1 % 3. Dipanaskan didalam Warna Biru (-) Disakarida


Fruktosa 1 % penangas air mendidih Warna Biru (-) Disakarida
selama 5 menit
5.
Warna Biru
6. Glukosa 1 % (-) Disakarida

4. Diamati perubahan Warna Biru


7. Arabinosa 1 % warna endapan yang (-) Disakarida

E. Uji Seliwanoff
Tujuan : Untuk Membuktikan Adanya Ketosa (Fruktosa)

No Zat Uji Prosedur Kerja Hasil Uji Kesimpulan


1. Dimasukkan 5 tetes Terbentuk Warna
larutan uji didalam Jingga
1. Sukrosa 1 % (+) Ketosa
masing – masing tabung
reaksi. Tidak Terbentuk
Warna Jingga
2. Galaktosa 1 % 2. Diteteskan pereaksi (-) Ketosa
seliwanoff
Terbentuk Warna
3. Fruktosa 1 % 3. Dipanaskan didalam Jingga (+) Ketosa
penangas air mendidih
Tidak Terbentuk
selama 1 menit
4. Glukosa 1 % Warna Jingga (-) Ketosa
4. Diamati perubahan Tidak Terbentuk
warna yang terjadi Warna Jingga
5. Arabinosa 1 % (-) Ketosa
VIII. PEMBAHASAN
1. Uji molish
Berdasarkan percobaan ini diperoleh data bahwa semua larutan uji
ketika direaksikan dengan pereaksi molish , dapat membentuk kompleks
cincin berwarna ungu.dengan bahan yang diuji adalah amilum, dekstrin,
fruktosa, galaktosa, glukosa, malktosa, sukrosa, dan arabinosa. Semuannya
menunjukan hasil yang positif. Hal ini membuktikan adanya suatu
karbohidrat dalam larutan tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan
dengan pereaksi molish, dialirkan dengan larutan H2SO4 pekat dengan
cara memiringkan tabung reaksi, hal ini dilakukan agar larutan H2SO4
tidak bercampur dengan larutan yang ada didalam tabung sehingga pada
akhir reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin berwarna ungu pada
pembatas antara kedua lapisan larutan dalam tabung. Terbentuknya
kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil dehidrasi
monosakarida (furfural) dengan 4-naffol dari pereaksi molish.
Pembentukan larutan H2SO4 tersebut bertujuan agar polisakarida terurau
menjadi monosakarida sehingga demikian mempercepat terjadinya respon
berupa perubahan warna (terbentuk cincin) pada sampel-samperl yang
diujikan. Selain itu pemberian H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara
perlahan bertujuan untuk menghindari terjadinya ledakan.
2. Uji iodium
Uji iodium dilakukan untuk membuktikan adanya polisakarida .
adapun larutan karbohidratnya 1% yang diujikan adalah amilum, dekstrin,
fruktosa, galaktosa, glukosa, malktosa, sukrosa, dan arabinose.
Karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi pada larutan
iodium dengan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis
karbohidratnya . dimana amilum menghasilkan warna biru mantap dan
dekstrin pun berwarna biru mantap yang menandakan hasil positif
terhadap kandungan polisakarida tetapi untuk uji monosakarida dan
disakarida tidak menghasilkan warna larutan yang spesifik oleh karena iti
hasil yang ditunjukan negative. Terbentuknya warna biru mantap ini
disebabkan molekul anilosa dan amilopektin yang membentuk serta suatu
molekul dengan molekul lain dan larutan iodium. Oleh karena itu
monosakarida dan disakarida tidak menghasilkan warna larutan yang
spesifik karena tidak mengandung amilosa.
3. Uji benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula reduksi
dalam suatu larutan dengan indicator yaitu adanya perubahan warma
menjadi jingga kecoklatan. Dalam uji ini suatu gula reduksi dapat
dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang berwarna merah bata . akan
tetapi tidak semua larutan atau endapan yang terbentuk warna merah bata
hal ini tergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi yang
dikandung oleh tiap-tiap larutan uji. Sukrosa , laktosa, malktosa ,
galaktoaa, fruktosa , galaktosa , glukosa dan arabinosa menunjukan hasil
yang positif . terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi
ion, Cu2+ menjadi Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang
terkandung dalam gula (basa) sifat basa yang dimiliki oleh pereaksi
benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat. Selain itu
ada sukrosa yang positif + terbentuk merah bata karena sukrosa yang
mudah dihidrolisis menjadi glukosa ketika dipanaskan . sementara itu,
amilum dan dekstrin tetap berwarna biru. Hal ini membuktikan amilum
dan dekstrin tidak mengandung gula reduksi oleh karena itu amilum dan
dekstrin memperlihatkan hasil yang positif.
4. Uji barfoed
Uji barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan
disakarida. Pada percobaan ini diperoleh data bahwa suatu monosakarida
dapat dibedakan dengan disakarida yang dapat dibedakan dengan
disakarida yang dapat diamati dan terbentuknya endapan merah bata. Pada
senyawa galaktosa, glukosa, fruktosa dan arabinose, sedangkan pada zat
uji lainnya tidak terbentuk endapan merah bata kecuali fruktosa yang
membentuk endapan merah bata. Padahal fruktosa termasuk
polisakarida.hal ini karena sukrosa yang mudah dihidrolisis sehingga
fruktosa berubah menjadi glukosa karena dipanaskan. Selama sama
halnya dengan pereaksi benedict , pereaksi barfoed inii juga mereduksi ion
Cu2+ menjadi ion Cu+ pada dasarnya monosakarida akan mereduksi lebih
cepat dibandingkan dengan disakarida. Disakarida dengan konsentrasi
rendah tidak memberikan hasil positif. Oleh karena itu larutan uji
disakarida tidak membentuk warna orange pada percobaan ini ,
mekanisme terbentuknya merah bata adalah logam Cu2+ akan terekduksi
oleh monosakarida menjadi Cu+ monosakarida dapat mereduksi lebih
cepat dari disakarida Cu+ yang terbentuk memiliki warna kuning dan
dengan pemanasan akan terbentuk endapan sebagai CU2O berupa endapan
merah bata. Apabila karbihidrat mereduksi suatu logam karbohidrat akan
teroksidasi menjadi karboksilat dalam suatu asam ini. Gula pereduksi yang
termaksuk disakarida memberikan reaksi sangat lambat dengan larutan
barfoed sehingga tidak memberi endapan merah bata kecuali waktu yang
diperlukan dalam uji barfoed , gula monosakaridalah yang direduksi gula
pereduksi adalah gula yang termasuk dan memiliki gugus karboksil bebas
yang dapat membentuk ion-ion logam.

5. Uji seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk membuktikan adanya ketosa
( gugus keton pada karbohidrat) yang dilihat dan perubahan warna menjadi
murah. Prinsip dan uji seliwanoff adalah mencampurkan larutan
karbohidrat 1% (amilum, arabinosa, sukrosa, fruktosa, galaktosa, glukosa)
dengan reagen seliwanoff , pada uji ini diperoleh data bahwa fruktosa dan
sukrosa yang menghasilkan warna merah jingga yang mengidentifikasi
adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCL
yang terkandung dalam pereaksi seliwanoff ini mendehidrasi fruktosa dan
sukrosa menghasilkan hidrolisis furfural sehingga furfural memhasilkan
atau mengalami kondensasi setelah penambahan resolsinol membentuk
larutan yang berwarna merah jingga . hal ini tidak dialami oleh zat uji
yang lain dimana arabinosa, galaktosa, dan glikosa menunjukan hasil
negative terhadap ketosa. Akan tetapi sukrosa apabila dipanaskan terlalu
lama akan menunjukan hasil positif terhadap preaksi seliwanoff. Hal ini
terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa
terhidrolisis menghasilkan fruktoda dan glukosa sehingga fruktosa inilah
nantinya akan bereaksi dengan pereaksi seliwanoff menghasilkan larutan
berwarna merah jingga .
IX. KASIMPULAN
a. Uji molish:
dari hasil praktikum yang diketahui bahwa semua sampel uji termasuk
senyawa karbohidrat
b. Uji iodium:
dari hasil uji yang telah dilakukan diketahui bahwa amilum dan
dekstrin termasuk golongan polisakarida
c. Uji benedict:
dari hasil praktikum ini benedict yang dilakukan , diketahui bahwa
yang mempunyai gula reduksi adalah sukrosa, laktosa, malktosa,
galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa
d. Uji barfoed:
dari percobaan yang telah dilakukanm diketahui bahwa yang termasuk
monosakarida adalah sukrosa dan laktosa.
e. Uji seliwanoff:
dari hasil praktikum yang telah dilakukan , diketahui bahwa yang
mempunyai gugus ketosa adalah sukrosa dan fruktosa
PERCOBAAN II
PROTEIN
PERCOBAAN II
I. Judul Percobaan : Protein
II. Tujuan Percobaan :
a) Uji Biuret
Untuk membuktikan adanya molekul – molekul peptide
dari protein
b) Uji Ninhidrin
Untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam
protein
c) Uji Xantoprotein
Untuk membuktikan adanya tirosinm triptofan, atau
fenilalanin yang terdapat pada protein
d) Uji Kelarutan Protein
Untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut
tersebut
e) Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Untuk mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan
garam divalen konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan
protein
f) Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat dan Asam
Organik Terhadap Sifat Kelarutan Protein
Untuk mengetahui prngaruh logam berat dan asam organik
terhadap sifat kelarutan protein
III. Landasan Teori
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteios yang berarti pertama. Protein
adalah makromolekul yang paling banyak dalam sel hidup dan ditemukan dalam
semua bagian sel. Fungsinya adalah sebagai enzim untuk katalisator reaksi kimia,
pembentuk struktur dinding sel, contohnya pada pembungkus virus (kapsid),
hormon seperti insulin, pembawa O2 (hemoglobin), protein yang terikat gen,
antibodi dan lain-lain. Ciri utama molekul protein :

 Berat molekulnya besar


 Umumnya terdiri dari 20 asam amino yang berbeda, yang membentuk
rantai polipeptida dan ikatan peptida
 Terdapatnya ikatan kimia lain seperti ikatan hidrogen, ikatan hidrofob,
ikatan ion dan van der walls yang membentuk struktur 3D
 Strukturnya tidak stabil terhadap pH, radiasi, suhu, medium pelarut
organik dan detergen yang mengakibatkan denaturasi protein
 Reaktif dan sangat spesifik (Wirahadikusumah, 1989).

