Anda di halaman 1dari 16

MASALAH MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-

PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI


BIMBINGAN DAN KONSELING)

Manusia dalam kehidupannnya tidak terlepas dari bantuan manusia lain, karena pada
hakikatnya selain manusia sebagai makhluk individu, manusia juga disebut dengan makhluk
sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia yang lain. Dalam
kehidupannya, hubungan yang dijalin manusia satu dengan lainnya tidak selalu berjalan
dengan harapan, hal ini bisa disebut dengan hambatan atau masalah. masalah adalah
hambatan menuju tujuan yang ingin dicapai sehingga harus diselesaikan. Masalah ini juga
datang dalam dunia pendidikan, biasanya yang menjadi sorotan di sekolah adalah siswa.
Masing-masing siswa memiliki karakteristik pribadi yang unik dan terdapat perbedaan
individual diantara mereka, seperti dalam aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap dan
lain sebagainya. Maka tidak jarang terjadi masalah yang dialami siswapun berbeda.
Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa itu berbeda-beda maka diperlukan
pendekatan-pendekatan melalui bimbingan dan konseling.
1. Masalah Masalah Siswa di Sekolah
Menurut Tohirin (2007, hlm. 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan
mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
a. Perkembangan individu,
b. Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan,
ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
c. Kebutuhan individu,
d. Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
e. Masalah belajar.

Sedangkan Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah siswa sebagai berikut:


a. Masalah yang berhubungan dengan Tuhan
b. Masalah individu dengan dirinya sendiri
c. Individu dengan lingkungan keluarga
d. Individu dengan lingkungan kerja
e. Individu dengan lingkungan sosialnya

Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa
menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi
pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dalam menyusun program bimbingan dan
konseling. Prayitno & Erman (2004, hlm 58) mengemukakan beberapa contoh masalah di
sekolah yaitu sebagai berikut:
a. Prestasi belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot
Hal ini disebabkan karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, malas belajar, kurang minat
dan perhatian, kekurangan sarana belajar, kekurangan kesempatan, atau waktu untuk belajar,
proses belajar-mengajar di sekolah kurang merangsang, dan suasana sosio-emosional sekolah
kurang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik. Akibat yang akan terjadi adalah
minat belajar semakin berkurang, tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah, frustasi yang
mendalam, tidak mampu melanjutkan pelajaran dan kesulitan mencari kerja.
b. Kurang berminat pada bidang studi tertentu
Hal ini disebabkan karena tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut, lingkungan tidak
menyokong untuk pengembangan bidang tersebut, proses belajar mengajar untuk bidang
tersebut tidak menyenangkan, dengan guru kurang menyenangkan, siswa sudah berusaha
sekuat tenaga, tetapi hasilnya selalu rendah, dorongan dari guru dan sekolah kurang, sarana
belajar kurang menunjang dan memilih bidang tersebut dari ikut-ikutan, atau dorongan orang
tua atau orang lain. akibat yang akan terjadi adalah pindah jurusan, terjadi ketidaksesuaian
antara keinginan orang tua dan pilihan siswa, dan kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi
lain menjadi terganggu.
c. Bentrok dengan gurU
Kemungkinan penyebabnya adalah tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh guru
tersebut, siswa berbuat kesalahan dan ketika ditegur oleh guru tersebut siswa tidak mau
menerima teguran itu, berwatak pemberang, kurang memahami aturan dan sopan santun yang
berlaku di sekolah, serta aturan dan sopan santun yang berlaku di lingkungan (dan di rumah)
berbeda dengan yang berlaku di sekolah. Akibat yang akan timbul adalah memperoleh nilai
“mati” dari guru yang bersangkutan, hubungan dan kegiatan belajar dengan guru-guru lain
menjadi terganggu, tidak naik kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
d. Melanggar tata tertib
Kemungkinan sebabnya adalah tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau
tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga
siswa hanya terpaksa mengikutinya, siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas,
baik di rumah maupun di masyarakat, tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu
keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif), ciri khusus perkembangan remaja
yang agak “sukar diatur” tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, dan ketidaksukaan pada
mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Akibat
yang akan terjadi adalah tingkah laku siswa makin tidak terkendali, terjadi kerenggangan
hubungan antara guru dan murid, suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi
siswa, proses belajar-mengajar terganggu, kegiatan belajar siswa terganggu, nilai rendah,
tidak naik kelas, dan dikeluarkan dari sekolah.
e. Membolos, Terlambat masuk sekolah
f. Pendiam, hal ini mungkin disebabkan berwatak introvert, kurang sehat, mengalami
gangguan dengan organ bicara, malu atau takut kepada orang lain, merasa tidak perlu atau
tidak ada gunanya berbicara, mengalami kesulitan bahasa, sedang dirundung kesedihan atau
suasana emosional lainnya yang cukup dalam. Akibatnya adalah tidak disukai kawan dan
pergaulan terganggu dan kurang mampu mengembangkan penalaran melalui komunikasi
lisan.
g. Kesulitan alat pelajaran
Gambarannya adalah tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran, tidak cukup
memiliki buku dan alat-alat tulis, dan tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti alat-
alat untuk praktek berbagai mata pelajaran. Penyebabnya adalah orang tua tidak mampu,
pemboros sehingga uang yang tersedia untuk alat-alat pelajaran terbelanjakan untuk yang
lain, kurang akrab dengan kawan sehingga tidak dapat meminjam alat pelajaran yang
diperlukan dari kawan, tidak mengetahui tersedianya dan cara memanfaatkan sumber belajar
yang ada (misalnya perpustakaan) dan kurang rapi dan teliti sehingga alat-alat pelajaran yang
dimiliki lekas rusak atau hilang.
h. Bertengkar atau berkelahi, Sukar menyesuaikan diri

