Anda di halaman 1dari 11

HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

REOG KEMASAN SEBAG AIASET PARIWISATA


UNGGULAN KABUPATEN PONOROGO
(The Packes Reog as the high tourism ofPonorogo residence)
Maryono
StafPengajar Jurusan Tori ISI Surakarta

Abstrak

Reog merupakan kesenian rakyat Ponorogo yang berkembang di beberapa wilayah terutama
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah khusus ibukota Jakarta. Reog sebagai seni kemasan
pariwisata mulai digelar pada festival Reog tingkat Nasional dalam serangkaian Grebeg
Suro pada tahun 1980 di Ponorogo. Reog dikemas secara ringkas dan padat agar dalam
waktu pementasan yang singkat, gerak dimodifikasi, kualitas mutunya tetap terjamin dapat
memuaskan selera wisatawan. Seluruh penari Reog menjadi pemegang peran, sehingga
dapat menarik penonton. Tari Warok, Dhadhak Merak, Bujangganong, Jathtt dan Klana
Topeng melakukan kreatifitas gerak tari sesuai dengan keahlian senimannya, sehingga
memberikan nuansa baru. Sebagai seni kemasan Reog merupakan tiruan dari aslinya, relatif
kaya gerak dan singkat dalam arti waktu pertunjukan relatif pendek, penuh variasi,
mengesampingkan nilai sakral, magis serta simbolis dan relatif murah harganya.

Kata kunci: Pariwisata, kemasan, Reog Ponorogo.

A. Pendahuluan memainkan Topeng kepala Singa dengan


jamang bulu merak yang ditata bagaikan
Pada awalnya bentuk
kipas dengan ukuran lebar dua meter,
kesenian Reog merupakan salah satu
tinggi dua setengah meter), Topeng
bentuk kesenian rakyat yang sangat
Ganongan, Klana Topeng, Jathil sebagai
sederhana. Kesederhanaan dan
pemain kuda kepang, dan Warok.
kesahajaan dapat diamati dari tata rias dan
Bentuk sajian semula lebih tampak
tata busana, bentuk gerak para penari yang
relatif sederhana oleh karena semula sebagai sebuah prosesi, banyak berjalan
kadang-kadang berhenti untuk atraksi
hanya seperti berjalan-jalan kemudian
sedikit agak bergoyang mengikuti Dhadhak Merak yang berpasangan dengan
Topeng Ganongan. Kesederhanaan dan
bunyi instrumen terutama mengenai irama
: keras-lirih, cepat-lambat, dan per- kesahajaan juga dapat diamati dari seperangkat
instrumen yang digunakan sebagai iringan
gantian bentuk gending. Dalam sajian
Reog, bentuk gerak yang relatif agak yang terdiri dari: Sebuah Kendang besar,
sebuah Kendang ketipung, sebuah Seruling,
dominan terutama atraksi Dhadhak
Merak dengan Topeng sebuah Terompet, Gong besar dari besi, Ketuk
dari besi dan dua buah Angklung. Permainan
Ganongan.
Beberapa pemegang peran tari yang lain
diantaranya adalah : Dhadhak Merak
( Pembarong yang

