Anda di halaman 1dari 16

Model Training Needs Analysis Untuk Membentuk Perilaku Inovatif

SDM Industri Kecil Sepatu Di Jawa Timur

Anita Kristina
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Trunjoyo
Raya Telang PO BOX 2 Kamal

Abstrak

Perluasan pasar dan inovasi produk menjadi tuntutan dalam dunia industry, sehingga industry
membutuhkan skill yang lebih baik khususnya pada tingkatan produksi sebagai upaya meningkatkan
kinerja dan pemahaman terhadap produk baru. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun model
kebutuhan pelatihan yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan digunakan
untuk memperbaiki kesenjangan kebutuhan skill dan skill yang ada untuk perbaikan kinerja inovatif,
dilakukan di industry kecil sepatu. Kebutuhan ini sangat penting karena akan didapatkan defisiensi
inovasi yang dapat diperbaiki melalui sebuah pelatihan. Hasil penelitian mengidikasikan bahwa
kesenjangan skill menjadi hal dasar pemicu permasalahan dan menjadi permasalahan inti yang harus
diselesaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep model yang terbentuk adalah konsep input,
proses dan output. Hasil pengembangan model pelatihan adalah kebutuhan pelatihan dan kebutuhan
non pelatihan

Kata Kunci : Model, Analisis Kebutuhan Pelatihan, Skill Inovasi

Abstract

Market Extension and product inovation every moment is conducted by industry, this matter needs the
better skill from the production to increase performance of innovative and understanding to new
product.The aim of this research is to compile the model of Training Needs Analysis ( TNA) which is
needed to identify the training requirement in order to overcome the skill gap in innovative
performance, this is in the small industry. TNA is very important because TNA assists to find whether
deficiencies of innovative performance can be improved with the training. The result of this research
indicates that the skill gap is fundamental problem and become the main problem which must be
finished .The final result of TNA is shown in a model of concept of a system that is consist of input,
process, and output. Process of analysis finds the discrepancy and cause from the problem of skill
gap. The output of development of this training model is the training needs and non training needs.

Keywords : Model , Training Needs Analysis ( TNA), Skill innovative

Pergeseran dan peristiwa krisis ekonomi nasional. Adanya berbagai pengaruh perubahan
tahun 1997, membuktikan bahwa di tengah- kondisi ekonomi tersebut menuntut semua
tengah porakporanda industri besar, industri industri untuk lebih membuka diri terhadap
kecil mampu berdiri kokoh. Pertumbuhan tuntutan perubahan dan upaya menyusun sebuah
industri besar yang pesat (sebelum krisis) tidak strategi baru agar tetap survive dalam dunia
didukung oleh industri kecil yang kuat sehingga bisnis. Perubahan lingkungan bisnis meliputi
pada saat krisis ekonomi industri besar sangat aspek internal dan eksternal (Schuller, 1990: 57),
terpukul dan berdampak pada perekonomian perubahan internal dalam lingkungan bisnis
02 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

meliputi permasalahan puncak (nilai dan budaya, Kompetensi inti merupakan dasar untuk
hal, etika, serta program pengembangan), merencanakan sebuah strategi bisnis dan
struktur organisasi (manajemen sumber daya menemukan keunikan produk dan pelayanan
strategis), budaya organisasi (filosofi sumber terhadap konsumen. Kompetensi inti diyakini
daya manusia), ukuran organisasional sebagai bentuk dari intellectual capital atau
(pengendalian perilaku) dan perubahan eksternal sebuah aset yang tidak tampak, seperti budaya,
dalam lingkungan bisnis meliputi tantangan brand name atau knowledge yang dipahami
global dan persaingan akan penguasaan pasar sebagai aset yang paling penting dalam
internasional, persaingan domestik dan kelangsungan hidup perusahaan, karena aset
internasional (kinerja karyawan dan yang tampak lebih banyak dikendalikan oleh
pemberdayaan), karakteristik demografi knowledge. Dan karyawan adalah aset yang
(gender,pendapatan, glass-ceilling effect, mempunyai nilai yang tertinggi. Pengukuran dari
minoritas, mayoritas dan diversitas angkatan aset yang tidak tampak (intangible asset) diukur
kerja), karakteristik angkatan kerja ( tingkat dalam skill, pengetahuan (knowledge) dan
pendidikan dan nilai budaya kerja), serta trend informasi. Intelectual capital merupakan bentuk
ekonomi dan organisasional yang meliputi khusus dari human capital yang disusun,
perubahan skill dan pekerjaan, perubahan dibentuk dan dikumpulkan untuk mendapatkan
organisasi, kemajuan teknologi, otomatisasi dan sebuah aset yang bernilai tinggi.
robotis. Perubahan yang paling penting yang
Perubahan-perubahan di atas juga dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi iklim bisnis yang ada di sekitar mengimbangi perubahan iklim bisnis adalah
perusahaan, perubahan membuat perusahaan dengan menambah kompetensi-kompetensi inti
lebih meningkatkan kemampuan inti yang dimiliki oleh karyawannya, untuk itu
karyawannya, perusahaan tidak mau kehilangan diperlukan sebuah investasi yang efektif dan
orang-orang yang sebenarnya mempunyai efisien. Salah satunya dengan pelatihan
kemampuan yang tidak dimiliki oleh perusahaan (training). Karena pelatihan diyakini sebagai
pesaing. Begitu juga pada industri kecil, sarana perubahan untuk meningkatkan skill,
menuntut sebuah perubahan kinerja, agar tetap knowledge dan ability. Perubahan yang
survive dalam bisnis. Perbaikan kinerja tersebut mendasar adalah perubahan skill karena skill
tidak dapat dilakukan secara sporadik dan merupakan kebutuhan dasar seseorang untuk
terkotak-kotak perlakuannya, harus melakukan pekerjaannya dengan professional
memperhitungkan aspek lingkungan, dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
karakteristik, strategi dan kinerja SDM yang perusahaan. Sedangkan knowledge merupakan
dilihat dari perilaku inovatifnya. Pengembangan sesuatu konstruk yang tidak dapat dilihat
SDM sebagai upaya pemberdayaan yang selama sebelum dilekatkan pada tindakan sehingga
ini dilakukan sering terjadi pola yang tumpang terjadi perubahan knowledge, ability akan
tindih (tidak fokus) sehingga menyebabkan merubah skill yang ada.
potensi SDM sebagai salah satu pemegang Penelitian mengkaji tentang
potensi keberhasilan industri dan sebagai pelaku pengembangan SDM industri kecil, dengan
yang mencetak keuntungan sehingga tidak dapat menyusun kebutuhan pelatihan. Pelatihan sangat
diabaikan. Perbaikan kinerja mengharuskan dibutuhkan karena untuk dapat memenangkan
perusahaan lebih meningkatkan kemampuan inti persaingan, pengrajin atau pengusaha kecil dan
karyawannya, perusahaan tidak mau kehilangan karyawannya harus meningkatkan ketrampilan
orang-orang yang sebenarnya mempunyai pengembangan desain dan teknik pengerjaan
kemampuan yang tidak dimiliki oleh perusahaan sepatu. Program pengembangan SDM dalam
pesaing. berbagai bentuk untuk menciptakan iklim
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 03

