Bab Pendahuluan Akhlak Tasawuf 1
Bab Pendahuluan Akhlak Tasawuf 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Keharusan itu sangatlah logis karena begitu banyak nikmat-Nya yang tercurah pada
manusia. Di mana dengan limpahan nikmat-Nya itulah manusiadapat menjalani
segala aktivitas kehidupannya sebagai khalifah di muka bumi.
Menutur Prof. Dr. Abudin Nata lewat bukunya “Akhlak Tasawuf”, sekurang-
kurangnya ada empat alasan kenapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.
Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Menciptakan manusia
dari tanah yang kemudian berproses menjadi sempurna di dalam janin.1
Surah Al-Hajj[22]: 18
1
Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010, cet ke-
10, hal 149, Rabu, 2 Oktober 2019, Pukul: 11.42 WIB
2
س َو ۡٱلقَ َم ُُر َوٱلنُّ ُجو ُم َو ۡٱل ّجِبَا ُل َ ض َوٱل
ُ ۡشم ّ ت َو َمن فّي ٱ ۡۡل َ ۡر َ ٱلِلَ يَ ۡس ُج ِۤدُ لَ ِۤۥهُ َمن فّي ٱل
ّ س َٰ َم َٰ َو َ أَلَ ۡۡم ت ََُر أ َ ََن
ٱلِلُ فَ َما لَ ۥهُ ّمن ُّم َۡك ُّر ٍۚم إّ ََن ُ ُۗ َعَٰٓلَ ۡي ّه ۡٱلعَذ
َ اب َو َمن يُ ّه ّن َ يُر َح َق
ٌ ّاس َو َكث ِۖ ّ َيُر ّمنَ ٱلنٞ ّش َج ُُر َوٱلد ََوآبُّ َو َكث َ َوٱل
َ َٱلِلَ يَ ۡف َع ُل َما ي
}۱۸{ ۩شا ٓ ُء َ
Artinya: “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang
ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?
Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan
barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang
memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.
(Q.S Al-Hajj: 18).2
Dan bagi manusia yang tidak memiliki agama, tidak mengakui Allah (atheis)
atau mengakui banyaknya tuhan (musyrik) adalah akhlak yang sangat tercela
2
Dr. RAhmat Hidayat, MA, Akhlak Tasawuf, Medan: Perdana Publishing 2018, Rabu, 2 Oktober
2019, Pukul: 11.46 WIB
3
kepada Allah. Bahkan syirik dianggap suatu perbuatan zalim yang nyata, sehingga
dosanya tidak diampuni oleh Allah. Firman Allah dalah surah An-Nisa: 48
َ ى ّإ ۡث ًما
ع ّظي ًما ٓ َٰ ٱلِلّ فَقَ ّد ۡٱفَت ََُر َ ٱلِلَ َاَل َي ۡغ ّف ُُر أََن ي ُۡش َُركَ ّب ّهۦ َو َي ۡغ ّف ُُر َما دُوَنَ َٰذَلَّكَ ّل َمن َي
َ شا ٓ ٍۚ ُء َو َمن ي ُۡش ُّر ۡك ّب َ ّإ ََن
}۴۸{
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Q.S An-Nisa[4]: 48).
C. Zikir
Zikir secara umum hukumnya wajib. Setiap orang beriman diperintahkan untuk
selalu berzikir, yaitu menyebut atau mengingat Allah sebanyak-banyaknya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan dan fungsi zikir adalah agar selalu ingat kepada
Allah dan terpelihara di dalam hati. Seperti firman Allah yang terdapat dalam surah
Al-Baqarah[2]: 152.3
ۡ فَ ۡٱذ ُك ُُرونّ ٓي أ َ ۡذ ُك ُۡر ُك ۡۡم َو
ّ ٱش َُك ُُرواْ ّلي َو َاَل ت ََۡكفُ ُُر
}۱۵۲{ وَن
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku”. (Q.S Al-Baqarah: 152).4
3
Dr. RAhmat Hidayat, MA, Akhlak Tasawuf, Medan: Perdana Publishing 2018, hal: 53
4
https://www.radiorodja.com/47077-keutamaan-dzikir-dan-bacaan-dzikir-pendek-tafsir-surat-al-
baqarah-ayat-152/
4
Oleh karena itu setiap umat islam di perintahkan untuk menjadikan seluruh
aktivitas hidupnya sebagai ibadah penghambaan diri kepada Allah. Seperti
diperintahkan dalam al-Quran surah Al-An’am: 162-163.
} َاَل ش َُّريَكَ لَ ِۖۥهُ َوبّ َٰذَلَّكَ أ ُ ّم ُۡرتُ َوأَن َ۠ا۱۶۲{ َب ۡٱل َٰعََٰٓلَ ّمين َ قُ ۡل إّ ََن
ُ ُص ََلتّي َون
َ َس َّكي َو َم ۡحي
ّ اي َو َم َماتّي ّ َلِلّ َر
}۱۶۳{ َأ َ َو ُل ۡٱل ُم ۡس َّٰٓل ّمين
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. {162} Tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(Q.S Al-An’am: 162-163).5
Surah Ibrahim[14]: 7
َ َعذَابّي ل
}۷{ ٞش ّديد َ َو ّإ ۡذ ت َأَذََنَ َربُّ َُك ۡۡم لَِئّن
َ ش ََك ُۡرت ُ ۡۡم َۡل َ ّزيدَنَ َُك ِۡۖۡم َولَِئّن َكفَ ُۡرت ُ ۡۡم ّإ ََن
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih”. (Q.S Ibrahim: 7)
5
Ibid 2 Hal, 54
5
Cara bersyukur adalah; mengakui bahwa apa yang ada pada kita adalah
pemberian Allah kemudian memuji Allah dan selanjutnya menggunakan semua
pemberian Allah tersebut sesuai dengan jalan atau cara yang diridhoi-Nya.
