Kautsky si Pengkhianat
V.I. Lenin (1918)
Pendahuluan
Pada intinya, kesalahan utama secara teoritis yang dibuat oleh Kautsky
dalam pamfletnya tentang kediktatoran proletariat terletak pada distorsi-
distorsinya yang oportunis terhadap pemikiran-pemikiran Marx tentang Negara
— distorsi-distorsi yang telah saya bedah secara rinci dalam pamflet saya yang
berjudul “Negara dan Revolusi.”
[1] Karl Kautsky (1854-1938) adalah teoretikus Marxis terkemuka dari Jerman. Dia
adalah salah satu pendiri Internasional Kedua dan teoretikus organisasi tersebut.
Awalnya Kautsky dianggap sebagai guru Marxis oleh kaum Bolshevik, termasuk Lenin.
Tetapi dengan semakin dekatnya revolusi, Kautsky menjadi semakin reformis. Saat
Perang Dunia I meledak, dia mengambil posisi yang ambigu. Ketika Revolusi Oktober
meledak, dia mengambil posisi menentangnya dan berdiri di pihak kontra-revolusi. Lenin
dan Trotsky lalu mencapnya sebagai pengkhianat.
[2] Koran Sotsial-Demokrat adalah koran ilegal Rusia, organ sentral dari Partai Buruh
Sosial Demokrat Rusia yang diterbitkan dari Februari 1908 hingga Januari 1917. Koran
ini diterbitkan di luar negeri. Dewan Editornya terdiri dari perwakilan Bolshevik,
Menshevik, dan kaum Sosial Demokrat Polandia. Lenin adalah salah satu editornya, dan
menulis banyak artikel di dalam koran ini.
[3] Majalah Kommunist adalah majalah yang didirikan oleh Lenin. Hanya dua edisi
yang berhasil terbit sebelum majalah ini ditutup karena perbedaan politik di antara dewan
editornya.
[4] Gregory Zinoviev (1883-1936) adalah seorang Bolshevik Tua. Bersama Lenin dan
Kamenev, mereka membangun Bolshevik sejak awal. Dengan Stalin dan Kamenev, ia
menentang Trotsky pada 1923. Setelah sadar bahwa bahaya sesungguhnya di dalam
Partai adalah Stalin dan kaum birokrasi, ia lalu bersatu dengan Trotsky untuk melawan
Stalin pada 1926-27. Oposisi Kiri ini kalah dalam perjuangannya melawan Stalin dan
birokrasi. Ia dipecat dari partai pada 1927, tetapi kemudian menyerah pada Stalin dan
diizinkan masuk kembali ke dalam Partai. Dipecat lagi pada 1932, dia lalu dihukum 10
tahun penjara. Pada 1935, Zinoviev diadili di dalam Pengadilan Moskow dan dihukum
eksekusi.
[5] Peter Struve (1870-1944) adalah seorang politisi dan intelektual terkemuka Rusia,
yang awalnya seorang Marxis, lalu menjadi liberal. Ia adalah salah seorang pendiri Partai
Konstitusional Demokratik (Kadet), sebuah partai borjuis liberal di Rusia.
[6] Lujo Brentano (1844-1931) adalah seorang ekonom Jerman, yang mendukung
gagasan “sosialisme negara”. Dia mencoba membuktikan kemungkinan mencapai
keadilan sosial di dalam kerangka kapitalisme, dengan cara reforma dan mendamaikan
kepentingan kapitalis dan buruh.
[8] Georgi Plekhanov (1856-1918) adalah Bapak Marxisme Rusia. Dia adalah salah
satu pendiri organisasi Marxis pertama di Rusia: Kelompok Emansipasi Buruh. Dianggap
oleh Lenin sebagai gurunya, dia pada akhirnya berseberangan dengan Lenin mengenai
masalah Revolusi Rusia 1917, dan menentang Revolusi Oktober.
[9] Manifesto Basel adalah manifesto yang ditandatangani oleh Internasionale Kedua
pada 1912, yang menyatakan bahwa Internasionale Kedua akan melakukan apapun
yang diperlukan untuk menghentikan perang dunia, dan akan menggunakan momen
krisis politik dan ekonomi yang ada untuk menumbangkan kekuasaan kapitalis. Namun,
ternyata pada 1914 ketika perang dunia meledak, mayoritas anggota Internasionale
Kedua mendukung pemerintahan borjuasi mereka sendiri. Ini menandai kematian
Internasionale Kedua.
Marilah kita ingat lagi, bahwa ketika Kautsky menyebut kaum non-Bolshevik
di Rusia (yakni kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner) kaum
sosialis, ia dibimbing oleh nama mereka, yakni oleh sebuah kata, dan bukan
oleh tempat yang sesungguhnya mereka tempati di dalam perjuangan antara
kaum borjuasi dan kaum proletar. Betapa indahnya pemahaman dan
penerapan Marxisme yang seperti demikian! Tetapi saya akan menjelaskan
lebih jauh tentang ini nanti.
Untuk saat ini, kita harus menghadapi masalah yang utama, yakni penemuan
Kautsky yang terbesar mengenai “perbedaan fundamental” antara “metode
demokratis dan metode diktatorial”. Inilah problem yang terutama; inilah esensi
dari pamflet Kautsky. Dan ini sungguh merupakan kekacauan teoritis yang
begitu buruk, penolakan yang sepenuh-penuhnya terhadap Marxisme, di mana
Kautsky, harus diakui, telah begitu jauh melebihi Bernstein.
Akan tetapi, ini artinya ia telah sepenuhnya gagal memahami masalah ini.
Kita tidak bisa tidak tersenyum melihat usaha Kautsky untuk membuat bahwa
tampaknya ada orang-orang yang mengajarkan “kebencian terhadap
demokrasi” (hal. IA) dan sebagainya. Inilah omong kosong yang digunakan oleh
Kautsky untuk mengaburkan dan membuat masalah ini menjadi kacau-balau,
karena ia berbicara seperti kaum liberal, berbicara tentang demokrasi secara
umum, dan bukannya tentang demokrasi borjuis; bahkan ia menolak
menggunakan istilah kelas yang jelas ini, dan sebaliknya ia berusaha berbicara
tentang demokrasi “pra-sosialis”. Pembual ini menghabiskan sepertiga dari
pamfletnya, atau dua puluh halaman dari enam puluh tiga halaman pamfletnya,
untuk omong kosong ini, yang begitu menyejukkan hati kaum borjuasi karena
ini pada akhirnya sama dengan menghiasi demokrasi borjuis, dan
mengaburkan masalah revolusi proletariat.
Kita akan merasa bahkan lebih yakin tentang ini bila kita periksa betapa
hebatnya Kautsky dalam “menginterpretasi” “kata kecil” Marx tentang
kediktatoran proletariat. Perhatikan hal berikut ini:
“Di sini dia tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan, tetapi mengenai
sebuah kondisi yang harus muncul ketika proletariat telah meraih kekuasaan
politik. Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai bentuk
pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi di
Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara
demokratis.” (hal. 20)
Kedua, yang dikatakan oleh Kautsky itu jelas salah. Adalah hal yang alami
bagi seorang liberal untuk berbicara mengenai “demokrasi” secara umum;
tetapi seorang Marxis tidak akan pernah lupa bertanya: “untuk kelas mana?”
Setiap orang tahu, misalnya (dan Kautsky “sang sejarawan” juga tahu), bahwa
pemberontakan, atau bahkan gejolak yang besar, di antara para budak pada
zaman kuno dengan segera mengungkapkan bahwa negara zaman kuno
itu pada dasarnya adalah sebuah kediktatoran pemilik budak. Apakah
kediktatoran ini menghapus demokrasi di antara, dan bagi, para pemilik budak?
Semua orang tahu ini tidak.
Agar kita dapat mengubah pernyataan Kautsky yang liberal dan keliru itu
menjadi pernyataan yang betul-betul Marxis dan benar, maka kita harus
berkata: kediktatoran itu tidak selalu berarti penghapusan terhadap demokrasi
bagi kelas yang melaksanakan kediktatoran di atas kelas-kelas yang lain; akan
tetapi ia berarti penghapusan (atau pembatasan material yang teramat ketat,
yang juga merupakan salah satu bentuk penghapusan) demokrasi bagi kelas
yang menjadi objek dari kediktatoran tersebut.
“… Tetapi, tentu saja, bila diambil secara harfiah, kata itu juga bermakna
kediktatoran absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum
pun….”
Seperti seekor anjing buta yang mengendus ke sana ke mari, Kautsky secara
kebetulan menemukan sebuah ide yang benar (yaitu, bahwa kediktatoran
adalah kekuasaan yang tak terbatas oleh satu hukum pun). Meskipun
demikian, ia gagal untuk memberikan definisi tentang kediktatoran, dan,
terlebih lagi, ia membuat kesalahan besar historis yang sangat jelas, yakni
bahwa kediktatoran berarti kekuasaan dari seorang individu. Ini bahkan keliru
secara tata bahasa, karena kediktatoran bisa juga dilaksanakan oleh
sekelompok orang, atau oleh sebuah oligarki, atau oleh sebuah kelas dan
sebagainya.
Kautsky kemudian menunjukkan perbedaan antara kediktatoran dan
despotisme. Meskipun yang dikatakannya jelas-jelas salah, kita tidak akan
mendiskusikannya karena ini sama sekali tidak relevan untuk masalah yang
kita hadapi. Semua orang tahu kecenderungan Kautsky untuk berpaling dari
abad ke-20 ke abad ke-18, dan dari abad ke-18 ke zaman klasik kuno, dan kita
berharap bahwa kaum proletariat Jerman, setelah mereka telah meraih
kediktatorannya, akan mengingat kecenderungan Kautsky ini dan
menunjuknya untuk menjadi guru sejarah kuno di sebuah sekolah tertentu.
Untuk menghindari definisi kediktatoran proletariat dengan berfilsafat mengenai
despotisme adalah kebodohan yang kasar atau tipu daya yang canggung.
Kebenaran yang sederhana ini, kebenaran yang begitu jelas ini bagi setiap
buruh yang sadar-kelas (yang mewakili massa rakyat, dan bukan lapisan atas
dari para bajingan borjuis-kecil yang telah disuap oleh kaum kapitalis, begitulah
kaum imperialis-sosial di semua negeri), kebenaran ini, yang begitu jelas bagi
setiap perwakilan dari kelas-kelas tertindas yang sedang berjuang bagi
emansipasinya, kebenaran ini, yang tidak bisa diganggu gugat bagi setiap
Marxis, harus “diperas dengan susah payah” dari tuan Kautsky yang terpelajar!
Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Ini dapat dijelaskan dengan mudah oleh
semangat penghambaan yang memenuhi para pemimpin Internasional Kedua,
yang telah menjadi penjilat kaum borjuasi yang hina
Kautsky pertama-tama menggunakan tipu daya dengan mengumbar omong
kosong bahwa kata kediktatoran, secara harfiah, berarti kediktatoran dari
seorang individu, dan kemudian – dengan menggunakan kekuatan dari tipu
daya ini – dia menyatakan bahwa “oleh karenanya” kata-kata Marx mengenai
kediktatoran sebuah kelas tidak dimaknakan dalam arti harfiahnya (tetapi di
dalam makna di mana kediktatoran tidak berarti kekerasan revolusioner, tetapi
berarti “secara damai” memenangkan mayoritas di bawah “demokrasi” borjuis).
Akan tetapi, penipuan itu begitu kasar dan tidak akan dapat menyelamatkan
Kautsky. Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa kediktatoran
mensyaratkan dan bermakna sebuah “kondisi”, sebuah kondisi yang begitu
tidak disetujui oleh para pengkhianat, kondisi kekerasan revolusioner satu
kelas terhadap kelas yang lainnya. Sangatlah konyol untuk menarik perbedaan
antara sebuah “kondisi” dan sebuah “bentuk pemerintahan”. Untuk berbicara
tentang bentuk pemerintahan dalam hal ini adalah sangat bodoh, karena setiap
anak sekolah tahu bahwa monarki dan republik adalah dua bentuk
pemerintahan yang berbeda. Kita harus menjelaskan kepada Tn. Kautsky
bahwa kedua bentuk pemerintahan ini, seperti semua “bentuk pemerintahan”
transisional di bawah kapitalisme, hanyalah variasi-variasi dari negara
borjuis, yakni, variasi-variasi dari kediktatoran borjuis.
Muslihat yang pertama. “Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai
bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi
di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara
demokratis.”
Bentuk pemerintahan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini, karena
ada monarki-monarki yang merupakan bentuk negara borjuis yang tidak tipikal,
di mana tidak ada klik militer. Dan ada republik-republik yang cukup tipikal
dalam hal ini, misalnya memiliki klik militer dan birokrasi. Ini adalah fakta historis
dan politis yang diketahui secara universal, dan Kautsky tidak dapat
memalsukannya.
Bila Kautsky hendak berargumen dengan cara yang serius dan jujur,
seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada hukum sejarah
mengenai revolusi yang tidak ada pengecualian? Dan jawabannya: tidak ada
hukum seperti itu. Hukum seperti itu hanya berlaku untuk kasus-kasus tipikal,
yang Marx istilahkan sebagai “yang ideal,” yakni kapitalisme yang umum,
normal, dan tipikal.
Lebih jauh lagi, apakah terdapat sesuatu pada tahun 1870an yang membuat
Inggris dan Amerika harus dikecualikan sehubungan dengan apa yang kita
diskusikan saat ini? Seharusnya menjadi jelas bagi setiap orang yang
memahami persyaratan-persyaratan ilmiah dalam hubungannya dengan
permasalahan-permasalahan kesejarahan bahwa pertanyaan ini harus
diajukan. Bila kita gagal mengajukannya, ini sama halnya dengan memalsukan
pengetahuan ilmiah, sama halnya dengan melakukan sofisme. Dan, setelah
mengajukan pertanyaan ini, tidak ada keraguan sama sekali bahwa
jawabannya adalah: kediktatoran revolusioner proletariat
merupakan kekerasan terhadap kaum borjuasi; dan kekerasan semacam
itu terutama menjadi sebuah kebutuhan karena keberadaan militerisme dan
birokrasi, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Marx dan Engels berulang
kali secara rinci (terutama dalam tulisan mereka “Perang Sipil di Prancis” dan
dalam pengantar dari karya tersebut). Justru institusi-institusi inilah yang tidak
eksis di Inggris dan Amerika pada tahun 70an, ketika Marx membuat
pengamatannya (mereka sekarang eksis di Inggris dan di Amerika)!
