PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit seorang tenaga kesehatan harus
mampu meningkatkan mutu pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan
dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat dan tingkat kepuasan pasien terhadap
rumah sakit salah satunya adalah peningkatan kepatuhan perawat terhadap Standar
nosokomial pada saat ini digunakan sebagai indikator mutu pelayanan di rumah
sakit. Plebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial yang menempati peringkat
1
2
sakit dengan standar kejadian 1,5 %. Indonesia tahun 2010 jumlah kejadian
plebitis pasien rawat inap menurut distribusi penyakit sistem sirkulasi darah,
berjumlah 744 pasien atau 17,11% (DepKes RI, 2008). Menurut World Health
Organization (WHO) (2013), bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14
negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik
yang dialami pasien selama dirawat di rumah sakit (Darmadi, 2008). Menurut
Infusion Nursing Society (INS 2010), plebitis merupakan peradangan pada tunika
pemberian terapi infus. Hal ini dikarakteristikkan dengan adanya kemerahan dan
hangat di sekitar area penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak di
area penusukan atau sepanjang vena dan pembengkakan (Smeltzer & Bare, 2013).
Angka kejadian plebitis di Indonesia sendiri belum ada angka yang pasti,
hal ini kemungkinan disebabkan karena penelitian yang berkaitan dengan insiden
(2013), angka kejadian plebitis di Indonesia sebesar 50,11 % untuk Rumah Sakit
plebitis sebanyak 10%. Sementara Gayatri dan Handiyani (2007), angka kejadian
plebitis level I di tiga rumah sakit di Jakarta mendapatkan angka insiden kejadian
3
plebitis yang terjadi cukup tinggi, dengan persentase yaitu sebesar 35,8%.
terpasang infus dengan salah satu diantaranya yaitu perawatan infus yang tidak
kanul intra vena untuk mencegah terjadinya peradangan vena (Bouty et al., 2014).
perawatan infus yang dilakukan sesuai dengan SOP, menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh perawatan infus dengan penurunan angka kejadian plebitis pasien yang
terpasang infus.
pemasangan infus. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Barker et al., (2004),
metakarpal, sefalika dan basilika. Lama pemasangan infus dalam terapi intravena
Society (INS) adalah 5% atau kurang, dan jika ditemukan angka kejadian
plebitis lebih dari 5%, maka data harus dianalisis kembali terhadap derajat
Inap RSUD Cilacap pada bulan Januari-Juli 2019, didapatkan data dari tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Cilacap yaitu sebesar 268
(39,82%) insiden plebitis. Sedangkan data yang didapat pada Ruang Rawat Inap
Kenanga pada bulan Juli tahun 2019 sebanyak 943 pasien yang terpasang infus,
dan angka kejadian plebitis sebesar 29 insiden (30,75%). Sehingga dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap
Kenanga RSUD Cilacap pada bulan Juli tahun 2019 melebihi standar maksimal
angka kejadian plebitis yang direkomendasikan oleh INS yaitu sebesar ≤5%. Oleh
sebab itu diperlukan perhatian khusus terhadap angka kejadian infeksi rumah sakit
(HAIs) dan plebitis, karena merupakan salah satu indikator mutu Komisi
penelitian yang berjudul hubungan perawatan infus, lokasi dan lama penggunaan
plebitis di Instalasi Rawat Inap RSUD Cilacap pada bulan Januari-Juli 2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan,
infus, lokasi dan lama penggunaan infus dengan kejadian plebitis di RSUD
Cilacap ?”
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi ilmu pengetahuan
plebitis
c. Bagi Masyarakat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
ruang rawat inap RSUD Cilacap dalam hal perawatan infus, lokasi dan lama
c. Bagi peneliti
E. Keaslian Penelitian
1. Hubungan Perawatan Infus Dengan Kejadian Plebitis Pada Pasien Rawat Inap
di Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta 2016.
dengan kejadian plebitis pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan
syaraf RS Nur Hidayah Bantul. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel
penelitian ini adalah perawatan infus dan variabel dependen (terikat) adalah
kejadian plebitis. Data penelitian diperoleh dengan chek list skala plebitis yang
diadopsi dari VIP Score dan check list yang telah diuji validitas CVI.
7
2016 sampai dengan 16 Mei 2016. Subjek penelitian adalah semua pasien yang
dirawat di RS Nur Hidayah Bantul dan terpasang infus berjumlah 158 pasien,
dengan bantuan SPSS 20.0. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Abdul
infus dengan kejadian plebitis pada pasien rawat inap di bangsal penyakit
dalam dan syaraf RS Nur Hidayah Bantul dengan hasil penelitian yaitu pasien
yang dilakukan perawatan infus sesuai chek list dari penelitian tentang SOP
sedangkan yang dilakukan perawatan tidak sesuai dengan chek list dari
dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada metode yang menggunakan
Penelitian ini dilakukan oleh Ninik Lindayanti dan Priyatno tahun 2013,
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah teknik insersi dan
kateter intravena terhadap kejadian plebitis yaitu uji kai kuadrat (chi-square)
kateter intravena paling banyak terjadi pada daerah vena distal sebanyak 5
lokasi pemasangan kateter intravena pada vena medial. Hasil analisis statistik
(2013) dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada metode yang
9
dengan peneliti yaitu pada uji analisis yaitu menggunakan uji chi square.
3. Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis pada pasien Rawat
Inap di Bangsal penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul
Penelitian ini dilakukan oleh Imram Radne Rimba Putri tahun 2016, yang
plebitis pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan syaraf rumah
sakit Nur Hidayah Bantul. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
penelitian ini adalah lama penggunaan infus dan variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu kejadian plebitis. Metode yang digunakan dalam penelitian
kejadian plebitis pada pasien di bangsal penyakit dalam dan syaraf Rumah
bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian dengan judul pengaruh lama
dalam dan syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di bangsal penyakit dalam dan syaraf rumah sakit
Nur Hidayah Bantul adalah >3 hari, yaitu sebanyak 76 responden dengan
pemasangan infus pada pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan syaraf
(2016) dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu perbedaan variabel lama
Imram Radne Rimba Putri (2016) dengan peneliti yaitu pada metode yang
sectional.