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 158


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

instrumen relatif mudah disajikan. sajian Reog kemasan Pariwisata yang


Kendang mempunyai peranan yang sangat menjadi obyek wisata unggulan? Reog
vital yaitu sebagai pengendali dan sebagai seni kemasan memerlukan
pengatur seluruh bunyi instrumen penggarapan yang serius agar lebih
terutama mengenai irama: keras-lirih, menarik wisatawan baik domestik maupun
cepat-lambat, dan pergantian bentuk wisata manca negara termasuk dalam
gending. Irama permainan kendang lebih berbagai pen-dukungnya.
banyak mungkus dalam mengiringi tarian,
terutama atraksi Dhadhak Merak dengan B. Konsep Pengembangan Wisata
Topeng Ganongan. Irama gending seirama Menurut Undang-Undang
jalannya pasukan berbaris dan relatif agak Republik Indonesia nomor 9 tahun 1990
monoton. Irama dinamis terjadi pada saat tentang kepariwisataan pada bab I
Dhadhak Merak dan Topeng Ganongan ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 dan 2
melakukan atraksi. disebutkan:
Permainan diawali dari Tarian
Topeng Ganong yang mencoba menggoda 1. Wisata adalah kegiatan per- jalanan
Dhadhak Merak dengan gerak-gerak atau sebagian dari kegiatan tersebut
geculan, kemudian semakin meningkat yang dilaku-kan secara sukarela serta
menjadi sebuah permusuhan yang bersifat sementara untuk menikmati
membuat pertunjukan semakin menarik obyek dan daya tank wisata;
dan memikat penonton. Pemegang peran 2. Wisatawan adalah orang yang
melakukan kegiatan wisata ( A. Hari
yang lain seperti Warok, Jathil, Klana
Karyono.1997:21)
Topeng sebagai penari depan yang
berbaris menjadi cucuk lampah untuk Dalam hal obyek wisata, setiap
mengawali barisan dengan bentuk gerak daerah memiJiki keunggulan yang berbeda-
yang sederhana. beda dengan daerah yang lainnya. Obyek
Reog berkembang di luar daerah asal wisata secara garis besar dapat digolongkan
mulanya seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan menjadi dua bagian yaitu obyek wisata alarn
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai dan obyek wisata budaya. Obyek wisata alam
kesenian, Reog berkembang dalam berbagai dapat berbentuk keindahan alam seperti
bentuk mengikuti seniman penyajinya. Reog oleh pemandangan yang indah, udara dingin pada
pemerintah kabupaten Ponorogo diangkat men- suatu gunung, pantai, sumber alam, gua-gua
jadi kesenian khas tradisional yang menjadi aset atau bentuk obyek wisata yang lain. Kedua
Pariwisata daerah. Reog kemudian disajikan wisata budaya tersebut merupakan hasil
dalam berbagai bentuk pertunjukan. Dalam kreatifitas manusia. Dalam obyek wisata
beberapa festival, muncul Reog yang dikemas budaya dapat berbentuk hasil kesenian dan
secara ringkas dan padat akan tetapi tetap dapat berupa atraksi budaya. Reog sebagai
memiliki kualitas yang tinggi. Reog dalam bentuk sebuah kesenian merupakan obyek wisata
kemasan kemudian dijadikan andalan Pariwisata. yang berbentuk atraksi budaya. Reog sekarang
Permasalahan yang utama adalah bagaimanakah telah mengalami perkembangan baik dalam
sajian maupun peminatnya.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 159


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Reog banyak disajikan untuk kerasan tinggal berlama-lama di


mengiringi berbagai keperluan. daerah tempat wisata.
Di dalam GBHN Republik Di daerah kabupaten Ponorogo
Indonesia 1999 bab IV Sub F Bidang obyek wisata budaya yang berupa
Sosial dan Budaya, poin 2 memuat arah kesenian khas adalah atraksi seni Reog
kebijaksanaan Kebudayaan, Kesenian dan Ponorogo. Dengan mengemas Reog secara
Pariwisata, terdapat butir-butir yang ringkas maka banyak wisatawan yang
menunjukkan hubungan antara Seni dan datang untuk melihat sajian Reog yang
Pariwisata. bernuansa baru tanpa kehilangan banyak
a. Melestarikan apresiasi nilai waktu. Para wisatawan akan
kesenian dan budaya tradisional serta membelanjakan sejurnlah uangnya untuk
menggalakkan dan memberdayakan memuas-kan hatinya di Ponorogo,
sentra-sentra kesenian untuk sehingga akan menambah devisa daerah.
merangsang berkembangnya kesenian Sebagai obyek wisata budaya, Tari Reog
nasional yang lebih kreatif dan inovatif, Ponorogo berupa atraksi wisata.
sehingga menumbuhkan rasa kebangga an
nasional.
C. Reog Sebagai Obyek Pariwisata
b. Menjadikan kesenian dan
Unggulan
kebudayaan tradisional Indonesia sebagai
wahana bagi pengembangan pariwisata
Pada awalnya Reog sebagai seni
nasional dan mempromosikan ke luar
pertunjukan rakyat tumbuh dan
negri secara konsisten sehingga dapat
berkembang sebagai ekspresi masyarakat
menjadi wahana persahabatan antar
Ponorogo. Sebagai sebuah kesenian
bangsa.
rakyat, sifat dan karakter Reog merupakan
c. Mengembangkan pariwisata
pen-cerminan perilaku masyarakat
melalui pendekatan sistem yang utuh dan
pendukungnya. Kesederhanaan,
terpadu yang bersifat interdisipliner dan
kepolosan, apa adanya tidak dibuat-buat
partisipatoris dengan rneng gunakan
merupakan ciri khas yang tampil dalam
kriteria ekonomis, sosial budaya, hemat
sebuah seni pertunjukan Reog.
energi melestarikan alam dan tidak
Pada tahun 1980 Pemda Ponorogo
merusak lingkungan (1999: 25)
membuat kebijakan untuk melakukan
Obyek wisata daerah secara umum
lomba dan atau festival Reog untuk
merupakan daya tarik daerah terhadap wisatawan
menigkatkan mutu pertunjukan.
untuk mencari hiburan. Wisatawan dapat mela-
Masyarakat merasa tertantang dan
kukan perjalanan wisata selama berhari-hari dan
mengikuti lomba untuk meningkatkan
membelanjakan sejurnlah uangnya pada daerah
sajiannya.
tujuan wisata. Berbagai penunjang pariwisata
Relatif banyak biaya yang diperlukan
dibangun seperti misalnya keamanan wisata, jalan
untuk memenangkan festival. Motivasi
yang halus, hotel, penginapan, makanan khas dan
peserta untuk mengikuti festival Reog lebih
berbagai toko souvenir sehingga wisatawan
didorong semangat merasa memiliki dan
kebanggaan terhadap kesenian Reog.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 160