Dari uraian di atas terlihat bahwa masalah-masalah yang dialami siswa berbeda dan banyak
jenisnya. Sebagai guru BK dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan umum dalam bimbingan dan
konseling. Menurut Yusuf, dan Nurihsan (2008, hlm. 81-82) pendekan bimbingan dibagi
menjadi empat pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kirtis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami
krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang
dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang,
selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
b. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang
dialami individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan
individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
c. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-
masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.
Guru BK berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah
masalah tersebut pada individu .
d. Pendekatan Perkembangan
Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran,
pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.

2. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling


Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdari dari:
a. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau
tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas
yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Dalam
konseling diharapkan siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat
lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan
pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Nurihsan (2007, hlm. 11) teknik
yang digunakan dalam konseling individual yaitu: Menghampiri siswa, empatirefleksi,
eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup,
dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin,
memfokus, konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi
nasihat, memberi informasi, merencanakan, dan menyimpulkan. Secara umum Nurihsan
(2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu:
1) Tahap Awal Konseling
Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
(a) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
(b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah
(c) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
(d) Menegosiasikan kontrak
2) Tahap Pertengehan Konseling (Tahap Kerja)
Tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut:
(a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam
mengatasi masalah tersebut.
(b) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
(c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3) Tahap Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 15) menyebut tahap ini dengan
istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
(a) Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan
kecemasannya.
(b) Adanya perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
(c) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
(d) Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri
dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan
keadaan yang tidak menguntungkan.

Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
(a) Terjadinya transfer of learning pada diri siswa.
(b) Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
(c) Mengakhiri hubungan konseling.
b. Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak
masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru
BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang
profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses
menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya
dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau
sekolah. Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
1) Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan
administrator sekolah.
2) Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang
penting.
3) Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar.
4) Memperluas layanan dari para ahli.
5) Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
6) Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
7) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik.
8) Menggerakkan organisasi yang mandiri.
Langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:
1) Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada siswa.
2) Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
3) Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
4) Melakukan pemecahan masalah.
5) Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
c. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau
kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian
informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial
yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut
Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai,
dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
1) Langkah Awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan
mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakn kegiatan kelompok. Langkah awal ini
dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa,
pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah
selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat
menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
2) Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: Materi layanan, tujuan yang
ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumebr bahan untuk bimbingan kelompok,
rencana penilaian, dan waktu dan tempat.
3) Pelaksanaan Kegiatan
a) Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan
bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.
b) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan terdiri dari:
(1) Tahap pertama: pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
(2) Tahap kedua: peralihan.
(3) Tahap ketiga: kegiatan.
4) Evaluasi Kegiatan
penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses”, yang dapat
dilakukan melalui:
a) Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung.
b) Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.
c) Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan perolehan mereka sebagai
hasil dari keikutsertaan mereka.
d) Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e) Mengungkapkan kelancaran proses dab suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5) Analisis dan Tindak Lanjut
d. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat
pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Konseling kelompok
bersifat pencegahan, dalam arti bahwa siswa yang bersangkutan mempunyai kemampuan
untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah
dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan
siswa, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan
kepada siswa yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri.
Prosedur konseling kelompok dengan bimbingan kelompok, yaitu terdiri dari:
1) tahap pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
2) tahap peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap
ketiga;
3) tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
4) tahap pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
e. Pengajaran Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 23) pengajaran remedial dapat
didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan
individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan
melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol
dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif
individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan
lingkungannya. Secara sistematika prosedur remedial tersebut, menurut Nurihsan (2007)
dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
2) Rekomendasi/referral.
3) Penelaahan kembali kasus.
4) Pilihan alternatif tindakan.
5) Layanan konseling.
6) Pelaksanaan pengajaran remedial.
7) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
8) Reevalusai/rediagnostik.
9) Tugas tambahan.
10) Hasil yang diharapkan.
f. Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar
bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam
peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak
langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan
bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan
orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan
orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para
siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.
Masalah-masalah siswa di sekolah serta pendekatan-pendekatan umum dalam bimbingan
dan konseling.

1. Pengertian Masalah

Masalah adalah sesuatu yang tidak luput dari setiap manusia. Menurut KBBI masalah
diartikan sebagai sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan), karena masalah yang menimpa
sesorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu
kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Adapun ciri-ciri masalah adalah sebagai berikut:

 Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan
kenyataannya (das sein). Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.

 Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.

 Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri
maupun oleh lingkungan

 Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru.

 Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu dijawab.

 Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.

2. Jenis-jenis Masalah

Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu mengalami
perubahan yang besar yang dimulai sejak datangnya fase masa puber. Hurlock (1980:192)
menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi
pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan adalah :

 Ingin menyendiri

 Bosan

 Inkoordinasi

 Antagonism social

 Emosi yang meninggi

 Hilangnya kepercayaan diri

Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugas-
tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan sebagai akibatnya anak
akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja.
Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain:

a) Masalah Emosi
Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak
terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada
mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak
mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai
permasalahan remaja.

Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawabuntuk membantu
subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah
konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalahemosional ini. Dalam layanan bimbingan dan
konseling kelompok anak dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara
mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah
sesama anggota maupun masalahnya sendiri.

b) Masalah Penyesuaian Diri

Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama temannya
sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola
perilaku , sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga.
Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah
apabila mereka salah dalam bergaul,dalam keadaan demikian remaja cenderung akan
mengikuti pergaulan yang salahtersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan
menimpa dirinya karenakebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling
penting.

c) Masalah Perilaku Seksual

Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis sehingga
timbul keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis,
sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka
mencari atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi
kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut dapat
menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak
layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah tersebut, sekolah
hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks.

d) Masalah Perilaku Sosial

Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama,atau sosial ekonomi
yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya
berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama,suku, dan sosial ekonomi, hal ini dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi
masalah tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan
tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras dan sosial ekonomi.

e) Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan remaja membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam
konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah
sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi
pekerti.

f) Masalah Keluarga

Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa


remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap
yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.

Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern berbeda.
Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka.Yang dimaksud
dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang dan
mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan terutama teman-teman lawan jenis.
Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua.

3. Pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah sangat mungkin
mengalami masalah-masalah yang dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya, maka
untuk menanggulangi permasalahan tersebut dapat dilakukan beberapa pendekatan dalam
bimbingan dan konseling yaitu:

a) Pendekatan Krisis

Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang
diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan
mengarasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing menunggu individu yang dating. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan
sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.

b) Pendekatan Remedial

Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu


yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuannya adalah untuk membantu
memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Pembimbing memfokuskan
tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk
memperbaikinya.

c) Pendekatan Preventif

Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah-


masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu.
Pembimbing memberikan upaya seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah
tersebut.
d) Pendekatan Perkembangan

Pendekatan perkembangan menekankan kepada pengembangan potensi dan kekuatan yang


ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan tertentu
melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan-kekuatan tersebut
dikembangkan. Layanan bimbingan ini diberikan kepada setiap individu bukan hanya yang
memiliki masalah.

