Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg), CADMIUM (Cd), DAN TIMBAL (Pb)

PADA KRIM PEMUTIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PROPOSAL PENELITIAN KIMIA

Disusun Oleh:

M. Primadi Prihatislam NIM. 13303241078

Hermas Randhanugraha NIM. 16303244008

Khusnul Khotimah NIM. 16303244015

Ika Luriyani NIM. 16303244020

Anisa Tri Agustina NIM. 16303244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Kosmetik sudah
dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah
digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun
bahan alam lain misalnya tanah liat, lur, arang, batubara, bahkan api, air, embun, pasir, atau
sinar matahari (A. Shofiani, 2016)

Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015 pengertian kosmetik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan
membran mukosan mulut, terutama untuk membersihkan mewangikan, mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik

Kosmetik pada ummnya digunakan untuk tubuh manusia dengan tujuan sebagai
pembersih, kecantikan, meningkatkan daya tarik atau mengubah penambilan tanpa
mempengaruhi struktu dan fungsi tubuh pengguna kosmetik tersebut. Seiring
perkembangan jaman, fungsi kosmetik sudah berubah tidak hanya digunakan untuk fungsi
estetika, akan tetapi berperan dalam penyembuhan dan perawatan kulit. Bahkan, pada
beberapa kalangan sudah menjadikan kosmetik sebagai kebutuhan primer.

Salah satu produk kosmetik yang sering digunakan adalah krim pemutih/pencerah
wajah (Whitening Cream). Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau
bahan lainnya dengan khasiat bias memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam dan
noda coklat pada kulit (Rahayu, Maspiyah, 2017). Di dalam krim pemutih terdapat berbagai
bahan kimia yang akan bereaksi ketika diaplikasikan pada jaringan kulit, maka dari itu
keamanan kosmetik dari bahan-bahan berbahaya perlu diperhatikan dimulai dari diri kita
sendiri sebagai konsumen produk kosmetik.

Keamanan pada kosmetik telah mendapat perhatian selama beberapa tahun terakhir,
karena kemungkinan sumber paparan dari berbagai bahan kimia. Sebagaimana dilansir
dalam Public Warning BPOM No. B-IN.05.03.1.43.12.17.5965 tanggal 11 Desember 2017
tentang Kosmetika yang mengandung Bahan Berbahaya, selama tahun 2017 Badan POM

1
RI menemukan 26 jenis kosmetik mengandung bahan berbahaya. Temuan tersebut
didominasi oleh produk kosmetik dekoratif dan produk perawatan kulit dengan jenis bahan
berbahaya yang teridentifikasi digunakan di dalamnya antara lain merkuri, dan bahan bahan
yang mengandung kadmium. Keunggulan yang banyak terdapat dalam kosmetik saat ini
adalah variasi warna yang beragam, yang dihasilkan dari penambahan pigmen yang dapat
berupa mineral, senyawa organik atau logam, seperti Hg, Cd, dan Pb sebagai pengotor
dalam formulasi pigmen (Barros, dkk. 2015)

Kulit kita, tertutama bagian wajah yang sensitif, bila terkena paparan logam baik dalam
jangka pendek atau jangka Panjang bisa sangat berbahaya bagi kesehatan. Paparan atau
absorpsi timbal bersifat akumulatif. Timbal dalam tubuh terakumulasi dalam tulang, karena
timbal dalam bentuk Pb2+ dapat menggantikan keberadaan Ca2+ yang terdapat dalam
jaringan tulang. Selain itu, metoksitas timbal digolongkan berdasarkan organ yang
dipengaruhinya, misalnya pada system kardiovaskular, akumulasi Pb menyebabkan
peningkatan premeabilitas pembuluh darah. Pada kasus lain, pada wanita hamis, logam
tibal dapat melewati plasenta dan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin, kemudian
bayi lahir, timbal akan dieksresikan Bersama air susu (Arifiyana. 2018). Disisi lain,
konsumsi Cd dalam kadar rendah dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penumpukan
logam di ginjal dengan kemungkinan kerusakan. Paparan tingkat rendah Cd juga dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah (Arifiyana & Fernanda, 2018).
Merkuri bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan teratogenic (mengakibatkan
cacar pada janin). Anorganik merkuri seperti merkuri klorida, merkuri oksida, merkuri
ammonia, merkuriklorida adalah bentuk-bentuk merkuri yang sering terdapat dalam prduk
pemutih kulit. Ini adalah zat yang sangat toksik dimana mekanisme kerjanya adalah dengan
menghambat produksi melanin dengan berkompetisi terhadap tembaga dalam tirosinase
yang dapat membuat kulit terlihat lebih bersih. Pada pemakaian terus-menerus, efek
kumulatif dari paparan dosis rendah yang sangat lama dapat memicu efek nefrotoksik,
proteinuria, dan radang ginjal. Pada kondisi tersebut, sisten susunan saraf pusat juga akan
dapat dipengaruhi oleh inorganik Hg. Faktanya, bahkan walaupun terus-menerus akan
dapat menghasilkan akumulasi pada sistem saraf pusat dan mengakibatkan neurotoksisitas
(Haryanti, 2018)