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Disamping festival Reog, setiap koreografer untuk mencurahkan


tahun menjelang bulan Suro, Pemda kreatifitasnya. Pertunju kan Reog yang
Ponorogo juga mulai mengadakan ditangani secara profesional ternyata
regenerasi seniman-seniman Reog lewat banyak menarik perhatian dan memikat
sebuah lomba Reog mini, artinya para bagi masyarakat kalangan seni maupun
penarinya terdM dari anak-anak yang tanggapan publik secara umum.
berusia sekitar 11 tahun. Kegiatan lomba Kepariwisataan kabupaten
Reog mini biasanya diselenggarakan setiap Ponorogo bertambalTi bergairah sewaktu
bulan Agustus dalam rangka festival Reog mulai digelar. Banyak
memperingati hari ulang tahun wisatawan yang datang dari daerah sekitar
kemerdekaan Republik Indonesia. maupun dari daerah lain di luar Ponorogo.
Menurut pengamatan, cara yang dilakukan Menurut Soedarsono ada lima ciri utama
oleh pemda setempat dalam meregenerasi dari seni pertunjukan wisata di negara
penari Reog cukup berhasil, hal ini yang sedang berkembang, yaitu : 1. tiruan
terbukti semakin banyabiya group-group dari aslinya; 2. singkat atau padat; 3. penuh
Reog mini yang mengikuti lomba. variasi; 4. dikesampingkan nilai sakral,
Semarakriya lomba, selain diikuti oleh magis serta simbolisnya; 5. murah
group-group reog mini dari wilayah harganya bagi ukuran wisatawan
kabupaten Ponorogo, juga telah diikuti (Soedarsono, 2002:273).
peserta dari luar Ponorogo. Festival Bentuk pertunjukan Reog yang
menunjukkan semangat kompetitif antar ditampilkan dari masing-masing kelompok
group Reog makin nyata. Wahana festival yang datang dari berbagai daerah pada festival
Reog yang secara rutin diadakan Pemda grebeg Suro merupakan garapan ba.ru, yang
Ponorogo selain sebagai promosi wisata bertolak dari bentuk lama. Kekuatan magis
yang handal juga memiliki nilai ekonomis, yang sering dipamerkan sekitar tahun 1960
sosial dan religius. Kegiatan festival yang hingga 1980-an oleh para penari Warok dan
tengah berlangsung belasan tahun, Dhadhak Merak tidak lagi dimunculkan.
semakin tahun mengalami perubahan dan Garap tarinya lebih berkualitas dan variatif,
perkembangan baik secara kualitas durasi waktu yang diperlukan sajian lebih
niaupun kuantitas. Kesenian Reog kini singkat. Dari penampilan yang semula
merupakan salah satu aset budaya dan memerlukan durasi waktu sekitar empat jam
pariwisata unggulan kabupaten Ponorogo. hingga lima jam, kini lama pertunjukannya
Sejak festival Reog bertaraf menjadi tiga puluh menit. Mutu penyajian
nasional digelar di alun-alun Ponorogo semakin berkualitas karena munculnya
pada sebuah acara Grebeg Suro dalam koreografer-koreografer muda yang didukung
rangka menyambut tahun baru Hijriah penari-penari berbakat dari kalangan
oleh pemda tingkat II Ponorogo, bentuk perguruan tinggi seni. Lima jenis tarian
pertunjukan kesenian Reog berkembang terdapat dalam pertunjukan kesenian Reog,
dengan pesat meliputi dua unsur, yaifu masing-masing tarian memiliki karakter dan
gerak tari dan iringan. Gerak tari Reog vokabuler gerak yang berbeda-beda.
banyak memikat para seniman khususnya