organisasi internal IK yang positif dan memberi dengan hanya memusatkan perhatian pada
kepuasan kerja merupakan cara yang sangat beberapa bagian atau sifat dari kehidupan
strategis dalam mengembangkan karyawan IK sebenarnya.
sepatu untuk meningkatkan kemampuan Jenis-jenis model diklasifikasikan:
bersaing dengan pelaku industri dari negara lain 1. Kelas I, pembagian menurut fungsi:
(Kompas edisi Jatim, 06/04/05). a. Model deskriptif yaitu model yang hanya
Di Jawa Timur para produsen dan menggambarkan situasi sebuah sistem
pengrajin tidak berdaya menghadapi masuknya tanpa rekomendasi dan peramalan sebagai
produk sepatu impor yang harganya lebih murah miniatur obyek yang dipelajari,
di pasaran. Akibat kalah bersaing, kemampuan b. Model Prediktif yaitu model yang
produksi hampir seluruh pengrajin sepatu di menggambarkan apa yang akan terjadi bila
Jawa Timur saat ini hanya berkisar 30 persen sesuatu terjadi,
hingga 70 persen dari kapasitas total terpasang. c. Model Normatif, yaitu model yang
Berbagai upaya struktural dilakukan antara lain menyediakan jawaban terbaik terhadap
dengan usulan kepada pemerintah untuk suatu persoalan. Model ini
menaikkan bea masuk produk sepatu impor dari merekomendasikan tindakan-tindakan
15 persen menjadi sekitar 35 persen (lihat yang perlu diambil, disebut juga sebagai
Kompas edisi Jawa Timur, 06/04/2005). Usulan model simulatif. Masalah model normative
ini tidak lain dimaksudkan untuk meningkatkan biasanya berbentuk penemuan nilai-nilai
daya saing harga sepatu bagi industri dalam dari variabel yang dikendalikan sehingga
negeri termasuk dari Jawa Timur akan menghasilkan manfaat yang besar
Cushway (1994:1) menyatakan bahwa seperti yang diukur oleh variasi hasil atau
kebutuhan pelatihan pada umumnya didasari kriteria.
oleh munculnya sejumlah fenomena internal dan
eksternal organisasi seperti staff turnover, 2. Model Kelas II, pembagian menurut
perubahan teknologi, perubahan dalam struktur:
pekerjaan, dan prosedur baru dalam bekerja, a. Model Klasik, yaitu model yang dalam
market pressure, kebijakan pemerintah, kegiatan suatu skala tertentu meniru sistem aslinya,
karyawan, performance variations dan equality b. Model Analog, yaitu model yang meniru
of opportuny. Dan setiap perusahaan selalu sistem aslinya dengan hanya mengambil
dihadapkan pada situasi tersebut dimana beberapa karakteristik utama atau
kebutuhan pelatihan untuk menggantikan menggambarkan dengan benda atau sistem
menjadi sebuah kebutuhan yang takterelakkan lain secara analog,
terlebih pada industri sepatu yang selalu c. Model Simbolis, yaitu model yang
berinovasi dalam produk-produknya. Karena menggambarkan sistem yang ditinjau
TNA diyakini sebagai strategi pengembangan dengan simbol-simbol, biasanya simbol-
SDM/perbaikan kinerja maka diperlukan simbol matematik. Dalam hal ini diwakili
penyusunan model dan dengan perilaku dengan variabel-variabel dari karakteristik
karyawan yang inovatif, pengusaha IK sepatu di sistem yang ditinjau.
Jawa Timur
3. Model Kelas III, menurut Referensi
Model waktu:
Model merupakan suatu pola dari a. Model Statis, yaitu model yang tidak
sesuatu yang dihasilkan dan menunjukkan suatu memasukkan waktu dalam perumusannya,
pola fungsi tertentu. Menurut Simarmata (1983: b. Model Dinamis, yaitu model yang
9), model adalah suatu abstraksi dari realitas mempunyai unsur waktu dalam
04 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

perumusannya dan menunjukkan mendapatkan pemecahan masalah atau saran


perubahan setiap saat akibat aktivitasnya. tindakan selanjutnya
( Mangkunegara, 2003: 72).
4. Model Kelas IV, pembagian menurut TNA merupakan sebuah analisis
Referensi Kepastian: kebutuhan workplace yang searah spesifik
a. Model Deterministis, yaitu model yang di dimaksudkan untuk menentukan apa sebetulnya
dalam setiap kumpulan nilai input hanya kebutuhan pelatihan yang memang menjadi
ada satu output yang unik, merupakan prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan
solusi dari model keadaan yang pasti, dapat membantu perusahaan dalam
b. Model Probabilistik, yaitu model yang menggunakan sumber daya (waktu, dana, dan
mencakup distribusi probabilistik dari lain-lain) secara efektif sekaligus menghindari
input atau proses dan menghasilkan suatu kegiatan pelatihan yang tidak perlu (Irianto,
deretan harga bagi paling tidak satu 2001: 17). Menurut Tovey (1997: 42) training
variabel output disertai dengan needs analysis is simply an analysis of the
kemungkinan-kemungkinan dari harga- workplace to specifically determinate what
harga tersebut, training needs to be done so that money, time
c. Model Game, yaitu model yang merupakan and effort is not wasted on unnecessary training
teori permainan mengembangkan solusi- activities. Dari definisi keduanya maka dapat
solusi optimum dalam menghadapi situasi dikatakan bahwa TNA merupakan analisis
yang tidak pasti. sederhana yang dilakukan terlebih dulu untuk
menghindarkan pada usaha-usaha yang tidak
5. Model Kelas V, pembagian menurut perlu dilakukan pelatihan. TNA sangat penting
Generalitas; dilakukan karena keputusan didasarkan pada
a. Model Umum, yaitu model yang dapat analisis yang ada. Training hanya dapat
diterapkan pada berbagai bidang dilakukan jika hal tersebut dilakukan dengan
fungsional, tepat dan pada waktu yang tepat sehingga TNA
b. Model Khusus yaitu model yang dapat ini berperan penting.
diterapkan terhadap sebuah bidang usaha Makna dan Fungsi Training Needs Analysis
fungsional tertentu atau unik saja dan Adanya perubahan lingkungan bisnis
hanya dapat digunakan pada masalah- mengakibatkan perusahaan untuk merespon
masalah tertentu. perubahan tersebut dengan program pelatihan
Pengembangan model dalam penelitian yang baru. Ada dua hal pokok yang harus
ini termasuk dalam model normative yaitu diketahui oleh manajer (Irianto, 2001: 33) yaitu;
model yang dapat memberikan solusi terbaik symptoms of the need for change dan cause(s) of
dalam sebuah persoalan, yang dalam hal ini those symptoms.Symtoms of the need for change
memberikan solusi terbaik dalam penyusunan adalah sebuah masalah yang kemungkinan
model pengembangan TNA untuk muncul dari beberapa sumber. Sedangkan cause
menyelesaikan permasalahan pada kesenjangan of the symptoms adalah sebuah faktor yang harus
skill. diubah sedemikian rupa untuk mengurangi
Training Needs Analysis (TNA) / Analisis symptoms atau problem tersebut.
Kebutuhan Pelatihan Untuk mengatasi dua hal pokok tersebut
Definisi Training Needs Analysis dibutuhkan sebuah model TNA, Karena TNA
Training needs analysis (TNA) adalah diakui sebagai model yang dirancang untuk
suatu studi sistematis tentang suatu masalah menentukan the cause(s) yang telah
pendidikan dengan pengumpulan data dan memunculkan symptoms tersebut (Irianto, 2001:
informasi dari berbagai sumber, untuk 33). Dengan demikian makna TNA menurut
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 05