Asam amino merupakan bagian struktur protein yang menentukan banyak sifat
yang penting. Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh
jenis gugus R atau rantai samping dari asam amino. Jika gugus R berbeda maka
jenis asam amino berbeda. Gugus R dari asam amino bervariasi dalam hal ukuran,
bentuk, muatan, kapasitas pengikatan hidrogen serta reaktivitas kimia.
Keduapuluh macam asam amino ini tidak pernah berubah. Asam amino yang
paling sederhana adalah glisin dengan atom H sebagai rantai samping. Glisin
merupakan asam amino pertama yang diisolasi dari hidrolisat protein (Riawan,
1990).

Asam Amino memiliki sekitar 20 jenis yang terklasifikasi pada jenis asam
amino esensial, asam amino, non esensial.
1. Asam Amino Esensial
Asam amino esensial adalah asam amino yang harus di datangkan dari luar
tubuh manusia karena sel-sel tubuh tidak dapat mensintesisnya. Asam-asam amino
tersebut sebagian besar hanya dapat disintesis di dalam sel-sel tumbuhan, sebab
untuk sintesisnya diperlukan senyawa nitrat organik. Kekurangan satu saja asam
amino akan mengganggu sintesis protein. Asam amino esensial terdiri atas
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin, triptofan. Arginin dan
histidin esensial pada anak-anak.
2. Asam Amino Non esensial
Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis di dalam
tubuh manusia dengan bahan baku lainnya. Asam amino non esensial terdiri atas
alanin, asparagin, asam aspartat, asam glutamat, glutamin, prolin. Namun, selain
itu, beberapa ahli juga membagi asam aminoini menjadi 3 golongan yaitu
ditambah dengan asam amino semi esensial dengan pengertian asam amino yang
dapat menghemat pemakaian beberapa asam amino esensial. Beberapa
diantaranya yaitu sistin, glisin, serin, tirosin (Putri, 2009).

Menurut Lehninger (1990), klasifikasi asam amino berdasarkan sifat polaritas


gugus R :
 Gugus R non polar (hidrofobik) : alanin, leusin, tryptofan
 Gugus R polar tak bermuatan : asparagin, sistein, glisin
 Gugus R bermuatan negatif : asam aspartat, glutamat
 Gugus R bermuatan positif : arginin, histidin, lisin

Menurut Poedjiadi (1994), klasifikasi protein berdasarkan strukturnya :
 Struktur primer : ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam
amino yang berurutan membentuk ikatan peptida
 Struktur sekunder : terjadi karena ikatan hidrogen antara atom O
dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus amino (N-H) dalam
1 rantai polipeptida, memungkinkan terbentuknya konformasi spiral yang
disebut struktur helix
 Struktur tersier : terbentuk karena terjadinya pelipatan rantai ” helix,
konformasi $ maupun gulungan polipeptida membentuk protein globular
yang struktur 3Dnya lebih rumit, terdapat ikatan kovalen seperti ikatan
peptida dan disulfida, juga ikatan non kovalen yang menyebabkan
terjadinya pelipatan.
 Struktur Kuartener : sebagian besar berbentuk globular Yang mempunyai
berat molekul lebih dari 50.000, merupakan oligomer yang terjadi dari
beberapa rantai polipeptida yang terpisah.

Albumin berasal dari bahasa Latin, yaitu albus yang berarti umum pada protein
dengan daya larut air dan dapat larut dalam garam dan denaturasi protein.
Albumin merupakan sumber makanan yang kaya protein dan baik untuk diet
dialisis, dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin
terdapat dalam serum darah dan putih telur. Pospat yang terkandung di dalamnya
kira-kira 5mg per albumin. Albumin merupakan protein plasma yang paling
banyak dalam tubuh manusia, terdiri dari rantai polipeptida tunggal dengan berat
molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino, 17 ikatan disulfida yang
menghubungkan asam amino yang mengandung sulfur. Fungsi albumin, untuk
mempertahankan tekanan osmotik plasma agar tidak terjadi asites, membantu
metabolisme, transportasi obat-obatan, anti inflamasi dan antioksidan. Albumin
adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi, 1994)
Triptofan merupakan salah satu asam amino penyusun protein. Triptofan adalah
prekursor melatonin, serotonin dan niasin. Nama sistematiknya adalah Asam S-2-
amino-3-(IH-indol-3-il)-propanat (Anonim’a, 2009).
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif seperti tes ninhidrin, uji biuret, tes xantoprotein,
pengendapan garam logam, koagulasi, denaturasi dan pengendapan protein
dengan alkohol. Secara kuantitatif seperti pada metode Lowry, metode
spektrofotometri visible dan metode spektrofotometri UV.
Ninhidrin adalah suatu reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan
menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari
triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna
ungu (Hart, 2003).
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa
akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini
positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
amino bebas atau dipeptida. Biuret merupakan pereaksi kimia yang terbuat dari
natrium hidroksida dan tembaga sulfat. The blue reagent turns violet in the
presence of proteins, and changes to pink when combined with short-chain
polypeptides. Reagen ini berwarna biru dan akan berubah menjadi ungu dalam
kehadiran protein, dan perubahan menjadi merah muda ketika dikombinasikan
dengan rantai polipeptida pendek (Anonim’b, 2009).
Reaksi xantoprotein adalah reaksi kimia untuk mendeteksi protein. Reaktionen
viser sig ved, at proteiner ved opvarmning med koncentreret salpetersyre danner
gule forbindelser, der ved opløsning i baser giver en orangerød farve. Reaksi
positif yang ditunjukkan oleh protein dengan pemanasan dan konsentrasi asam
nitrat dalam bentuk senyawa kuning dalam basa memberikan warna orange
(Anonim’c, 2009).
Protein dengan pH diatas 7 biasanya memiliki muatan negatif, dengan
penambahan ion logam akan bermuatan positif yang akan menyebabkan larutan
saling menetralkan sehingga protein tidak larut atau mengendap. Pada logam
berlebih akan menyebabkan protein bermuatan positif.
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul
protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan
bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Daya reaksi berbagai
jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama, tergantung dari jumlah dan letak
gugus amino dan karboksil dalam molekul. Dalam larutan asam (pH rendah),
gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya,
dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau
bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas
akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
Denaturasi protein adalah suatu keadaan telah terjadinya perubahan struktur
protein yang mencakup perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa
menyebabkan pemutusan atau kerusakan lipatan antar asam amino dan struktur
primer protein. Karena itu, denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya
ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbukanya lipatan atau
wiru molekul protein Koagulasi adalah denaturasi protein akibat panas dan
alkohol (Winarno, 1992). Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan
pada suhu 50oC atau lebih. Koagulasi ini hanya terjadi bila larutan protein berada
titik isoelektrisnya (Poedjiadi, 1994).
Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan
dalam mencerna protein tersebut (Ophart, 2003).
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya
berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, 2003).
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air
(Simanjuntak, 2009).
Analisa Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini
terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana
metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).
Keuntungan analisa Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret
sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar
pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak
interferensinya akibat kesensitifannya (Arie, 2008).
IV. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Gelas kimia 50 ml
4. Gelas kimia 100 ml
5. Gelas ukur
6. Hot plate
7. Neraca digital
8. Penjepit
9. Pipet tetes
10. Sendok tanduk
11. Tabung reaksi + Rak tabung
b. Bahan
1. Air suling 18. Pb Asetat
2. Albumin 2% 19. Pepton
3. Alcohol 96% 20. TCA 10%
4. Aquades 21. Tirosin 2%
5. Asam sulfosalisilat 5%
6. Bacl 5%
7. Cacl 5%
8. CuSO4 5%
9. Gelatin 2%
10. Glisin 2%
11. Hcl 10%
12. Hgcl 5%
13. Kasein 0,5%
14. Kloroform
15. Mgcl 5%
16. NaoH 40%
17. Nacl 5%