Referensi:

Baharuddin.(2009).Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena.Jogjakarta:


AR- Ruzz Media.

Nurihsan, A. J.(2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.


Bandung: PT Refika Aditama

Implikasi dalam Kehidupan sebagai Guru Mata Pelajaran

Peserta didik dalam faktanya di sekolah seringkali menghadapi permasalahan-permasalahan


baik yang berasal dari dirinya sendiri (faktor internal) maupun dari luar (eksternal).
Permasalahan ini dapat mengganggunya dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
terhambat untuk maju dan tidak optimal dalam mengembangkan dirinya.

Dengan memahami materi tentang masalah-masalah siswa di sekolah serta pendekatan-


pendekatan umum dalam bimbingan dan konseling, sebagai guru mata pelajaran kita dapat
mengerti kondisi siswa dan memahami betul masalah yang mungkin di hadapi oleh peserta
didik yang dapat mengganggu proses pembelajaran, karena sudah sepantasnya seorang guru
adalah mereka seorang pendidik yang mampu mencetak generasi unggul. Guru bukan hanya
mengajarkan materi dan tidak peduli terhadap kondisi anak muridnya.

Masalah siswa yang beragam tersebut tidak bisa disamaratakan dalam pemecahannya.
Melainkan harus ada pendekatan yang tepat agar tidak salah dalam menghadapi dan
memberikan solusinya. Sehingga penting untuk guru mengerti betul pendekatan-pendekatan
umum dalam melaksanakan bimbingan konseling. Pendekatan tersebut memiliki karakteristik
tertentu yang harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

Maka, jika guru telah memahami siswa dan pendekatan umum dalam melakukan bimbingan
dan konseling selanjutnya dapat bekerja sama dengan guru BK dalam melaksanakan kegiatan
bimbingan dan konseling. Mengingat jumlah guru BK yang terbatas, maka guru diharapkan
mampu menjalankan tugasnya dengan baik demi kelancaran dan kemajuan peserta didik.
MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-
PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
(STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING)
A. Permasalahan Siswa di Sekolah
Menurut Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Nurihsan (2006) mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat pada individu,
masalah – masalah tersebut antara lain:
1. Masalah akademik
Adapun yang termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar,
penyelesaian tugas – tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan
pendidikan lanjutan, kesulitan belajar, dan lain – lain.
2. Masalah social pribadi
Adapun yang tergolong dalam masalah – masalah social-pribadi adalah masalah hubungan dengan
sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
3. Masalah karier
Adapun yang tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman terhadap jabatan dan tugas – tugas
kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan lain – lain.
4. Masalah keluarga

Yusuf dalam Yusuf (2014) menemukan beberapa masalah siswa dalam penelitiannya di beberapa
SMK di Jawa Barat. Permasalahan – permasalahan tersebut yaitu:
1. Masalah pribadi
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
 Kurang motivasi untuk mempelajari agama
 Kurang memahami agama sebagai pedoman hidup
 Kurang menyadari bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
 Masih merasa malas untuk melaksanakan sholat
 Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
 Masih memiliki kebiasaan berbohong
 Masih memiliki kebiasaan menyontek
 Kurang disiplin
 Masih kekanak – kanakan
 Belum dapat menghormati orang tua secara ikhlas
 Masih kurang mampu menghadapi situasi frustasi
 Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang
 Masih suka melakukan suatu perbuatan tanpa pertimbangan baik buruknya, atau untung-ruginya
 Merasa rendah diri

2. Masalah social
Yang tergolong dalam masalah social yang dialami siswa antara lain:
 Kurang menyenangi kritikan orang lain
 Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan
 Kurang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan social
 Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis
 Sikap kurang positif terhadap pernikahan
 Sikap kurang positif terhadap hidup berkeluarga

3. Masalah belajar
Beberapa permasalahan yang dialami siswa terkait masalah pribadu antara lain:
 Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik
 Kurang memahami cara belajar yang efektif
 Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
 Kurang memahami cara membaca buku yang efektif
 Kurang memahami cara membagi waktu belajar
 Kurang menyenangi mata pelajaran tertentu