Camp and Huzaezo (dalam Irianto, 2001: 33) preventive approach dan developmental
sebagai the examination or diagnostic portion of approach. Dalam pendekatan preventive dalam
the training system. Symptoms yang diuji oleh TNA sengaja dirancang untuk menyakinkan
TNA sering merujuk pada persepsi performance bahwa seorang karyawan akan dapat memenuhi
deficiencies yang timbul manakala terdapat future expectation dari current jobnya,
perbedaan (gap) antara expected dan perceived sedangkan developmental purpose merupakan
job performance. buah hasil persepsi manajer sebagai supervisor
Dan menurut Tovey (dalam Irianto, yang menilai potensi yang kini dapat dilihat dan
2001: 33) TNA pada dasarnya merupakan a kelak dapat dikembangkan pada level tertinggi.
process of comparing the actual performance of Berdasarkan persepsi inilah manajer dapat
individuals with the standart of performance at merancang program pelatihan untuk karyawan
which they are expected to operate. Berdasarkan potensial tersebut ( Irianto, 2001: 35).
makna yang demikian inilah maka TNA Proses Training Needs Analysis (TNA)
memiliki berbagai fungsi yaitu: Menurut Tovey (1997: 49) terdapat enam
1. collect information on the skill, knowledge tahapan pokok dalam proses TNA,yaitu
and feeling of the performers, 1. Dokumentasi Masalah
2. collect information on the job content and Dokumentasi masalah merupakan tahap
contex, pertama dalam proses TNA dimana manajer
3. defined the desired and actual berupaya menemukan sebanyak mungkin
performance in useful detail, persoalan dan kemudian mendokumentasikannya
4. involve stakeholders and build support, sehingga akhirnya dapat dibuat pertimbangan di
5. provide data for planning. dalam memutuskan tentang berbagai persoalan
Jenis Training Needs Analysis (TNA) yang berhubungan dengan skill gap dan
TNA merupakan suatu proses sehingga bagaimana hal itu dapat mengarahkan pada suatu
secara umum TNA dapat dikategorikan ke dalam tindakan analisis. Salah satu cara terbaik untuk
dua jenis yaitu (Irianto, 2001: 34): melakukan tahap pertama ini adalah melalui
1. Reaktif wawancara dengan beberapa staf atau pihak
TNA reaktif menurut Camp and tertentu yang terlibat dengan munculnya
Huszezo (dalam Irianto, 2001: 34) dapat terjadi sejumlah isu permasalahan (Irianto, 2001: 36).
bila the perceived performance deficiency is a Beberapa informasi dapat diperoleh dari tahapan
discrepancy between perceived and expected pertama ini misalnya dengan: deskripsi lengkap
performance for the emplyee’s current job. persoalan, sejarah singkat munculnya persoalan,
Sesuai namanya TNA jenis ini sifatnya reaktif kapan dan bagaimana persoalan terjadi, dampak
dimana sering terjadi perbedaan tingkat persepsi persoalan terhadap pekerja dan unit
diantara para pengambil keputusan. organisasinya, tindakan yang siap dilakukan dan
2. Proaktif mengapa manajer/staf memandang fenomena
TNA jenis ini dirancang to respond to tersebut sebagai suatu persoalan.
the perception that current job behaviour 2. Investigasi Masalah
reflects an inability to meet future standards or Setelah melakukan dokumentasi
expectations. Sesuai namanya pula bahwa TNA masalah maka manajer menginvestigasi segala
ini mencoba bersikap proaktif atas sejumlah kemungkinan yang menjadi penyebab serta
fenomena dimana semuanya diarahkan pada duduk persoalan apa yang sebenarnya.
refleksi kemampuan kinerja karyawan terhadap Investigasi permasalahan tidak dilakukan secara
standart dan harapan yang sangat mungkin akan indepth namun sudah dianggap cukup memadai
mengalami perubahan di masa mendatang. jika memungkinkan manajer membuat verifikasi
Terdapat dua varian dalam TNA proaktif yaitu; bahwa memang telah terjadi persoalan serius dan
06 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

kemudian memutuskan apakah pelatihan B. Analisis Jabatan


diperlukan atau tidak untuk mengatasinya Analisis jabatan ini dapat dikaitkan
(Irianto, 2001: 39). dengan kebutuhan terhadap pekerjaan tertentu
3. Merencanakan Kebutuhan Analisis dalam organisasi dan dapat digunakan sebagai
Setelah menginvestigasi persoalan dengan informasi tentang substansi utama pekerjaan
seksama, giliran manajer memulai tersebut untuk selanjutnya dikembangkan
merencanakan membuat kerangka analisisnya. standar kinerja. Di samping itu juga
Dalam hal ini manajer mengidentifikasi dimungkinkan untuk mengidentifikasi tingkat
pelaksanaan analisis itu sendiri berdasarkan skill, knowledge dan ability yang dibutuhkan
beberapa pertimbangan yaitu; urgensi persoalan, untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.
kapasitas manajer dalam konteks penyelesaian C. Analisis Personal
masalah akses terhadap beberapa pihak dapat Pada tingkatan ini manajer
diajak konsultasi, serta segala sesuatu yang mengkaitkannya dengan kebutuhan individual
berkaitan dengan sarana pendukung untuk dalam organisasi dan sampai sejauh mana
membuat analisis. Tovey (dalam Irianto, kinerja yang telah dicapainya.
2001: 38) memberikan sebuah outline yang 4. Pemilihan Teknik Analisis
mungkin dapat digunakan untuk melakukan Tahapan proses ini sangat penting
analisis, yaitu: karena manajer menetapkan dengan teknik apa
1. Identifikasi apa yang ingin dicapai, analisis akan dilakukan. Pemilihan teknik
2. Identifikasi tugas utama analisis, dilakukan dengan cermat untuk memastikan
3. Membagi tugas-tugas utama ke dalam sub- bahwa data yang diperoleh adalah sesuai dengan
tugas, teknik analisisnya. Terdapat berbagai macam
4. Identifikasi ketersediaan sumber daya pilihan teknik analisis (Irianto, 2001:39)yaitu;
manusia, survey of organizational data, survey and
5. Identifikasi SDM mana yang dapat questionnaires, observations, performance
melaksanakan tugas, analysis, task analysis, employee appraisal,
6. Mengulas kembali jadwal dan timeframe work samples dan sebagainya.
yang telah disusun, 5. Melakukan Analisis
7. Penjadwalan SDM melaksanakan tugas di Dalam tahapan ini manajer harus
dalam timeframe yang telah dibuat, mengidentifikasikan kepada semua pihak yang
8. Mengulas kembali rencana untuk terlibat tentang jadwal pelaksanaan analisis
menyakinkan bahwa semua tindakan akan sekaligus ijin dari pihak yang berkepentingan.
menutup seluruh tujuan, Pada tahap ini manajer memiliki kesempatan
9. Perbaikan kembali beberapa rencana atas bentuk format analisis sebagai laporan
sebelum melakukan analisis. kepada senior manajer (Irianto, 2001;39).
Dalam tahapan proses ini perlu 6. Analisis Data
ditambahkan adanya tingkatan TNA yang Analisis data harus sesuai dengan
meliputi (Irianto, 2001:38): metode pelaporan yang lazim digunakan secara
A. Analisis organisasional umum karena akan dibaca oleh pihak lain.
Analisis ini berhubungan dengan 7. Pelaporan Temuan
kebutuhan organisasi secara keseluruhan diikuti Tahapan ini adalah tahapan terakhir dari
dengan identifikasi bagaimana pelatihan dapat proses TNA, manajer membuat laporan tentang
dieksploitasi sedemikian rupa untuk mencapai temuan sekaligus rekomendasi pemecahan
tujuan organisasi. Analisis ini berupaya masalah persoalan. Umumnya format pelaporan
memahami apa yang sesungguhnya dibutuhkan berisi tentang (Irianto, 2001;40): daftar isi,
oleh organisasi. pendahuluan, rekomendasi, rencana pelatihan,
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 07