V. Perhitungan Pembuatan Reagen


a.Albumin 2%, 50 ml
%=
2%=

100 = 100 g

g =

g=1g

b. Gelatin 2%, 50 ml
%=

2%=

100 = 100 g

g =

g=1g

c.Glisin 2%, 50 ml

%=

2%=

100 = 100 g

g =

g=1g

d. Tyrosin 2%, 50 ml

%=

2%=

100 = 100 g

g =

g=1g
e. Kasein 0,5 %, 50 ml

%=

0,5 % =

25 = 100 g

g =

g = 0,25 g

f. Pepton 0,5 %, 50 ml
%=

0,5 % =

25 = 100 g

g =

g = 0,25 g

g. Pb asetat 5 %, 50 ml j. Hcl 5%, 50 ml


%= %=

5%= 5%=

250 = 100 g 250 = 100 g

g = g =

g = 2,5 g g = 2,5 g

h. Bacl 5 %, 50 ml
%=

5%=

250 = 100 g

g =

g = 2,5 g
i. Cacl 5 %, 50 ml
%=

5%=

250 = 100 g

g =

g = 2,5 g
VI. Cara Kerja
a. Uji Biuret
1. 2 ml sampel ditambahkan 1 ml pereaksi molish, dikocok homogeny
2. Ditambahkan 2 tetes CuSO4 melalui dinding tabung
3. Diamati perubahan yang terjadi
b. Uji Ninhidrin
1. 2 ml sampel ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin
2. Dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit. Diamati perubahan
warna yang terjadi
c. Uji Xantoprotein
1. 2 ml sampel ditambahkan 1 ml NaoH3
2. Dipanaskan selama 1 menit
3. Didinginkan dibawah air keran
4. Ditambahkan NaoH setetes demi setetes
5. Diamati perubahan warna yang terjadi
d. Uji Kelarutan Protein
1. Disediakan 5 tabung, masing – masing diisi dengan air sulig, Hcl
10%, NaoH 40 %, ALKOHOL 96 %, dan Kloroform sebanyak 1 ml
2. Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung
3. Dikocok dengan kuat,kemudian diamati sifat kelarutannya
e. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
1. Disediakan 5 tabung reaksi, masing – masing diisi dengan2 ml
albumin
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut – turut ditambahkan larutan
Nacl
5%, Bacl 5%, , Cacl 5 %, MgSO 4 5 % dan (NH4)2 SO4 setetes sampai
timbul endapan
3. Ditambahkan kembali larutan – larutan garam secara berlebihan
4. Dikocok tabung, kemudian diamati perubahan yang terjadi
f. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat dan AsamOrganik
Terhadap Sifat Kelarutan Protein
1. Disediakan 5 tabung yang bersih, masing – masing diisi dengan 2 ml
larutan albumin telur
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut – turut ditambahkan 10 ml tetes
larutan asam trikoloroasetat 10 %, asam sulfat silat 10%, CuSO4 5 %,
HgCl2 5 % dan Pb asetat 5 %
3. Dikocok setiap tabung dan diamati perubahan yang terjadi

VII. Data Percobaan


a. Uji biuret

NO Zat uji Hasil uji Kesimpulan

1 Albumin 2 % Ungu (+) polipeptida


2 Gelatin 2 % Ungu (+) polipeptida
3 Kasein 0,5 % Ungu (+) polipeptida
4 Glisin 2% Biru ( - ) polipeptida
5 Peptone 0,5 % Ungu (+) polipeptida
b. Uji Ninhidrin

NO Zat uji Hasil uji Kesimpulan

1 Albumin 2 % Bening (-) asam amino bebas


2 Gelatin 2 % Bening (-) asam amino bebas
3 Kasein 0,5 % Bening (-) asam amino bebas
4 Pepton Bening (-) asam amino bebas
5 Glisin 2 % Ungu (+) asam amino bebas
c. Uji Xantoprotein

NO Zat uji Hasil uji Kesimpulan

1 Albumin 2 % Endapan putih ( -) asam amino, tirosin,


triptofan, fenilalanin
2 Gelatin 2 % Endapan putih ( -) asam amino, tirosin,
triptofan, fenilalanin
3 Kasein 0,5 % Endapan putih ( -) asam amino, tirosin,
triptofan, fenilalanin
4 Tirosin 2 % Endapan jingga (+) tirosin
d. Uji Kelarutan Protein

Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


1 2 3 4 5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Air suling 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
HCl 10 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
NaOH 40 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Alkohol 96 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Kloroform 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

Kocok tabung dengan kuat


Hasil : Air suling HCl 10 NaOH 40 Alkohol 96 Kloroform
Larut % % %
Larut / tidak larur : larut Tidak Tidak larut Tidak larut
larut

Bahan Tabung Tabung Tabung 3 Tabung Tabung


1 2 4 5

Gelatin 2 5 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Air suling 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
HCl 10 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
NaOH 40 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Alcohol 96 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Kloroform 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

Kocok tabung dengan kuat

Hasil
Larut/tidak larut : Larut Larut Larut Larut Larut
e. Uji Pengendapan Protein dengan Garam

Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


1 2 3 4 5
Albumin berlebihan
telur Berlebihan
NaCl 5 % Berlebihan
BaCl 5 % Berlebihan
CaCl 5% berlebihan
MgCl 5% berlebihan
(NH4)2
SO4 jenuh

Hasil Endapan Endapan Endapan Endapan Endapan


Endapan banyak banyak banyak sedikit sedikit
banyak/
sedikit
f. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat dan Asam Organik
Terhadap Sifat Kelarutan Protein

Bahan Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


1 2 3 4 5
Telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
TCA 10 % 10 tetes
Asam 10 tetes
sulfosalisilat 5 %
CuSO4 5 %
HgCl 5 % 10 tetes
Pb asetat 10 tetes
10 tetes

Kocok tabung

Hasil endapan Endapan Endapan Endapan Endapan Endapan


ada/tidak ada: ada ada ada ada ada
+ + +++ +++ +++

VIII. Pembahasan
Protein adalah makromolekul yang paling banyak dalam sel hidup dan
ditemukan dalam semua bagian sel. Fungsinya adalah sebagai enzim untuk
katalisator reaksi kimia, pembentuk struktur dinding sel, contohnya pada
pembungkus virus (kapsid), hormon seperti insulin, pembawa O2 (hemoglobin),
protein yang terikat gen, antibodi dan lain-lain. Asam amino merupakan bagian
struktur protein yang menentukan banyak sifat yang penting.
Pada uji biuret ion Cu2+ ( dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan –ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks bewarna ungu tau violet. Reaksi biuret positif
terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negatif pada asam amino
bebas atau peptide. Reaksipun positif terhadap senyawa – senyawa yang
mengandung dua gugus : - CH2NH2, - CSNH2, - C(NH)NH2, dan – CONH2.
Pada uji Ninhidrin semua asam amino atau peptide yang mengandung asam -
amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks
berwarna biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna
kuning.
Pada uji xantoprotein, reaksi pada ujixantoprotein didasarkan pada nitrasi inti
benzene yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung
cincin benzene ( tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat,
maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan, senyawa nitro yang terbetuk dalam suasana basa akan terionisasi dan
warnanya berubah menjadi jingga.
Pada uji kelarutan protein, daya protein berbeda di dalam air, asam dan basa.
Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila
protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan
menggumpal ( tertkoagulasi ). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel aur yang
melingkupi molekul – molekul protein.
Pada uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam
terhadap kelarutan protein berbeda – beda, tergantung pada konsentrasi dan
jumlah muatan ionnya dalam larutan, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan dan pengendapan protein oleh garam
berkonsetrasi tinggi disebut salting out.
Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian
protein dapat diendapkan dengan penambahan asa, - asam organuk seperti asam
pikrat, asam trikoloroasetat dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam – asam
menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein
dapat pula mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam berat
seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mengendap.

IX. Kesimpulan
a. Uji Biuret
Dari hasil praktikum diketahui bahwa golongan yang termasuk
polipeptida adalah albiumin, gelatin, kasein dan peptone.
b. Uji Ninhidrin
Dari praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa yang termasuk
asam amino bebas adalah glisin
c. Uji Xantoprotein
Dari percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa yang termasuk
asam amino tirosin, triptofan, atau felilalanin adalah tirosin
d. Uji Kelarutan Protein
Zat uji larutan dalam aquades pelarut basa ( NaCl) dan dalam (Protein)
larutan asam (HCl). Protein tidak larut dalam pelarut lemak ( kloroform).
e. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Zat uji ( protein ) dapat diendapkan dengan penambahan larutan garam,
semakin tinggi konsentrasi larutan garam, maka banyak endapan yang
terjadi, dapat dilihat dari table percobaan, larutan garam yang paling
banyak menghasilkan endapan adalah NaCl 5 %, CaCl 5 %, dan BaCl 5
%.
f. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat dan Asam Organik
Terhadap Sifat Kearutan Asam
Protein juga dapat diendapkan dengan penambahan larutan logam berat
dan asam organic. Dan hasil praktikum yang telah dilakukan yang lebih
banyak terdapat endapan yaitu pada tabung 3, 4, dan 5
PERCOBAAN III
LIPID

PERCOBAAN III
I . Judul percobaan : Lipid
II. Tujuan percobaan :
 Uji kelarutan Lipid : Untuk mengetahui sifat kelarutan lipid terhadap
pelarut tertentu
 Uji keasaman minyak : untuk mengetahui sifat asam basa minyak kelapa.
 Uji ketidaksengajaan minyak : untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan
minyak atau lemak.
 Uji penyabunan minyak : untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada
minyak oleh alkali.
 Uji kolestrol : untuk mengetahui adanya sterol (kolestrol ) dalam bahan
secara kualitatif.
 Uji Kristal korelstrol : untuk megetahui bentuk Kristal dari kolestrol.