Pemerintah Indonesia sudah memiliki ketentuan dan standar kandungan minimal logam
yang terkandung dalam kosmetik. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Reoublik Indonesia Nomor 17 Yahin 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala

2
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, batasan logam berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) masing-masing sebesar < 20 mg/kg dan <5 mg/kg. Bahkan
negara lain seperti jerman memilika batasan yang sama terhadap cemaran logam timbal
dan kadmium juga dilakukan oleh negara Jerman (Batista, dkk. 2016). Meski demikian,
tetap saja ada produsen kosmetik nakal yang melanggar standar yang sudah ditetapkan.

Analisis kuantitatif penentuan kandungan logam berat dengan Spektrofotometer


Serapan Atom (SSA) telah banyak dilakukan. Penentuan kadar logam berat dapat diukur
menggunakan SSA yang dapat menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan
yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi oleh atom-atom yang berada di tingkat
energi dasar (Amalullia, 2016)

Menimbang bahayanya logam-logam berat yang terkadung dalam kosmetik jika


terkena kulit membuat penulis melakukan penelitian tentang cemaran loga Hg, Pb, dan Cd
dalam krim pemutih wajah. Penelitian ini berjenis analisis kuantitatif, mengukur seberapa
banyak kandungan logam-logam berat menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan
Atom AA-6300 pada 4 produk pemutih wajah dalam range harga Rp. 5000,- sampai Rp.
100.000,-. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan pembanding produk
pemutih wajah berdasarkan keamanannya ditinjau dari gradien harga dari krim pemutih
wajah tersebut. Dan kedepannya bisa bermanfaat bagi para peneliti produk krim pemutih
wajah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalah-permasalahan
sebagai berikut:
1. Bahaya Paparan logam Hg, Pb, dan Cd terhadap kulit baik dalam jangka panjang
maupun pendek.
2. Banyaknya produsen kosmetik yang tidak mamatuhi peraturan dan standar maksimal
logam yang diperbolehkan dalam kosmetik yang ditetapkan pemerintah.
3. Tingkat pengetahuan konsumen tentang kandungan logam berat juga terkandung dalam
krim pemutih wajah.
4. Tingkat pengetahuan distributor yang masih kurang terhadap krim pemutih wajah yang
dibiarkan beredar di masyarakat.
5. Masih kurangnya penelitian tentang kandungan logam Cd, dan Pb pada produk
kosmetik khususnya krim pemutih wajah.

3
6. Perbedaan harga mempengaruhi jumlah kadar logam berat yang terkadung dalam
produk krim pemutih waajah.
C. Pembatasan Masalah
1. Range harga yang ditetapkan berkisar Rp. 5000,- sampai Rp. 25.000,-, Rp. 25.001,-
sampai Rp. 50.000,-, Rp. 50.001,- sampai Rp. 75.000,-, Rp. 75.001,- sampai Rp.
100.000,-.
2. Logam yang diteliti adalah logam Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd).
3. Metode yang digunakan adalah uji kuantitatif.
4. Instrumen yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana uji kuantitatif logam Hg, Pb, dan Cd dalam krim pemutih wajah
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)?
2. Bagaimana pengaruh variasi harga terhadap jumlah kadar Hg, Pb, dan Cd dalam krim
pemutih wajah?