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 161


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 162


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

lantai tidak cenderung kelompok kemampuan ke-penarian tetapi mereka


bergerombol, simetris namun juga diambil dari anak-anak putri yang mau di
diselingi pola-pola berpasangan, lingkungan kelompok Reog berasal. Para
membentuk garis diagonal, menyebar remaja putri kurang berminat menjadi
kerangka satu unit, dan pola asemetris, penari Jathil, oleh karena penilain
diikuti pola-pola gawang asemetris. masyarakat yang sangat rendah terhadap
penari Jathil.
2. Jathil
Semenjak festival Reog diikuti
Tarian Jathil merupakan gambaran oleh kontingen dari Prambanan yang
prajurit berkuda, pada awalnya ditarikan personalnya terdiri dari kalangan
para penari pria yang memiliki sifat akademis, kontingen dari Daerah Khusus
feminim, yang sering lebih dikenal Ibukota (DKI) Jakarta yang penarinya
sebagai gemblak. Para penari jathil dalam barasal dari penari-penari pelangi
sejarahnya merupakan pelayan segala Nusantara Taman Mini Indonesia Indah
kebutu-han seorang Warok termasuk dan pemain Wayang Wong Bharata
kebutuhan biologis. Merupakan Jakarta, pola garap tarian Jathil semakin
kebanggaan bagi seorang Warok, semakin hidup dan berkembang. Peningkatan dapat
banyak jumlahnya gemblak yang dimiliki, diamati dari jumlah vokabuler semakin *
sebagai pertanda semakin tinggi pula bertambah dan dari kualitas penam-pilan
status sosialnya bagi Warok di lingkungan semakin berbobot.
masyarakatnya. Dalam perkemba-ngan Gebrakan baru muncul setelah
sekarang, tarian Jathil kebanyakan group Reog Gajah Manggala dari SMU I
ditarikan oleh remaja-remaja putri yang Ponorogo, bekerja sama dengan para
masih duduk di bangku SMP dan SMU. mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia di
Tata busana Jathil antara lain: iket, baju Surakarta mencoba mengikuti festival reog di
panjang putih, srempang hitam, sabuk Ponorogo tahun 1990. Pola-pola garap gerak
cinde, sampur dan properti jaran ( eblek tarian Jathil tampak mengarah pada garap
ukuran kecil). gerak yang bersifat maskulin artinya lebih
Semenjak awal dimulai Reog pola garap kenceng, gagah, bregas, berkualitas dan
Jathil cenderung lemah, kurang semangat, seolah- semangat memainkan jaran kepang terjiwai.
olah terbelengu dengan sifat feminimnya. Pola lantai lebih tergarap dan terkontrol
Penampilan tarian Jathil seperti jaran lempoh ( sehingga tampak variatif, tidak monoton,
Hariyadi, wawancara:5 Mei 1984). Pernyataan lebih dapat ditonton, dan diamati dari depan
Hariyadi sebagai pengamat dan pencinta seni maupun dari samping, lebih tertata secara
didukung fakta setiap dilakukan pengamatan estetis, tidak ada kesan di atas panggung
pertunjukan Reog, Jathil tidak mempunyai power, semrawut. Pada .saat tari Jathil memerankan
cenderung gerak seadanya. Permai-nan jaran tarian, banyak penonton maju mendekati, dan
kepang oleh penari Jathil sangat lemah tidak memadati di setiap sudut-sudut panggung
mem-punyai greget maupun kualitas yang cukup, sehingga penuh sesak.
hal ini disebabkan penarinya tidak mendapatkan
pengalaman dan