Dan perhatikan bagaimana dia secara tidak sengaja menunjukkan jati dirinya
ketika dia menulis: “secara damai, yakni dengan cara yang demokratis”!
Inilah “demokrasi murni” Anda! Engels akan mencibir para borjuis kecil
vulgar, para “Sosial Demokrat” (di Prancis pada tahun 1840an dan di Eropa
secara umum pada 1915-1918), yang berbicara mengenai “demokrasi murni”
di dalam masyarakat kelas.
Namun, cukup sampai sini saja. Mustahil untuk menyebut satu demi satu
berbagai absurditas Kautsky, karena setiap kalimat yang dia ucapkan adalah
sumur pengkhianatan yang tak berdasar.
Marx dan Engels menganalisis Komune Paris secara detil dan menunjukkan
bahwa Komune Paris berusaha menghancurkan dan membubarkan “mesin
negara yang sudah jadi”. Marx dan Engels menganggap kesimpulan ini begitu
penting sehingga inilah satu-satunya perubahan yang mereka perkenalkan
pada tahun 1872 ke dalam program Manifesto Komunis yang sudah (sebagian)
“usang”. Marx dan Engels menunjukkan bahwa Komune Paris telah
membubarkan angkatan bersenjata dan birokrasi, telah
membubarkan parlementerisme, telah menghancurkan “negara, yakni bonggol
yang parasitik itu”, dan sebagainya. Namun Kautsky yang bijaksana, justru
mengenakan topi tidurnya, mengulang-ulang dongengnya tentang “demokrasi
murni”, yang sudah diceritakan ribuan kali oleh para profesor kaum liberal.
Tidak mengherankan jika Rosa Luxemburg pada 4 Agustus 1915
menyatakan bahwa Sosial Demokrasi Jerman tak ubahnya mayat yang
membusuk.
Pendek kata: Kautsky telah, dengan cara yang sungguh tidak ada duanya,
telah mendistorsi konsep kediktatoran proletariat, dan telah mengubah Marx
menjadi seorang liberal. Dalam kata lain, dia sendiri telah tenggelam ke level
seorang liberal yang mengutarakan frase-frase kosong mengenai “demokrasi
murni,” mengabaikan demokrasi borjuis dan mengabaikan konten kelasnya,
dan di atas segalanya tidak berani berbicara mengenai penggunaan kekerasan
revolusioneroleh kelas yang tertindas. Dengan “menginterpretasikan” konsep
“kediktatoran revolusioner proletariat” seperti demikian, di mana dia
menghapus kekerasan revolusioner dari kelas tertindas terhadap penindasnya,
Kautsky telah memecahkan rekor dunia dalam mendistorsi Marx. Bernstein
sang pengkhianat terlihat seperti seekor anak anjing dibandingkan dengan
Kautsky sang pengkhianat.
Catatan
[1] Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Marx (Marx dan
Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 581).
[2] Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 630.
Bila kita tidak ingin menghina akal sehat dan sejarah, jelas bahwa kita tidak
bisa berbicara mengenai “demokrasi murni” selama kelas-kelas yang berbeda
eksis; kita hanya dapat berbicara mengenai demokrasi kelas. (Mari kita katakan
dalam tanda kurung bahwa “demokrasi murni” bukan hanya sebuah frase
yang bodoh, yang mengungkapkan ketidakpahaman mengenai perjuangan
kelas dan watak negara, tetapi juga sebuah frase yang kosong, karena dalam
masyarakat komunis demokrasi akan melayu dalam proses di mana ia berubah
dan menjadi sebuah kebiasaan, tetapi tidak akan pernah menjadi demokrasi
“murni”.)
“Demokrasi murni” adalah sebuah frase tidak-jujur dari seorang liberal yang
ingin menipu para buruh. Sejarah mengenal demokrasi borjuis yang
menggantikan feodalisme, dan demokrasi proletariat yang akan menggantikan
demokrasi borjuis.
Kautsky mengambil dari Marxisme apa yang dapat diterima oleh kaum liberal,
oleh kaum borjuasi (kritik terhadap Abad Pertengahan, dan peran historis yang
progresif dari kapitalisme secara umum dan demokrasi kapitalis khususnya),
dan mencampakkan, bungkam, dan mengabaikan semua yang ada di dalam
Marxisme yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi (kekerasan
revolusioner kaum proletariat terhadap kaum borjuasi dalam usahanya untuk
menghancurkannya). Inilah mengapa Kautsky, karena posisi objektifnya dan
tidak peduli apa kepercayaan subjektifnya, secara tak terelakkan membuktikan
dirinya sebagai seorang kacung kaum borjuasi.
Mari kita ingatkan Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini mengenai proposisi
teoritis Marx dan Engels, yang telah begitu memalukan dilupakan oleh sang
formalis (untuk menyenangkan kaum borjuasi), dan lalu kita akan jelaskan
masalah ini dengan sejelas mungkin.
Tidak hanya negara zaman kuno dan feodal, tetapi juga “negara modern
adalah sebuah instrumen penindasan kerja-upahan oleh kapital” (Engels,
dalam karyanya mengenai negara).[3] “Karena negara hanyalah sebuah
institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi,
untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong
besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum
proletariat masih membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk
kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera
setelah mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti
eksis.” (Engels, dalam suratnya kepada Bebel, 28 Maret, 1875) “Akan tetapi,
pada kenyataannya negara tidak lain adalah sebuah mesin penindas satu kelas
oleh kelas yang lain, dan ini benar di dalam republik demokratis seperti halnya
di dalam monarki” (Engels, Pembukaan untuk “Perang Sipil di Prancis” oleh
Marx).[4] Pemilu universal adalah “alat ukur kedewasaan dari kelas buruh.
Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari ini di bawah negara
yang ada hari ini.” (Engels, dalam karyanya mengenai negara.[5] Tn. Kautsky
mengulang-ulang bagian pertama dari kalimat Engels ini, yang dapat diterima
oleh kaum borjuasi. Tetapi bagian kedua yang dalam italik, yang tidak dapat
diterima oleh kaum borjuasi, Kautsky sang pengkhianat bungkam!) “Komune
harus menjadi badan kerja, bukan badan parlementer. Ia harus menjadi badan
legislatif dan eksekutif pada saat yang sama ... Alih-alih memutuskan setiap 3
atau 6 tahun anggota kelas penguasa yang mana yang akan mewakili dan
menindas (ver- und zertreten) rakyat di Parlemen, pemilu universal harus
melayani rakyat yang tergabungkan di dalam Komune, seperti halnya hak pilih
individual melayani setiap pemilik modal dalam mencari buruh, mandor, dan
akuntan untuk bisnisnya” (Marx, dalam karyanya mengenai Komune Paris,
“Perang Sipil di Prancis”).[6]
Setiap proposisi di atas, yang sangat diketahui oleh Tn. Kautsky yang sangat
terpelajar ini, adalah tamparan di pipinya dan mengekspos pengkhianatannya.
Di dalam pamfletnya tidak kita temukan satu pun pemahaman mengenai
kebenaran-kebenaran ini. Seluruh pamfletnya adalah penghinaan terhadap
Marxisme!
Mari kita lihat hukum-hukum dasar dari negara-negara modern, mari kita lihat
administrasi mereka, kebebasan berkumpul, kebebasan pers, atau “kesetaraan
semua warga negara di mata hukum,” dan kita akan temui di setiap langkah
bukti kemunafikan dari demokrasi borjuis, yang sangat dikenal oleh setiap
buruh yang sadar-kelas dan jujur. Tidak ada satu pun negara, sedemokratis
apapun, yang tidak punya celah di dalam hukum mereka yang menjamin kaum
borjuasi untuk bisa mengirim tentara untuk menindas buruh, untuk menyatakan
hukum darurat, dan sebagainya, ketika ada “pelanggaran ketertiban umum,”
dan ketika kelas tertindas “melanggar” posisi perbudakannya dan mencoba
bertingkah tidak seperti budak. Kautsky dengan tanpa malu menghiasi
demokrasi borjuis dan tidak menceritakan, misalnya, bagaimana kaum borjuasi
yang paling demokratis dan republiken di Amerika atau Swiss menghadapi
buruh yang sedang mogok.
Kautsky yang bijak dan terpelajar menutup mulutnya mengenai hal-hal ini!
Politisi terpelajar ini tidak menyadari bahwa bungkam mengenai hal ini adalah
hal yang hina. Dia lebih memilih untuk menceritakan kepada para buruh
dongeng-dongeng mengenai demokrasi yang berarti “melindungi minoritas”.
Sungguh luar biasa, tetapi inilah kenyataannya! Pada tahun 1918, pada tahun
ke-5 dari pembantaian imperialis dan pencekikan para minoritas internasional
(yakni mereka-mereka yang tidak mengkhianati sosialisme, seperti para
Renaudel[7] dan Longuet[8], para Scheidemann[9] dan Kautsky, para
Henderson[10] dan Webb[11], dan yang lainnya) di semua “negeri demokratis”
di dunia, Tn. Kautsky yang terpelajar dengan manis, dengan teramat manis,
menyanyikan puji-pujian mengenai “perlindungan terhadap kaum minoritas”.
Mereka-mereka yang tertarik dapat membaca ini pada halaman ke-15 dari
pamflet Kautsky. Dan pada halaman ke-16 individu terpelajar ini bercerita
mengenai kaum Whig[12] dan Tory[13] di Inggris pada abad ke-18!
Mari kita ambil parlemen borjuis. Apakah Kautsky tidak pernah mendengar
bahwa semakin berkembang demokrasi maka semakin parlemen borjuis ada
di bawah kendali bursa saham dan bankir? Ini bukan berarti bahwa kita tidak
boleh menggunakan parlemen borjuis (kaum Bolshevik menggunakan
parlemen borjuis lebih baik daripada semua partai yang ada di dunia, karena
pada 1912-15 kita memenangkan semua perwakilan buruh di Duma Keempat).
Tetapi ini berarti bahwa hanya seorang liberal yang dapat
melupakan keterbatasan historis dan watak konvensional dari sistem parlemen
borjuis, seperti halnya Kautsky. Bahkan di negara borjuis yang paling
demokratis, rakyat tertindas di setiap langkah menemui kontradiksi antara
kesetaraan formal yang diproklamirkan oleh “demokrasi” kapitalis dan
ribuanhambatan-hambatan dan akal-akalan riil yang membuat kaum proletar
menjadi budak-upah. Inilah kontradiksi yang membuka mata rakyat terhadap
kebangkrutan, kepalsuan, dan kemunafikan kapitalisme. Inilah kontradiksi yang
diekspos oleh para agitator dan propagandis sosialisme kepada rakyat, guna
menyiapkan mereka untuk revolusi! Dan sekarang ketika era revolusi telah
dimulai, Kautsky memalingkan punggungnya pada revolusi dan mulai memuji-
muji demokrasi borjuis yang sudah sekarat.
Mari kita ambil kebijakan luar negeri. Tidak ada satu pun negara borjuis,
bahkan yang paling demokratis sekalipun, yang melakukan kebijakan luar
negeri mereka secara terbuka. Rakyat di mana-mana dibohongi, dan di
Prancis, Swiss, Amerika dan Inggris yang demokratis, ini dilakukan dengan
sangat luas dan dengan cara yang jauh lebih halus daripada negeri-negeri lain.
Pemerintahan Soviet telah merobek kedok kebijakan luar negeri dengan cara
yang revolusioner. Kautsky mengabaikan ini. Dia diam seribu bahasa
mengenai ini, walaupun di era peperangan yang buas dan perjanjian-perjanjian
rahasia untuk “pembagian daerah-daerah pengaruh” (yakni, untuk partisi dunia
di antara bandit-bandit kapitalis) ini adalah hal yang teramat penting, karena
pada inilah tergantung masalah perdamaian dan hidup mati puluhan juta rakyat.
Mari kita ambil struktur negara. Kautsky memilah-milah semua hal yang
“remeh-temeh”, sampai ke argumen bahwa di bawah Konstitusi Soviet pemilu
adalah “tidak langsung”. Tetapi dia gagal melihat hal yang terpenting. Dia gagal
melihat karakter kelas dari aparatus negara, dari mesin negara. Di bawah
demokrasi borjuis, kaum kapitalis, dengan ribuan muslihat -- yang semakin licik
dan efektif dengan semakin “murninya” demokrasi – menyingkirkan rakyat dari
kerja administratif, dari kebebasan pers, dari kebebasan berkumpul, dll.
Pemerintahan Soviet adalah yang pertama di dunia (atau kalau mau lebih
tepat, yang kedua, karena Komune Paris sudah mulai melakukan ini)
yang melibatkan rakyat, terutama rakyat tertindas, dalam kerja administratif.
Rakyat pekerja dihalangi dari partisipasi di dalam parlemen borjuis
(mereka tidak pernah memutuskan hal-hal yang penting di bawah demokrasi
borjuis, yang diputuskan oleh bursa saham dan bank-bank) oleh ribuan
halangan, dan kaum buruh mengetahui dan merasakan, melihat dan menyadari
sepenuhnya bahwa parlemen borjuis adalah institusi yang asing bagi
mereka,instrumen penindasan terhadap kaum buruh oleh kaum borjuasi,
institusinya kelas yang memusuhi mereka, institusinya kaum minoritas yang
mengeksploitasi.
Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti entah kita dengan sukarela
melayani kaum borjuasi atau kita bebal secara politik seperti paku, tidak mampu
melihat kehidupan yang riil dari balik halaman buku-buku borjuis yang penuh
debu, dipenuhi dengan prasangka-prasangka demokrasi-borjuis, dan oleh
karenanya secara objektif mengubah diri sendiri menjadi seorang kacung
borjuasi.
Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti kita tidak mampu mengedepankan
masalah ini dari sudut pandang kelas-kelas yang tertindas:
Apakah ada satu negeri pun di dunia ini, bahkan di antara negeri-negeri
borjuis yang paling demokratik sekalipun, di mana buruh jelata, buruh
tani jelata, atau semi-proletar di pedesaan (yakni, perwakilan dari kaum yang
tertindas, dari mayoritas besar populasi), menikmati kebebasan untuk
menyelenggarakan pertemuan di gedung-gedung terbaik, kebebasan untuk
menggunakan percetakan terbesar dan stok kertas terbesar untuk
mengekspresikan gagasan mereka dan mempertahankan kepentingan
mereka, kebebasan untuk mengedepankan perwakilan dari kelasnya sendiri
untuk mengurus dan “membentuk” negara, seperti di Soviet Rusia?