E. Tujuan
1. Mengetahui uji kuantitatif logam Hg, Pb, dan Cd dalam krim pemutih wajah
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
2. Mengetahui pengaruh variasi harga terhadap jumlah kadar Hg, Pb, dan Cd dalam krim
pemutih wajah.

F. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
terlibat, yaitu:
1. Bagi Pembaca
a. Masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan logam Hg,
Pb, dan Cd dalam krim pemutih wajah dengan varias harga yang berbeda.
2. Bagi Konsumen
a. Konsumen mendapatkan pengetahuan tentang bahaya kandungan logam Hg,
Pb, dan Cd dalam krim pemutih wajah.
b. Konsumen dapat lebih selektif dalam memilih produk krim pemutih wajah.
3. Bagi Distributor
a. Distributor mendapatkan pengetahuan tentang bahaya kandungan logam Hg,
Pb, dan Cd dalam krim pemutih wajah.

4
b. Dsitributor dapat lebih bijak dalam menmperdagangkan produk krim pemutih
wajah kepada masyarakat.
4. Bagi Produsen
a. Produsen mendapatkan pengetahuan tentang bahaya kandungan logam Hg, Pd,
dan Cd dalam krim pemutih wajah,
b. Produsen bisa lebih cerdas dalam memproduksi krim pemutih wajah.
5. Bagi Penulis
a. Penulis mendapatkan pengalaman melakukan penelitian uji analisis kuantitatif
kandungan logam Pb, Hg, dan Cd

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kosmetik
Kosmetik merupakan suatu bahan yang digunkan untuk seluruh tubuh manusia
yang hanya khusus pada pagian luar tubuh saja. Adapun pengertian kosmetik dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau
paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono & Latifah, 2007). Tujuan
dari pemaikaian kosmetik adalah untuk mempercantik, pembersih, meningkatkan daya
Tarik serta mengubah suatu penampilan.
Kosmetik yang beredar di pasaran saat ini ada yang tidak aman bagi kesehatan
tubuh manusia dikarenakan mengikuti daya saing di pasaran sehingga para pedagang
menggunakan bahan yang murah untuk hasil yang memuaskan sehingga harga jual
kosmetik menjadi rendah, tetapi tidak dapat menjamin kondisi kesehatan bagi
pemakainya.Adapun reaksi-reaksi negative yang disebabkan oleh kosmetik antara lain
(Tranggono & Latifah, 2007).
a. Iritasi
Iritasi merupakan suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat,
asam kuat, pelarut dan detergen (Untari & Rubiyanto, 2018). Iritasi dibagi menjadi
dua yakni iritasi primer dan iritasi sekunder. Iritasi primer merupakan iritasi yang
langsung terjadi apabila suatu zat kimia langsung menepel pada kulit, sedangkan
iritasi sekunder adalah iritasi yang yang terjadi setelah beberapa jam suatu zat
kimia menempel atau terkena pada kulit.
b. Alergi
Alergi melibatkan antibody, limfosit, dan sel-sel lainnya yang merupakan
komopenen system imunitas tubuh. Reaksi alergi disebut juga reaksi
hipersensitivitas adalah reaksi dari system kekebalan tubuh dikarenakan suatu
jaringan mengalami cedera.
c. Fotosensitisasi