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 163


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

3. Tarian Klana Topeng khusus utamanya gerakan akrobatik yang


spektakuler, sehingga membutuhkan
Klana Topeng merupakan tokoh
seorang penari yang lentur dan elastis.
central yang memiliki akses terhadap
Biasanya penampilan Bujangganong lebih
seluruh pertunjukan. Klana Topeng
memfokuskan pada gerak akrobatik.
berperan mengatur semua penari baik
Dalam perkembangannya pola-pola gerak
Warok, Jathil, Bujangganong dan
gecul sebagai pembuka, isian pokoknya
Dhadhak Merak.
sudah mulai tergarap dengan cermat.
Tarian Klana Topeng dalam
Bentuk garap berpasangan tarian
kesenian Reog pola garap gerak,
Bujangganong sudah tampak kompak,
iringan, rias dan busananya
rampak dan harmonis baik pola lantai,
berorientasi pada pola-pola garap
gerak dan iringan. Dominasi gerakan
Tari Klana Topeng gaya Surakarta.
akrobatik tidak lagi tampak tetapi sudah
Dalam penyajian reog, Tokoh Klana
terasa seimbang antara gerak akrobatik dan
Topeng kebanyakan ditampilkan
gerak-gerak yang berkarakter gecul.
secara tunggal di tengah-tengah
Bentuk-bentuk gerak akrobatik meliputi
penari-penari Warok, Jathil dan
gerak salto, jalan ngayang, rol kedepan, rol
Bujangganong. Perkembangannya
kebelakang, jalan dengan tumpuan kepala
Klana Topeng disajikan dalam
dan tangan, jalan perut sebagai tumpuan.
bentuk kiprah bersama-sama
Adapun gerak-gerak gecul meliputi ngilo
dengan penari Warok, Jathil dan
kaca, jalan sulingan, jalan entrakan, dan
Bujangganong. Penari lain berfungsi
lairtnya. Keseimbangan antara pola gerak
sebagai prajurit sekaligus berperan
akrobatik dan pola gerak gecul merupakan
sebagai background dengan harapan
salah satu upaya penggarapan sajian secara
dapat menghadirkan dan
utuh sebuah pergelaran Reog sehingga
memperkuat tampilnya Klana
tariannya lebih eksis dan berkualitas.
Topeng sebagai tokoh penguasa dan
seorang raja yang berwibawa. 5. Tarian Dhadhak Merak
4. Tarian Bujangganong Bentuk tari Dhadhak Merak biasanya
disajikan dua orang penari dengan dandanan
Bentuk tari Bujangganong merupakan
busana yang sama (kembar). Adapun tata
perpaduan antara gerak-gerak tarian akrobatik
busana yang digunakan antara lain: Topeng
dengan pola-pola gerak jenaka (gecul). Gerak tari
Barong atau Topeng kepala macan dengan
Bujangganong relatif bebas sehingga memikat
rambut hiasan dari bulu merak yang ditata
dan memukau para penonton baik anak usia
membentuk gunungan, tinggi topeng dengan
sekolah, remaja hingga kalangan dewasa. Tata
bulunya mencapai 2.25 meter sedangkan lebar
busana Bujangganong terdiri dari baju rompi
1.75 meter. Di atas kepala rnacan terdapal
warna merah, celana tanggung hitam yang
kepala burung merak yang disambung bulu-
dipelisir benang kuning maupun merah, di bagian
bulu merak. Bagian badan memakai selembar
luar samping kanan dan kiri serta bagian bawah
kain merah dicat
melingkar, dan memakai Topeng ganong merah
yang berambut agak tebal sehingga terkesan galak
dan menakutkan. Penari Bujangganong
merupakan penari pilihan, memiliki keahlian