latar belakang, temuan, dan konklusi, metode individu dengan karakteristik yang sangat
analisis dan pengumpulan data, analisis biaya, beragam baik karakteristik kepribadian maupun
usulan biaya terhadap solusi yang perbedaan status geografisnya.
direkomendasikan. Karakteristik yang sangat spesifik
Perilaku Inovatif melekat pada masing-masing individu tersebut
Perilaku inovatif (innovative behavior) menimbulkan adanya perbedaan perilaku. Dalam
dari individu merupakan isu yang sangat hal ini manajemen organisasi berperan penting
menarik dalam setiap pembicaraan tentang untuk mewujudkan perilaku inovatif sesuai
dinamika organisasi. Dari perspektif atau dengan yang diharapkan oleh organisasi (desired
pendekatan perilaku organisasi dapat dilihat behavior) diantara para karyawannya. Perbedaan
bahwa perilaku individu dalam bekerja pada karakteristik yang terdapat pada masing-masing
umumnya bersifat kompleks sesuai dengan pribadi individu merupakan dasar bagi
perbedaan karakteristik dan latar belakang organisasi untuk memahami dan menganalisis
individu, sementara dari pendekatan kognitif sebab-sebab mengapa suatu perilaku dilakukan
dapat ditekankan bahwa aspek-aspek positif dan sementara perilaku lainnya tidak dilakukan oleh
free-will perilaku individu yang mencakup individu tertentu (Winardi, 2004: 195). Dengan
penggunaan konsep harapan atau expectancy, demikian untuk mewujudkan perilaku inovatif
tuntutan atau demand dan insentif (Luthans, sebagaimana yang diharapkan, dibutuhkan
1985: 16). Berdasarkan karakteristik dan latar sebuah analisa bagaimana kebutuhan pelatihan
belakang individu yang berbeda, maka perilaku yang sesuai.
inovatif masing-masing individu juga tidak sama Industri Kecil di Indonesia
(Barney & Griffin, 1992: 300). Di Indonesia industri kecil memegang
Organisasi terdiri dari berbagai individu peran vital dalam perekonomian untuk menyerap
yang memiliki karakteristik dan latar belakang tenaga kerja, serta tumbuhnya motivasi dan
yang berbeda. Akibatnya praktek manajemen pertumbuhan. Oleh karena itu tidak
SDM dihadapkan pada sejumlah persoalan mengherankan jika pemerintah memberi
tentang isu keanekaragaman karyawan atu perhatian yang sangat besar terhadap industri
workforce diversity (D’Netto & Sohal, 1999:23) kecil dengan mendorong terciptanya sektor
yang berdampak pada munculnya perbedaan tersebut untuk lebih bergairah dan dinamis
perilaku individu dalam organisasi. Isu (ADB, 2001: 24). Seperti halnya di negara lain,
keberagaman atau keanekaragaman menjadi industri kecil di Indonesia menghadapi
sangat menarik untuk diperhatikan karena perubahan global yang menuntut kesiapan untuk
keberhasilan organisasi tergantung pada menghadapi berbagai fenomena seperti
karyawan yang dimilikinya, sementara untuk persaingan usaha dan sebagainya. Kenyataan
memperoleh karyawan yang tepat pada saat yang membuktikan bahwa industri kecil di Indonesia
tepat tidaklah mudah dalam situasi yang belum siap menghadapi tuntutan perubahan
beragam atau diversity (Manshor et al., 2002: tersebut sehingga semua pihak perlu memikirkan
21). Keanekaragaman dapat dipahami sebagai secara serius untuk memperkuat program-
suatu kondisi yang merujuk pada sejumlah program pengembangan industri kecil tersebut
perbedaan diantara individu yang disebabkan (Supriyono & Setyawan, 2004: 45).
oleh faktor-faktor umur, ras, agama, functional Industri kecil merupakan salah satu
specialty, profesi, jenis kelamin, asal daerah, sektor usaha yang banyak digeluti oleh
gaya hidup, masa kerja dalam organisasi, masyarakat berpenghasilan rendah yang tersebar
kedudukan atau posisi jabatan, dan faktor di berbagai daerah, termasuk daerah perkotaan
lainnya (Mondy & Noe, 2005: 50). Para dan pedesaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
karyawan dalam organisasi terdiri dari para industri kecil merupakan kegiatan inti
08 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