6
Reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar
matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna atau zat pewangi yang
dikandung oleh kosmetik itu bersifat photosensitizer.
d. Jerawat
Di Indonesia, catatan soal studi dermatologi kosmetika Indonesia
menunjukkan yaitu terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada
tahun 2007 (Puraningdyah & Nelva, 2013). Ada beberapa factor pengebab
terjadinya jerawat diantaranya adlah factor genetika, endokrin, psikis, musim,
stress, makanan. Infeksi bakteri, kosmetik dan bahan kimia lainnya (Al-Hoqail,
2003).
e. Intoksikasi
Keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui penghirupan
lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit, terutama jika salah satu
atau lebih bahan yang dikandung oleh kosmetik itu bersifat toksik.
f. Penyumbatan Fisik Penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang
ada di dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab (moisturizer) atau dasar bedak
(foundation) terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian-bagian tubuh
yang lain.
2. Krim Pemutih
Krim merupakan campuran bahan-bahan kimia yang berbentuk setengah padat
berupa emulsi. Sedangkan krim pemutih merupakan krim yang berfungsi untuk
memutihkan kulit. Cara kerjanya yaitu dengan menghilangkan atau mengurangi
pigemen kulit terluar (epidermis). Mekanisme dari krim pemutih yakni adalah dengan
cara mencegah proses pigmentasi kulit. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam krim
pemutih dapat memutihkan kulit dengan salah satu atau beberapa aksi berikut
(Wasitaatmadja, 1997):
a. Menghancurkan melanosit secara selektif.
b. Menghambat pembentukan melanosom dan mengatur struktur melanosom
tersebut.
c. Menghambat biosintesis enzim tirosinase.
d. Menghambat pembentukan melanin.
e. Mengganggu transfer melanosom ke sel-sel keratinosit di sekelilingnya.
f. Dapat mempunyai efek kimia pada melanin atau meningkatkan proses
degradasi melanosom di sel keratinosit.

7
Kosmetik krim pemutih kulit yang ada saat ini mempunyai dua cara untuk
mencerahkan warna kulit yaitu menghilangkan warna pada melanin yang sudah ada dan
menghambat terjadinya pembentukan melanin baru.

3. Merkuri

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta
mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640
Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku - 39o
C, dan titik didih 356,6oC (Pasaribu, dkk, 2017). Merkuri adalah unsur kimia sangat
beracun (toxic), dapat bercampur dengan enzim didalam tubuh manusia menyebabkan
hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh
yang penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan
dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya
jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (Mirdat, Patadungan, Isrun,
2013).

Merkuri merupakan suatu bahan yang sering digunakan dalam kosmetik.


Ammoniated mercury adalah merkuri yang sering digunakan dalam kosmetik terutama
pada krim pemutih Ammoniated mercury 1-10% digunakan sebagai bahan pemutih
kulit dalam sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Krim
yang mengandung merkuri, awalnya terasa manjur dan membuat kulit tampak putih dan
sehat, tetapi lama-kelamaan, kulit dapat menghitam dan bias menyebabkan jerawat
parah. Paparan merkuri jangka pendek, dalam dosis tinggi bisa menyebabkan muntah-
muntah, diare dan kerusakan paru-paru, serta merupakan zat karsinogenik (BPOM,
2007). Pemakaian merkuri dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kanker
kulit, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru-paru, dan jenis kanker lainnya
(Christiani, 2009). Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf, dan otak
sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik (BPOM, 2014).

4. Timbal
Pb (Plumbum/timbal) merupakan unsur kimia dengan nomor atom 82 dan
termasuk ke dalam golongan logam berat. Timbal memiliki sifat lunak, mudah ditempa,
dan bertitik leleh rendah. Pb juga merupakan salah satu unsur yang berbahaya dan
mencemari lingkungan. Pb berbahaya karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan
mutasi, terurai dalam jangka waktu yang lama dan toksisitasnya tidak berubah. Sumber

8
pencemaran Pb terbesar adalah dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen Pb (Pasaribu, dkk, 2017).