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 164


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

hitam dengan membentuk garis-garis penonlon, para penari tidak segan-segan


menyerupai badan macan. Penari menaikkan seorang anak kecil di atas
Dhadhak merak memakai baju kaos, kepala macan. Bagi penari yang sudah
celana tanggung (kompnmg) hitam yang profesional selain gerakan dimaksud juga
pada bagian samping kanan dan kiri akan melakukan kebat di lantai sambil
terdapat rumbai-rumbai kuning dan bergulung-gulung melingkar hingga
merah serta dibalut dengan sabuk atau mencapai 3-4 putaran. Pola-pola tersebut
kopel (ikat pinggang besar). Penari juga merupakan gerak-gerak atraktif yang
memakai kaos dalam agar tidak licin jika sangat ditunggu-tunggu penonton. Pola
terkena keringat. Menurut Islam Iskandar gerak tari Dhadhak Merak yang lebih
wujud Dhadhak Merak memiliki makna atraktif, lebih banyak vokabuler geraknya,
simbolis. Kepala macan merupakan menjadikan daya tarik tersendiri bagi
personifikasi dari raja Brawijaya dari banyak penonton.
Majapahit, sedangkan burung merak 6. Garap Iringan
sebagai personifikasi dari putri kerajaan
Campa. Bentuk kepala macan yang Kesederhanaan dan kesaha-jaan
dikendarai oleh seekor burung Merak Tari Reog dapat diamati dari garap iringan
bermakna bahwa kekuasaan raja yang yang semula relatif monoton. Instrumen
agung, berwibawa ditaklukkan dan iringan terdiri atas : satu Kendang besar,
dikuasai oleh putri dari Campa. Proses satu Kendang ketipung, Sending,
simbolisasi menunjukkan makna sebagai Terompet, Gong besar dari besi, Ketuk dari
akhir yang menjadikan runtuhnya besi dan dua buah Angklung. Permainan
kerajaan Majapahit (Iskandar, wawancara instrumen relatif mudah disajikan. Diantara
15 Fehruari 2002). Hancurnya kerajaan alat instrurnen, Kendang mempunyai
Majapahit, munculnya pusat kerajaan baru peranan yang paling vital. Kendang sebagai
di Jawa Tengah yaitu kerajaan Demak pengendali dan pengatur seluruh bunyi
yang merupakan kerajaan Islam pertama instrumen terutama mengenai irama: keras-
di Pulau Jawa. Menurut ceritera rakyat Iirih, cepat-lambat dan pergantian bentuk
raja Brawijaya yang beragama Budha gending. Irama permainan kendang semula
dirayu istrinya ratu Campa untuk pindah mungkus dalam mengiringi tarian,
memeluk agama Islam akan tetapi raja terutama pada atraksi Dhadhak Merak
bersikukuh tidak mau, akhirnya Sang raja dengan Topeng Ganongan. Irama gending
berpisah dengan istrinya ratu Campa dan yang mengikuti gerak tari relatif agak
memilih pergi ke hutan menjadi seorang monoton. Irama dinamis hanya terjadi pada
pertapa. saat Dhadhak Merak dan Topeng
Penyajian Dhadhak Merak Ganongan melakukan atraksi.
biasanya berpasangan, vokabuler gerak Penggarapan iringan ke-mudian
sangat terbatas, hal ini sangat terkait bentuk berkembang sesuai dengan kreasi seniman
dan beratnya Dhadhak Merak yang pengrawitnya. Sekalipun instrumennya masih
mencapai hingga 20-30 Kg. Vokabuler tetap sama dengan yang lama, akan tetapi
gerak yang sangat menarik yaitu bentuk teknik pemukulan dan garap
kebat, bahkan untuk menarik

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 165


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

gending memiliki rasa yang relatif Selatan yang lebih dikenal dengan sebutan
berbeda. Iringan mendukung dan menyatu Nyai Ratu Roro Kidul, sehingga
dengan gerak tari yang disajikan. Oleh masyarakat Jawa takut menggunakan
karena kebebasan penari untuk bulan Suro untuk berbagai keperluan yang
menunjukkan kreatifitasnya maka sifatnya hajadan. Bagi masyarakat Jawa
diperlukan kerjasama yang baik dan bulan Suro rupanya lebih banyak
kekompakan antara penari dengan digunakan untuk acara-acara ritual yang
pengrawit dalam sajian. Reog dengan terkait dengan adanya hal-hal yang gaib,
iringan yang dinamik lebih memikat, tirakatan terutama pada waktu malam hari
hentakan dalam bunyi lebih menarik dan yang kesemuanya itu lebih ditujukan untuk
tidak membosankan. Para penonton lebih men-dapatkan keselamatan bagi dirinya
merasa terpesona jiwanya. maupun keluarga serta harta kekayaan
Permainan gerak tari yang semula yang dimilikinya. Dalam ajara Islam
hanya dilakukan oleh Tarian Topeng sebenarnya bulan Muharam atau bulan
Ganong yang mencoba menggoda Suro termasuk bulan suci, bulan yang baik,
Dhadhak Merak dengan gerak-gerak bulan yang dimuliakan. Bagi umat muslim
geculan, kemudian semakin meningkat semestinya menghormati bulan Muharram
menjadi sebuah permusuhan yang dengan lebih men-dekatkan diri kepada
membuat per-tunjukan semakin menarik Allah Tuhan Yang Maha Esa misalnya
dan memikat. Permainan kemudian memperbanyak dzikir pada malam hari,
berkembang kepada seluruh penari untuk Sholawat dan juga dengan tidak
menunjukkan kreatifitasnya. Dengan melakukan perbuatan yang musyrik,
demikian peran iringan diperlukan kejahatan atau juga perbuatan yang
improvisasi sehingga sangat mendukung dilarang oleh syariat agama Islam. Bulan
sajian secara keseluruhan. yang suci ternyata telah melahirkan
berbagai penafsiran di tengah kehidupan
masyarakat Jawa. Bulan Muharam
D. Kegiatan Pentas Reog
dianggap keramat dan suci.
Bulan Muharam atau lebih dikenal Keramatnya bulan Suro juga
dengan bulan Suro dalam penanggalan dipercayai oleh masyarakat
Jawa, bagi masyarakat Jawa merupakan Ponorogo, maka tidaklah meng-
bulan yang sangat disakralkan. Hari-hari herankan jika disetiap penghujung
di bulan Suro bagi masyarakat Jawa yang Suro tepatnya malem tanggal satu
masih kental dengan adat-istiadat budaya Suro masyarakat Ponorogo
Jawa, dipercayai sebagai hari-hari yang mengadakan tirakatan dengan tidak
keramat yang membawa sial maupun tidur semalam suntuk. Berbagai cara
musibah apabila digunakan untuk orang mereka lakukan, namun
punya kerja (hajadan) seperti resepsi kebanyakan dari masyarakat yang
pernikahan, supitan, membangun rumah, tinggal di kota dan sekitarnya,
pindahan rumah dan lain-lainnya. kebanyakan warga perkotaan
Sebagian masyarakat mempercayai bahwa memilih dengan cara berjalan-jalan
bulan Suro merupakan bulan yang khusus menuju tengah kota, tepatnya di
untuk hajadan ratu Pantai Alun-alun kabupaten. Mereka