III. Landasan Teori

Lipid (Yunani, lipos=lemak) adalah sekelompok besar senyawa alam yang


tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksan,
kloroform dan dietil eter. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat,
protein asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Struktur molekul
lipid sangat beragam, sehingga kita harus meninjau banyak gugus fungsi yang
telah kita pelajari sebelumnya. Senyawa yang termasuk kelompok lipid adalah
trigliserida, lilin, fosfolipid, glikolipid, steroid, terpen, prostaglandin (Natsir, dkk.,
2013).
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak,
steroid, malam (wax), dan senyawa terkait yang berkaitan lebih karena sifat
fisiknya daripada sifat kimianya. Senyawa ini merupakan konstituen makanan
yang penting tidak saja karena nilai energinya yang tinggi, tetapi juga karena
vitamin larut-lemak dan asam lemak esensial yang terkandung di dalam lemak
makanan alami. Lemak disimpan di jaringan adipose, tempat senyawa ini juga
berfungsi sebagai insulator listrik, dan memungkinkan penjalaran gelombang
depolarisasi di sepanjang saraf bermielin. Kombinasi lipid dan protein
(lipoprotein) adalah konstituen sel yang penting yang terdapat baik di membran
sel maupun di mitokondria, dan juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid
dalam darah. Pengetahuan tentang biokimia lipid diperlukan untuk memahami
banyak bidang biomedis penting, misalnya obesitas, diabetes mellitus,
aterosklerosis, dan peran berbagai asam lemak tak jenuh ganda dalam ilmu gizi
dan kesehatan (Murray, dkk., 2006).
Pengelompokannya dibagi menjadi dua yang didasarkan atas identitas dan
letak ketiga komponen asam lemak penyusunnya. Senyawa dengan kandungan
asam lemak yang sejenis pada ketiga posisi gugus hidroksilnya disebut trigliserida
sederhana. Trigliserida dengan kandungan dua atau lebih asam lemak yang
berbeda dinamakan trigliserida campuran (Nurhasanah, 2003)
Lilin atau malam adalah sebagian dari kelompok lipid. Secara kimiawi,
lilin merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Panjang rantai
hidrokarbon asam maupul alcohol pada lilin biasanya berkisar dari 10 sampai
dengan 30 karbon. Lilin adalah padatan stabil bertitik leleh rendah yang dapat
ditemui pada tumbuhan dan hewan. Spermaseti terdapat dalam kepala ikan paus,
karmauba yang merupakan bahan utama dalam lilin penyemir mobil dan lantai
yang berasal dari daun pohon palem di USA. Lilin lebah yang sebagian besar
berupa mirisil palmitat, adalah ester dari mirisil alkohol dan asam palmitat. Lilin
berguna untuk melindungi permukaan daun dari penguapan air dan serangan
mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut dan bulu unggas sehingga tetap lentur
dan kedap air (Natsir, dkk., 2013).
Trigliserida adalah trimester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak
adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon
genap, jarak yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap
dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan
oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dari asam lemak
menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh
umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur. Jika ikatan ganda dua cis dalam
rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur strukturnya
(Natsir, dkk., 2013).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan titik lelehnya, pada suhu
kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari
lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan
bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon
dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang
mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan
berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah
minyak nabati menjadi lemak, misalnya pada industri margarin. Serbuk logam
nikel (sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi
dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi
jenuh dan membentuk lemak (Natsir, dkk., 2013).
Lemak adalah suatu ester trigliserida(TG) dari gliserol dengan 3 asam lemak
terikat pada rantai utamanya 6. Asam lemak yang berikatan dengan trigliserida
pada dasarnya merupakan rantai karbon(C) dengan gugus karboksil (COOH) pada
salah satu ujungnya yang dapat bereaksi (berikatan) dengan molekul lain
(Tuminah, 2009).
Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak dapat
larut dalam air, namun dapat larut dalam zat pelarut nonpolar, seperti eter dan
kloroform (Sloane 2003). Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus
agar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut dalam air. Lipid dalam
sirkulasi tersusun menjadi partikel-partikel lipoprotein besar dengan berbagai
golongan apolipoprotein. Apolipoprotein ini membantu kelarutan lipid serta
pengangkutannya dari saluran cerna ke hati, yang memiliki reseptor spesifik untuk
apolopoprotein (Sacher et al. 2004).
Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai macam
jenis. Menurut struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (triglyceride),
phospholipida, lecithine, dan sphyngomyelineb. Menurut sumbernya (bahan
makanannya), lemak terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Menurut
konsistennya, lemak terdiri dari dari lemak padat (lemak atau gaji) dan lemak cair
(minyak). Menurut wujudnya, lemak terdiri dari lemak tak terlihat (invisible fat)
dan lemak terlihat (visible fat). Lemak nabati mengandung lebih bayak asam
lemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan berbentuk
cair (minyak), sedangkan lemak hewani mengandung asam lemak jenuh,
khususnya yang mempunyai rantai karbon panjang yang berbentuk padat (Riawan
1990).
Lipid memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh, diantaranya adalah
menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh, menghasilkan asam lemak esensial,
pelumas di antara persendian, membantu pengeluaran sisa makanan, dan memberi
kepuasan cita rasa. Lipid merupakan sumber energi yang pekat, 1 gram lipid
memberikan 9 gram kalori. Energi yang berlebihan dalam tubuh akan disimpan
dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lipid adiposa ini tersimpan
dalam jaringan di bawah kulit/sub cutaneus tissues sebanyak 50%, sekeliling alat
tubuh dalam rongga perut sebanyak 45%, dan dalam jaringan bagian dalam
otot/intra muscular tissues sebanyak 5% (Suhardjo et al. 2010).
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang paling banyak di alam.
Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu
kamar, yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan
titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang
rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak
jenuh (Sartika, 2008).
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh
dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak
pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau
tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap.
Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh
(saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak
tidak jenuh (unsaturated fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty
Acid (MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap (Sartika, 2008).
Jumlah atom karbon pada asam lemak berkisar antara 4 sampai 24 atom
karbon, dengan pembagian antara lain asam lemak rantai pendek/SCFA (2–4 atom
karbon), rantai medium/MCFA (6–12 atom karbon) dan rantai panjang/LCFA
(>12 atom karbon). Semua lemak bahan pangan hewani dan sebagian besar
minyak nabati men- gandung asam lemak rantai panjang. Titik cair asam lemak
meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Umumnya asam lemak
yang menyusun lemak bahan pangan secara alami terdiri dari asam lemak dengan
konfigurasi posisi cis minyak kelapa sawit, kedelai, jagung, canola dan kelapa
(Sartika, 2008).
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari
beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang
dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan
fosfolipid. Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan
gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan
jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15
dan 17 (Salirawati, 2007).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya.
Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang
mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki
ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi,
kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di
identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga
terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati ,2007).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan
sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang
disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid
yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid
senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan dalam
proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan testoleron berfungsi
sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai
provitamin D (Sutresna, 2009)

IV. Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Gelas kimia 50 ml
4. Gelas kimia 100 ml
5. Gelas ukur
6. Hot plate
7. Neraca digital
8. Penjepit
9. Pipet tets
10. Sendok tanduk
11. Tabung reaksi + rak tabung

B. Bahan yang digunakan


1. Alkohol
2. Aquades
3. Cacl2 5%
4. Detergen
5. Kolestrol 0,5%
6. Margarine
7. MgSO4 5%
8. Minyak ikan
9. Minyak kelapa
10. Minyank tengik
11. Pb asetat 5%
12. Sabun

V. perhitungan pembuatan reagen

A. Kolestrol 0,5% sebanyak 50 ml

25 = 100 g
gr = 0,25 gram

B. Pb Asetat

250 = 100 g

gr = 2,5 gram

C. CaCl

250 = 100 g

gr = 2,5 gram

D. MgSO4

250 = 100 g

gr = 2,5 gram

VI . Cara kerja
1. Uji kelarutan minyak
 disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering
 dimasukkan masing-masing kedalam tabung aquades,alcohol 965,eter dan
kloroform dan lartutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1 ml.
 dikocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat
 diamati sifat kelautannya.

