Anda di halaman 1dari 26

SEMINAR OUTLINE

HUBUNGAN LAMA MENDERITA LUKA DM DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PENDERITA DM TIPE 2 DI RUANG PENYAKIT DALAM
RS DR DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

(KORELASIONAL)

OLEH :
EKI ALPIANSYAH
(2015.C.07A.0646)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan gejala yang muncul pada

seseorang yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat dari

penurunan sekresi insulin yang progresif (ADA, 2015). DM juga diartikan sebagai

suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (PERKENI, 2015). Angka

kejadian penderita DM dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, di

dunia diperkirakan jumlahnya mengalami peningkatan yang signifikan dari

59,8juta pada tahun 2015 menjadi sekitar 71,1 juta pada tahun 2040 (IDF, 2015).

Meningkatnya jumlah penderita DM juga terjadi di Indonesia, menurut data profil

kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa penyakit DM menduduki

peringkat ke 6 dari 10 penyakit utama di rumah sakit di seluruh Indonesia

(Kemenkes RI, 2013).

Secara global, Jumlah penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta di

tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014. Prevalensi global Diabetes di

kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun

1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Prevalensi Diabetes meningkat lebih cepat

di negara- negara berpenghasilan menengah dan rendah. Pada tahun 2015,

diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh Diabetes. 2,2 juta

kematian lainnya disebabkan oleh glukosa darah yang tinggi pada tahun 2012.

Hampir setengah dari semua kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum

usia 70 tahun. WHO memproyeksikan Diabetes akan menjadi penyebab kematian


ketujuh di tahun 2030. Di Asia Tenggara seperlima orang dewasa hidup dengan

Diabetes. Data tersebut menunjukan 8,2% populasi dewasa di Asia Tenggara

menderita Diabetes. Asia Tenggarra adalah wilayah dengan kematian Diabetes

tertinggi nomor dua di dunia, yaitu dengan angka kematian sebesar 1,2 juta jiwa

atau 14,2% kematian pada orang dewasa . Data Riset Kesehatan Dasar RI tahun

2013, menunjukan Prevalensi penyakit Diabetes Melitus diberbagai provinsi di

Indonesia berdasarkan diagnosa Dokter dan gejala tertinggi terdapat di Provinsi

Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), Nusa

Tenggara Timur (3,3%) sedangkan Sulawesi Tenggara (1,9%) . Berdasarkan Data

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016 menunjukkan penyakit

Diabetes Melitus berada pada peringkat ke-3 dari 10 besar penyakit tertinggi di

Sulawesi Tenggara Tahun 2016 setelah Hipertensi yaitu sebanyak 18.054 kasus,

asma bronciale sebanyak 3.082 kasus dan Diabetes melitus sebanyak 2.983 kasus .

Data rekam medik di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, pada pasien

rawat jalan dan rawat inap penyakit Diabetes Melitus tipe 2 untuk tahun 2014

terdapat 270 kasus Diabetes Melitus, pada tahun 2015 terdapat 525 kasus Diabetes

Melitus, tahun 2016 terdappat 418 kasus. Diabetes Melitus dan pada bulan Januari

sampai dengan September Tahun 2017 terdapat 286 kasus Diabetes Melitus.

Konsumsi minuman ringan dapat meningkatkan kejadian Diabetes Melitus

tipe 2, hal ini dapat disebabkan baik karena pengaruh minuman ini terhadap

respons glikemik atau insulinemia atau karena kontribusinya terhadap energi yang

berlebih. Makanan cepat saji atau fast food dapat memicu Diabetes. Jenis

makanan fast food memiliki kadar protein dan lemak di atas rata-rata. Bila

makanan ini terus-menerus dikonsumsi, akan terjadi penimbunan lemak dan


peningkatan kolesterol. Makanan cepat saji mengandung kalori dan lemak jenuh

yang tinggi dan akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada

penyakit diabetes. Resistensi insulin ini terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon

insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak

glukosa yang menumpuk dialiran darah . Merokok dapat menyebabkan penyakit

Kardiovaskuler, Kanker, Penyakit pernapasan, dan sebagainya. Komplikasi kronik

Diabetes, seperti penyakit kardiovaskuler, masalah kaki, penyakit ginjal, dan

kerusakan mata juga dapat disebabkan oleh merokok. Rokok berisi lebih dari

4000 bahan kimia termasuk diantaranya karbonmonoksida, nikotin, tar, ammonia,

arsenik, sianida dan timbal. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat

menyebabkan pengurangan sensitivitas insulin dan meningkatnya resistensi

insulin. Pada kondisi hiperglikemia, nikotin dan karbonmonoksida mempercepat

terjadinya penggumpalan darah .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Lama Menderita Luka Diabetes Melitus

Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang

Penyakit Dalam RS Dr Doris Sylvanus Palangka Raya”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Lama Menderita Luka

Diabetes Melitus Dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Di Ruang Penyakit Dalam RS Dr Doris Sylvanus Palangka Raya.


1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini meliputi:

1.3.2.1 Mengidentifikasi seberapa lama responden menderita luka DM diruang

penyakit dalam rs Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan responden yang diteliti tentang penyakit

DM tipe 2 diruang penyakit dalam RS Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3.2.3 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada responden penderita DM tipe 2

di ruang penyakit dalam RS Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Sebagai bahan masukan ilmiah yang dapat mendukung teori konsep yang

telah ada sehingga dapat menjadi sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan.

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan

dasar untuk memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah terutama mengenai

pentingnya mengetahui hubungan lama menderita luka DM dengan tingkat

kecemasan bagi penderita DM tipe 2.

1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan pelayanan

kesehatan terutama tentang hubungan lama menderita DM dengan tingkat

kecemasan penderita DM tipe 2.


1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan jika

suatu saat dilakukan penelitian dan referensi pengembangan pembelajaran, bahan

bacaan di perpustakaan dan sebagai informasi dan bahan referensi untuk

penelitian berikutnya.

1.4.2.4 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan informasi bagi

responden terutama tentang hubungan menderita luka DM dengan tingkat

kecemasan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar DM

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra berarti

mencegah, menolak, melawan. Konsepsi berarti pertemuan antara sel telur dan

sperma, sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian

kontrasepsi berarti upaya untuk mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan

sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan (Mochtar, 2002).

Mansjoer (2007) menjelaskan bahwa kotrasepsi adalah upaya untuk

mencegah kehamilan yang bersifat sementara maupun menetap. Kontrasepsi dapat

dilakukan dengan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat

atau alat, atau dengan operasi.

2.1.2 Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah suatu upaya untuk mencegah kehamilan dengan

cara menyuntikan cairan hormon secara intramuskuler dalam didaerah gluteus

maksimus atau deltoid (Mansjoer, 2007).

Jenis kontrasepsi suntikan yang lazim digunakan adalah Cyclofem yang

mengandung Depomedroksi progesteron 25 mg ditambah estrogen 5mg yang

disuntikkan setiap 4 minggu secara intramuskuler, dankontrasepsi suntikan yang

hanya mengandung progestin yaitu DepoNorestisteron Enantat (Depo Noristerat)

yang mengandung 200 mgnoretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dan Depo
medroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang

diberikan setiap 3 bulan disuntikkan secara intramuskuler (Manuaba, 2001).

Dalampenelitian ini jenis konrasepsi suntik yang akan dibahas adalah

DepoMedroxy Progesteron Acetate (DMPA).

2.1.3 Ketepatan Waktu Suntik

Ketepatan adalah tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

Ketepatan waktu suntik KB adalah ketepatan tanggal, kerutinan ibu datang

pada tempat sarana kesehatan untuk mendapatkan suntik KB yang telah

ditentukan jenisnya dan waktunya (Saifuddin, 2003).

Ketepatan waktu untuk suntik KB adalah proses penerimaan seseorang

terhadap respon tindakan atau perbuatan, dimana proses ini di dasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang mempuyai dampak pada perilaku yang

bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak di dasari oleh

pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Budioro, 2002).

2.2 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang di tunjukkan

untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksannya perilaku hidup sehat (Setiawati,2008: 31).