Suatu kosmetik dapat dikatakan aman apabila memenuhi jumlah maksimum


kadar timbal yang sesuai dengan persyaratan yang ada. Jumlah maksimum kadar timbal
di beberapa negara ditetapkan sebesar 20 ppm dan tidak spesifik pada logam berat
lainnya (Fernier, 2001). Hal itu juga dipertegas oleh Keputusan Kepala Badan POM
tentang persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika, persyaratan
cemaran logam berat timbal (Pb) yakni tidak lebih dari 20 mg/kg (BPOM RI, 2014).
Timbal dalam kosmetik merupakan cemaran (zat pengotor) pada bahan dasar
pembuatan kosmetik. Bahan dasar pembuatan kosmetik seperti beewax secara alami
mengandung Pb <10 ppm, bahan pewarna seperti iron oxide mengandung kadmium <1
ppm dan timbal <10 ppm (Rowe, 2009). Selain itu, cemaran timbal dapat diperoleh
pada saat proses produksi atau peralatan yang digunakan (Heep, dkk., 2009;
Nourmoradi, dkk., 2013). Timbal (Pb) dapat masuk melalui penetrasi pada selaput atau
kulit. Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak atau
lemak. Gejala keracunan yang dihasilkan senyawa timbal (Pb) tergolong dalam
keracunan kronis dan akut yang menyebabkan kematian (Palar, 2008).

Timbal dapat mempengaruhi sistem hematopoietic, sistem saraf, sistem


urinaria,sistem gastro-intestinal,sistem kardiovaskuler, sistem reproduksi, sistem
endokrin, dan bersifat karsinogenik dalam dosis yang tinggi (Widowati, dkk., 2008).
Pada jaringan atau organ tubuh,timbal akan terakumulasi dan mempengaruhi hampir
setiap organ dan sistem dalam tubuh. Paparan timbal jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh. Gejala paparan timbal dapat berupa
lemah, lesu, sakit perut, sembelit dan sakit kepala (Palar, 2008).

5. Kadmium

Kadmium (Cd) merupakan unsur kimia yang mempunyai nomor atom 48 dan
termasuk ke dalam golongan logam berat. Ciri-ciri dari logam berat ini adalah lunak,
putih kebiruan, mengkilap, mudah bereaksi dan memiliki titik lebur yang
rendah.Logam cadmium memiliki banyak kegunaan diantaranya sebagai pigmen,
pelapis logam, dan paduan plastik. Cd merupakan salah satu unsur yang berbahaya dan
mencemari lingkungan. Logam ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah, dan
berpengaruh pada manusia dalam jangka waktu yang lama dan terakumulasi dalam

9
tubuh khususnya hati dan ginjal. Sumber Cd berasal dari industry alloy, pestisida,
pemurnian Zn, dan lain sebagainya ( Istarani & Pandebesie, 2014).

Kandungan suatu logam berat pada kosmetik memiliki efek samping jika
digunakan dalam kadar yang berlebih karena logam berat akan berpenetrasi lalu
terabsorbsi dengan kulit. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2014 tentang persyaratan cemaran
mikroba dan logam berat dalam kosmetika bahwa batas aman cemaran untuk logam
berat kadmium (Cd) adalah tidak lebih dari 5 bpj. Logam berat yang masuk ke dalam
aliran darah mengakibatkan gangguan pada kesehatan. Masyarakat perlu dilindungi
serta berhat-hati dari peredaran kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan keamanan,
kemanfaatan dan mutu karena kosmetika yang mengandung logam berat melebihi
persyaratan dapat merugikan atau membahayakan kesehatan masyarakat itu sendiri
(Fatmawati & Ayumulia, 2016).

6. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


SSA adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses penyerapan
energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat
energi dasar dengan mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam SSA, atom
bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi
elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-
proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan
panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang
yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset J, 1994). Metode uji yang digunakan
dalam penentuan kadar logam berat adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom
atau Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Metode ini digunakan untuk
menentukan unsur-unsur dalam suatu contoh uji yang berbentuk larutan. Prinsip dari
metode ini adalah didasarkan pada penyerapan energi berupa sinar oleh atom-atom
yang berada pada tingkat energi dasar. Penyerapan energi tersebut menyebabkan
berpindahnya elektron ke tingkat energi tereksitasi. Energi yang diserap (absorbsi)
tersebut muncul sebagai nilai absorbansi sehingga konsentrasi logam dapat diketahui
melalui perhitungan dengan bantungan kurva kalibrasi larutan standar logam tertentu.