2. Uji ketidakjenuhan minyak


 Dimasukka 3 tetes minyak kedalam tabung kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 2 ml kloroform
 Ditambahkan setets demi setets air brom sambil dikocok hingga merah air
brom tidak berwarna
 Hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan
 Ulangi percobaan menggunakan margarine / lemak padat
 Bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan

3. Uji pengendalian minyak


 Hidrolisis minyak kelapa kedalam Erlenmeyer
 Ditambahkan 1,5 gram NaOH dan 25 ml alcohol 96%
 Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit
 Ditambahkan 3 tetes larutan kemudian larutkan dalam air, bila larut maka
menunjukkan reaksi tidak sempurna
 Diuapkan alcohol tersisa samoai habis]
 Dinginkan, lalu tambahkan 75 air dan panaskan sampai habis

4. Uji sifat-sifat sabun


 Ambillah 6 larutan sabun, dengan pipet tetes lalu netralkan dengan asa
asetat encer
 Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi bagian masing-masing
masukka kedalam tabung reaksi
 Dimsukkan kedalam tabung 1,2,3 beturut turut, tambahkan CaCL2 5% ,
MgSO4 dan Pb asetat 5% sebanyak 5 ml. lakukan dengan kuat.
 Amati dan catat pembahasan yang terjadi
 Ulangi percobaan menggunaan detergen lalu dibandingkan hasilnya.

VII. Data hasil percobaan


A. Uji keasaman minyak
NO Bahan Lakmus Lakmus biru Sifat
merah Sifat asam
basa
1 Minyak kelapa Merah Biru Netral
2 Minyak tengik Merah Biru Asam

Diketahui larutan minyak kelapa bersifat netral dan minyak tengik bersifat
asam

B. Uji ketidaksengajaan minyak


NO Bahan Tabung 1 Tabung 2
1 Minyak kelapa 2 tetes
2 Margarine Seujung spatula
3 Kloroform 2 ml 2 ml
Hasil jumlah 40 tetes 10 tetes

Diketahui bahwa margarine ikatan rangkap lebih banyak dibaanding


minyak kelapa

C. Uji penyabunan minyak


Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan sabun 2ml 2ml 2ml
Larutan CaCl 5% 5ml
Larutan MgSO4 5ml
5%
LarutanPb asetat 5ml
5%
Kocok tabung Adanya endapan Tidak ada Ada endapan
dengan kuat hasil endapan
: adanya endapan
atau tidak
Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan detergen 2ml 2ml 2ml
Larutan CaCl2 5ml
5%
Larutan MgSO4 5ml
5%
LarutanPb asetat 5ml
5%
Kocok tabung Ada endapan Ada endapan Ada endapan
dengan kuat hasil sedikitt banyak
: ada endapan
atau tidak

Diketahui larutan sampel sabun dan detergen yang lebih banyak endapan
adalah larutan CaCl dan larutan Pb asetat

D. Uji kolestrol
Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Minyak kelapa 1ml
Minyak ikan 5tetes
Kolestrol 0,5% 2ml 2ml 2 tetes
dalam kloroform
Hasil : Kuning Merah Merah – biru
terbentuknya
warna merah
muda kemudian
biru dan hijau

Diketahui bahwa zat uji yang mengandung kolestrol adalah minyak kelapa
VIII. PEMBAHASAN
1. Uji kelarutan minyak
Pada percobaan uji kelarutan minyak, kita ingin mengetahui kelarutan
minyak pada pelarut organic sperti eter dan kloroform dapat larut dalam
minyak kelapa. Hal ini disebabkan karena eter dan kloroform dapat larut,
pelarut non polos, sehingga minyak kelapa dapat larut sempurna. Pada
larutan NaCO3 0,5% minyak kelapa tidak larut sempurna pada larutan, hal
ini sangat bertolak belakang dengan teori karena dapat kesalahan. Dalam
teori dijelaskan bahwa pada saat asam lemak bebas yang akan membentuk
sabun, dimana sabun mempunyai daya aktif permukaan, yang akan
menyebarkan minyak sehingga minyak tersebar seluruhnya.
2. Uji keasaman minyak
Pada uji ini, kita ingin mengetahui sidat asam basa minyak kelapa hasil
yang diperoleh yaitu kedua jenis minyak baik minyak kelapa maupun
minyak tengik sama-sama tidak menunjukkan perubahan pada pengujian
sifat asam dengann menggunakan kertas lakmus merah dan biru.
Sebenarnya hasil yang diperoleh tidak sesuai teori yang ada bahwa minyak
tengikk bersifat asam.
3. Uji ketidaksengajaan minyak
Pada uji ini kita ingin mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak, kita ingin
mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Untuk mengetahui
ketidakjenuhan atau lemak yaitu dengan mereaksikannya dengan
kloroform. Pada minyak kelapa, margarine, kloroform yang dibutuhkan
cukup banyak, hal ini dikarenakan minyak kelapa, margarine dan
kloroform mempunyai ikatan rangkap yang banyak sehingga molekul
kloroform yang dibutuhkan banyak untuk dapat bereaksi adisi dengan
minyak. Dapat disimoulkan bahwa minyak kelapa merupakan asam lemak
tidak jenuh.
4. Uji penyabunan minyak
Pada uji ini kita ingin mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh
alkali. Paada percobaan ini dilakukan 2 jenis percobaan yakni, hidrolisis
minyak dan uji sifat-sifat sabun. Adapun hasil yang diperoleh ialah pb
asesat pada larutan sabun hasil yang diperoleh membentuk endapan, begitu
pula pada penambahan MgSO4 pada lautan sabung hanya pada
pembahasan CaCl pada larutan sabun tidak membentuk endapan pada uji
sifat sabun yang digunakan 3 bahan uji yaitu larutan CaCl 5% larutan
MgSO4 dan larutan pb asetat 5% pada larutan CaCl membentuk sedikit
endapan pada larutan detergrn yang ditambahkan larutan MgSO4 5% tidak
membentuk endapan

5. Uji kolestrol
Pada percobaan yang terakhir yaitu uji kolestrol kita ingin mengetahui
adanya kolestrol (sterol) dalam bahan secar kualitatif. Kolestrol hanya
terdapat pada manusia dan hewan, sedangkan tumbuhan tidak terdapat
kolestrol. Koletsrol yang terdapat dalam tubuh manusia yaitu dalam
bentuk lemak yang sangat diperlukan oleh otak. Untuk mengetahui adanya
kolestrol, dapat dilakukan uji kolestrol menggunakan reaksi warna salah
satu diantaranya ialah reaksi Liebermann buchard. Hasil negative
didapatkan paada minyak kelapa dan kolestrol 5% dalam kloroform tidak
menunjukkan adanya penambahan .
IX . KESIMPULAN

 Pada uji keasaman mimyak, diketahui larutan bersifat netral dan minyak
tengik bersifat asam
 Pada uji ketidakjenuhan minyak, diketahui bahwa margarine memiliki
ikatan rangkap lebih banyak dibanding minyak kelapa
 Uji penyabunan minyak, diketahui bahwa larutan sampel sabun dan
detergen yang telah banyak endapan adalah larutan CaCl dan larutan Pb
asesat
 Uji kolestrol, diketahui bahwa zat uji yang mengandung kolestrol adalah
minyak kelapa.
PERCOBAAN IV
ENZIM

PERCOBAAN : IV
I. Judul Percobaan : ENZIM
II. Tujuan Percobaan :
a. pengaruh suhu terhadap aktivita enzim
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
b. pengaruh PH terhadap aktivitas enzim
untuk mengetahui bahwa derajat keasaman (PH) mempengaruhi aktivitas
enzim
c. pengaruh kosentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
untuk mengetahui pengaruh kosentrasi enzim terhadap perombakan suatu
substrat (amilum)
d. uji uriase
untuk membuktikan adanya enzim uriase dalam suspensi kedelai
e. uji enzim invertase
untuk membuktikan adanya enzim invertase dalam ragi
III. Landasan Teori
Enzim adalah bioprimer yang terdiri dari serangkaian asam amino
dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tepat. Enzim
memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai
protein enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk menganalisis
reaksi antaralain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel. Molekul
pati dan glikogen, molekul pati yang merupakan polimer dari alfa D-
glikopiranosa akan diperoleh enzim pada ikatan alfa 1,4 dan 1,6 glikogen.
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikatnya. Sedangkan masing-
masing enzim diberi nama menurut nama subtratnya. Misalnya uriase,
erinose, dan lain-lain, disamping itu ada pula beberapa pula enzim yang
dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin, dan lain-lain.
(Aldi, 2010)
Enzim dibagi menjadi 6 (enam) golongan besar oleh commision on
enzymes of the international union of biochemistry. Penggolongan ini
didasarkan oleh reaksi kimia dimana enzim memegang peranan dalam
mempelajari mengenai enzim, dalam larutan yamg disebut gugus prostetik
dan pula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang
disebut koenzim, baik gugus prostetik maupun koenzim keduanya
merupakan bagian yangmemungkinkan enzim bekerja pada subtrat. Subtrat
merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim.
(poedjiadi, 2006)
Klasivikasi enzuim international enzimecomission :
a. Uksirecluk tase
Beredar antara bentuk-bentuk oksidasioleh reduksi jika molekul-molekul
subtrat secara berturut-turut oksidasi.
b. Transforosa
Enzim trascimirasi (omino transferosa) mengkatalisasi pemindahan
reversible dari suatu asam amino kesuatu asam keton.
c. Hidrolisc
Biasanya digolongkan atas dasar ikatan yang dihidrolisis. Beberapa
peptidasi seperti cripsin dan kimotripsin hubungannya dengan penentuan
struktur protein primer.
d. Liosa
Adisi dari gugus pada suatu ikatan rangkap atau kebalikan dari reaksi
tersebut contohnya hidrosi dari ikatan asam fumarat oleh enzim furmarase.
e. Isomerasa
Keseimbangan antara dua isomer, contohnya reaksi yang ditatalisasiikan
oleh alanin rasamesu enzim yang ditemukan dalam bakteri.
f. Ligase
Pembentukan dari ikatan dengan pembelahan ATP : Enzim ini
mengkatalisasikan reaksi yang membentuk ikatan yang sering disebut enzim
sintetosa.
(page, 1989).
Enzim dikategorikan sebagai suatu kelompok protein yang
berperan dalam aktivitas biologi enzim ini berfungsi sebagai katalisator
dalam sel dan sifatnya sangat khas dalam jumlah yang sangat kecil, enzim
dapat mengatur suatu reaksitertentu sehingga dalam keadaan normal tidak
terjadi penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivtasnya
karena panas, asam dan basah kuat pelarut organik atau apa saja yang bisa
menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat yang
sangat khas karena hanya bekerja pada subtrat tertentu.
(tirinda, 1986).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Gelas kimia
4. Penjepit
5. Pipet tetes
6. Penangas air
7. Rak tabung + tabung reaksi
8. Tisu
9. Timbangan digital
10. Termometer
B. Bahan-bahan yang digunakan
1. Aquades
2. Amilum
3. Barfoed
4. HCl
5. HgCl 1 %
6. Iodium
7. Indikator PP 0.1 %
8. Maltosa 1 %
9. Na2CO3
10. Phenoptalein
11. Pereaksi Benedict
12. Ragi 0.5 g
13. Sukrosa 1 %
14. Susu Kedelai
15. Urea 1 %
16. Enzim Amilase
17. Filtrat kedelai
18. Pereaksi Luff

