Perawat berperan dalam mencapai tujuan rumah sakit yaitu menuju pada
rumah sakit bertaraf internasional dengan menerapkan pelayanan profesional dan
pelayanan bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perawat
yang kompeten, , memberikan pelayanan yang aman kepada pasien dan sesuai
dengan kode etik profesi. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan
adalah dengan adanya pengembangan karir perawat. Jenjang karir merupakan
pengakuan terhadap pengalaman, keahlian dan kinerja dari perawat, juga
merupakan suatu kesempatan bagi perawat untuk, mengembangkan kinerja dan
profesionalismenya sesuai, dengan kompetensi yang ada (Kusnanto, 2003).
Jennings, Mutsch, dan Schleman (2009) men- dapatkan bahwa perawat
memutuskan untuk ikut dalam jenjang karir karena dorongan dan dukungan dari
pimpinan (99,1%), dukungan manajer (69,9%), dan dukungan teman sejawat
(48,6%). Hal ini menunjukkan fenomena du- kungan organisasi, atasan, dan
teman sejawat perlu diidentifikasi agar dapat menjadi sumber informasi mengenai
ekspektasi perawat dalam penerapan jenjang karir di rumah sakit. Peningkatan
kinerja dan kepuasan perawat juga berhubungan dengan persepsi dan harapan ter-
hadap jenjang karir (Suroso, Hariyati, & Pujasari, 2011)
Dampak tidak dilaksanakannya jenjang karir perawat di rumah sakit
yaitu pada tingkat kepuasan jenjang perawat di rumah sakit dan akan
mempengaruhi motivasi karir menyusun model kerja perawat. Perawat merasa
bahwa kinerja mereka tidak dihargai dan hal ini cenderung membuat perawat
meninggalkan rumah sakit (turnover). Kurangnya perawat yang memadai dan
kompeten dalam pelayanan keperawatan dapat memberikan dampak negatif orang
dan tenaga perawat yang berada di unit rawat inap terhadap rumah sakit berupa:
menurunnya kualitas perawat (Hayes 2010).