Tn. Kautsky tidak akan dapat menemukan di negeri manapun bahkan satu
dari seribu buruh atau buruh tani yang maju yang tidak tahu jawaban dari
pertanyaan di atas. Mengikuti insting mereka, dari mendengar sepotong-
sepotong kebenaran dari pers borjuis, kaum buruh dari seluruh dunia
bersimpati dengan Republik Soviet karena mereka menganggapnya sebagai
demokrasi proletariat, sebuah demokrasi untuk yang miskin, dan bukan
demokrasi untuk yang kaya, yang sesungguhnya adalah demokrasi borjuis,
bahkan yang terbaik sekalipun.
Kita diperintah (dan negara kita “dibentuk”) oleh para birokrat borjuis, oleh
para anggota parlemen borjuis, oleh para hakim borjuis – ini adalah kebenaran
yang sederhana, jelas, dan tidak dapat diganggu gugat, sebuah kebenaran
yang dikenal oleh puluhan dan ratusan juta rakyat dari kelas-kelas tertindas dari
pengalaman mereka sendiri, pengalaman yang mereka rasakan dan jalankan
setiap hari.
Akan tetapi, di Rusia, mesin birokrasi ini telah sepenuhnya dihancurkan dan
diluluhlantakkan; para hakim yang lama telah diusir, parlemen borjuis telah
dibubarkan – dan perwakilan yang jauh lebih mudah diakses telah diberikan
kepada buruh dan tani; Soviet-soviet mereka telah menggantikan para birokrat,
atau Soviet-sovietmereka telah diberi kuasa untuk mengendalikan para
birokrat, dan Soviet-soviet mereka telah diberikan otoritas untuk memilih para
hakim. Fakta ini sendiri saja sudah cukup bagi semua kelas-kelas yang
tertindas untuk mengakui bahwa kekuasaan Soviet, yakni bentuk kediktatoran
proletariat yang sekarang, adalah satu juta kali lebih demokratis dibandingkan
republik borjuis yang paling demokratis.
Kautsky tidak memahami kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap buruh,
karena dia telah “melupakan” untuk bertanya: demokrasi untuk kelas yang
mana? Dia berbicara dari sudut pandang demokrasi “murni” (yakni demokrasi
non-kelas? atau demokrasi yang di atas kelas?). Dia berargumen seperti
Shylock: “satu pon daging saya” dan tidak lebih[18]. Kesetaraan bagi semua
warga negara – kalau tidak demikian, maka ini bukan demokrasi.
Kita harus bertanya kepada Kautsky “sang Marxis” dan “sang Sosialis” yang
terpelajar ini:
Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang
mengeksploitasi?
Catatan
[1] Wilhem Weitling (1808-1871) adalah seorang sosialis radikal Eropa. Marx dan
Engels menganggap Weitling sebagai seorang sosialis utopis.
[2] Kaum Jesuit di Paraguay pada abad ke-17 dan ke-18 membangun pemukiman-
pemukiman di Paraguay untuk kaum pribumi (orang Indian). Di pemukiman ini, kaum
pribumi dikumpulkan untuk dijadikan Kristen, tetapi tanpa harus mengadopsi gaya hidup
dan nilai-nilai kebudayaan Eropa.
[3] Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx
dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 320).
[4] Karl Marx, The Civil War in France (Marx and Engels, Selected Works, Moskow,
1962, Vol. I, hal. 585). hal. 253
[5] Frederick Engels, The Origin of the Family, Private Property and the State (Marx
dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. II, hal. 332).
[6] Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 520-21
[7] Pierre Renaudel (1871-1935) adalah seorang politisi sosialis konservatif di Prancis.
Dia menentang ideologi Marxisme.
[8] Jean Longuet (1876-1938) adalah politisi sosialis Prancis dan cucu dari Karl Marx.
Dia adalah seorang pasifis tetapi pada 1914 mendukung Perang Dunia Pertama.
[9] Philipp Scheidemann (1865-1939) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosial
Demokrasi Jerman. Pada 1914, dia memberikan dukungannya kepada pemerintahan
borjuis Jerman untuk melakukan perang. Pada saat Revolusi Jerman 1918-19, dia
memproklamirkan Jerman sebagai republik.
[10] Arthur Henderson (1863-1935) adalah pemimpin reformis terkemuka dari Partai
Buruh Inggris. Dia menjabat sebagai menteri dalam negeri pada 1924 dan menteri luar
negeri pada 1929-1931. Dia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1934.
[11] Sidney Webb (1859-1947) adalah seorang sosialis dan ahli ekonomi Inggris.
Bersama istrinya, dia adalah anggota terkemuka dari Fabian Society. Ia adalah anggota
Partai Buruh Inggris dan menjadi anggota parlemen pada tahun 1922. Lalu dari tahun
1929 hingga 1931 dia menjadi Menteri Urusan Tanah Jajahan.
[12] Whig adalah partai politik di Inggris yang dibentuk pada 1678 dan bubar pada
tahun 1868. Mereka menentang monarki dan terlibat dalam Revolusi Agung 1688. Whig
kemudian berkoalisi dengan sejumlah organisasi politik lainnya dan menjadi Partai
Liberal, yang lalu sekarang menjadi Partai Liberal Demokrat.
[13] Tory adalah partai politik di Inggris dari 1678 hingga 1834. Mereka adalah partai
borjuasi konservatif, yang lalu bertransformasi menjadi Partai Konservatif di Inggris hari
ini. Sampai hari ini, anggota Partai Konservatif masih sering dipanggil dengan sebutan
Tory.
[14] Krupp adalah keluarga dinasti kapitalis besar di Jerman sejak abad ke-19. Dinasti
Krupp terkenal dengan produksi besi baja, amunisi dan senjata perang. Bisnis keluarga
yang dikenal dengan nama Friedrich Krupp AG ini adalah perusahaan terbesar di Eropa
pada awal abad ke-20. Pada 1999 Krupp melakukan merger dengan Thyssen AG dan
membentuk ThyssenKrupp AG, sebuah konglomerasi industri raksasa.
[15] Georges Benjamin Clemenceau (1841-1929) adalah politisi Prancis yang
menjabat sebagai perdana menteri Prancis dari tahun 1906-1909 dan 1917-1920.
[17] Ini merujuk pada penindasan pemberontakan Irlandia pada 1910, di mana rakyat
Irlandia berusaha merdeka dari penjajahan Inggris.
[18] Shylock adalah tokoh fiktif di dalam drama “The Merchant of Venice” oleh
Shakespeare. Dalam cerita ini, Shylock adalah seorang rentenir. Ia meminjamkan uang
kepada Antonio, dengan jaminan satu pon daging Antonio. Ketika Antonio tidak mampu
membayar hutangnya, dia tetap menuntut dengan keras kepala satu pon daging Antonio
yang menurutnya adalah haknya.
[19] Merujuk pada kitab Lukas 9:62, “Tetapi Yesus berkata, ‘Setiap orang yang siap
untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Bila kita berargumen secara Marxis, kita harus mengatakan: kaum yang
mengeksploitasi niscaya mengubah negara (dan kita sedang berbicara
mengenai demokrasi, yakni salah satu bentuk negara) menjadi sebuah
instrumen untuk kekuasaan kelas mereka. Oleh karenanya, selama ada kaum
pengeksploitasi yang berkuasa atas mayoritas yang tereksploitasi, negara
demokratis ini niscaya adalah demokrasi untuk kaum pengeksploitasi. Sebuah
negara kaum tereksploitasi secara fundamental harus berbeda dari negara
kaum pengeksploitasi; ia haruslah berupa demokrasi untuk yang tereksploitasi,
dan alat untuk menindas yang mengeksploitasi; dan penindasan terhadap
sebuah kelas berarti ketidaksetaraan untuk kelas tersebut, ini berarti kelas
tersebut disisihkan dari “demokrasi”.
Lalu ini disusul dengan penjelasan yang sangat terperinci dan panjang lebar,
yang didukung oleh sebuah kutipan dari Marx dan hasil pemilu Komune Paris,
di mana proletariat adalah mayoritas. Kesimpulannya adalah: “Sebuah rejim
yang mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari rakyat tidak punya alasan
sama sekali untuk melanggar demokrasi. Ia tidak dapat menggunakan
kekerasan ketika kekerasan ini digunakan untuk menekan demokrasi.
Kekerasan hanya dapat dilawan dengan kekerasan. Tetapi sebuah rejim yang
tahu bahwa ia punya dukungan rakyat akan menggunakan kekerasan hanya
untuk melindungi demokrasi dan bukan untuk menghancurkan demokrasi.
Adalah bunuh diri kalau rejim ini mencampakkan dukungan yang begitu kuat
dari pemilu universal, yang merupakan sumber otoritas moral yang besar.” (hal.
22)
Seperti yang kita lihat, hubungan antara yang tereksploitasi dan yang
mengeksploitasi telah hilang di dalam argumen Kautsky. Yang ada hanya
mayoritas secara umum, minoritas secara umum, demokrasi secara umum,
“demokrasi murni” yang telah kita kenal dengan baik.
Dan semua ini katanya berkaitan dengan Komune Paris! Untuk lebih
jernihnya saya akan mengutip Marx dan Engels, guna menunjukkan apa yang
mereka katakan mengenai kediktatoran dalam kaitannya dengan Komune
Paris:
Engels: “... Dan pihak yang memang (di dalam sebuah revolusi) harus
mempertahankan kekuasaannya dengan senjatanya yang akan mengilhami
teror di antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih
dari sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk
melawan kaum borjuis? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan
Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?”[2]
Kebenaran yang lain: tidak akan pernah bisa ada kesetaraan yang
sesungguhnya sampai semua kemungkinan eksploitasi satu kelas oleh kelas
yang lain telah benar-benar dihancurkan.
Kaum pengeksploitasi bisa dikalahkan dengan satu pukulan bila
pemberontakan berhasil di pusat, atau bila ada pemberontakan di dalam
angkatan bersenjata. Tetapi kecuali dalam kasus yang benar-benar unik dan
langka, kaum pengeksploitasi tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan.
Mustahil untuk menyita semua tuan tanah dan kapitalis di negeri yang besar
dengan sekaligus. Terlebih lagi, penyitaan saja, sebagai sebuah aksi legal atau
politik, tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan, karena kita
harus melengserkan para tuan tanah dan kapitalis secara konkret, kita
harus menggantikan manajemen pabrik dan pertanian mereka dengan
manajemen yang berbeda, manajemen buruh, secara konkret. Tidak bisa ada
kesetaraan antara pengeksploitasi – yang selama puluhan generasi kondisi
hidupnya lebih baik karena pendidikan, kekayaan, dan kebiasaan mereka – dan
yang dieksploitasi, yang mayoritas dari mereka bahkan di republik-republik
yang paling maju dan demokratik adalah kaum miskin yang terbelakang, tidak
terdidik, penakut, dan terpecah belah. Untuk waktu yang lama setelah revolusi,
kaum pengeksploitasi secara tak terelakkan masih akan memiliki sejumlah
keunggulan praktis yang besar: mereka masih punya uang (karena mustahil
untuk menghapus uang dengan sekaligus); mereka masih punya sejumlah
properti yang mudah dipindah-pindahkan – sering kali ini cukup besar; mereka
masih punya berbagai koneksi, kemampuan berorganisasi dan manajemen;
pengetahuan akan semua “rahasia” manajemen (metode-metode); pendidikan
yang lebih baik; koneksi yang dekat dengan teknisi-teknisi ulung (yang hidup
dan berpikir seperti kaum borjuasi); jauh lebih berpengalaman dalam seni
berperang (ini sangatlah penting), dan seterusnya.
Bila kaum pengeksploitasi dikalahkan hanya di satu negeri – dan ini tentunya
adalah tipikal, karena revolusi yang bersamaan di sejumlah negeri adalah
sebuah pengecualian yang langka – mereka masih akan tetap lebih
kuat daripada kaum tereksploitasi, karena koneksi internasional mereka
sangatlah besar. Semuarevolusi telah membuktikan bahwa satu lapisan dari
kaum tereksploitasi, yang datang dari petani menengah, artisan, dan kelompok-
kelompok serupa yang paling terbelakang, mendukung kaum pengeksploitasi.
Termasuk juga Komune (karena ada juga proletariat di antara tentara
Versailles, yang “dilupakan” oleh Kautsky).
Dalam situasi seperti ini, untuk berasumsi bahwa sebuah revolusi, yang
merupakan isu yang sangatlah penting dan serius, ditentukan oleh relasi antara
mayoritas dan minoritas adalah puncak dari kebodohan, prasangka yang paling
konyol dari seorang liberal, dan usaha untuk menipu rakyat dengan menutup-
nutupi dari mereka sebuah kebenaran historis yang telah terbukti. Kebenaran
historis ini adalah bahwa di setiap revolusi yang besar kaum pengeksploitasi,
yang selama bertahun-tahun masih akan memiliki sejumlah keunggulan praktis
yang penting, akan selalu mengobarkan perlawanan yang berkepanjangan,
keras-kepala, dan nekat. Tidak akan pernah – kecuali di dalam mimpi
sentimentil dari Kautsky, sang bodoh yang sentimentil – kaum pengeksploitasi
akan tunduk pada keputusan dari mayoritas yang tereksploitasi tanpa mencoba
menggunakan semua keunggulan mereka dalam sebuah pertempuran terakhir
yang nekat atau serangkaian pertempuran.
***
Perampasan hak pilih dari kaum pengeksploitasi adalah murni kasus Rusia,
dan ini bukan masalah kediktatoran proletariat secara umum. Bila saja Kautsky,
dengan mengesampingkan kemunafikannya, memberi judul
pamfletnya “Menentang Kaum Bolshevik”, judul ini akan sesuai dengan isi
pamfletnya, dan Kautsky akan dibenarkan dalam berbicara secara blak-blakan
mengenai hak pilih ini. Tetapi Kautsky ingin tampil terutama sebagai
“teoretikus”. Dia menyebut pamfletnya“Kediktatoran Proletariat” – secara
umum. Dia berbicara mengenai Soviet-soviet dan mengenai Rusia terutama
hanya di bagian kedua dari pamfletnya, di mulai dari paragraf keenam. Topik
yang ditelaahnya di bagian pertama (yang saya kutip)
adalah demokrasi dan kediktatoran secara umum. Dalam berbicara mengenai
hak pilih, Kautsky menampilkan dirinya sebagai seorang musuh
Bolshevik, yang sama sekali tidak peduli teori. Karena teori, yakni penalaran
mengenai fondasi kelas dari demokrasi dan kediktatoran secara umum (dan
bukan yang spesifik secara nasional), harus berbicara bukan mengenai
masalah yang spesifik, seperti hak pilih, tetapi mengenai pertanyaan yang
umum: apakah demokrasi dapat dipertahankan untuk kaum kaya, untuk kaum
pengeksploitasi di dalam periode sejarah di mana kekuasaan mereka
ditumbangkan dan negara mereka digantikan oleh negara kaum yang
tereksploitasi.