V. Perhitungan Pembuatan Reagen

1.

2.

3.
4.

VI. Cara Kerja

a. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim


Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, 2 ml larutan amilum +
1 ml enzim amilase, tabung 1 masukkan kedalam es, tabung 2 simpan pada
suhu kamar, tabung 3 masukkan kedalam penangas air dengan suhu 37-40 0 C,
tabung 4 masukkan kedalam penangas air dengan suhu 75 - 800C,tabung 5
masukkan kedalam air panas mendidih.biarkan masing – masing tabung pada
tempatnya selama 15 menit. Uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
Amati perubahan yang terjadi.
b. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
1. Sediakan 3 tabung reaksi. Tabung pertama isikan 2 ml larutan HCl 0,4 %;
tabung kedua 2 ml aquades, dan tabung ke-tiga 2 ml Na2CO3 1 %.
2. Ditambahkan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim.
3. Dicampurkan hingga homogen, kemudian biarkan selama 15 menit.
4. Uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Diamati perubahan warna yang terjadi.
c. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
1. Siapkan 3 tabung reaksi, kemudian pada tabung 1,2, dan 3 berturut-turut
isilah dengan enzim amilase 0.5 ml, 1.0 ml dan 1.5 ml.
2. Ditambahkan 2 ml larutan amilum.
3. Dihomogenkan biarkan selama 15 menit.
4. Uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Diamati perubahan warna yang terjadi.
d. Uji Urease
1. Disiapkan 3 tabung reaksi masing- masing ditambahkan 1 ml larutan urea
1 %.
2. Tabung pertama ditambahkan 10 tetes filtrat kedelai dan 2 tetes PP.
Tabung kedua ditambahkan 10 tetes filtrak kedelai yang telah didihkan
dan 2 tetes PP. Tabung ketiga tambahkan 10 tetes filtrak kedelai, 2 tetes
PP, dan 10 tetes larutan HgCl2 1 %.
3. Dihomogenkan, masukkan ketiga tabung kedalam penangas air pada suhu
37-400C selama 5 menit.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

e. Uji enzim invertase


1. Siapkan 3 tabung reaksi, masukkan masing-masing 5 ml larutan sakarosa
dan 1 ml larutan ragi, 5 ml larutan sakarosa dan 1 ml larutan ragi yang
telah dididihkan dua kali, 5 ml maltosa 1 % dan 1 ml larutan ragi.
2. Ketiga tabung reaksi tersebut, dipanaskan keatas penangan air pada
temperatur 400C selama 10 menit.
3. Terhadap 3 tabung reaksi tersebut dilakukan masing masing uji barfoed
diamati apa yang terjadi.

VII. Data hasil percobaan


a. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
No. Perubahan warna
Suhu
Tabung Uji iodium Uji benedict
1 0 Coklat tua + merah bata
2 25 – 30 Coklat + merah bata
3 37 – 40 Coklat + merah bata
4 75 – 85 + biru mantap - tidak ada endapan
5 100 + biru mantap - tidak ada endapan

b. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim


No. Perubahan warna
pH
Tabung Uji iodium Uji luff
1 1,0 Kuning Coklat
2 7,0 Biru mantap Merah bata
3 9,0 Biru mantap Coklat
c. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Konsentrasi Konsentrasi Perubahan warna
No
Substrat Enzim Uji iodium Uji benedict
1 Amilum 1 ml Amilase 1 ml (-) tdk ada (+) terjadi endapan
endapan merah bata
2 Amilum 2 ml Amilase 1 ml (+) terjadi (+) terjadi endapan
endapan merah bata
3 Amilum 4 ml Amilase 1 ml (+) terjadi (+) terjadi endapan
endapan merah bata
4 Amilum 6 ml Amilase 1 ml
(+) terjadi (+) terjadi endapan
endapan merah bata

d. Uji urease
Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan urea 1 % 1 ml 1 ml 1 ml
Filtrat kedelai 10 tetes 10 tetes
Filtrak kedelai dipanaskan 10 tetes
Phenoftalein 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Larutan HgCl2 1 % 10 tetes
Campurlah lalu masukkan kedalam penangas air 37-400C selama 15 menit
Hasil : terbentuknya Terbentuk Endapan Endapan
warna merah muda merah muda putih putih

e. Uji enzim invertase


Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Sukrosa 5 ml 5 ml
Maltosa - 5 ml
Ragi 1 ml 1 ml
Ragi dipanaskan 1 ml
0
Ketiga tabung dipanaskan 40 C selama 10 menit
Perubahan warna (+) memiliki (-) tidak (-) tidak
yang terjadi endapan merah memiliki memiliki
bata endapan endapan
VIII. Pembahasan

1. Pengaruh suhu terhadap aktifitas Enzim


Pada perubahan ini, disediakan 5 Tabung reaksi yang masing –
masing diisi dengan amilum dan ditambahkan enim amilase, kemudian
tabung pertama disimpan pada suhu 0 , tabung kedua disimpan pada suhu
25-30 tabung ketiga disimpan pada suhu kamar 37-40 tabung keempat
disimpan pada suhu 100 lalu dibiarkan selama 15 menit, kemudian
kelima larutan diuji dengan lartan iodium dan terbentuk endapan merah
bata diuji dengan benedict. Larutan pada tabung ketiga berwarna coklat
setelah diuji dengan larutan iodium dan berwarna merah bata setelah diuji
dengan pereaksi benedict. Larutan pada tabung keempat berwarna biru
mantap setelah diuji dengan larutan iodium dan tidak ada endapan. Setelah
diuji dengan pereaksi benedict, larutan pada tabung kelima berwarna biru
mantap setelah diuji dengan larutan iodium dan tidak ada endapan setelah
diuji dengan pereaksi benedict.

2. Pengaruh pH terhadap aktivitas Enzim


Pada percobaan yang dilakukan pengaruh pH pada aktivitas
enzim,pada pH 1,0 terjadi perubahan warna kuning dengan uji iodium dan
berwarna coklat setelah diuji dengan pelarut luff. Sedangkan pda pH 7,0
terjadi perubahan warna biru mantap setelah dilakukn uji menggunakan uji
iodium dan berwarna merah bata setelah dilakukan uji menggunakan uji
iodium dan berwarna merah bata setelah uji menggunakan pereaksi luff.
Pada pH 9,0 terjadi perubahan warna biru mantap setelah dilakukan uji
menggunakan pelarut iodium dan berwarna coklat setelah diuji
menggunakan pereaksi luff. Dalam hal ini aktivitas enzim maksimal pada
pH 7,0 dan mengalami denaturasi pada pH 9,0 sebagaimana yang dalam
teori mengatakan bahwa enzim manunjukkan aktivitas maksimal, pada pH
6,0-8,0.

3. Pengaruh konsentrasi Enzim terhadap substrat


Pada percobaan ini tabung pertama mengalami perubahan warna
tidak ada endapan pada uji iodium dan terjadi endapan pad uji benedict.
Pada tabung kedua tidak terjadi endapan dengan uji menggunakan larutan
iodium dan terjadi endapan merah bata dengan uji menggunakan larutan
iodium dan terjadi undapan merah bata dengan uji menggunakan pereaksi
benedict. Pada tabung ke-3 mengalami perubahan yaitu terjadi endapan
merah bata pada uji iodium dan terjadi endapan juga pada uji benedict.
Pada tabung ke-4 terjadi endapan merah bata dengan uji iodium dan begitu
pula dengan uji benedict terjadi endapan merah bata.