4. Masalah karir
Yang tergolong ke dalam permasalahan karir yaitu;
 Kurang mengetahui cara memilih program studi
 Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir
 Masih bingung memilih pekerjaan
 Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah lulus
 Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja
Terkait dengan masalah siswa di sekolah, Badarudin (2011) berpendapat bahwa dalam interaksi
belajar mengajar, siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Namun demikian, tidak semua murid dapat mencapai tujuan atau sasaran belajar itu
dengan cepat dan tepat. Menyimpulkan dari pendapat Badarudin (2011), dapat dikatakan bahwa
terdapat sesuatu yang janggal dalam proses belajar siswa, sehingga sesuatu yang janggal tersebut
dapat disebut sebagai masalah belajar bagi siswa.
Menurut Badarudin (2011), masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid
yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di Sekolah Dasar:
1. Keterlambatan akademik; yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal
2. Kecepatan dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi
atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi
kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi
3. Sangat lambat dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang
memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Penempatan kelas; yaitu murid-murid yang umur, kemampuan,ukuran dan minat-minat sosial yang
terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya
5. Kurang motivasi belajar; yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka
seolah-olah tampak jera dan malas
6. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar; yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan
belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, mengulur
– ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya
7. Sering tidak sekolah; yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka
waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.

B. Pendekatan – pendekatan Umum dan Strategi yang Dilakukan dalam Bimbingan dan
Konseling
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Nurihsan (2006)
merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling, empat
pendekatan tersebut antara lain:

1. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau
masalah – masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu
yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan
individu.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi
yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah
teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang
mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai.
Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk membicarakan
penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut
memanggil teman peserta didik tersebut untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan
penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.

2. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki
kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan
tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi
behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini, perilaku dipengaruhi oleh
suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu
ditata lingkungan yang mendukung perbaikan perilaku tersebut.
Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk strategi
yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada
peserta didik keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak,
dll), keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh
kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan
mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki keterampilan untuk
mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Keterampilan berdamai adalah
keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan
yang bisa memunculkan masalah itu.

3. Pendekatan preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah
umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing
memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Suryana dan Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah
yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, membolos, menyontek,
mengutil, bermain game on line/internet dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat
terjadi pada peserta didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika
guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan menguasai
metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah peserta didik dari
perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini. Strategi yang dapat
digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh
kasus di atas, jika guru menggunakan pendekatan preventif dia akan mengajari peserta didik nya
secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya
perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu
4. Pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada
individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan – kekuatan tertentu melalui
penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan.
Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada
individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual,
kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta
penyaluran bakat dan minat.
Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan
ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh
tersebut, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani
peserta didik tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman
belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri badiyang
diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam
pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan peserta
didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar
umum.
IMPLIKASI
Implikasi materi “masalah – masalah yang dialami siswa di sekolah serta pendekatan dan strategi
bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan” kepada calon guru bidang studi yaitu dapat
memberikan wawasan kepada calon guru bidang studi tentang beberapa masalah yang biasa terjadi
pada siswa – siswa di sekolah (terutama masalah belajar), sehingga guru itu dapat melakukan tindakan
preventif pada siswa dengan memilih pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai
dengan siswa – siswa yang memiliki latar belakang, karakteristik, dan permasalahan yang berbeda.
Selain itu, jika seorang guru menemukan beberapa siswa yang terlihat kurang bersemangat dalam
kelas, guru melakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu kemudian guru mugkin dapat membantu
terhadap permasalahan yang dialami beberapa siswa tersebut dengan strategi – strategi tertentu,
sebelum permasalahan tersebut ditangani oleh guru BK (hal tersebut mungkin harus dilakukan, karena
guru bidang studi merupakan guru yang sehari – harinya bertatap muka/bertemu langsung dengan
siswa, lebih – lebih untuk seorang wali kelas yang kedudukannya sebagai orang tua siswa dalam kelas
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Badarudin. 2011. Materi Bahan Ajar Kuliah: Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Purwokerto:
tidak diterbitkan
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
PT. Refika Aditama
Suryana, Asep dan Suryadi. 2012. Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementertan Agama RI
Yusuf L. N., Syamsu. 2014. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bandung: Rizqi Press
http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.co.id/2015/03/masalah-masalah-siswa-di-sekolah-
serta.html#

Anda mungkin juga menyukai