10
SSA merupakan metode analisis kuantitatif dari unsur-unsur yang
pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik,
biaya analisis relatif murah, sensitivitas tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah mmbuat
matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat, dan mudah dilakukan.
Hal ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memelukan pemisahan
unsur yang ditentukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. SSA dapat
digunakan sebanyak 61 logam. Sumber cahaya pada SSA adalah sumber cahaya dari
lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke
dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasitersebut
diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan
radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arus searah (DC) dari emisi
nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sempel. Atom dari
suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap
energi dan mengakibatkan elektronpada kulitterluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahayaterjadi pada panjang
gelombangtertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset J,
1994).

Gambar….Skema umum komponen alat AAS

Ada lima komponen dasar alat AAS, yaitu:

a) Sumber sinar biasanya dalam bentuk “Hollow Cathode” yang mengemisikan


spektrum sinar yang akan diserap oleh atom
b) Nyala api merupakan sel adsorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom

11
c) Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar dengan panjang
gelombang tertentu
d) Detektor digunakan untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal
e) Readout merupakan gambaran yang menunjukkanpembacaan setelah diproses
oleh alat elektronik (Haswel, 1991).
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang disrap dan konsentrasi unsur
yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-
unsur logam dengan hukum Lambert-Beer (Khopkar, 2008).
7. Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert pada Persamaan 2, serapan berbanding lurus


terhadap ketebalan sel (b) yang disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan
akan bertambah.

A = k. b...................................................... (2)

Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan


yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi yang ditunjukkan

pada Persamaan 3.

A = k. c...................................................... (3)

Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan
dalam Hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan Persamaan 4.

A = k.c.b..................................................... (4)

Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang menyerap) yang berlainan,
yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum Lambert-Beer
tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram per

12
liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter, tetapan
tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi dalam sistem dikombinasikan, hukum

Lambert-Beer dapat dinyatakan dalam rumus pada Persamaan 5.

A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. B. C (mol/liter)....................... (5)

Dimana: A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day dan
Underwood, 1999).

Menurut Roth dan Blaschke (1981) absorptivitas spesifik juga sering


digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan
larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh Persamaan
6.

A= .b.c......................................................(6)

Dimana:  = absorptivitas spesifik

b = ketebalan sel

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 mL larutan)

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel). Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi
sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi cahaya

13
tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan
oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung


banyaknya cahaya yang dihamburkan sesuai dengan Persamaan

T= atau % T = x 100 %...................................... (7)

Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus pada Persamaan 8.

A = - log T = T = - log ..........................................(8)

Dimana lo merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas


cahaya setelah melewati sampel.

Spektrofotometer modern dikalibrasi secara langsung dalam satuan


absorbansi. (Dalam beberapa buku lama log I0/I disebut densitas optik dan I
digunakan sebagai ganti simbol P). Perbandingan I/I0 disebut transmitans (T), dan
beberapa instrumen disajikan dalam % transmitans, (I/I0) x 100. Sehingga hubungan
absorbansi dan transmitans dapat ditulis sesuai dengan Persamaan 9.

A = - log T....................................................(9)

Dengan menggunakan beberapa instrumen, hasil pengukuran tercatat sebagai 56


transmitansi dan absorbansi dihitung dengan menggunakan rumus tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi dari suatu unsur berwarna harus
sebanding dengan intensitas warna larutan.Ini adalah dasar pengukuran yang
menggunakan pembanding visual di mana intensitas warna dari suatu larutan dari
suatu unsur yang konsentrasinya tidak diketahui dibandingkan dengan intensitas
warna dari sejumlah larutan yang diketahui konsentrasinya (Kusnanto, 2000).

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).

14
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan
yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi (Day dan Underwood, 1981).