masyarakat kecil dalam rangka memenuhi terhadap produk yang dihasilkan industri kecil
kebutuhan hidup sehari-hari. Industri kecil di (Kompas Edisi Jawa Timur, 04/10/05). Dengan
Indonesia tumbuh dan berakar pada potensi melihat konteks situasional tersebut,
masing-masing daerah sehingga sektor ini pemasalahan yang dihadapi industri kecil di
merupakan potensi perekonomian yang Indonesia selalu dikaitkan dengan permodalan,
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi pemasaran., produksi, dan manajemen (Irianto,
baik di perkotaan maupun pedesaan. Seiring 1996: 12). Isu-isu seputar masalah tersebut
dengan perkembangannya, industri kecil yang mendominasi setiap pembicaraan tentang
semula hanya merupakan kegiatan keluarga industri kecil.
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ternyata Upaya pembinaaan dan pengembangan
pada akhirnya dapat menjadi lapangan kerja industri kecil di Indonesia telah dan sedang
dengan kemampuan menyerap tenaga kerja diusahakan oleh beberapa lembaga pemerintah
dalam jumlah besar. dan non-pemerintah, namun demikian
Namun demikian patut diingat bahwa permasalahan muncul ketika landasan
sejalan dengan berkembangnya dinamika konseptual untuk merumuskan makna industri
lingkungan yang mempengaruhi kondisi dan kecil berbeda-beda menurut versi masing-
iklim persaingan usaha, industri kecil masing instansi. Sebagai contoh Badan Pusat
menghadapi berbagai tekanan pasar yang juga Statistik (BPS) merumuskan industri kecil
mengalami perubahan permintaan. Pergeseran (dengan istilah usaha kecil) difokuskan pada
permintaan pasar terhadap industri kecil tersebut industri manufaktur berdasarkan serapan tenaga
disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu pertama kerja yaitu untuk industri rumah tangga dan
terjadinya peningkatan informasi dan industri kecil menggunakan tenaga kerja antara 5
pengetahuan tentang barang yang mendorong (lima) hingga 19 (sembilan belas) orang, untuk
pola pemenuhan kebutuhan konsumen. Kedua, industri sedang atau menengah menggunakan
terjadinya peningkatan pendapatan yang tenaga kerja antara 20 (dua puluh) hingga 99
cenderung mengubah pola permintaan dan (sembilan puluh sembilan orang), dan untuk
belanja konsumen. Serta faktor ketiga adalah industri besar dengan tenaga kerja lebih dari 100
terjadinya perubahan pola dan sumber mata (seratus) orang. Sementara itu Departemen
pencarian konsumen yang mendorong Perindustrian dan Perdagangan membagi usaha
pergeseran dalam cara berbelanja konsumen kecil menjadi 2 (dua) kelompok yaitu industri
(Deperindag, 2003: 34). Dengan melihat kecil dan perdagangan kecil. Menurut instansi
perkembangan dan dinamika lingkungan ini, yang disebut industri kecil adalah usaha
terutama pasar (market) yang semakin industri yang memiliki investasi peralatan di
kompleks, industri kecil perlu mendapat bawah Rp.70.000.000,00 (tujuh puluh juta
perhatian secara seksama. rupiah) dengan jumlah tenaga kerja di bawah 20
Perhatian layak diberikan kepada (dua puluh) orang dan memiliki asset perusahaan
industri kecil mengingat dalam lingkungan yang tidak lebih dari Rp.100.000.000,00. (seratus juta
sangat kompetitif ini hanya industri skala rupiah). Sementara yang dimaksudkan dengan
menengah-besar yang diuntungkan (Husaini et perdagangan kecil adalah usaha yang bergerak di
al, 1996 : 23). Sementara industri kecil semakin bidang perdagangan dan jasa komersil dengan
terpinggirkan dengan kebijakan terakhir yang modal kurang dari Rp. 80.000.000,00 (delapan
tidak memihak pada pengusaha kecil, misalnya puluh juta rupiah).
berupa kenaikan harga bahan bakar minyak Instansi pemerintah lainnya yaitu
(BBM) yang sangat tinggi menjelang akhir tahun Departemen Keuangan dan Bank Indonesia
2005. Kebijakan ini sangat mempengaruhi menentukan industri kecil dengan kriteria
kemampuan produksi dan daya beli konsumen lainnya. Menurut Departemen Keuangan kriteria
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 09

industri kecil adalah suatu usaha yang memiliki usaha kecil informal dan usaha kecil
nilai aset maksimal Rp.600.000.000,00 (enam tradisional. Usaha kecil informal adalah
ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan usaha yang belum terdaftar, belum
atau memiliki omset maksimal tercatat, belum berbadan hukum
Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) per misalnya petani penggarap, industri
tahun. Sedangkan kriteria industri kecil menurut rumah tangga, pedagang asongan,
Bank Indonesia adalah mempunyai aset pedagang keliling, pedagang kaki lima,
maksimal Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta pemulung,.
rupiah) di luar tanah dan bangunan dengan 2. Usaha kecil tradisional adalah usaha
omset maksimal Rp.2 milyar. yang menggunakan alat produksi
Di luar batasan kriteria industri kecil sederhana yang telah digunakan secara
tersebut, terdapat pula lembaga lain yang turun-temurun dan/atau berkaitan
menentukan pengertian defintif industri kecil. dengan seni dan budaya. Kegiatan
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ekonomi rakyat yang berskala kecil
misalnya mendefinisikan industri kecil sebagai dimiliki dan menghidupi sebagian besar
sektor usaha yang memiliki aset maksimal rakyat.
Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta 3. Usaha menengah dan usaha besar adalah
rupiah) dengan jumlah tenaga kerja paling usaha nasional (milik negara atau
banyak 300 (tiga ratus) orang dan nilai penjualan swasta), usaha patungan dan usaha asing
di bawah Rp.100.000.000,00 (seratus juta yang melakukan kegiatan ekonomi di
rupiah). Instansi pemerintah lainnya yaitu Indonesia.
Departemen Koperasi dan PKM menetapkan 4. Usaha yang tangguh dan mandiri adalah
kriteria industri kecil yang sama dengan kriteria usaha yang memilki daya saing tinggi
dari Bank Indonesia yaitu omset tidak melebihi dan memiliki kemampuan memecahkan
Rp.2 milyar dengan kekayaan tidak lebih dari masalah bertumpu pada kepercayaan dan
Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) kemampuan sendiiri.
tidak termasuk tanah dan bangunan. Dengan pengertian tersebut dalam undang-
Mengingat banyaknya instansi undang ini juga ditentukan kriteria usaha kecil,
pemerintah dan non-pemerintah yang yaitu:
menentukan kriteria industri kecil dengan versi 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
yang berbeda, timbul masalah yang harus Rp.200 juta tidak termasuk tanah dan
mendapat perhatian. Masalah tersebut berkaitan bangunan tempat usaha, atau
dengan arah pembinaan yang tidak efektif serta 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
adanya indikator keberhasilan usaha yang tidak banyak Rp. 1 milyar.
seragam (Deperindag, 2003:10). Kriteria industri 3. Milik warga negara Indonesia.
kecil yang tidak konsisten dari berbagai macam 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak
lembaga ini menyulitkan upaya pengembangan perusahaan atau cabang perusahaan yang
kebijakan yang tepat bagi industri kecil di dimiliki, dikuasai atau berafilisasi baik
Indonesia (Husaini et al, 1996) sehingga langsung maupun tidak langsung dengan
pemerintah perlu memberi ketegasan untuk usaha menengah dan besar.
memberi batasan konseptual yang jelas bagi 5. Berbentuk badan usaha orang
industri kecil. Untuk itu melalui Undang-undang perorangan, tidak berbadan hukum, atau
(UU) Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, berbadan hukum, termasuk koperasi.
pemerintah memberi batasan sebagai berikut: Kriteria tersebut mendapat tambahan dengan
1. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi ketentuan bahwa nilai nominal dapat diubah
rakyat yang berskala kecil yang meliputi
10 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