Pada uji iodium dan benedict dengan kata lain semakin besar
konsentrasi enzim, semakin tinggi pula aktivitas enzim dalam memecah
substrat yang dikatalisis. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna yang
terjadi melalui uji iodium dan hanya endapan yang terbentuk melalui uji
benedict.

4. Uji Urease
Pada tabung 1 terbentuk warna merah muda setelah penambahan
phenolftalein 2 tetes. Hal ini disebabkan karena fitrat kedelai yang
dipanaskan dapat dihidrolisis sehingga phenolftalein dan semula tidak
berwarna berubah menjadi merah muda. Pada tabung ke-2 terbentuk
endapan putih. Hal ini disebabkan karena larutan urea dan Hgcl yang
ditambahkan fitrat kedelai yang tidak dipanaskan tidak dapat dihidrolisis.
Begitu pula pada tabung ke-3, hal ini serupa sama terjadi pada tabung 2
dan 3.

5. Uji Enzim Invertase


Berdasarkan hasil perubahan yang telah dilakukan pada uji enzim invertasi
pada tabung 1 bentuk endapan berwarna merah bata dengan sampel larutan
sukrosa yang ditambahkan satu ml larutan ragi. Sedangkan pada tabung 2
dan 3 penambahan 6 ml larutan maltosa yang dipanaskan dengan
penambahan ragi 1 ml. Dengan kata lain pada tabung satu menandakan
adanya enzim invertasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata. Sedangkan taunf 2 dan 3 tidak adanya endapan merah bata yang
ditandai karena enzim invertase tidak terurai dengan larutan sukrosa yang
dipanaskan.
IX. Kesimpulan

1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim


Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
aktivitas enzim pada suhu rendah tidk mempunyai energi yang cukup
untuk bereaksi. Sedangkan pada suhu yang tinggi aktivitas enzim
terjadi dengan begitu cepat reaksi jadi dapat disimpulkan bahwa
enzim dapat bekerja dengan baik pada suhu optimum yaitu 37 - 40 .

2. Pengaruh pH terhadap aktifitas enzim


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan ddisimpulkan bahwa pH
dapat dipengaruhi aktivitas enzim. Enzim bekerja optimum pada
kondisi pH optimal netral 17,01.

3. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim


Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan bahwa semakin besar
konsentrasi substrat, makin tinggi pula aktivitas enzim dalam
memecah substrat tersebut.

4. Uji Urease
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa tabung 1 menimbulkan
warna merah muda (+) dipanaskan enzim uriase dalam suspensi
kedelai terurai menjadi amonra (NH3) dan gas karboksid bersifat basa.

5. Uji Enzim Invertase


Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan dari tabung
1 menghasilkan endapan merah bata mmenunjukkan adanya enzim
invertase dalam ragi. Sedangkan tabung 2 dan 3 tidak menunjukkan
adanya enzim invertase dalam ragi.
PERCOBAAN V
VITAMIN
PERCOBAAN V
I. Judul Percobaan : VITAMIN
II. Tujuan Percobaan :
a. Penentuan adanya vitamin A
Untuk menentukan adanya vitamin A dalam suatau bahan secara kualitatif.
b. Penentuan adanya vitamin D
Untuk menentukan danya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif.
c. Penentuan adanya vitamin B1
Untuk menentukan adanya vitamin B1 secara kulitaatif.
d. Pentuan adanya vitamin B6
Untuk menentukan adanya vitamin B6 secara kualitatif.
e. Menentukan adanya vitamin C
Untuk menentukan adanya vitamin C secara kualitatif
III. Landasan Teori
Vitamin C (bahasa Ingris : vital amine) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini
berasal dari gabungan kata bahasa latin vital yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada setiap gugus organik yang memiliki atom nitrogen
(N) karena awalnya vitamin dianggap demikian kelak diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi
enziminologi (ilmu tentang enzim). Vitamin adalah kovaktor dalam reaksi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, vitamin adalah kovaktor dalam
reaksi. Senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal (Fessenden, 1990).
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya
bahan pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebur.
Vitamin ini dalam proses metabolisme dapat berperan sebagai kornzim dan
lainnya (Lehningar, 1998).
Vitamin merupakan bagian dari bebagai jenis senyawa yang dapat
menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan
aktivitas antioksidanya. Asupan vitamin antioksida. Asupan vitamin antioksida
yang cukup akan membantu tubuh mengulangi efek penuaan oleh oksigen bebas
yang reaktif. Selain itu, vitamin berkontraksi dalam menyokong sistem imun yang
baik sehingga reaksi terkena berbagai penyakit degenetatif dan penyakit lainnya
dapat ditekan, terutama pada manual. Jadi secara tidak langsung asupan vitamin
yang cukup dan seimbang dapat menciptakan tubuh yang sehat dan berumur
panjang (Yazid, 2006).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar
yaitu: vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam air yaitu B dan
C. Sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, B, E dan K bersifat larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan dalam jaringan adipora
(lemak) dan didalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan
keseluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan
beberapa hari saja didalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan
hingga 6 bulan lamanya didalam tubuh (Lehninger, 1998).
Vitamin memiliki perenan spesifik didalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh
dapat mengalami suatu penyakit tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit. Tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme didalam tubuh kita
akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah autaminosis. Contohnya apabila
kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Disamping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh (Grindra, 1986).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut
dalam lemak dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya
akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suhu bahan pangan dicema oleh
tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke aliran darah dan beredar keseluruh
bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh
bersama urine oleh karena itu tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara
terus menerus (Fessenden, 1990).
Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri oleh makhluk hidup
(manusia dan hewan) karena mereka tidak membutuhkan enzim atau memiliki
enzim untuk membantunya. Sehingga harus dipasuk oleh makanan. Akan tetapi
ada beberapa vitamin yang dibuat dari zat-zat tertentu (disebut provitamin)
didalam tubuh contoh vitamin yang mempunyai provitamin adalah vitamin D.
Provitamin D banyak terdapat dijaringan bahkan kulit. Vitamin lain yang disintetis
didalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B 12. Kedua vitamin tersebut sintetis
di dalam usus oleh bakteri (Yazid, 2006).
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dan semua vitamin dan
semua vitamin dan mudah rusak selamabprises penyimpanan. Laju kerusakan
meningkat karena kena logam, terutama terutama tembaga dan besi serta
dipengaruhi oleh kerja enzim pendadahan oksigen dan penandahan terhadap
cahaya semuanya rusak kandungan vitamin C pada makanan. Pada makanan,
enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan
katalis yang efisien untuk penguraian asam askrobat. Enzim yang paling penting
dalam golongan ini adalah asam askrobat oksidase, fenotase, sitokorm, oksidase
dan periksidase. Hanya asam askorbat oksidase yang terlihat reaksi langsung
antara enzim substrat dan oksigen molekul. Enzim lain mengoksidasi vitamin
secara tidak langsung. Kurnon bereaksi langsung dengan asam askorbat. Sitokrom
aksidase mengoksidasi stokrom menjadi bentuk teroksidasinya dan senyawa ini
bereaksi dengan asam L-askorbat peroksidasi bergabung dengan senyawa fenol
menggunakan hidrogen peroksida untuk melakukan oksidasi, enzim ini tidak
bekerja dalam buah karena adanya pemisahan enzim dan substrat secara fisik
(Proverawati et al, 2011).
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil. Tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak. Karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin c stabil dan larut
alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang
paling stabil. Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh. Diantaranya
sebagai sintetis kolagen. Vitamin C pada umumnya dalam pangan nabati, yaitu
sayur dan buah terutama yang asam. Seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya,
gandum dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat didalam sayuran, daun-
daunan dan jenis kol. Kekurangan vitamin C menyebabkan sariawan dimulut,
kulit cenderung kasar, gusi tidak sehat, sehingga gigi mudah goyang dan tanggal
mudah terjadi pendarahan dibawah kulit (Sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot
lemah, luka sukar sembuh, mudah mengalami depresi, gampang terkena anemia
dengan gejala-gejala kelelahan, sakit kepala dan lekas marah kekurangan vitamin
C berat menyebabkan penyakit Kudisan (Pujiadi, 1994).
Sumber-sumber vitamin A bersumber yang terbaik adalah hati, susu dan
ginjal. Vitamin ini terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitaman D
yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Vitamin E dapat diperoleh dari
kacang-kacangan, biji-bijian dan sayur berdaun hijau. Sumber vitamin k yang
paling penting adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal
(Francis, 2008).
Vitamin B1 dapat diperoleh dari hati, kuning telur, hati, susu, kedelai, beras,
sayuran dan teri. Sumber vitamin B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur,
daging, susu, dan kacang tanah. Vitamin B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah,
gandum, sayuran hijau, daging, ikan, dan hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati,
ikan, telur, keju dan susu (Kert et all, 1999).
IV. Alat dan bahan
A. Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Gelas kimia 50 ml, 100 ml
4. Penjepit
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur
7. Penangas air
8. Rak tabung + tabung reaksi
9. Tisu
10. Timbangan digital
11. Labu ukur 50 ml, 500 ml
B. Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. Asam karbonat (vit.c)
3. Asam asetat anhidrit CH3 COOH
4. Cu SO4 2% (tembaga sulfat)
5. Fed3 1% (fericlorida)
6. H2 O2 5% (hydrogen proksida)
7. Kristal sbcl3 (antimon klorida)
8. Kl 5% (kalium iodida)
9. Klorofoom (cHcl3)
10. Larutan bismuth nitrat (BI (NO3)3
11. Larutan thiamin 1% (vit.B1)
12. Larutan piroduksin HCL 1%(vit.B6)
13. Minyak ikan
14. NaHco3 5% (natrium hydrogen karbonat)
15. NaoH 2 N, VN (natrium hidroksida)
16. Pb asetat 5% (timal asetat)
17. TCA/AS trikioro asetat/trikioro acetid acid
V. Perhitungan penbuatan roagen
a. Kl 5%, 25 ml