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap logam Pb, Cd dan Hg
pada sampel krim pemutih wajah (krim siang dan krim malam) yang dilakukan oleh
Erasiska1, Subardi Bali2, T. Abu Hanifah dapat disimpulkan sebagai berikut : Kandungan
logam Pb, Cd dan Hg dari enam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan krim malam)
yang diteliti masing-masing berkisar antara 0 – 35 μg/g, 0,05 – 1,5 μg/g dan 0,4 – 4,18 μg/g.
Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan
malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) No. HK 03.1.23.08.11.07331
tahun 2011.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatma Ariska Trisnawati , Cicik
Herlina Yulianti dan Tamara Gusti Ebtavanny dengan judul Identifikasi Kandungan
Merkuri pada Beberapa Krim Pemutih yang Beredar di Pasaran (Studi dilakukan di Pasar
DTC Wonokromo Surabaya) dapat disimpulkan bahwa Tidak semua kosmetik krim pemutih
wajah yang beredar dipasaran memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BPOM. Berdasarkan
hasil uji kuantitatif menunjukkan adanya kandungan merkuri yang cukup tinggi pada produk
krim pemutih dengan varian A1 sebesar 224,04 ± 0,35 mg/kg, dan untuk varian A2 adalah
sebesar 188,20 ± 0,28 mg/kg.

C. Kerangka Berfikir
Bertitik tolak dari tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan diatas, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

15
Pengetahuan Pembeli
Pemeriksaan
Laboratorium

Kandungan Hg, Pb, dan Cd pada


krim pemutih

Komposisi zat

Peraturan Kepala BPOM RI No. 17 Tahun 2014 tentang Persyaratan


Cemaran Mikroba dan Logam Berat pada Kosmetik.

Memenuhi Persyaratan Tidak Memenuhi


Persyaratan

Berdasarkan skema diatas bahwa zat kimia yang berupa logam berat yang akan
dianalisis pada kandungan krim pemutih ialah Merkuri (Hg), timbal (Pb), dan cadmium (Cd)
yang penjualan dan pemakainnya dipengaruhi oleh pengetahuan pembeli terhadap kandungan
merkuri (Hg) dan logam berat lainnya pada kosmetik, serta dianalisis komposisi zat yang
tertera pada kemasan krim pemutih tersebut untuk diketahui kandungan zat apa saja yang
terkandung dalam produk tersebut.
Krim pemutih yang dicurigai mengandung logam berat tersebut dianalisis melalui uji
labratorium dan dibandingkan kandungan logam berat berdasarkan hasil analisis apakah
memenuhui persyaratan atau tidak memenuhi persayaratan dengan baku mutu atau nilai
ambang batas yang tertera pada Peraturan Kepala BPOM RI No.17 Tahun 2014 Tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat pada Kosmetika.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
Spektrofotometer Serapan Atom AA-6300, Neraca, Gelas kimia, Labu
erlenmeyer, Labu ukur, Pipet volume, Batang pengaduk, Corong, Penangas
listrik dan Kertas saring.

2. Bahan yang digunakan


a. Asam nitrat
b. Asam klorida
c. Hidrogen peroksida
d. Akuades
e. 4 sampel krim pemutih.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Krim pemutih yang beredar di pasaran Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak
6 merek.

2. Sampel
Sampel yang digunakan di ambil dari populasi berdasarkan rumus stratified
random sampling dengan membedakan 4 merek dengan harga diatas
Rp.50.000,- sebanyak 2 merek dan dibawah Rp.50.000,- sebanyak 2 merek
juga.

C. Analisis Kandungan Hg dalam Sampel


1. Pengambilan Sampel
Sampel di ambil sebanyak 4 merek krim pemutih.
2. Uji Kuantitatif
a. Pembuatan Larutan Standar/ Baku Merkuri (Hg)
1) Ditimbang 1000 mg Hg dilarutkan dalam 1 L akuades sehingga
konsentrasinya 1000 mg Hg/L. Kemudian diambil 10 ml dari 1000
mgHg/L, diencerkan pada labu 100 ml.
2) Dipipet 10 ml dari 100 mg Hg/L,diencerkan pada labu 100 ml
sehingga menjadi 10 mg Hg/L.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Merkuri