sesuai dengan perkembangan perekonomian untuk mencari fakta terhadap fenomena yang
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. terjadi. Informan adalah orang-dalam pada latar
Dengan merujuk pada UU 9/1995 penelitian dan dimanfaatkan untuk memberikan
tersebut beberapa instansi pemerintah telah informasi tentang situasi dan kondisi latar
mengadakan penyesuaian untuk mencapai penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak
kesamaan cara pandang. Departemen Perindustri pengalaman tentang latar penelitian (Moleong,
dan Perdagangan misalnya, melalui Surat 1996: 132).
Keputusan (SK) Nomor 254/MPP/7/1997 Untuk penentuan informan dapat
menetapan kriteria industri kecil dan dilakukan dengan cara melalui keterangan orang
perdagangan kecil sebagai berikut: yang berwewenang, baik secara informal
1. Industri kecil adalah industri yang maupun informal (pemimpin), melalui
memiliki nilai investasi perusahaan wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh
sampai dengan Rp.200.000.000,00 (dua peneliti. Dalam hal tertentu informan perlu
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah direkrut seperlunya dan diberi tahu tentang
dan bangunan dengan pemilik warga maksud dan tujuan penelitian jika hal ini
negara Indonesia. mungkin diperlukan (Moleong, 1996:133).
2. Usaha Dagang Kecil adalah usaha di Analisis Data
bidang perdagangan, jasa komersial Data yang sudah diolah kemudian
yang memiliki nilai investasi perusahaan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan diawali
sampai dengan Rp.200.000.000,00 (dua dengan proses klasifikasi data agar tercapai
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah konsistensi. Kemudian hasilnya didiskusikan
dan bangunan dengan pemilik warga bersama pihak-pihak yang berhubungan
negara Indonesia. langsung dengan permasalahan penelitian ini,
Dengan pengertian yang sangat spesifik diskusi ini dilakukan untuk memperoleh kualitas
ini diharapkan secara pragmatis pengembangan analisis. Analisis data dilakukan dengan
industri kecil lebih terfokus, sementara secara mencakup proses reduksi dan generalisasi data
teoritis penelitian ini mendapat kejelasan tentang dan hasil temuan semuanya disusun kedalam
sektor industri kecil yang menjadi fokus kajian sebuah model pengembangan training needs
yaitu industri kecil yang menghasilkan analysis (TNA).
sepatu/alas kaki yang telah mendapat program
intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan ANALISIS DATA
kapasitasnya. Training Needs Analysis
Beberapa temuan yang menyebabkan kurangnya
METODE perilaku inovatif dan menyebabkan turunnya
Rancangan Penyusunan Model kinerja penjualan yaitu antara lain:
Rancangan dalam penyusunan model ini 1. Adanya inovasi produk yang cepat
dilakukan dengan paradigma sistem (input, sehingga pekerja industri sepatu
proses, output). Penyusunan Training Needs membutuhkan waktu untuk lebih mengenal
Analysis dalam analisis kebutuhan, yaitu dengan produk-produk baru sehingga diharapkan
mendokumentasikan permasalahan, identifikasi oleh perusahaan adalah pekerja dapat
masalah, merencanakan kebutuhan analisis, mengikuti setiap perkembangan produk
melakukan analisis kebutuhan, dan melaporkan baru
hasil temuan akhir. 2. Kemampuan pengelolaan pengetahuan
Teknik Penentuan Informan yang kurang, disebabkan adanya factor
Penelitian ini adalah sebuah penelitian pendidikan dan kemampuan masing-
deskriptif kualitatif dan membutuhkan informan
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 11

masing pekerja dalam mencari informasi perintah perusahaan mengenai


keberadaan produk baru pengembangan model sepatu yang baru.
3. Pekerja tidak mempunyai konsep yang Ketiga masalah di atas diidentifikasikan
jelas tentang apa yang harus ia lakukan sebagai permasalahan yang sebenarnya yang
(motivasi, komitmen) yang berhubungan menyebabkan degradasi skill dan akhirnya
dengan kreativitas serta inovasi produk akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
baru, karena mereka terpacu pada
Tabel 1
Penyusunan Training Needs Analysis

No Langkah-langkah Uraian
1 Dokumentasi Masalah Defisiensi kinerja penjualan karena pekerja tidak dapat
memenuhi target penjualan, mereka tidak memiliki
perilaku inovatif
2 Investigasi Masalah Terdapat kesenjangan skill (skill gap), tidak terpenuhinya
skill needed atas actual skill
3 Merencanakan kebutuhan Analisis dilakukan:
Analisis 1. Analisis organisasional: mengindikasikan skill yang
dibutuhkan perusahaan, yaitu skill komunikasi,
listening skill, skill product knowledge (kualitas,
jenis dan program), skill pemahaman terhadap
perkembangan produk baru, skill menilai kualitas
kerja
2. Analisis jabatan: menganalisis kebutuhan terhadap
pekerjaan dalam perusahaan. Untuk posisi
produksi dibutuhkan: listening skill, product
knowledge, skill pemahaman pekerjaan dan area,
skill perencanaan kerjaskill proses feedback, dan
skill tentang efektivitas pekerjaan.
3. Analisis Person: mengindikasikan bahwa skill yang
ditunjukkan pekerja produksi kurang dalam
berperilaku inovatif.
4 Pemilihan Teknik Analisis Teknik needs assessment:
1. optimal (menganalisis skill needed)
2. actual (menganalisis actual skill)
3. feeling (menganalisis beberapa pendapat mandor,
pemilik usaha dan dinas)
4. causes (menganalisis tentang alasan-alasan sehingga
diperlukan sebuah pelatihan)
5 Melakukan analisis Melakukan diskusi
6 Analisis data Melakukan analisis sesuai dengan teknik analisis
7 Pelaporan temuan Temuan: motivasi pekerja kurang, komitmen kurang,
membutuhkan pelatihan dan pembenahan MSDM
Sumber: hasil diskusi

PEMBAHASAN 1. Trigger
Penyusunan Model Training Needs Analysis Trigger (pemicu kejadian) yaitu diperoleh
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dari hasil temuan TNA yang sudah dilakukan
selanjutnya adalah menyusun temuan-temuan bahwa terjadi defisiensi kinerja dan degradasi
dari analisis tersebut ke dalam sebuah model, skill yang ditunjukkan adanya skill gap yaitu
yaitu : tidak terpenuhinya skill needed atau actual skill
12 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