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 166


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

mempercayai betul bahwa kehadirannya nominator yang sekaligus tampilnya


di Alun-alun, membuat kepuasan penyaji terbaik dari peserta festival,
tersendiri, sehingga tradisi mengtinjungi membuat masyarakat didalam
Alun-alun setiap malem Suro telah memeriahkan pergantian tahun baru
memasyarakat bagi kalangan penduduk Hijriah semakin bersemangat. Kirab
Ponorogo. Dapat dibayangkan begitu pusaka sebagai rangkaian grebeg Suro,
padatnya situasi kota Ponorogo terutama dari makam bathara Katong hingga kantor
di Alun-alun, dipenuhi dengan kedatangan kabupaten sekarang, jaraknya mencapai 13
manusia balk dari dalam maupun luar Km. Didukung oleh para pejabat struktural
kota. Alun-alun dipenuhi manusia dari eksekutif, Dewan Perwakilan Rakyat
berbagai lapisan masyarakat dari tingkat Daerah (DPRD), jajaran PGRI, siswa-siswi
rendah hingga pejabat tinggi, dari anak SMU dan tokoh-tokoh masyarakat
kecil hingga orang tua, baik laki-laki Ponorogo, jumlahnya mencapai 5000
maupun perempuan. Situasi dan kondisi personil, kegiatan Pariwisata lebih
yang ramai ditangkap oleh pemerintah semarak. Grebeg Suro pada awalnya
daerah Ponorogo sebagai kesempatan dibarengi dengan perayaan hari jadi
yang sangat tepat dan luar biasa untuk Ponorogo, namun mulai tahun 2006 telah
mengembangkan kepariwisataan dan dipisah, untuk grebeg Suro tetap diadakan
perekonomian. setiap menjelang bulan Suro, sedangkan
Sejak tahun 1994, menjelang hari jadi kabupaten Ponorogo dilaksanakan
tanggal satu Suro selama satu minggu pada tiap tanggal 11 Agustus. Selain
pemerintah daerah Ponorogo mulai festival Reog dan kirab pusaka, grebeg
mengembangkan atraksi wisata dengan Suro juga dimeriahkan pergelaran berbagai
cara mengadakan festival kesenian khas ragam kesenian yang hidup di daerah
daerah yaitu Reog. Festival Reog yang Ponorogo dan kegiatan-kegiatan seni yang
digelar di tengah Alun-alun merupakan lain, diantaranya : Ketoprak, hadroh, tari-
serangkaian grebeg Suro yang memiliki tarian dari berbagai sanggar atau kelompok
daya tarik dan daya pikat luar biasa, seni, pameran seni rupa, lomba karawitan
sehingga perayaan menyongsong Jawa, lomba seni bonsai tingkat Nasiona,
pergantian tahun Islam Hijriah menjadi pemilihan kakang-Sendok sebagai duta-
semakin semarak. Pada awalnya setiap duta wisata kabupaten Ponorogo.
menjelang tanggal satu Suro atau Serangkaian kegiatan grebeg Suro dibuka
pergantian tahun Hijriah, bagi masyarakat dan ditutup dengan pesta kembang api.
Ponorogo hanya diisi dengan jalan-jalan Festival Reog yang bertaraf Nasional
dan sebentar singgah di Alun-alun, telah menjadi agenda tahunan bagi pemerintah
sekedar duduk lalu berangkat pulang. daerah Ponorogo. Disamping mengembang
Setelah pemda menggelar festival Reog, kan bidang pariwisata terutama atraksi wisata
dengan acara puncak kirap pusaka dari budaya, juga sebagai wahana untuk
makam bathara Katong menuju kantor pengembangan dan pelestarian budaya
kabupaten sekarang, dilanjutkan khususnya kesenian Reog. Sebagai sarana
malamnya penyerahan hadiah dan tropi seni, Reog merupakan kebanggaan dan
serta piagam bagi