Kita tahu contoh Komune Paris. Kita tahu semua yang telah dikatakan oleh
para bapak Marxisme mengenai ini. Di atas basis materi-materi ini saya
memeriksa, misalnya, masalah demokrasi dan kediktatoran di dalam pamflet
saya, “Negara dan Revolusi” yang ditulis sebelum Revolusi Oktober. Saya
sama sekali tidak berbicara mengenai pembatasan hak suara. Dan sekarang
masalah pembatasan hak suara adalah masalah yang spesifik secara nasional,
dan bukan masalah kediktatoran secara umum. Dalam melakukan pendekatan
terhadap masalah pembatasan hak suara, kita harus mempelajari kondisi-
kondisi spesifik dari Revolusi Rusia dan alur perkembangannya yang spesifik.
Ini akan kita lakukan di bagian selanjutnya di pamflet ini. Akan tetapi, akan
menjadi sebuah kekeliruan kalau kita sejak awal menjamin bahwa revolusi-
revolusi yang akan datang di Eropa semuanya, atau mayoritas, akan disertai
dengan pembatasan hak suara kaum borjuasi. Mungkin saja demikian. Setelah
peperangan dan pengalaman Revolusi Rusia mungkin saja demikian;
tetapi pembatasan hak suara bukanlah hal yang niscaya di dalam kediktatoran,
ia bukanlah sesuatu yang diharuskan dari konsep logis “kediktatoran”. Ia sama
sekali bukan kondisi yang diharuskan di dalam konsep historis dan kelas
“kediktatoran”.
Kautsky berbicara mengenai apapun yang kau sukai, mengenai apapun yang
dapat diterima oleh kaum liberal dan kaum demokrat borjuis, dan tidak keluar
dari kerangka gagasan mereka. Tetapi dia tidak berbicara mengenai hal yang
terutama, yakni kenyataan bahwa kaum proletariat tidak dapat meraih
kemenangan tanpa mematahkan perlawanan kaum borjuasi, tanpa secara
paksa menekan musuh-musuh mereka. Di mana ada “penekanan secara
paksa”, di mana tidak ada “kebebasan”, maka tentunya tidak ada demokrasi.
***
[2] Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 639.
[3] Baca surat Engels untuk A. Bebel, 18-28 Maret, 1875 (Marx dan Engels, Selected
Correspondence, Moskow, 1955, hal. 357).
Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi
Negara
Sungguh tidak ada hal yang serius yang bisa diharapkan dari Kautsky setelah
“interpretasi” liberalnya terhadap ajaran-ajaran Marx mengenai kediktatoran.
Tetapi cara dia melakukan pendekatan terhadap masalah apa itu Soviet, dan
cara dia menjawab masalah ini sangatlah khas.
Lalu ini diikuti dengan sebuah penalaran mengenai pemogokan massa dan
“birokrasi serikat buruh” – yang juga dibutuhkan seperti serikat-serikat buruh –
yang “tidak berguna dalam memimpin pertempuran-pertempuran massa yang
besar, yang menjadi semakin sering terjadi ...”
“Tetapi, apakah kita punya hak untuk menuntut lebih dari Soviet? Kaum
Bolshevik, setelah Revolusi November (penanggalan baru, atau Revolusi
Oktober sesuai dengan penanggalan lama Rusia), bersama-sama dengan
kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mengamankan mayoritas di dalam Soviet
Perwakilan Buruh Rusia, dan setelah pembubaran Majelis Konstituante,
mereka memulai mentransformasi Soviet-soviet dari organisasi perjuangan
sebuah kelas menjadi organisasi negara. Mereka menghancurkan demokrasi
yang telah dimenangkan oleh rakyat Rusia pada Revolusi Maret (penanggalan
lama, atau Revolusi Februari sesuai dengan penanggalan lama Rusia).
Bersamaan dengan ini, kaum Bolshevik telah berhenti memanggil diri mereka
sendiri kaum Sosial-Demokrat. Mereka memanggil diri mereka Komunis.” (hal.
33., italik dari Kautsky)
Mereka-mereka yang mengenal literatur Menshevik Rusia akan segera
melihat bagaimana Kautsky secara menghamba mengkopi Martov[1],
Axelrod[2], Stein dan yang lainnya. Ya, “secara menghamba”, karena Kautsky
dengan seenaknya mendistorsi fakta-fakta demi mengekori prasangka-
prasangka Menshevik. Kautsky tidak ambil pusing, misalnya, untuk
menanyakan para informannya (Stein di Berlin, atau Axelrod di
Stockholm) kapan masalah penggantian nama Bolshevik menjadi Komunis
dan kapan masalah signifikansi Soviet sebagai organisasi negara pertama kali
dikemukakan. Bila saja Kautsky menanyakan pertanyaan sederhana ini, dia
tidak akan menulis baris-baris yang konyol ini, karena kedua masalah ini
dikemukakan oleh kaum Bolshevik pada April 1917, misalnya di “Tesis” 4 April
1917 saya, yakni jauh sebelum Revolusi Oktober 1917 (dan, tentu saja, jauh
sebelum pembubaran Majelis Konstituante pada 5 Januari 1918).
Tetapi argumen Kautsky yang telah saya kutip sepenuhnya mewakili inti dari
seluruh masalah mengenai Soviet. Intinya adalah: apakah Soviet harus
berusaha menjadi organisasi negara (pada April 1917, kaum Bolshevik
mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!” dan pada
Konferensi Partai Bolshevik yang diselenggarakan pada bulan yang sama
mereka menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan republik parlementer
borjuis, tetapi menuntut sebuah republik buruh dan tani seperti tipe Komune
Paris atau tipe Soviet); atau apakah Soviet tidak boleh berusaha untuk
mencapai ini, dan menahan diri dari merebut kekuasaan ke tangannya,
menahan diri dari menjadi organisasi negara dan tetap menjadi “organisasi
perjuangan” dari “sebuah kelas” (seperti yang diekspresikan oleh Martov, yang
dengan harapan lugunya menutup-nutupi kenyataan bahwa di bawah
kepemimpinan Menshevik Soviet adalah instrumen yang digunakan untuk
menundukkan kaum buruh di bawah borjuasi).
Negara tidak lain adalah mesin bagi satu kelas untuk menindas kelas yang
lainnya.
Oleh karenanya, kelas yang tereksploitasi, kaum pelopor dari semua rakyat
pekerja dan rakyat yang tereksploitasi di masyarakat modern, harus berusaha
bergerak ke “pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital dan
buruh”, tetapi tidak boleh menyentuh mesin negara yang digunakan oleh
kapital untuk menindas buruh! Mereka tidak boleh menghancurkan mesin
tersebut! Mereka tidak boleh menggunakan organisasinya yang sepenuhnya-
inklusif untuk menindas kaum pengeksploitasi!
Luar biasa, Tn. Kautsky, luar biasa! “Kita” mengakui perjuangan kelas –
seperti halnya semua kaum liberal mengakuinya, yakni tanpa penggulingan
kaum borjuasi ...
Kautsky menjadi bingung sendiri dan mengekspos dirinya sendiri. Dia sendiri
mengakui bahwa Eropa sedang bergerak ke arah pertempuran-pertempuran
menentukan antara kapital dan buruh, dan bahwa metode-metode perjuangan
ekonomi dan politik kelas proletariat yang lama sudah tidak memadai. Tetapi
metode-metode lama ini justru adalah penggunaan demokrasi borjuis. Oleh
karenanya ...?
... Oleh karenanya hanya seorang reaksioner, seorang musuh kelas buruh,
seorang kacung borjuasi, yang sekarang dapat memalingkan mukanya ke
masa lalu yang sudah usang, menghiasi demokrasi borjuis dan berkoar-koar
tentang demokrasi murni. Demokrasi borjuis dulunya progresif dibandingkan
dengan abad pertengahan, dan ia harus digunakan. Tetapi sekarang ia
sudah tidak lagi memadai bagi kelas buruh. Sekarang kita harus menatap ke
depan alih-alih ke belakang – untuk menggantikan demokrasi borjuis dengan
demokrasi proletariat. Dan sementara kerja persiapan untuk revolusi
proletariat, pembentukan dan pelatihan pasukan proletar adalah mungkin (dan
diperlukan) di dalam kerangka negara demokratik-borjuis, sekarang ketika kita
telah sampai pada tahapan “pertempuran menentukan”, untuk membatasi
proletariat ke dalam kerangka ini berarti mengkhianati perjuangan proletariat,
berarti menjadi seorang pengkhianat.
***
Dari sudut pandang politik praktis, gagasan bahwa Soviet diperlukan sebagai
organisasi perjuangan tetapi tidak boleh diubah menjadi organisasi negara
adalah jauh lebih absurd dibandingkan dari sudut pandang teori. Bahkan di
masa damai, ketika tidak ada situasi revolusioner, perjuangan massa buruh
dalam melawan kapitalis – misalnya, pemogokan massa – menimbulkan rasa
permusuhan yang besar di antara kedua belah pihak, menimbulkan semangat
yang menggebu-gebu di dalam perjuangan, di mana kaum borjuasi terus
bersikeras bahwa mereka masihlah “penguasa di rumah mereka sendiri:”, dsb.
Dan di masa revolusi, ketika kehidupan politik mencapai titik didih, sebuah
organisasi seperti Soviet, yang merangkul semua pekerja di semua cabang
industri, semua tentara, dan semua lapisan pekerja dan kaum miskin desa –
organisasi seperti ini, secara otomatis, seiring dengan perkembangan
perjuangan, oleh karena “logika” sederhana dari menyerang dan bertahan,
niscaya berbenturan dengan masalah ini secara langsung. Usaha untuk
mengambil posisi tengah dan untuk “mendamaikan” kelas proletariat dengan
kelas borjuasi adalah kebodohan yang teramat besar dan pasti menemui
kegagalan. Inilah yang terjadi di Rusia pada ceramah dari Martov dan kaum
Menshevik lainnya, dan ini akan terjadi di Jerman dan negeri-negeri lain bila
Soviet berhasil berkembang dalam skala yang luas, berhasil bersatu dan
menjadi kuat. Untuk mengatakan kepada Soviet: bertarunglah, tetapi jangan
rebut kekuasaan negara ke tanganmu, jangan menjadi organisasi negara – ini
sama dengan berceramah mengenai kolaborasi kelas dan “perdamaian sosial”
antara proletariat dan borjuasi. Sungguh tidak masuk akal untuk bahkan
berpikir bahwa di tengah perjuangan yang tajam posisi seperti ini tidak akan
berakhir pada kekalahan yang telak. Tetapi nasib Kautsky adalah untuk duduk
di antara dua kursi. Dia pura-pura tidak setuju secara teoritis dengan kaum
oportunis dalam semua hal, tetapi dalam praktek dia setuju dengan mereka
dalam semua hal yang esensial (yakni, dalam semua hal yang berkaitan
dengan revolusi).
Catatan
[1] Yuli Martov (1873-1923) adalah pemimpin Menshevik. Dia memulai karir politiknya
pada tahun 1895 bekerja bersama Lenin di Liga Perjuangan Untuk Emansipasi Kelas
Buruh di kota St Petersburg. Awalnya dia berkolaborasi dengan Lenin untuk mendirikan
Iskra namun pecah dengannya pada tahun 1903..
[2] Pavel Axelrod (1850-1928) adalah salah satu pendiri Kelompok Emansipasi Buruh.
Setelah Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokrasi Buruh pada 1903 dia bergabung
dengan Menshevik.
[3] Marx dan Engels, Manifesto of the Communist Party, Moskow, 1957, p. 85.
[4] Lenin merujuk pada Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Karl
Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962,Vol. 1, hal. 484)
Dia mengutip “Tesis Majelis Konstituante”, yang ditulis oleh saya dan
diterbitkan di koran Pravda pada 26 Desember 1917. Kita mungkin akan
berpikir bahwa dengan mengutip tulisan saya Kautsky telah melakukan
pendekatan yang serius terhadap masalah ini. Tetapi lihat bagaimana dia
mengutipnya. Dia tidak mengatakan bahwa ada 19 tesis; dia tidak mengatakan
bahwa tesis-tesis ini mendiskusikan relasi antara republik borjuis yang lazim
dengan Majelis Konstituante dan republik Soviet, dan juga sejarah perbedaan
di dalam revolusi kita antara Majelis Konstituante dengan kediktatoran
proletariat. Kautsky mengabaikan semua ini, dan hanya mengatakan kepada
para pembaca bahwa “kedua dari mereka (tesis-tesis ini) adalah cukup
penting”: yang satu menyatakan bahwa perpecahan di antara kaum Sosialis-
Revolusioner terjadi setelah pemilu Majelis Konstituante, tetapi sebelum
Majelis Konstituante ini bertemu (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah
tesis kelima); dan tesis yang satu lagi, bahwa republik Soviet secara umum
adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Majelis
Konstituante (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah tesis ketiga).
Hanya dari tesis ketiga ini Kautsky mengutip dengan setengah lengkap, yakni
baris-baris berikut ini:
“Republik Soviet bukan hanya sebuah tipe institusi demokrasi yang lebih
tinggi (dibandingkan dengan republik borjuis lazimnya yang dimahkotai oleh
Majelis Konstituante), tetapi juga adalah satu-satunya bentuk institusi
demokrasi yang dapat menjadi transisi yang paling tidak menyakitkan[1] ke
sosialisme.” (Kautsky menghapus kata “lazimnya” dan kata-kata pengantar dari
tesis tersebut: “Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk
kediktatoran proletariat”).
Setelah mengutip kata-kata ini, Kautsky, dengan ironi yang luar biasa,
menyatakan:
Inilah yang secara harfiah ditulis oleh Kautsky di halaman 31 dari bukunya!