pekerja produksi. Analisis yang sudah dilakukan persoalan yang harus diselesaikan dengan
dan atas beberapa temuan yang dihasilkan maka training tetapi ada juga yang tidak diselesaikan
actual skill yang ditunjukkan adalah lebih kecil dengan training.
daripada skill yang diharapkan dari setiap tugas
(task) yang harus dilakukan pekerja produksi Kebutuhan pelatihan, meliputi:
2. Input 1. Pelatihan Meningkatkan effective listening
Input atau masukan dari model ini yaitu Kebutuhan pelatihan effective listening
diperolehnya beberapa data/informasi yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan
diperoleh dari 3 analisis yaitu: dalam mendengar, memahami teguran orang lain
a. Analisis organisasional atau pengarahan mandor/supervisor. Dan dalam
Analisis ini berhubungan dengan kebutuhan proses tersebut di dalamnya terdapat proses
organisasi/perusahaan secara keseluruhan diikuti menyelesaikan masalah dengan baik, diharapkan
dengan identifikasi bagaimana pelatihan dapat bisa menjadi pendengar yang efektif sehingga
dieksploitasi sedemikian rupa untuk mencapai bisa menginformasikan semua komplin menjadi
tujuan dari perusahaan. Dari analisis ini diperoleh informasi untuk perbaikan kinerja.
bahwa skill yang dibutuhkan perusahaan untuk 2. Pelatihan Meningkatkan Skill Komunikasi
posisi produksi yaitu skill :listening skill, skill Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
product knowledge, skill pemahaman tentang memberikan informasi dengan cara dan inisiatifnya
sistem kerja. sendiri.
b. Analisis Jabatan/ tugas 3. Pelatihan Kemampuan Pemahaman
Proses analisis tugas ini telah dilakukan Efective Feedback
pada pengelolahan data dan pada analisis Pelatihan ini dibutuhkan karena pekerja
kebutuhan TNA telah ditemukan bahwa untuk produksi kurang dalam hal koordinasi, diskusi
posisi produksi dibutuhkan perilaku inovatif, dan memberikan masukan atas ide serta gagasan
meliputi : skill management knowledge, skill terhadap produk baru.
tentang area pekerjaan, skill pemahaman produk 4. Pelatihan Pemahaman Product Knowledge
dan komunikasi. Serta skill tentang efektivitas Pengetahuan produk diperlukan dalam hal
pekerjaan inovasi produk baru. Pemahaman terhadap
c. Analisis Personal produk baru serta pengembangan dan
Analisis ini digunakan untuk menemukan perkembangan produk baru yang disukai pasaran.
skill yang dipunyai oleh bagian produksi, maka 5. Pelatihan yang Berhubungan dengan
analisis personal ini ditemukan bahwa skillnya Personable
kurang dalam mengkomuniaksikan produk, Selain pelatihan yang dibutuhkan untuk
produc knowledge, perencanaan kerja, meningkatkan skill, pelatihan yang lain adalah
pengambilan keputusan, kreativitas kerja. untuk pelatihan yang berhubungan dengan
3. Proses personalitas. Kepribadian membuat pekerja lebih
Temuan dari analisis TNA yang telah percaya diri tinggi dan menumbuhkan semangat
disusun yaitu pekerja produksi kurang dalam bekerja. Motivasi juga sangat diperlukan dalam
berperilaku inovatif. menyelesaikan tugas-tugasnya.
4. Output Ada beberapa hal yang harus dipenuhi
Output dari proses dan beberapa input oleh perusahaan sebagai langkah dalam
yaitu training needs dan non training needs. menyelesaikan kemampuan pekerja dalam
Permasalahan pokok yang ada adalah tidak perilaku inovatif selain melakukan pelatihan
terpenuhinya skill needed akan actual skill. (non training needs), yaitu:
Temuan-temuan dalam TNA yang ada 1. Untuk memfokuskan tujuan yang
mengidentikasikan bahwa terdapat beberapa berhubungan dengan aspek-aspek
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 13

peningkatan kinerja penjualan, maka pencapaian kinerja individual maupun


perusahaan harus membuat konsep tersendiri organisasi. Bagi industri kecil sebagai obyek
untuk mempertemukan kembali visi-misi penelitian ini, kinerja yang dicapai sangat
dan tujuan perusahaan dengan visi misi dan bergantung pada perilaku kerja yang inovatif
tujuan bekerja, aspek-aspek inovasi produk dari setiap karyawan untuk menunjang
2. Perusahaan hendaknya membuat sistem pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaannya.
penialian kinerja formal dimana salah satu Manajemen SDM dalam prakteknya
bagian manajer dengan supervisor membutuhkan upaya yang fokus pada pekerja
mendiskusikan pengembangan kinerja produksi dan mereka memainkan peranan
pekerja. ini dilakukan dalam membahas penting bagi perkembangan industri kecil Secara
setiap perkembangan kinerja bukan hanya tipologis, pencapaian kinerja industri kecil dapat
evaluasi bulanan, kalaupun tiap hari, diukur dari dua aspek yakni kinerja pada level
mingguan, dan bulanan digunakan untuk organisasi yang meliputi ukuran-ukuran non-
mengevaluasi kinerja pekerja produksi. keuangan dan keuangan serta kinerja pada level
3. Untuk menyelesaikan permasalahan yang individual yang meliputi peningkatan
berhubungan dengan motivasi, mungkin pertumbuhan jumlah karyawan dan
perusahaan lebih memperhatikan reward, pengembangan kompetensi dan personalnya
bonus yang lebih jelas dan obyektif. (Abouzeedan, A., & M. Busler, 2004 : 18).
Kejelasan atas insentif dibutuhkan agar Strategi pengelolaan SDM dengan titik
sales mempunyai motivasi dalam tekan perhatian pada perilaku kerja inovatif dari
meningkatkan kemampuan inovatif. karyawan merupakan sumber keberhasilan bagi
kemajuan industri kecil. Berintegrasi dengan
Perilaku inovatif memerlukan sebuah strategi organisasi yang sesuai dengan arah
komitmen pekerja pada organisasi atau tuntutan dan perubahan lingkungan, perilaku
perusahaan tempat ia bekerja, komitmen ini inovatif individu mendorong percepatan
mencakup tiga bentuk sikap yaitu: (1) perasaan pertumbuhan industri kecil untuk mencapai
manunggal dengan tujuan organisasi, (2) kinerja organisasi yang optimal (Beal, 2000:
perasaan terlibat dalam tugas dan kewajiban 585). Peranan strategi perusahaan dalam
keorganisasian, dan (3) perasaan setia kepada membangun perilaku inovatif pekerja produksi
organisasi. Sikap yang demikian ini terbentuk memiliki makna penting bagi penciptaan budaya
karena adanya nilai investasi karyawan dalam yang bertujuan untuk peningkatan daya saing
organisasi seperti senioritas dan keuntungan dan keunggulan kompetitif. Strategi tersebut
yang menyebabkan munculnya pandangan dimulai dengan perbaikan perilaku/kinerja
bahwa jika keluar dari organisasi akan melalui pelatihan.
mengalami banyak kerugian (Allen & Meyer, Perbaikan kinerja atas perilaku inovatif
1990: 13). Ketiga sikap tersebut juga merupakan tentu juga dipengaruhi oleh usia pekerja,
hasil temuan bahwa pekerja produksi industri karakteristik pekerja, pembelajaran yang ia
sepatu kurang berperilaku inovatif dikarenakan temui (pembelajaran dapat diperoleh melalui
mereka belum mempunyai perasaan yang kuat pelatihan), kondisi ini didukung oleh Hult (2002:
ketika terlibat dalam pekerjaan yang 28) yang menekankan pentingnya aspek
membutuhkan kreativitas tinggi, padahal karakteristik individu yang terdiri dari sifat-sifat
kreativitas akan timbul tanpa paksaan. kewirausahaan, umur, pembelajaran dalam
Perilaku inovatif dari setiap individu membentuk perilaku inovatif (innovativeness).
yang bekerja dalam suatu organisasi /perusahaan Motivasi juga menjadi temuan penting, mengapa
sepatu tentu saja bersifat positif, memiliki pekerja kurang berperilaku inovatif. Motivasi ini
dampak yang positif pula sifatnya bagi menjadi pemicu individu dalam bersikap dan
14 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