% = x 100 %

5% = x 100 %

125 = 100 g

g=

g = 1,25 gram
b. FoCL3 1% 25 ml

% = x 100 %

1% = x 100 %

25 = 100 g

g=

g = 0,25 gram
c. Bi (No3)3 1%, 50 ml

% = x 100 %

1% = x 100 %

50 = 100 g

g=

g = 0,5 gram
untuk semua sampel (vitamin C,B1, dan B6) dilakukan perhitungan penimbangan
dengan cara yang sama

VI. Cara Kerja


a. Cara kerja pembuatan larutan pereaksi benedict
1. n1 36 Na, sitrat ditimbang kemudian dilarutkan dengan 25 ml aquadest
hangat
2. 10 g Na –C arbonat ditimbang kemudian dicampur dengan aquadest hangat
3. Larutan B dicampurkan disaring dengan kertas fitrat kemudian digenapkan
hingga 85 ml menggunakan 1,739 (mso4 ditimbang dilarutkan dalam
aquadest sebanyak 15 ml larutan D)
4. Larutan C dan D dicampurkan kemudian digenapkan 100ml dan masukan
kedalam botol dengan label benedict
5. Dibuat larutan 50 ml glukosa 1%
6. Dibuat larutan 50 ml amilum 2%
7. Dituangkan 1 ml larutan glukosa 2% kedalam 2 ml pereaksi benedict
kemudian dipanaskan pada penagas air
VII. DATA HASIL PERCOBAAN
A. PenentuanAdanya Vitamin A

Bahan Prosedur A Prosedur B


Miminyak ikan 5 Tetes 5 Tetes
Klkoroform 10 Tetes
Asasam aseat anhidrat 2 Tetes
SbSBCI3 KRISTAL Seujung Spatula
ttTTCA dalam kloroform 1 ml
Cacampurlah dengan baik
Hahasil : Perhatikan (+) Merah Coklat (+) Biru-Kehijauan
warna

B. PenentuanAdanya Vitamin D

Bahan Tabung 1
Miminyak ikan 10 Tetes
Lalarutan H2O2 5 % 10 Tetes
Papanaskan tidak sampai mendidih, lalu uji dengan pereaksi carr price
Hahasil: warna Jingga- Kuning (+) TerbentukWarnaJingga- Kuning
( +/-)

C. PenentuanAdanya Vitamin B1

Bahan Prosedur A Prosedur B


Lalarutan Thiamin 1 % 10 Tetes 10 Tetes
LalarutanPbAsetat 1 % 10 Tetes
LalarutanNaOH 6 N 1 Tetes 1 Tetes
Lalarutan B1 ( NO3)3 10 Tetes
Lalarutan KI 5 % 2 Tetes
Ccampurlah dengan baik dan panaskan untuk prosedurs A
Hahasil: Perhatikan (+ ada endapan merah- (+) ada endapan
warna endapan yang jingga coklat-hitam
terbentuk
D. PenentuanAdanya Vitamin B6
Bahan Prosedur A Prosedur B
Lalarutan pirodoksin 1 % 5 Tetes 5 Tetes
Lalarutan CuSo4 2 % 2 Tetes
LalarutanNaOH 3 N 10 Tetes
Lalarutan Fecl3 2 – 3 Tetes
Hahasil : Perhatikan (+) Membentuk (+) Terbentuk
perubahan warna yang warna coklat – endapan merah –
terbentuk hitam jingga

E. PenentuanAdanya Vitamin C

Bahan Prosedur A Prosedur B


Lalarutan asam askorbat 1 % 5 Tetes 5 Tetes
Pepereaksi Benedict 15 Tetes
PPPH Larutan 8 Tetes
Lalarutan Fecl3 2 – 3 Tetes
Didihkan diatas api kecil selama 2 menit untuk prosedur A
HaHasil :perhatikan warna (+) merah bata (-) terbentuk warna
endapan atau larutan kuning
VIII. PEMBAHASAN
Vitamin dalah suatau senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegitan tubuh.
Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat
melakukan aktivitas hodup, dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang tekanan penyakit pada tubuh kita.
Percobaan pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu percobaan
penentuan adanya vitamin A, bertujuan untuk membuktika adanya vitamin A
secara kualitaif. Sumber vitamib A adalah karitimoid tang banyak terdpat dalam
bahan-bahan nabati. Penentuan vitamin A dapat dilakukan dengan pereaksi caar-
price atau TCA-Vitamin A dengan pereaksi Carr price akan membentuk merah
coklat yaitu (+) vitamin A dengan minyak ikan dan warna biru kehijauan (-)
vitamin A dalam minyak ikan.
Sebelum melakukan percobaan langkah pertema menyiapakn alat dan
bahan yakni minyak ikan klorofrom asam asetat anhidrid Sbcl3, Kristal, TCA.
Pada praktukum ini terapat prosedur kerja yang terbagi menjadi 2 tahap yaitu.
Prosedur pertama masukakan 5 tetes minyak ikan dalam tabung reaksi
kedua tambhakan 10 tetes tabung reaksi klorofrom. Campurlah dengan baik,
kemudian tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan tambhakan 2 tetes Sbcl3
dan perhatikan perubahan warnanya.
Pada prosedur kedua masukan 5 tetes klorofrom ikan, tambahkan 10 tetes
asam asetat anhidrat lalu 2 tetes Sbcl Kristal, kemudian tambahkan TCA 1 ml.
Lalu campur dan amati perubahan warnanya. Hasil dari kedua prosedur dalam
percobaan ini adalah pada sampel minyak ikan terdapat pada sampel A, karena
terdapat warna merah cokelat diprosedur pertama, dan diperkuat dengan adanya
warna biru kejijauan pada prosedur kedua.

Prosedur kedua adalah penentuan adanya vitain D, bertujuan untuk


membuktikan adanya vitamin D dalam suatu baahan. Ada dua jenis vitamin D
yaitu D2 ( ergokogliserol ) yang banyak terdapat dalm bahan nabati seperti ragi,
atau jamur. Dan jenis vitamin D3 (kolekaisiferol) yang banyak terdapat dalam hati
dan minyak ikan.
Langkah pertama yaitu menyiapak alat dan bahan. Adapun bahan yang
digunakan yaitu minyak ikan, larutan H2O2 5%, kocok 1 menit lalu panaskan
diatas api kecil sampai tidak ada gelembung dan tidak mendidih. Didimginkan
dibawah air keran lakukan uji carr-price seperti pada saat percobaan awal lihat
perubahn yang terjadi.
Hasil dari percobaan ini adalah daam minyak ikan terdapat vitamin D
karena terjadi atau terbentuknya warna jingga-kuning pada sampel berarti minyak
ikan ikan adalah vitamin D3 karena D1 adalah minyak ikan.
Percobaan ketiga adalah penentuan adanya vitamin B1 bertujuan untuk
membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif. Teamin mengandung 2 cincin
yakni inti piramidin dan thiozat. Thiamine bersifat larut dalm air tetapi tidak akan
bentuk lemak dan mudah terurai oleh zat-zat pengiodin dan radiasi sinar UV.
Langgkah pertama percobaan ini adalah mnyiapkan alat dan bahan, yaitu
thiamine 1% larutan pb asetat 10%, larutan NaOH 6N, larutan B (NO 3) 3 dan
larutan KC 15%

IX. KESIMPULAN
A. Penentuan adanya vitamin A
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada minyak
ikan didapatkan hasil (+) terdapat vitamin A.
B. Penentuan adanya vitamin D
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada minyak
ikan terbentuk warna jingga – kuning, yang menunjukkan (+) adanya
vitamin D.
C. Penentuan adanya vitamin
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada tabung
A didapatkan endapan merah jingga, menunjukan adanya (+) vitamin B1.
D. Penentuan adanya vitamin B6
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada tabung
A terbentuk warna coklat hitam, dan pada tabung B adanya endapan merah
jingga. Membuktikan adanya (+) vitamin B6.
E. Penetuan danya vitamin C
Dari praktikum yang telah dilakukan didaptkan bahwa pada tabing A
terbentk merah bata menunjukkan (+) vitamin C dan pada tabung B
terbentuk awarna kuning menunjukkan (-) adanya vitamin C.

Anda mungkin juga menyukai