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 167


HARMONIA JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

sarana ekspresi yang dirasakan masih penuh variasi; 4. dikesampingkan nilai


sangat lekat dan membudaya bagi sakral, magis serta simbolisnya; 5. murah
masyarakat Ponorogo. Secara ekonomi harganya bagi ukuran wisatawan,
dapat dicermati bahwa kegiatan festival merupakan jalan yang harus ditempuh
merupakan ajang promosi produk-produk untuk meraih dan menciptakan seni
unggulan dan sebagai kesempatan yang kemasan yang layak jual.
mampu menggerakkan roda perekonomian Dengan kegiatan festival Reog
dengan adanya pasar malam dan bazar baik tingkat mini maupun tingkat
yang digelar selama tiga minggu. Banyak Nasional, telah mendorong kegiatan pasar,
pedagang yang menawarkan berbagai untuk menambah tingkat kehidupan
produk banyak menjajakan hasil perekonomian utamanya wilayah
dagangannya mulai dari aneka ragam kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat
makanan, mainan anak, asongan, dicermati dengan meningkatnya jumlah
kebutuhan rumah tangga, hingga dagangan pendukung kegiatan wisata yang berupa;
tekstil. Dengan semaraknya grebeg Sum hotel, toserba, rumah makan dan waning
yang ditandai dengan semakin ber-kualitas makan. Pembangunan sarana dan
nya penyelenggaraan festival Reog, prasarana seperti pembangunan jalan yang
semakin meningkat pula wisata domestik lebar, pembangunan gedung pemerintah
maupun mancanegara sehingga berdampak yang cukup mewah, pembangunan
pada per-kembangan ekonomi. patung-patung tarian Reog pada setiap
perempatan, sarana komuni-kasi dan pada
E. Penutup tempat lainnya merupakan daya tarilc
Tidak ada satupun di dunia ini Pariwisata.
yang abadi, semua berubah. Perubahan- Peningkatan kualitas dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan kuantitas festival Reog terus diupaya kan
manusia berkaitan erat dengan adanya sehingga peserta utamanya dari luar
wilayah Ponorogo semakin tertarik dan
suatu usaha untuk meraih suatu
tertantang untuk mengikuti festival. Hal
kehidupan yang lebih dari keadaan
ini membuat pertunjukan Reog dalam
sebelumnya. Hal tersebut seperti yang
ajang festival semakin semarak dan
terjadi dalam kehidupan kesenian Reog di
bergengsi serta mampu menembus pasar
kabupaten Ponorogo. Reog mengalami
global yang semakin ketat.
perubahan dengan cara dikemas agar
Pola regenerasi kesenian Warok
dapat lebih memenuhi selera masyarakat
yang dilakukan dengan cara festival Reog
Reog kemasan merupakan salah
mini merupakan strategi yang sangat tepat
satu atraksi wisata seni dalam upaya
dan cermat. Keberhasilan kesenian Reog
pelestarian budaya dan sebagai penopang
sebagai seni atraksi wisata, sekarang tengah
pengembangan bidang Pariwisata. mengalami kemasan baru sehingga mampu
Pengembangan seni kemasan Pariwisata bersaing dan eksis di tengah-tengah
seperti diungkapkan oleh Soedarsono masyarakat di era budaya global.
memiliki lima ciri utama : 1. tiruan dari
aslinya; 2. singkat atau padat; 3.

Volume VIII No.2 / Mei-Agustus 2007 168

Anda mungkin juga menyukai