Bagi semua orang yang tahu bahwa pada hari tibanya saya di Rusia pada 4
April 1917, saya di depan publik membaca tesis saya di mana saya
memproklamirkan superioritas tipe negara Komune Paris dibandingkan
republik parlementer borjuis. Setelah itu, saya berulang kali menyatakan ini di
koran. Misalnya, di sebuah pamflet mengenai partai-partai politik, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Januari 1918 di
koran Evening Post di New York.[2] Lebih dari itu, Konferensi Partai Bolshevik
pada akhir April 1917 mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan bahwa
republik proletariat dan tani adalah lebih superior dibandingkan dengan republik
parlementer borjuis, dan bahwa Partai kami tidak akan puas dengan yang
belakangan ini, dan bahwa Program Partai akan diubah sesuai dengan situasi.
Di hadapan fakta-fakta ini, nama apa yang bisa diberikan kepada muslihat
Kautsky untuk meyakinkan para pembaca Jermannya bahwa saya telah
dengan menggebu-gebu menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante,
dan bahwa saya mulai “mengecilkan” martabat dan kehormatan Majelis
Konstituante hanya setelah kaum Bolshevik menemui dirinya sebagai minoritas
di dalamnya? Bagaimana seorang bisa memaafkan muslihat seperti ini?[3] Apa
kita bisa mengatakan bahwa Kautsky tidak mengetahui fakta-fakta yang ada?
Bila demikian, mengapa dia menulis mengenai topik ini? Atau mengapa dia
tidak secara jujur mengumumkan bahwa dia menulis berdasarkan informasi
yang disediakan oleh kaum Menshevik seperti Stein, Axelrod, dan yang
lainnya? Dengan berpura-pura objektif, Kautsky ingin menyembunyikan
perannya sebagai pelayan Menshevik, yang sakit hati karena mereka telah
dikalahkan.
Mari kita berasumsi bahwa Kautsky tidak dapat (?) memperoleh dari para
informannya terjemahan resolusi-resolusi dan pernyataan-pernyataan
Bolshevik mengenai masalah apakah kaum Bolshevik akan merasa puas atau
tidak dengan republik parlementer demokratik borjuis. Mari kita asumsikan ini,
walaupun ini adalah asumsi yang luar biasa. Tetapi Kautsky secara langsung
menyebut tesis saya pada 26 Desember 1917, di halaman 30 dari bukunya.
Apa dia tidak tahu tesis ini dalam bentuknya yang lengkap, atau dia hanya
tahu dari apa yang diterjemahkan untuknya oleh Stein, Axelrod, dkk? Kautsky
mengutip tesis ketiga mengenai masalah fundamental apakah kaum
Bolshevik, sebelum pemilu Majelis Konstituante, menyadari bahwa republik
Soviet adalah lebih superior dibandingkan dengan republik borjuis, dan apakah
mereka memberitahu rakyat mengenai ini. Tetapi dia tetap bungkam mengenai
tesis kedua.
Ini adalah metode yang dangkal, buruk, dan memuakkan! Inilah bagaimana
caranya dia menghindari masalah teori!
(Dalam hal ini juga, Kautsky hanya mengekor kaum Menshevik Rusia. Di
antara kaum Menshevik Rusia, banyak yang tahu “semua kutipan” dari Marx
dan Engels. Namun tidak ada satu pun kaum Menshevik, dari April sampai
Oktober 1917 dan dari Oktober 1917 sampai Oktober 1918, yang
berusaha sekalipun untuk memeriksa masalah mengenai tipe negara Komune
Paris. Plekhanov juga menghindari masalah ini. Pada kenyataannya dia harus
menghindari ini.)
Kautsky sang sejarawan tidak mampu melihat ini. Kautsky sang sejarawan
tidak pernah mendengar bahwa hak pilih universal kadang-kadang
menghasilkan parlemen yang borjuis-kecil, kadang-kadang parlemen yang
reaksioner dan kontra-revolusioner. Kautsky sang sejarawan Marxis tidak
pernah mendengar bahwa bentuk pemilu, bentuk demokrasi, adalah satu hal,
dan karakter kelas dari sebuah institusi adalah satu hal lain. Masalah karakter
kelas dari Majelis Konstituante secara langsung diajukan dan dijawab di dalam
tesis saya. Mungkin jawaban saya keliru. Kami akan sangat menerima kritik
Marxis dari orang luar terhadap analisa kami. Alih-alih menulis baris-baris yang
sangat konyol (yang banyak sekali di dalam buku Kautsky) mengenai
pelarangan kritik terhadap Bolshevisme, dia mestinya membuat kritik itu
sendiri. Tetapi dia tidak menawarkan kritik sama sekali. Dia bahkan
tidak mengungkit masalah analisa kelas Soviet di satu pihak, dan analisa kelas
Majelis Konstituante di lain pihak. Oleh karenanya mustahil untuk berargumen,
untuk berdebat dengan Kautsky. Yang bisa kita lakukan
hanyamendemonstrasikan kepada para pembaca mengapa Kautsky adalah
seorang pengkhianat dan tidak bisa lain.
Catatan
[1] Kautsky jelas-jelas mencoba untuk menjadi ironis, dengan berkali-kali mengutip
ekspresi transisi yang “paling tidak menyakitkan”; tetapi di beberapa halaman berikutnya
dia melakukan pemalsuan dan mengutipnya menjadi transisi yang “tidak menyakitkan”!
Tentu saja, dengan cara seperti ini sangatlah mudah untuk menaruh kekonyolan apapun
ke dalam mulut seorang musuh. Pemalsuan ini juga membantu dia untuk menghindari
inti dari argumen ini, yakni bahwa transisi yang paling tidak menyakitkan ke sosialisme
hanyalah mungkin bila semua kaum miskin terorganisir (ke dalam Soviet-soviet) dan
ketika pusat dari kekuasaan negara (proletar) membantu mereka untuk terorganisir. –
Catatan Lenin
[2] Pamflet Lenin “Political Parties in Russia and The Tasks of the
Proletariat” diterbitkan oleh The Evening Post pada 15 Januari, 1918, dan oleh The Class
Struggle, organ sayap kiri dari Partai Sosialis Amerika, di edisi nomor 4 untuk bulan
November-Desember 1917. Ini juga diterbitkan sebagai edisi terpisah.
The Evening Post adalah koran borjuis yang diterbitkan di New York dari tahun 1801
(dari 1801 hingga 1832 koran ini bernama The New York Evening Post). Selama
bertahun-tahun, koran ini mengikuti kebijakan liberal. Setelah Revolusi Oktober, koran ini
menerbitkan perjanjian-perjanjian rahasia yang disetujui antara pihak Sekutu dan
pemerintahan Tsar. Setelah itu, koran ini menjadi corong suara kaum imperialis yang
paling reaksioner. Sekarang koran ini bernama The New York Post.
[3] Juga ada banyak kebohongan Menshevik seperti ini di dalam pamflet Kautsky! Ini
adalah cercaan yang ditulis oleh seorang Menshevik yang sakit hati.
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari kaum
borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan di Rusia,
kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah mengedepankan
slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun sebelumnya
mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek
kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun;
ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja, Kautsky
sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk memahami bahwa
bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi dengan borjuasi) masih
menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan diri mereka dari Soviet-
soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya, dan menentangnya dan
berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa konstitusi apapun dan eksis tanpa
konstitusi lebih dari satu tahun (dari musim semi 1917 sampai musim panas
1918). Kemurkaan kaum borjuasi terhadap organisasi independen dan
mahakuasa (karena organisasi ini inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan
yang kotor, tak-berprinsip dan egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi
terhadap Soviet, dan terakhir, partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum
Sosialis-Revolusioner Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam
pemberontakan Kornilov[1] -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan
kaum borjuasi dari Soviet-soviet.
“... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas di bawah
pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir mereka.” (hal.
33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah menyaksikan banyak
kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui dengan sangat baik
dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan kapitalis yang tunduk
pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky yang cerdik menganjurkan
“oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya, inilah yang dia katakan: “oposisi”
(hal. 34 dan halaman-halaman lainnya).
Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah sebuah
konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang damai,
yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada revolusi.
Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam perang sipil;
dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis kecil yang
gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang akan
mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang kejam
dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan kejahatan
apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-perjanjian mereka
dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang yang tidak
memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol[2] --- ketika bangsa-
bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan revolusi,
adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat revolusioner harus
mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang penasihat yang kacau
balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang mengorganisir
pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov, Krasnov, dan
Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot, sebagai “oposisi”
legal. Oh, sungguh bijaksana!
Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah yang
sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi Soviet,
kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya
reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis yang
hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang pemilik
properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti Jerman, di
mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik Soviet akan
merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman, bersama
dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor besar –
pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di kelompok
pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh karenanya, sebuah
partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-upahan, tetapi hanya
minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal. 33)
Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah dari
saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan
imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka
sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-
injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi
politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah
negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan perang
sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip
fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis, semua
lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai
“ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini, buruh
dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka? Bagaimana
mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai keadilan tanpa
nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para komentator borjuis,
dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang bijaksana?
Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat sendiri
yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky, sang
“demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini:
“... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat menentukan
prosedur pemilu sekehendak hati mereka. Kesewenang-wenangan dan
peluang untuk menyingkirkan oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan
proletariat oleh karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37)
Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan yang
dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja yang
menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat pemogokan?
Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan prosedur pemilu
di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah kesewenang-
wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah bangkit untuk
melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan tertempa di dalam
perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga dibandingkan dengan rasa
keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan pengacara yang dididik di
dalam prasangka-prasangka borjuis?
Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov[3] kita yang
paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14 Juni 1918,
Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk
mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan
Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini
tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan
yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun mengenai
imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu, tetapi partai-
partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37)
Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni yang
tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat oleh
Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia, harus
pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov[4] dkk., para
Lieberdan[5], pada Potresov (“aktivis”[6]) dkk. Lalu merancang hukum-hukum
pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-
revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau
Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang
dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita
diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”, mengeluarkan
“orang-orang tertentu” dari Soviet. Orang-orang Ceko, yang mendapat uang
oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi) dari para Savinkov,
Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang mendapat amunisi dari
Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis, akan duduk diam menunggu
sampai kita siap dengan hukum pidana yang sempurna, dan seperti kaum
demokrat paling murni, mereka akan membatasi diri mereka ke dalam peran
seorang “oposisi”...
Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi Soviet
merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan dengan
tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang majikan
kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis Kautsky “mungkin
hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia tidak dapat memilih.” (hal.
36)
Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam bentuk
“majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan yang
hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang jahat
menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky katakan,
benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat menerima masuk
seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia bukan seorang
pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada pengetahuan dari
kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam pertemuan pabrik
bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)? Bukankah lebih baik
memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi, kepada semua orang
yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada mengambil risiko merampas
hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para majikan kecil yang hidup dan
merasa seperti seorang proletar”?
***
***
Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky dengan pahit
mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut Bolshevisme sebagai teori
baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx dan Engels mengenai Komune
Paris) punya pendukung bahkan di negeri-negeri demokrasi tua seperti Swiss
misalnya.” “Sungguh tak dapat dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini
dapat diadopsi oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman.”
Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran serius
mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan orang-
orang seperti Scheidemann dan Kautsky.
Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan akan
katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami dan akan
bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky akan
tersapu ke dalam kubangan pengkhianat.
Catatan
[2] Pethruska adalah seorang hamba di novel “The Dead Souls” karya Gogol. Dia
hanya dapat membaca suku kata dan sangat menyukai membaca, namun tidak pernah
berhenti sejenak untuk memikirkan isi dari buku yang dia baca.
[3] Ini merujuk pada karakter Judas Golovlyov, seorang tuan tanah feodal yang munafik
dan pura-pura suci di novel “The Golovlyov Family” oleh Saltykov-Shchedrin.
[4] Boris Savinkov (1879-1925) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosialis-
Revolusioner. Pada 1917, dia menjabat sebagai asisten Menteri Peperangan dari
Pemerintahan Provisional. Dia lalu dipecat dari Partai Sosialis-Revolusioner karena
keterlibatannya dalam usaha kudeta Jenderal Kornilov pada September 1917. Setelah
Revolusi Oktober meledak, Savinkov mengorganisir sejumlah pemberontakan bersenjata
melawan Bolshevik. Pada 1920 dia mengasing ke Prancis di mana dia terus
mengorganisir usaha kontra-revolusi terhadap Soviet. Pada 1924 dia ditangkap di Rusia
ketika sedang mencoba menghubungi mata-mata. Dia lalu mati di penjara pada 1925.
[6] Lieberdan adalah julukan untuk dua pemimpin Menshevik, Lieber dan Dan, dan
para pendukung mereka.
[8] Saya baru saja membaca sebuah artikel utama di koran Frankfurter Zeitung (No.
293, 22 Oktober 1918), yang secara antusias memberikan ringkasan dari pamflet
Kautsky. Koran bursa saham ini merasa puas. Dan tidak mengherankan! Dan seorang
kamerad menulis kepada saya dari Berlin bahwa koran Vorwärts,yakni korannya para
pendukung Scheidemann, telah menyatakan di sebuah artikel khusus bahwa mereka
setuju dengan setiap baris yang ditulis oleh Kautsky. Sungguh ucapan selamat yang
hangat! – Lenin
Apa itu Internasionalisme?
Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan dengan
menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan dengan
menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan terhadap
rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis kecil dalam
membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke kereta perang
imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat borjuis-kecil, kebijakan
yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba membuat rakyat percaya)
bahwa mengedepankan sebuah slogan akan mengubah posisi mereka yang
sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum
demokrat borjuis selalu mengedepankan segala macam “slogan” untuk menipu
rakyat. Yang terpenting adalahmenguji ketulusan mereka, untuk
membandingkan kata-kata mereka dengan tindakan-tindakan mereka, dan
tidak menjadi puas dengan frase-frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi
berpijak pada realitas kelas. Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi
imperialis ketika para penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-
slogan “sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang
imperialis ini, dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan
tali) ekonomi, benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang
benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk
keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis yang
predatoris.
Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi, atau akan
pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan bersenjata.
Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama yang paling
tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat, yang
mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan memperkuat
di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital. Kontra-revolusi
tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa menoleransi keberadaan
rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis, di setiap revolusi kaum
buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh karenanya, pelucutan buruh
adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang ada di pucuk kepemimpinan
negara.”[3] Buruh yang bersenjata adalah embrio dari sebuah angkatan
bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah tatanan sosial yang
baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah menghancurkan nukleus ini
dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari setiap revolusi yang menang,
seperti yang ditekankan berulang kali oleh Marx dan Engels, adalah untuk
menghancurkan angkatan bersenjata yang lama, membubarkannya, dan
menggantikannya dengan angkatan bersenjata yang baru.[4] Sebuah kelas
sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk kekuasaan, tidak akan pernah bisa
merebut kekuasaan dan mempertahankannya tanpa membubarkan
sepenuhnya angkatan bersenjata yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum
filistin reaksioner yang penakut mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode
yang paling sulit dan menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata
(Revolusi Prancis juga melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan
membangun, di tengah peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan
bersenjata yang baru, sebuah kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer
yang baru dari kelas yang baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan
memahami ini. Sekarang, Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini.
Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai “kaum
sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di revolusi
Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam kabinetnya,
kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky tidak dapat
menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan pertanyaan kelas
penguasa mana yang sedang mengobarkan perang imperialis ini. Tetapi
Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas penguasa ini, sebuah
pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis, karena hanya dengan
mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat akan terekspos.
Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di bawah
rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai seorang
sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh musuh”, dia
berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti seorang
internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi seperti
seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan perjuangan
kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini mengabaikan
pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang kaum borjuasi
dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini mengabaikan
internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang buruk dan sempit.
Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini – inilah argumennya,
dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini sama seperti argumen
kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang individu, di mana
seorang berargumen bahwa sosialisme menentang kekerasan dan oleh
karenanya saya lebih memilih menjadi seorang pengkhianat daripada
dipenjara.
Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak terdidik
berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.: “Musuh
telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.”[5]
“Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini akan menjadi
titik awal dari revolusi Eropa secara umum, bahwa inisiatif berani dari Rusia
akan mendorong kaum proletariat Eropa untuk bangkit.
“Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya bila
asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan
revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah?
“Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar Eropa
sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi Rusia. Ini
adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak diketahui
namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku dan
tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28)
Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan Bebel
telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang sebelumnya
mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan taktik-taktik
mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu” (hal. 29),
sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya pada satu
kartu, pada revolusi Eropa”.
Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada revolusi
Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa taktik
proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan ketika
tidak ada situasi revolusioner.
Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak mampu
mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah memberikan
jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang diciptakan di mana-
mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-fakta politik juga
menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses perpecahan telah terjadi
di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama yang telah membusuk,
sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke kiri menjauhi para
pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-gagasan revolusioner dan
pemimpin-pemimpin revolusioner.
Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik revolusioner
ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi seorang
pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang wajib
diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang borjuis
kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang tak
berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau
belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner! Tetapi,
kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang sekarang
kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang telah
menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner!
Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-orang
tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham siapa yang
melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut. Namun pada
kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan tersebut
dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai Komunis
Jerman – Ed.), oleh Liebknecht[6] dan kawan-kawannya. Tuduhan ini
mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum proletariat
Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia mencekik
Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama dilemparkan,
bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para pemimpin,
seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagaldalam tugas mereka untuk
melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner, kerja revolusioner di
antara massa untuk menggerakkan mereka. Para pemimpin ini pada
kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi revolusioner yang selalu
bersinar di dalam benak massa kelas tertindas. Para Scheidemann secara
terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi kepentingan pribadi mereka
mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke sisi borjuasi. Kautsky dan para
pendukung Longuet melakukan hal yang sama, hanya saja dengan ragu-ragu
dan tersendat-sendat, dan seperti pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih
kuat pada saat itu. Di semua tulisan-tulisannya selama perang Kautsky
mencoba memadamkan semangat revolusioner, dan bukannya
mengembangkannya dan membuatnya lebih besar.
Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa memahami
taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah menyangkal revolusi
secara umum diharapkan untuk mengkaji dan mempertimbangkan kondisi-
kondisi perkembangan revolusi di salah satu kasus yang paling “sulit”?
[1] Konferensi Zimmerwald adalah konferensi yang diselenggarakan oleh kaum sosial-
demokrat yang tidak mendukung Perang Dunia Pertama. Konferensi ini diselenggarakan
dari 5 sampai 8 September 1915 di Zimmerwald, Swiss.
[2] Zimmerwald Kiri terdiri dari delegasi-delegasi dari Komite Pusat Partai Buruh Sosial
Demokrat Rusia, Sosial-Demokrat Kiri Swedia, Norwegia, Swiss dan Jerman, Sosial-
Demokrat Oposisi Polandia, dan sejumlah Sosial-Demokrat dari daerah Latvian. Dipimpin
oleh Lenin, kelompok Zimmerwald Kiri memimpin polemik melawan mayoritas Sentris di
Konferensi Zimmerwald dan mendorong resolusi-resolusi untuk mengutuk Perang Dunia
Pertama, dan mengekspos pengkhianatan kaum sovinis-sosial, dan menyerukan
perlunya melakukan perjuangan yang aktif melawan perang ini. Draf-draf resolusi ini
ditolak oleh mayoritas Sentris.
Akan tetapi, kelompok Zimmerwald Kiri berhasil memasukkan sejumlah poin penting
dari draf resolusinya ke dalam manifesto yang diadopsi oleh Konferensi. Menganggap
bahwa manifesto ini adalah langkah pertama dalam perjuangan melawan Perang Dunia
I, kelompok Zimmerwald Kiri mendukungnya. Mereka juga menerbitkan pernyataan yang
menjelaskan kekurangan dan ketidak-konsistenan dari manifesto tersebut dan mengapa
mereka mendukungnya. Mereka menyatakan bahwa walaupun mereka tetap akan
berada di dalam organisasi Zimmerwald, mereka tetap akan menyebarkan gagasan-
gagasan mereka dan bekerja secara independen dalam skala internasional. Kelompok
Zimmerwald Kiri memilih badan eksekutif: Lenin, Zinoviev, dan Radek. Mereka
menerbitkan sebuah koran bernamaVorbote di Jerman, yang menerbitkan sejumlah
artikel Lenin. Kaum Bolshevik memimpin kelompok ini. Zimmerwald Kiri segera menjadi
pusat persatuan dari elemen-elemen internasionalis dari Sosial Demokrasi sedunia.
Kaum Sosial-Demokrat di berbagai negeri yang tergabung dalam Zimmerwald Kiri
melakukan kerja revolusioner dan memainkan peran penting dalam pembentukan partai-
partai Komunis di negeri mereka.
[3] Lenin mengutip dari Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Marx
(Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 475).
[4] Karl Marx, Perang Sipil di Prancis (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow,
1962, Vol. I, hal. 518-19).
[5] Leo Tolstoy (1828-1910) adalah seorang novelis Rusia terkemuka yang terkenal
dengan novelnya “Anna Karenina” dan “Perang dan Perdamaian”. Dia adalah seorang
Kristen anarkis dan anarko-pasifis, dan pendukung gagasan perjuangan damai tanpa
kekerasan.
[7] Karl Liebknecht (1871-1919) adalah pemimpin Marxis Jerman dan salah satu
pendiri Partai Komunis Jerman. Dia adalah rekan dekat Rosa Luxemburg yang setia
melawan revisionisme dan reformisme di dalam gerakan buruh Jerman. Bersama dengan
Rosa, dia diculik pada tanggal 15 Januari 1919 dan dibunuh dengan kejam oleh kekuatan
reaksi di Jerman yang dibantu oleh para pemimpin sosial demokrasi Jerman.
Revolusi Rusia adalah revolusi borjuis. Ini yang dikatakan oleh semua kaum
Marxis Rusia sebelum 1905. Kaum Menshevik, yang menggantikan Marxisme
dengan liberalisme, menarik kesimpulan berikut: oleh karenanya kelas
proletariat tidak boleh bergerak melebihi apa yang dapat diterima oleh kelas
borjuasi dan harus melaksanakan kebijakan kompromi dengan mereka. Kaum
Bolshevik mengatakan bahwa ini adalah teori borjuis-liberal. Kaum borjuasi
sedang mencoba melakukan reforma terhadap pemerintahan di atas garis
borjuis dan reformis, bukan di atas garis revolusioner. Pada saat yang sama
mereka ingin mempertahankan sebisa mungkin sistem monarki, sistem feodal,
dsb. Kaum proletariat harus melaksanakan revolusi borjuis demokratik sampai
ke garis akhir, dan tidak boleh membiarkan dirinya “terikat” oleh reformisme
borjuasi. Kaum Bolshevik merumuskan perimbangan kekuatan-
kekuatan kelas di dalam revolusi borjuis ini sebagai berikut: kaum proletar,
memenangkan kaum tani ke sisinya, akan menetralisir kaum borjuasi dan
sepenuhnya menghancurkan sistem monarki, medievalisme, dan sistem
feodal.
Aliansi antara kaum proletar dan tani ini secara umum mengungkapkan
karakter borjuis dari revolusi Rusia, karena kaum tani secara umum adalah
produsen kecil yang eksis di atas basis produksi komoditas. Terlebih lagi, kaum
Bolshevik kemudian menambahkan, proletariat akan memenangkan seluruh
elemen semi-proletariat (semua rakyat pekerja dan tertindas), akan
menetralisir kaum tani menengah dan menumbangkan kaum borjuasi; ini akan
menjadi revolusi sosialis, yang berbeda dari revolusi borjuis demokratik. (Baca
pamflet saya, “Dua Taktik”, yang diterbitkan pada 1905 dan dicetak ulang
di “Dua Belas Tahun”, St. Petersburg, 1907)
Kautsky terlibat secara tidak langsung dalam polemik ini pada 1905, ketika
dia menjawab sebuah pertanyaan dari Plekhanov, yang saat itu sudah menjadi
Menshevik, dan dia mengeluarkan sebuah opini yang menentang Plekhanov.
Karena opini Kautsky ini, pers Bolshevik mencibir Plekhanov pada saat itu.
Tetapi sekarang Kautsky tidak mengucapkan satu kata pun mengenai polemik
pada saat itu (karena dia takut terekspos oleh pernyataannya sendiri!), dan oleh
karenanya dia membuat mustahil bagi para pembaca Jerman untuk memahami
inti dari permasalahan ini. Tn. Kautsky tidak dapat mengatakan kepada para
buruh Jerman pada tahun 1918 kalau 13 tahun yang lalu dia mendukung aliansi
buruh dengan kaum tani, dan bukan dengan kaum borjuis liberal, dan apa
syarat-syarat untuk aliansi ini, dan apa program yang dia rumuskan untuk
aliansi ini.
Sebelum kita bergerak ke “argumen” utama dan isi utama dari “analisa
ekonomi”nya Kautsky, mari kita periksa baris-baris awal Kautsky yang
mengungkapkan kebingungan dan kedangkalan dalam berpikir.
Merasa bangga karena argumennya yang begitu dalam dan pintar, Kautsky
mencoba untuk membuat lelucon dan mengatakan: “Tampaknya pencapaian
yang paling mudah dari sosialisme akan paling terjamin kalau ini diletakkan di
tangan kaum tani.” (hal. 35)
Dengan sangat terperinci, dan mengutip sejumlah kutipan yang sangat pintar
dari Maslov yang semi-liberal, teoretikus kita mencoba membuktikan sebuah
gagasan baru bahwa kaum tani tertarik pada harga gandum yang tinggi, upah
rendah untuk kaum pekerja kota, dsb., dsb. Semakin Kautsky mengulang-
ulang gagasan-gagasan baru ini, semakin sedikit perhatian yang dia berikan
pada situasi-situasi baru yang muncul setelah peperangan. Contohnya, kaum
tani tidak menginginkan uang untuk gandum mereka, tetapi mereka
menginginkan komoditas, dan bahwa kaum tani tidak punya cukup alat-alat
pertanian, yang tidak dapat mereka peroleh dengan cukup biarpun mereka
punya uang. Kita akan kembali lagi ke topik ini.
Teoretikus kita lebih memilih untuk diam seribu bahasa dalam hal ini, karena
ada pepatah yang mengatakan: “Bicara itu perak, diam itu emas.” Tetapi dia
mengekspos dirinya dengan argumen berikut ini:
“Pada masa awal Republik Soviet, soviet-soviet tani adalah organisasi kaum
tani secara umum. Sekarang Republik ini memproklamirkan bahwa Soviet-
soviet adalah organisasi proletariat dan kaum tani miskin. Kaum tani yang kaya
dirampas hak suaranya di dalam pemilu Soviet-soviet. Kaum tani miskin diakui
sebagai produk permanen dan massa dari reforma agraria sosialis di bawah
‘kediktatoran proletariat’.” (hal. 48)
Sungguh sebuah ironi yang menakjubkan! Ironi yang hanya dapat didengar
dari kaum borjuasi. Mereka semua mencemooh dan mengejek Republik Soviet
yang secara terbuka mengakui keberadaan kaum tani miskin. Mereka mencibir
sosialisme. Ini hak mereka. Tetapi seorang “sosialis” yang mencemooh
kenyataan bahwa setelah empat tahun peperangan yang paling
menghancurkan masih ada (dan masih akan ada untuk waktu yang lama) kaum
tani miskin di Rusia – seorang “sosialis” macam ini hanya dapat lahir dari
pengkhianatan yang sepenuhnya.
Dan lagi:
“... Republik Soviet mengganggu relasi-relasi antara kaum tani kaya dan
miskin, tetapi tidak dengan mendistribusi ulang tanah. Untuk mengatasi
kekurangan roti di kota-kota, detasemen-detasemen buruh bersenjata dikirim
ke pedesaan untuk merampas stok-stok surplus gandum milik kaum tani kaya.
Sebagian dari stok tersebut diberikan kepada penduduk kota, sebagai lagi
kepada kaum tani yang lebih miskin.” (hal. 48)
Tentu saja, Kautsky sang sosialis dan sang Marxis sangatlah geram ketika
kebijakan seperti ini diperluas melampaui batas-batas kota-kota besar (dan kita
telah memperluasnya ke seluruh negeri). Dengan nada yang sangat dingin
(atau keras kepala), Kautsky sang sosialis dan sang Marxis berceramah: “Ini
[penyitaan terhadap kaum tani kaya] memperkenalkan elemen ketidakstabilan
dan perang sipil yang baru ke dalam proses produksi” ... (perang sipil
diperkenalkan ke dalam “proses produksi) – sungguh sesuatu yang
supernatural)... “yang sangat membutuhkan kedamaian dan keamanan untuk
bisa pulih” (hal. 49)
Ya, tentu saja, Kautsky sang Marxis dan sang sosialis menghela napas dan
meneteskan air mata untuk kedamaian dan keamanan bagi para
pengeksploitasi dan pengeruk-laba yang menimbun stok surplus mereka,
menyabotase hukum monopoli gandum, dan membuat penduduk kota
kelaparan. “Kami semua adalah kaum sosialis dan Marxis dan internasionalis,”
nyanyi para Kautsky, Heinrich Weber (Wina), Longuet (Paris), MacDonald
(London), dan yang lainnya. “Kami semua mendukung revolusi kelas buruh.