Surah Al-A’raf[2]: 55
َض ُُّرعٗ ا َو ُخ ۡفيَ ٍٖۚةً ّإنَ ۥهُ َاَل ي ُّحبُّ ۡٱل ُمعۡ َتَدّين
َ َ عواْ َربَ َُك ۡۡم ت
ُ ۡٱد
Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas”. (Q.S Al-A’raf: 55)
6
Ibid 3, hal, 56
6
Tawakal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukan
kepada Allah Swt serta berserah dari sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan
manfaat atau menolak yang mudharat. (Ensiklopedi islam, jidil 5, 1997: 97)
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa tawakal haruslah diawali dengan
usaha atau ikhtiar yang sunnguh-sungguh, kemudian hasilnya diserahkan kepada
Allah. Jelasnya tawakal bukan tanpa usaha. Tentang perintah tawakal ini terdapat
dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti berikut:
Surat Ali Imran[3]: 159
َٱلِلَ ي ُّحبُّ ۡٱل ُمَت َ َو ّكَٰٓلّين ٍۚ َ عَٰٓلَى
َ ٱلِلّ ّإ ََن َ عزَ مۡ تَ فََت ََو َك ۡل
َ فَإّذَا....
Artinya: “Apabila engkau telah mepunyai kemauan yang keras (ketetapan hati),
maka percayakankanlah dirimu kepada Allah, karena Allah suka kepada
orang-orang yang mempercayakan diri”.(Q.S Al-Imran: 159).7
سي َّٔٔ اتّ َُك ۡۡم َويُ ۡد ّخَٰٓلَ َُك ۡۡم َ س َٰى َربُّ َُك ۡۡم أََن يُ ََك ّف َُر
َ عن َُك ۡۡم َ ع َ صو ًحا َ َٰيَٓأَيُّ َها ٱلَذّينَ َءا َمنُواْ تُوب ُٓواْ إّلَى
ُ َٱلِلّ ت َۡوبَ ٖٗة ن
َور ُُه ۡۡم يَ ۡسعَ َٰى بَ ۡين ُ ُي َوٱلَذّينَ َءا َمنُواْ َمعَ ِۖۥهُ ن َ َج َٰنَت ت َۡج ُّري ّمن ت َۡحَتّ َها ۡٱۡل َ ۡن َٰ َه ُُر يَ ۡو َم َاَل ي ُۡخ ّزي
َ ّٱلِلُ ٱلنَِب
ٞ عَٰٓلَ َٰى ُك ّل ش َۡيء قَد
ّيُر َ َٱغ ّف ُۡر لَنَ ِۖا ٓ إّنََك َ ُأ َ ۡيدّي ّه ۡۡم َوبّأ َ ۡي َٰ َمنّ ّه ۡۡم يَقُولُوَنَ َربَنَا ٓ أ َ ۡت ّم ۡۡم لَنَا ن
ۡ ورنَا َو
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan
Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang
bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
7
Ibid 4, Hal, 57
7
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".(Q.S At-
Tahrim: 8).8
BAB III
ANALISIS KELOMPOK
Menurut kami akhlak terhadap Allah Swt. Allah adalah pencipta alam semesta
merupakan zat yang Maha Tunggal (Esa), untuk memelihara ke Esaan-Nya setiap
orang beriman di perintahkan untuk selalu zikir agar mengingat Allah sebanyak-
banyaknya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian selalu beribadah kepada-Nya
dan mematuhi hukum-hukum-Nya agar kita tidak menjahui larangan-Nya itulah
bentu dari rasa syukur kita kepada Allah dan akan cinta kita kepada Allah. Berharap
dan berdoa kepada Allah, tawakal kepada Allah, dan ingat akan taubat dan istighfar
kepada Allah.
Oleh karena itu kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena itulah
bentuk Akhlak yang baik terhadap Allah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang dapat di ambil dari akhlak kepada Allah adalah dapat
mengakui keesaan Allah, selalu berzikir kepada-Nya, beribadah kepada Allah
dan mematuhi Hukum-Hukum-Nya, mencintai Allah dan bersyukur kepada-
Nya, berharap dan berdoa kepada Allah, tawakal kepada Allah, taubat dan
sering mengucapkan istigfar kepada-Nya .
DAFTAR PUSTAKA
8
Ibid 5, hal, 59
8
Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2010, cet ke-10, hal 149
Dr. RAhmat Hidayat, MA, Akhlak Tasawuf, Medan: Perdana Publishing 2018
https://www.radiorodja.com/47077-keutamaan-dzikir-dan-bacaan-dzikir-pendek-
tafsir-surat-al-baqarah-ayat-152/