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,

bukan proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan

seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai

(Maulana, 2009: 148).


Pendidikan kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk

meningkatkan kemampuan orang dan membuat keputusan yang tepat sehubungan

dengan pemeliharaan kesehatan (Fitriani, 2011: 69).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang atau

serangkaian upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan orang lain

dalam membuat keputusan yang tepat sehubungan dengan pemeliharaan

kesehatan atau proses perubahan perilaku hidup sehat.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup hal

yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga

rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut (Maulana,

2009: 149).

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Oleh sebab

itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup

sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang

dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak

menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu berdasarkan pengalaman dan

penelitiaan, di peroleh bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009:

194).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indranya. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui

berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2012: 138).

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara

orang lain tinggal menerimanya. Pengetahun adalah sebagai suatu pembentukan

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami organisasi karena

adanya pemahaman-pemahaman baru (Chandra, 2013: 3).

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh

seseorang berdasarkan pengalaman dan penelitian atau terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek yang proses pembentukannya

secara terus menerus karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

2.3.2 Jenis Pengetahuan

Jenis pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu (Budiman dan Riyanto, 2014: 4) :

1. Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang

biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak

disadari. Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok

bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok.

2. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau

disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengankesehatan. Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya

merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.

2.3.3 Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif

Menurut Benjamin S. Bloom (Budiman dan Riyanto 2014: 7) ada enam

tahapan pengetahuan sebagai berikut:

1. Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,

fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan tentang imunisasi

campak, orang yang berada pada tahap ini dapat menguraikan dengan baik dari

definisi campak, manfaat imunisai campak, waktu yang tepat pemberian

campak, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut

secara benar.

4. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.4 Konsep Dasar Family Center Care

2.4.1 Pengertian Family Center Care

FamilyCentered Care didefinisikanolehAssociation for the Care of

Children's Health (ACCH)

sebagaifilosofidimanapemberiperawatanmementingkandanmelibatkanperanpenti

ngdarikeluarga, dukungankeluargaakanmembangunkekuatan,
membantuuntukmembuatsuatupilihan yang terbaik, danmeningkatkanpola

normal yang

adadalamkesehariannyaselamaanaksakitdanmenjalanipenyembuhan.

Family centered care

didenifisikansebagaipendekataninovatifdalammerencanakan, melakukan,

danmengevaluasitindakankeperawatan Yang

diberikandidasarkanpadamanfaathubunganantaraperawatdankeluargayaitu

orangtua (DunstdanTrivette 2009, 199).

Family Centered Care merupakansuatupendekatan yang holistik.Pendekatan

Family Centered Care

tidakhanyamemfokuskanasuhankeperawatankepadaanaksebagaiklienatauindivid

udengankebutuhanbiologis, pisikologi, sosial, dan spiritual (biopisikospritual)

tetapijugamelibatkankeluargasebagaibagian yang

konstandantidakbisadipisahkandarikehidupananak (Fiane, 2012).

2.4.2 Tujuan Family CenteredCare

Family Centered Care (FCC)

merupakansuatumetodeperawatanbagipasiendankeluarganya,

tidakhanyaditujukanbagiseorangindividutetapisemuaanggotakeluargadianggapse

bagaipenerimaperawatan.

Tujuanpenerapankonsep Family Centered Care

adalahmemberikankesempatanbagikeluargauntukmerawatmerekaselama proses

hospitalisasiatau dalam proses sakit

denganpengawasandariperawatsesuaidenganaturan yang berlaku.


2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (hidayat, 2010).

Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Informasi atau Tingkat PengetahuanAseptor
media massa dan Keluarga Sebelum
3. Sosial, Budaya diberikan Pendidikan
dan Ekonomi Kesehatan (Pre-test).
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Pendidikan Kesehatan

Tingkat Pengetahuan Aseptor


dan Keluarga Setelah diberikan
Pendidikan Kesehatan (Post-
test).