Hanya saja ... hanya saja kami menginginkan sebuah revolusi yang tidak
mengganggu kedamaian dan keamanan para penimbun gandum! Dan kami
menutupi penghambaan pada kapitalis ini dengan sebuah referensi ‘Marxis’
mengenai ‘proses produksi’ ...” Bila ini adalah Marxisme, lantas apa itu
penghambaan pada borjuasi?
Mari kita periksa kesimpulan dari teoretikus kita ini. Dia menuduh kaum
Bolshevik telah menyajikan kediktatoran kaum tani sebagai kediktatoran
proletariat. Tetapi pada saat yang sama dia menuduh kami telah
memperkenalkan perang sipil ke daerah-daerah pedesaan, telah mengirim
detasemen-detasemen buruh bersenjata ke desa-desa, yang secara publik
memproklamirkan bahwa mereka sedang mengimplementasikan “kediktatoran
buruh dan tani miskin”, membantu tani miskin dan menyita stok gandum para
peraup laba dan kaum tani kaya yang mereka timbun, yang melanggar hukum
monopoli gandum.
Di satu pihak, teoretikus Marxis kita mendukung demokrasi murni, dalam kata
lain dia mendukung tunduknya kelas revolusioner, pemimpin rakyat pekerja
dan tertindas, kepada mayoritas populasi (oleh karenanya termasuk para
pengeksploitasi). Di lain pihak, sebagai sebuah argumen
untuk menentang kami, dia menjelaskan bahwa revolusi Rusia haruslah
berkarakter borjuis, karena kehidupan kaum tani secara keseluruhan adalah
berdasarkan relasi-relasi sosial borjuis – dan pada saat yang sama dia berpura-
pura menjunjung sudut pandang proletariat, kelas, dan Marxis.
Alih-alih “analisa ekonomi”, kita dapati tambal sulam yang teramat buruk.
Alih-alih Marxisme, kita dapati fragmen-fragmen doktrin liberal dan dakwah
untuk tunduk pada kaum borjuasi dan kaum kulak (tani kaya).
Akan tetapi, sejak April 1917, jauh sebelum Revolusi Oktober, yakni jauh hari
sebelum kami merebut kekuasaan, secara publik kami menyatakan dan
menjelaskan kepada rakyat: revolusi kita sekarang tidak bisa berhenti pada
tahapan ini, karena bangsa ini telah melangkah maju, kapitalis telah bergerak
maju, kehancuran telah mencapai dimensi yang luar biasa, yang (suka atau
tidak) menuntut langkah-langkah maju, menuju sosialisme. Karena tidak
ada jalan lain untuk maju, untuk menyelamatkan bangsa yang porak-poranda
karena perang ini dan meringankan penderitaan rakyat pekerja dan tertindas.
Soviet merepresentasikan bentuk dan tipe demokrasi yang jauh lebih tinggi
karena, dengan menyatukan dan menarik massa buruh dan tani ke kehidupan
politik, ia menjadi sebuah barometer pertumbuhan dan perkembangan
kedewasaan politik dan kelas dari rakyat yang paling sensitif, yang paling dekat
dengan “rakyat” (seperti yang dikatakan Marx pada 1871 mengenai revolusi
rakyat yang sesungguhnya[2]). Konstitusi Soviet tidak ditulis berdasarkan
semacam “rencana”; ia tidak dirancang di ruang studi, dan tidak disajikan
kepada rakyat pekerja oleh para pengacara borjuasi. Tidak, Konstitusi
ini tumbuh di dalam alur perkembanganperjuangan kelas seiring dengan
matangnya antagonisme kelas. Kautsky sendiri mengakui ini.
Proses ini berlangsung pada musim panas dan gugur 1918. Pemberontakan
kontra-revolusioner di Ceko membangkitkan kaum kulak. Gelombang
pemberontakan kaum kulak menyapu seluruh Rusia. Kaum tani miskin belajar,
bukan dari buku-buku atau koran-koran, tetapi dari kehidupan itu sendiri,
bahwa kepentingan mereka bertentangan sepenuhnya dengan kepentingan
kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi pedesaan. Seperti semua partai
borjuis-kecil, “Partai Sosialis-Revolusioner Kiri” merefleksikan kebimbangan
rakyat, dan pada musim panas 1918 partai ini pecah. Satu seksi bergabung
dengan kekuatan kontra-revolusi Ceko (pemberontakan di Moskow, ketika
Proshyan, setelah merebut Kantor Telegraf selama satu jam! – menyiarkan
bahwa kaum Bolshevik telah ditumbangkan; kemudian pengkhianatan
Muravyov[3], Pemimpin angkatan bersenjata yang sedang memerangi Ceko,
dsb.), sementara seksi yang lainnya, yang telah disebut di atas, tetap bersama
Bolshevik.
Para tuan tanah dan borjuasi yang lama, dan bahkan negeri republik-
demokratik, mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen
bersenjata yang ada di bawah komando borjuasi. Tn. Kautsky tidak mengetahui
ini! Dia tidak menganggap ini “kediktatoran borjuasi”. Ini adalah “demokrasi
murni”, terutama bila disahkan oleh parlemen borjuasi! Kautsky juga tidak
“mendengar” bahwa pada musim panas dan gugur tahun 1917, Avksentyev dan
S. Maslov, bersama dengan para Kerensky, Tsereteli dan kaum Sosialis-
Revolusioner dan Menshevik lainnya, menangkap para anggota Komite-Komite
Tanah; dia tidak mengucapkan satu kata pun mengenai ini!
Tetapi negara tipe Komune Paris, yakni negara Soviet, secara terbuka dan
jujur mengatakan kebenaran kepada rakyat dan menyatakan bahwa ia adalah
kediktatoran proletariat dan tani miskin; dan dengan kebenaran ini ia
memenangkan ke sisinya jutaan dan jutaan rakyat yang tertindas di republik
demokratis manapun, tetapi yang sekarang terdorong oleh Soviet ke dalam
kehidupan politik, ke dalam demokrasi, ke dalam administrasi negara. Republik
Soviet mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen buruh
bersenjata, terutama buruh yang lebih maju, dari kota-kota besar. Buruh-buruh
ini membawa sosialisme ke pedesaan, memenangkan ke sisi mereka kaum
miskin, mengorganisir mereka dan mencerahkan mereka, dan membantu
mereka melawan resistensi kaum borjuasi.
Semua yang paham akan situasi ini dan telah pergi ke daerah-daerah
pedesaan menyatakan bahwa baru sekarang, pada musim panas dan gugur
1918, daerah-daerah pedesaan ini melalui Revolusi “Oktober” (dalam kata lain,
Revolusi Proletarian). Semua mulai berubah. Gelombang pemberontakan
kulak digantikan dengan kebangkitan kaum tani miskin dan tumbuhnya
“Komite-komite Tani Miskin”. Di dalam angkatan bersenjata, jumlah buruh-
buruh yang menjadi komisar, perwira, dan komandan divisi tentara menjadi
semakin banyak. Dan ketika Kautsky yang bodoh ini, yang merasa takut pada
Krisis Juli 1918[4] dan ratap tangis kaum borjuasi, lalu mengejar yang
belakangan ini seperti seekor ayam, dan menulis sebuah pamflet yang dipenuhi
dengan keyakinan bahwa kaum Bolshevik tidak lama lagi akan ditumbangkan
oleh kaum tani; pada saat ketika orang bodoh ini menganggap pembelotan
kaum Sosialis-Revolusioner Kiri sebagai “mengecilnya” (hal. 37) lingkaran
orang-orang yang mendukung Bolshevik, justru lingkaran pendukung
Bolshevisme yang sesungguhnya sedang tumbuh menjadi sangat besar,
karena jutaan kaum tani miskin membebaskan diri mereka dari dominasi dan
pengaruh kaum kulak dan borjuasi di pedesaan, dan sedang terbangunkan ke
kehidupan politik yangindependen.
Dalam masalah teori dan politik yang sangat penting ini, Kautsky telah
mengacaukan semuanya. Dia, dalam praktek, terbukti menjadi pelayan kaum
borjuasi, yang menentang kediktatoran proletariat.
***
Kautsky telah memperkenalkan kebingungan yang serupa, bila tidak lebih
buruk, ke dalam masalah yang sangatlah penting, yakni: apakah
aktivitas legislatifRepublik Soviet di dalam ranah reforma agraria – yakni
reforma sosialis yang paling sulit namun paling penting – berdasarkan prinsip-
prinsip yang kokoh dan dijalankan dengan baik? Kita akan sangat berterima
kasih kepada kaum Marxis Eropa Barat manapun, yang setelah mempelajari
dokumen-dokumen yang paling penting lalu memberikan kritik terhadap
kebijakan kami, karena dengan demikian dia akan sangat membantu kami, dan
akan membantu revolusi yang sedang ranum di seluruh dunia. Tetapi alih-alih
kritik, Kautsky menghasilkan kekacauan teori yang teramat luar biasa, yang
mengubah Marxisme menjadi liberalisme, dan yang, dalam praktek, adalah
serangkaian ujar-ujar pandai yang tak berguna, penuh bisa beracun, dan
vulgar. Biarlah para pembaca menilainya sendiri.
“Kepemilikan tanah besar tidak dapat dipertahankan. Ini adalah hasil dari
revolusi. Ini jelas. Distribusi tanah ke populasi tani menjadi tak terelakkan ...”
(Ini tidak benar, Tn. Kautsky. Kau menggantikan sikap dari kelas-kelas yang
berbeda terhadap masalah ini dengan apa yang “jelas” bagimu. Sejarah
revolusi telah menunjukkan bahwa pemerintahan koalisi borjuasi dan borjuis-
kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, telah melaksanakan
kebijakan mempertahankan kepemilikan tanah besar. Ini terutama dibuktikan
oleh rancangan undang-undang S. Maslov dan ditangkapnya anggota-anggota
Komite Tanah.[6] Tanpa kediktatoran proletariat, “populasi tani” tidak akan
mengalahkan kaum tuan tanah, yang telah bergabung dengan kelas kaum
kapitalis.)
“Tetapi mengenai bentuk distribusi tanah ini, tidak ada persatuan di antara
kaum sosialis mengenai solusi yang tepat. Ada berbagai solusi yang
memungkinkan ...” (Kautsky paling khawatir mengenai “persatuan” di antara
“kaum sosialis”, tidak peduli siapa yang memanggil diri mereka sendiri dengan
nama itu. Dia lupa bahwa kelas-kelas utama di dalam masyarakat kapitalis
akan selalu tiba pada solusi yang berbeda.) “... Dari sudut pandang sosialis,
solusi yang paling rasional adalah mengubah lahan-lahan besar menjadi
properti negara dan mengizinkan para petani yang selama ini telah bekerja di
lahan-lahan ini sebagai buruh tani untuk mengolah lahan-lahan ini dalam
bentuk koperasi. Tetapi solusi seperti ini mensyaratkan keberadaan tipe buruh
tani yang tidak ada di Rusia. Solusi yang lain adalah mengubah lahan-lahan
besar ini menjadi properti negara dan membagi-bagikan tanah ini menjadi
lahan-lahan kecil yang disewakan kepada para tani yang hanya memiliki lahan
kecil. Bila ini dilakukan, maka setidaknya sesuatu yang sosialis dapat diraih...”
Seperti biasa Kautsky membatasi dirinya pada hal yang sudah diketahui: di
satu pihak ini tidak dapat diakui, dan di lain pihak ini harus diakui. Dia
menempatkan solusi-solusi yang berbeda pada level yang sama, tanpa
memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahapan-tahapan transisional dari
kapitalisme ke komunisme di bawah kondisi-kondisi tertentu. Ada kaum buruh
tani di Rusia, tetapi tidak banyak; dan Kautsky tidak menyentuh masalah –
yang dikedepankan oleh pemerintahan Soviet – mengenai metode transisi ke
bentuk pengolahan tanah secara komunal dan koperasi. Akan tetapi, yang
paling mengherankan Kautsky mengklaim bahwa menyewakan lahan-lahan
kecil adalah “sesuatu yang sosialis”. Pada kenyataannya, ini adalah slogan
borjuis kecil, dan tidak ada yang “sosialis” di dalamnya. Bila “negara” yang
menyewakan tanah ini bukanlah negara tipe Komune Paris, tetapi sebuah
republik parlementer borjuis (dan inilah asumsi Kautsky), penyewaan lahan-
lahan kecil adalah reforma liberal yang tipikal.
Di sini kita temui contoh dari “kritik” Kautsky! Di sini kita temui karya “ilmiah”
yang lebih seperti penipuan. Para pembaca Jerman diperdaya supaya mereka
mengira kaum Bolshevik menyerah pada kaum tani mengenai masalah
kepemilikan pribadi atas tanah, bahwa kaum Bolshevik mengizinkan kaum tani
untuk bertindak sekehendak hati mereka di tiap-tiap daerah (“di
berbagai volost”).
Tetapi pada kenyataannya, dekrit yang dikutip oleh Kautsky – yang pertama
kali disebarluaskan pada 26 Oktober 1917 (kalender lama) – terdiri dari lima
pasal, dan bukannya dua pasal. Selain itu ada lagi delapan pasal Amanat yang
dengan jelas dinyatakan “akan digunakan sebagai panduan”.
Pasal ke-3 dari dekrit ini menyatakan bahwa tanah-tanah akan dialihkan “ke
rakyat”, dan “inventaris terperinci dari semua properti yang disita” akan dibuat
dan properti ini “akan dilindungi dengan metode revolusioner yang paling
tegas”. Dan Amanat ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah akan dihapus
untuk selamanya”. bahwa “tanah-tanah di mana ada pertanian modern tingkat-
tinggi ... tidak akan dibagi-bagikan”, bahwa “semua ternak dan alat-alat
pertanian dari tanah-tanah yang disita akan digunakan secara eksklusif oleh
negara atau komune, tergantung dari besar kecilnya dan signifikansinya, dan
tidak akan ada ganti rugi”, dan bahwa “semua tanah akan menjadi bagian dari
dana tanah nasional (National Land Fund).”