berperilaku, temuan ini didukung oleh Blau untuk membentuk perilaku inovatif pekerja
(1994: 254) yang menyatakan bahwa teori produksi pada industri sepatu. Input terdiri dari
pertukaran sosial menjelaskan adanya proses analisis organisasional (analisis organisasi, job
motivasi dibalik sikap dan perilaku yang saling design, SISDM, sistem penggajian, kinerja,
bergantian atau bertukar (exchanged) diantara prosedur kerja), analisis tugas yaitu analisis skill
para individu. Proses motivasi dalam teori needed dan analisis personal untuk menemukan
pertukaran sosial dapat digunakan untuk actual skill, proses mengidentifikasikan
menjelaskan keterkaitan antara persepsi dan penyebab skill gap dan outputnya: training
sikap individu terhadap situasi organisasi yang needs dan non training needs.
berlanjut dengan terbentuknya perilaku kerja
dalam organisasi (Whitener, 2001:213). Dalam DAFTAR PUSTAKA
konteks hubungan seperti ini teori pertukaran
sosial digunakan sebagai pijakan untuk Abouzeedan, A., and M. Busler, 2004. Typology
menguraikan penjelasan bahwa komitmen analysis of performance models of small
organisasi merupakan hasil dari persepsi and medium-size enterprises (SMES).
individual terhadap kondisi lingkungan kerja Journal of International Enterpreneurship.
yang sifatnya suportif (mendukung) sehingga
melahirkan perilaku tertentu yang sejalan dengan Allen, N.J., & J.P. Meyer, 1990. The measurement
norma organisasi. budaya organisasi yang and antecedent of affective, continuance,
berkembang dalam suatu organisasi tidak dapat and normative commitment to the
terlepas dari dinamika situasi unsur-unsur organization. Journal of Occupational
internal dan eksternal organisasi. Unsur-unsur Psychology.
internal organisasi yang turut membentuk
budaya organisasi diantaranya adalah Beal, R.M., 2000. Competing effectively:
management style dan proses pengambilan environmental scanning, competitive
keputusan. Sementara unsur-unsur eksternal strategy, and organizational performance
diantaranya adalah national culture yang in small manufacturing firms. Journal of
memiliki powerful influence terutama pada Small Business Management.
intepretasi, pemahaman, dan penilaian individu
terhadap kebijakan dan strategi yang berlaku Blau, G.J., 1987. Using a person-environment fit
dalam organisasinya ( Strandholm, 2004:57). model to predict job involvement and
Perilaku inovatif pekerja industri kecil sepatu organizational commitment. Journal of
akan menjadi pembiasaan dan akan membentuk Vocational Behavior.
budaya, yaitu yang dipengaruhi oleh unsur
internal (pembelajaran yang ditampilkan dalam Cushway B. 1994. Human Resources Management:
pelatihan). Budaya perilaku inovatif nantinya Planning, Analysis, Performance &
akan menciptakan nilai khas dan berkembang Reward, Kogan Page Ltd. UK.
dalam perusahaan dengan implikasi loyalitas dan
perbaikan kinerja. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi
Jawa Timur, 2002. Laporan Identifikasi
KESIMPULAN Potensi Sentra Industri kecil Sepatu.
Kesimpulan Proyek Peningkatan dan Pengembangan
Hasil penelitian ini adalah telah Usaha, Kualitas SDM dan Penguatan
menemukan sebuah model Training Needs Struktur Industri, Seksi Penataan Kawasan
Analysis (TNA) dalam sebuah sistem dan model Industri Sub Dinas Bina Usaha.
TNA ini termasuk dalam jenis TNA reaktif
Anita Kristina, Model Training Needs Analysis 15

D’Netto, B., & Sohal, A.S., 1999. Human resource Manshor, A.T., M. Jusoh, & M. Simun, 2002.
practices and workforce diversity: an Diversity factors and preferential
empirical assessment. International treatments in selecting employees. Journal
Journal of Manpower. of Management Development.
Griffin, M.A., M.G. Patterson, & M.A. West,
2001. Job satisfaction and team work: the Mondy, R.W., &R.M. Noe, 2005. Human
role of supervisor support. Journal of Resource Management (9th ed.). New
Organizational Behavior. Jersey, Pearson Prentice Hall.

Simarmata, DJ, A. 1983. Operation Research:


Hult, G.T.M., 2002. Cultural competitiveness in Sebuah Pengantar. PT. Gramedia. Jakarta.
global sourcing. Industrial Marketing
Management. Schuller, RS & Jackson, SE. 1990. Human
Resources Management Positioning For
Husaini, M., S. Hardjosoekarto, H., Nurasa, & T. The 21th Century. Six edition. West
Mariman, 1996. Smal scale enterprises Publishing Company.
development in Indonesia dalam M.
Pangestu (editor). Small- scale business Strandholm, K., K.Kumar, & R. Subramaniam,
development and competition policy. 2004. Examining the interrelationships
Jakarta, CSIS. among perceived environmental change,
strategic response, managerial
Irianto, Jusuf. 2001. Prinsip-prinsip Dasar characteristics, and organizational
Manajemen Pelatihan : Dari Analisis performance. Journal of Business
Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Research.
Pelatihan. Insan Cendekia. Surabaya.
Supriyono, F.X., and IGN.R. Setyawan, 2004.
……………..,1996. Industri kecil dalam perspektif Identifying the degree of readiness of
pembinaan dan pengembangan. Surabaya, SME in Bandung for AFTA. Manajemen
Airlangga University Press. Usahawan Indonesia.

Kompas, 2005. Pemerintah dinilai menghambat Tovey, MD. 1997. Training in Australia: Design,
INDUSTRI KECIL: terpukul kenaikan Delivery, Evaluation & Management.
harga BBM dan perizinan, Kompas, Prectice Hall. Sidney.
06/04/05.
Whitener, E.M., 2001. Do “high commitment”
th
Luthans, F., 1985. Organizational behavior (4 human resource practices affect employee
ed.). New York, McGraw-Hill Book commitment? A cross-level analysis using
Company. hierarchical linear modeling. Journal of
Management.
Moleong, Lexy. 1996. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Remaja Rosda karya . Winardi, J., 2004. Manajemen perilaku organisasi.
Bandung. Bandung, Prenada Media.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2003. Perencanaan


dan Pengembangan SDM. PT. Refika
Aditama. Bandung.
16 Pamator, Volume 6, Nomor 1, April 2013

Anda mungkin juga menyukai