Keterangan:
: Diteliti
: Berpengaruh
: Hubungan
: Tidak diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

KB Terhadap Pengetahuan Dan Ketepatan Waktu Suntik Kembali

Dengan Pendekatan Family Center Care di UPTD Pahandut Palangka

Raya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam menggunakan

prosedur penelitian (Hidayat, 2007: 25).

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan, dipergunakan sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian

(Nursalam, 2013: 80).

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; Klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2009:89).Populasi dalam

penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan KB di UPTD Puskesmas

Pahandut Palangka Raya.

3.1.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2008).Sampeldalampenelitianiniadalahseluruhibu yang menggunakan KB

jenissuntik di UPTD PuskesmasPahandutPalangka Raya.

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan bagan kerja rancangan kegiatan penelitian yang

akan dilakukan. Kerangka kerja meliputi populasi, sampel, dan teknik sampling

penelitian, teknis pengumpulan data, dan analisis data (Hidayat, 2008:31).


Populasi
Seluruh ibu yang menggunakan KB diUPTD Pahandut Palangka Raya.

Teknik Sampling
Menggunakan metode Consecutive Sampling.

Sampel
Seluruh ibu yang menggunkan KB jenis suntik di UPTD Pahandut Palangka
Raya.

Informed Consent

Variabel Independen Variabel Dependen


Pendidikan Kesehatan Tentang KB Pengetahuan Ketepatan Waktu
Suntik Kembali

Pengumpulan Data

Pre-test Menggunakan Kuesioner

Memberikan Pendidikan Kesehatan

Post-test Menggunakan Kuesioner

Pengolaan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji Wilcoxson

Penyajian Hasil
Disajikan dalam bentuk diagram dan persentase

Kesimpulan dan Saran

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang KB Terhadap Pengetahuan Dan Ketepatan Waktu Suntik


Kembali Dengan PendekatanFamily Center Care di UPTD

Pahandut Palangka Raya.


3.3 Definisi Operasional

Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang KB Terhadap Pengetahuan Dan Ketepatan Waktu Suntik Kembali

Dengan Pendekatan Family Center Care di UPTD Pahandut Palangka Raya.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor

No Instrumen

1. Variabel Independen: KBuntuk Keluarga tahu Kuesioner Ordinal Nilai bobot

Pendidikan Kesehatan menjarangkan atau dan memahami (Pre Test dan 1. Benar :1

Tentang KB merencanakan jumlah tentang : Post Test) 2. Salah :0

dan jarak kehamilan 1. Pengertian KB Rumus:

dengan memakai 2. Manfaat KB Sp

kontrasepsi atau upaya 3. Jenis KB N: x 100%

untuk mencegah 4. Efek Samping Sm

terjadinya pertemuan KB N : Nilai

sel telur dan sperma Pengetahuan


sehingga tidak terjadi Sp : Skor yang

pembuahan dan didapat

kehamilan Sm : Skor tetinggi

Kategori :

1. Baik: bila

diperoleh skor

76%-100%.

2. Cukup: bila

diperoleh skor

56%-75%.

3. Kurang: bila

diperoleh skor

≤55%.
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor

No Instrumen

2. Variabel Dependen: Segala sesuatu yang Ibu tahu dan Kuesioner Ordinal Nilai bobot

Tingkat Pengetahuan diketahui seseorang memahami 1. Benar :1

Dan Ketepatan Waktu tentang ketepatan tentang : 2. Salah :0

Suntik Kembali tanggal kerutinan ibu 1. Pengertian Rumus:

datang ke sarana Ketepatan Sp

kesehatan untuk Waktu N: x 100%

mendapatkan suntik Suntik Sm

KB Kembali N : Nilai

2. Waktu suntik Pengetahuan

kembali Sp : Skor yang

3. Akibat didapat

ketidak Sm : Skor tetinggi


tepatan

suntik Kategori :

1. Baik: bila

diperoleh skor

76%-100%.

2. Cukup: bila

diperoleh skor

56%-75%.

3. Kurang: bila

diperoleh skor

≤55%.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan

Keluarga Cetakan I. Jakarta: Sagung Seto.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

____________.2008. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.
Nursalam.2009. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

____________. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

____________. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan

Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam dan Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Anda mungkin juga menyukai