Para pembaca dapat melihat bagaimana Kautsky telah memutar balik fakta
sepenuhnya, dan telah memberi para pembaca Jerman pandangan yang keliru
mengenai kebijakan dan undang-undang pertanian negara proletar di Rusia.
Kautsky bahkan tidak dapat memformulasikan masalah-masalah teori yang
fundamental!
(2) Nasionalisasi tanah – relasi kedua kebijakan ini dengan sosialisme secara
umum, dan relasi kedua kebijakan ini dengan transisi dari kapitalisme ke
komunisme pada khususnya.
(3) Pertanian bersama sebagai transisi dari pertanian kecil yang terpencar-
pencar ke pertanian kolektif skala-besar; apakah cara bagaimana masalah ini
dihadapi di dalam undang-undang Soviet sesuai dengan syarat-syarat
sosialisme?
Seorang teoretikus Marxis yang ingin membantu revolusi kelas buruh dengan
analisa ilmiahnya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: pertama,
apakah benar bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara memiliki arti
demokratis yang revolusioner dalam melaksanakan revolusi borjuis-demokratik
ke kesimpulannya? Kedua, apakah kaum Bolshevik benar dalam membantu
meloloskan (dan dengan setia mengimplementasikan) undang-undang
penggunaan tanah yang setara yang bersifat borjuis kecil ini?
Akan lebih bijak kalau Kautsky tidak mengulang ujar-ujar cerdik dari kaum
liberal yang lembek ini: “Tidak pernah kaum tani kecil di mana pun mengadopsi
pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50)
Sungguh cerdik!
Tetapi di mana pun tidak pernah kaum tani dari negeri yang besar ada di
bawah pengaruh sebuah negara proletariat.
Di mana pun tidak pernah kaum tani meluncurkan sebuah perjuangan kelas
terbuka yang sampai mencapai tingkatan perang sipil antara kaum tani miskin
dan kaum tani kaya, dengan dukungan propagandis, politik, ekonomi, dan
militer yang diberikan kepada kaum tani miskin oleh negara proletariat.
Di mana pun tidak pernah kaum kaya meraup begitu banyak kekayaan dari
peperangan, sementara massa tani menderita kehancuran yang luar biasa.
Tetapi, Tn. Kautsky yang terhormat, bagaimana bila kaum tani tidak
memiliki alat-alat untuk pertanian skala-kecil dan negara
proletariat membantu mereka untuk mendapatkan mesin-mesin untuk
pertanian kolektif? Apakah ini sebuah “keyakinan teori”?
Mari kita sekarang sentuh masalah nasionalisasi tanah. Kaum Narodnik kita,
termasuk semua kaum Sosialis Revolusioner Kiri, menyangkal bahwa
kebijakan yang telah kita adopsi adalah kebijakan nasionalisasi tanah. Secara
teori mereka keliru. Selama kita masih berada di dalam kerangka produksi
komoditas dan kapitalisme, penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah
adalah nasionalisasi tanah. Istilah “sosialisasi” hanyalah mengekspresikan
sebuah kecenderungan, sebuah pengharapan, persiapan untuk transisi ke
sosialisme.
Sikap apa yang harus diambil oleh kaum Marxis mengenai nasionalisasi
tanah?
Di sini, Kautsky juga gagal bahkan untuk memformulasikan masalah teori ini.
Atau, bahkan lebih parah lagi, dia dengan sengaja mengelak darinya, walaupun
kita tahu dari literatur Rusia bahwa Kautsky tahu akan polemik-polemik lama di
antara kaum Marxis Rusia mengenai masalah nasionalisasi, munisipalisasi
(transfer tanah-tanah besar ke pemerintahan lokal), atau pembagian tanah.
Kautsky, yang pada masa lalu yang samar dan jauh, kira-kira dua puluh tahun
yang lalu, menulis sebuah karya Marxis yang luar biasa mengenai masalah
agraria. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa Marx mengatakan bahwa
nasionalisasi tanah pada kenyataannya adalah slogan konsisten dari kaum
borjuasi.[9] Kautsky tidak mungkin tidak tahu mengenai polemik Marx dengan
Rodbertus, dan mengenai tulisan-tulisan Marx di karyanya “Teori-teori Nilai
Lebih” di mana dia memaparkan dengan teramat jelas signifikansi revolusioner
– dalam artian borjuis-demokratik – dari slogan nasionalisasi tanah.
Kita dapat menilai dari ini bagaimana Kautsky membuat bingung para
pembacanya ketika dia menuduh kaum Bolshevik gagal memahami karakter
borjuis dari revolusi Rusia. Namun dia sendiri telah pecah dari Marxisme ketika
dia tidak mengatakan apapun mengenai nasionalisasi tanah dan ketika dia
mengajukan reforma agraria liberal yang paling tidak revolusioner (dari sudut
pandang borjuis) sebagai “sesuatu yang sosialistis”!
Sekarang kita telah sampai pada masalah ketiga, yakni sampai mana
kediktatoran proletariat di Rusia mempertimbangkan perlunya bergerak ke
pertanian kolektif. Di sini, sekali lagi Kautsky melakukan pemalsuan: dia
mengutip hanya “tesis-tesis” di mana Bolshevik berbicara mengenai tugas
bergerak ke pertanian kolektif! Setelah mengutip salah satu tesis ini,
“teoretikus” kita dengan bangga menyatakan:
Tidak pernah seorang penipu di mana pun melakukan penipuan yang begitu
rendah seperti yang dilakukan oleh Kautsky. Dia mengutip “tesis-tesis” ini,
tetapi tidak mengatakan apapun mengenai undang-undang pemerintahan
Soviet. Dia berbicara mengenai “keyakinan teori”, tetapi tidak mengatakan
apapun mengenai kekuasaan negara proletariat yang memiliki di tangannya
pabrik-pabrik dan barang-barang produksi! Semua yang ditulis oleh Kautsky
sang Marxis pada 1899 di karyanya “Masalah Agraria” mengenai sumber daya
yang ada di tangan negara proletariat untuk melaksanakan transisi gradual
kaum tani ke sosialisme telah dilupakan oleh Kautsky sang pengkhianat pada
1918.
Tentu saja, beberapa ratus komune pertanian yang didukung negara dan
pertanian-pertanian milik negara (yakni, ladang-ladang besar yang dikelola
oleh asosiasi-asosiasi buruh) masihlah sangat kecil. Tetapi apakah “kritik”
Kautsky dapat benar-benar disebut kritik bila dia mengabaikan fakta ini?
***
Saya telah mengutip kalimat ini secara penuh supaya kaum buruh Rusia,
yang sebelumnya menghormati Kautsky, dapat melihat dengan mata mereka
sendiri metode yang digunakan oleh pengkhianat ini yang telah membelot ke
sisi borjuasi.
Ini bukan kritik, tetapi tipu daya dari seorang antek borjuasi, yang telah
disewa oleh kapitalis untuk memfitnah revolusi buruh.
Sekarang! Apa artinya ini? Pada bulan Agustus? Mengapa Kautsky tidak
meminta teman-temannya, Stein atau Axelrod, atau teman-teman borjuasi
lainnya, untuk menerjemahkan setidaknya salah satu dekrit mengenai pabrik?
“Seberapa jauh mereka telah bergerak ke arah ini, kita tidak tahu. Aktivitas
Republik Soviet dalam aspek ini adalah hal yang paling penting bagi kita, tetapi
ini masih belum jelas. Tidak ada kekurangan dekrit-dekrit ...” (Inilah mengapa
Kautsky mengabaikan isi dekrit-dekrit tersebut, atau menyembunyikannya dari
para pembacanya!) “Tetapi tidak ada sumber informasi yang dapat diandalkan
mengenai dekrit-dekrit ini. Produksi sosialis adalah mustahil tanpa informasi
statistik yang cakupannya luas, terperinci, dapat diandalkan, dan cepat.
Republik Soviet masih belum bisa menciptakan statistik seperti ini. Apa yang
kita pelajari mengenai aktivitas-aktivitas ekonominya sangatlah penuh
kontradiksi dan tidak dapat sama sekali diverifikasi. Ini juga adalah akibat dari
kediktatoran dan ditekannya demokrasi. Tidak ada kebebasan pers ataupun
kebebasan berpendapat.” (hal. 53)
Jadi, dengan bersandar pada “fakta-fakta material” seperti ini, yakni dengan
sengaja mengabaikan banyak fakta, Kautsky “menyimpulkan”:
“Sangat diragukan kalau kaum proletariat Rusia telah meraih lebih dalam hal
pencapaian-pencapaian praktis yang riil, dan tidak hanya dekrit-dekrit semata,
di bawah Republik Soviet dibandingkan dengan apa yang dapat dicapainya dari
Majelis Konstituante, di mana, seperti halnya di dalam Soviet-soviet, kaum
sosialis, walaupun dari warna yang berbeda, mendominasi.” (hal. 58)
Sungguh luar biasa bukan? Kami akan menganjurkan kepada para pemuja
Kautsky untuk menyebarkan kalimat di atas seluas mungkin di antara buruh
Rusia, karena tidak ada materi yang lebih baik daripada ini untuk mengukur
tingkat kebangkrutan politiknya. Kamerad-kamerad buruh, Kerensky juga
adalah seorang “sosialis”, hanya saja “dari warna yang berbeda”! Kautsky sang
sejarawan puas dengan nama, dengan gelar yang “disita” oleh kaum Sosialis-
Revolusioner Kanan dan Menshevik untuk mereka sendiri. Kautsky sang
sejarawan menolak untuk mendengarkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa
di bawah Kerensky kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner Kanan
mendukung kebijakan imperialis dan praktek-praktek penjarahan kaum
borjuasi. Diam-diam dia bungkam mengenai fakta bahwa mayoritas Majelis
Konstituante terdiri dari orang-orang yang mendukung peperangan imperialis
dan kediktatoran borjuis. Dan ini disebut “analisa ekonomi”!
Sebagai kesimpulan, mari saya kutip satu contoh lagi dari “analisa ekonomi”
ini:
Kita terbiasa mendengar argumen seperti ini dari bibir kaum Kadet. Semua
kacung borjuasi di Rusia berargumen seperti ini: tunjukkan kepada kami,
setelah sembilan bulan, kesejahteraanmu – dan ini setelah empat tahun
peperangan yang menghancurkan, dengan kapital asing yang memberikan
dukungan penuh terhadap sabotase dan pemberontakan kaum borjuasi di
Rusia. Pada kenyataannya, tidak ada perbedaan sama sekali antara Kautsky
dan seorang borjuasi kontra-revolusioner. Ujar-ujarnya yang manis, yang diberi
kedok “sosialisme”, hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh orang-
orang Kornilov, orang-orang Dutov, dan orang-orang Krasnov di Rusia secara
blak-blakan, secara langsung dan tanpa ditutup-tutupi.
***
Baris-baris di atas ditulis pada 8 November 1918. Pada malam yang sama
kita menerima berita dari Jerman mengenai mulainya revolusi, pertama di Kiel
dan kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan di Utara, di mana kekuasaan telah
berpindah tangan ke Dewan Deputi Buruh dan Tentara, dan kemudian di Berlin,
di mana kekuasaan juga telah berpindah tangan ke Dewan.
Kesimpulan yang masih harus ditulis di pamflet saya mengenai Kautsky dan
mengenai revolusi proletariat sekarang sudah tidak dibutuhkan lagi.
10 November, 1918
Catatan
[1] Dua partai yang baru – Komunis Narodnik dan Komunis Revolusioner – pecah dari
Partai Sosialis Revolusioner Kiri setelah pembunuhan yang dilakukan oleh sejumlah
anggota Sosialis-Revolusioner Kiri terhadap duta besar Jerman, Count Mirbach, dan
pemberontakan mereka pada 6-7 Juli 1918.
Partai Komunis Narodnik mengutuk aktivis anti-Soviet yang dilakukan oleh Sosialis-
Revolusioner Kiri dan membentuk partai mereka sendiri, yang dideklarasikan pada
sebuah konferensi pada September 1918. Program mereka, yang berjudul “Manifesto”,
diterbitkan di koran Znamya Trudovoi Kommuny (Panji Komune Buruh) pada 21 Agustus.
Mereka setuju dengan kebijakan Bolshevik untuk beraliansi dengan petani menengah.
Banyak dari anggota Komunis Narodnik menjabat sebagai anggota badan-badan Soviet
dan beberapa dari mereka, misalnya G.D. Zaks, duduk di Komite Eksekutif Pusat Seluruh
Rusia. Pada 6 November 1918, di kongres luar biasa mereka, partai ini memutuskan
untuk melebur dengan Partai Komunis Rusia (Bolshevik).
[2] Marx dan Engels, Selected Correspondence, Moskow, 1955, hal. 318
[5] Pada Kongres Soviet Keenam (6-9 November, 1918), ada 967 delegasi dengan hak
pilih, dan 950 di antaranya adalah kaum Bolshevik. Dan ada 351 delegasi tanpa hak pilih,
dan 335 di antaranya adalah kaum Bolshevik, dalam kata lain 97 persen dari total
delegasi adalah kaum Bolshevik. – Lenin.
[6] Ini merujuk pada RUU Sosialis-Revolusioner yang diperkenalkan oleh Menteri
Pertanian S.L. Maslov kepada Pemerintahan Provisional beberapa hari sebelum
Revolusi Oktober. RUU ini berjudul “Undang-Undang Regulasi oleh Komite Tanah dan
Relasi Pertanian”, dan sebagian RUU ini diterbitkan di surat kabar Dyelo
Naroda (Perjuangan Rakyat), organ dari Komite Pusat Partai Sosialis Revolusioner, pada
18 (31) Oktober 1917.
Lenin menulis: “RUU dari Maslov ini adalah pengkhianatan partai SR terhadap kaum
tani, dan menandakan penghambaan mereka pada para tuan tanah.” (Collected Works,
Vol. 26, hal. 228). RUU ini membentuk dana sewa khusus di Komite Tanah, di mana
tanah-tanah milik negara dan gereja akan ditransfer. Kepemilikan tanah tidak disentuh.
Para tuan tanah hanya perlu menyerahkan tanah yang mereka sewa sebelumnya dan
para petani harus membayar sewa untuk tanah “sewaan” ini kepada para tuan tanah.
[8] uyezd adalah daerah administratif tingkat dua pedesaan di Rusia, yang terdiri dari
sejumlah volost – Ed.
[9] Karl Marx, Theorien über den Mehrwert, Teil 2, Berlin 1959, S. 36.