17
1) Dipipet 1 ml, 2 ml, 3 ml, 7 ml, dan 10 ml Hg dan diencerkan pada
labu 100 ml sehingga konsentrasinya adalah 0.1 mg Hg/L, 0.2 mg
Hg/L, 0.3 mg Hg/L, 0.7 mg Hg/L dan 1 mg Hg/L.
2) Setelah itu ukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom kemudian
baca absorbansi dengan panjang gelombang 253,75 nm.
c. Preparasi Sampel dan Prosedur
1) Ditimbang 2 g sampel dalam bentuk padatan, kemudian larutkan
dengan asam nitrat pekat sebanyak 5-10 ml dalam erlenmeyer.
2) Tambahkan volume larutan menjadi 100 ml dengan akuades.
Setelah semua logam larut, masukkan larutan tersebut ke dalam labu
takar isi 100 ml.
3) Dari larutan tersebut, pipet sebanyak 10 ml dan masukan ke dalam
labu takar yang lain. Lalu tambahkan volumenya hingga 100 ml
dengan larutan HNO3 0,1 N.
4) Pipet larutan sebanyak 0,1 ml dan masukan ke dalam masing-
masing labu takar yang sudah dinomori terlebih dahulu.
5) Tambahkan ke dalamnya larutan HNO3 0,1 N hingga volume
masing-masing 100 ml.
6) Lalu tambahkan larutan HCl sampai menghasilkan pH 2-3.
7) Nyalakan instrumen pengukur Spektrofotometer Serapan Atom dan
selanjutnya atur panjang gelombang resonansi merkuri, yaitu 253,75
nm.
8) Tuangkan sejumlah larutan sampel yang telah diberi perlakuan di
dalam wadah reaksi.
9) Masukkan larutan sampel ke dalam wadah (tungku) alat
Spektrofotometer Serapan Atom AA-6300, lalu letakkan pipa di atas
wadah yang telah berisi sampel.
10) Catat hasil pengukuran larutan sampel tersebut.
11) Hitung pengukuran.

D. Analisis Kandungan Pb dan Cd dalam Sampel


1. Pengambilan Sampel
Sampel di ambil sebanyak 4 merek krim pemutih.
2. Uji Kuantitatif

18
a) Pembuatan Larutan Standar/ Baku Pb dan Cd
1) Ditimbang 1000 mg Pb atau Cd dilarutkan dalam 1 L akuades
sehingga konsentrasinya 1000 mg/L. Kemudian diambil 10 ml dari
1000 mg/L, diencerkan pada labu 100 ml.
2) Dipipet 10 ml dari 100 mg/L,diencerkan pada labu 100 ml sehingga
menjadi 10 mg/L.
b) Pembuatan Kurva Kalibrasi Pb atau Cd
1) Dipipet 1 ml, 2 ml, 3 ml, 7 ml, dan 10 ml Pb atau Cd dan diencerkan
pada labu 100 ml sehingga konsentrasinya adalah 0.1 mg Hg/L, 0.2
mg Hg/L, 0.3 mg Hg/L, 0.7 mg Hg/L dan 1 mg Hg/L.
2) Setelah itu ukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom kemudian
baca absorbansi dengan panjang gelombang 253,75 nm.
c) Preparasi Sampel dan Prosedur
1) Sampel ditimbang sebanyak 1 g.
2) Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 11,25 mL HCl pekat
dan 3,75 mL HNO3 pekat
3) Dipanaskan di atas hot plate dan ditutup dengan kaca arloji.
4) Larutan dipanaskan hingga mendidih selama ± 10 menit di atas hot
plate suhu 70, kemudian penutup kaca arloji dibuka ditambahkan
sedikit demi sedikit H2O2 sebanyak 2 mL dan dipanaskan hingga
warna berubah menjadi lebih jernih dari larutan semula.
5) Erlenmeyer diturunkan dari atas hot plate dan didinginkan, kemudian
larutan disaring dengan kertas saring Whatman No. 42.
6) Larutan hasil destruksi yang didapat dimasukkan ke dalam labu ukur
10 mL.
7) Peralatan SSA disiapkan dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk
penggunaannya.
8) Larutan standar dan sampel diukur absorbansinya dengan alat SSA,
kemudian dibuat kurva kalibrasi dengan memplotkan antara
konsentrasi standar dengan absorbansi yang terukur oleh alat SSA.
9) Koefisien regresi dihitung dan dibuat persamaan regresi kurva
kalibrasi standar, konsentrasi sampel dihitung melalui persamaan
kurva kalibrasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Klinik
Obat Herbal. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Al-Hoqail, I. A. 2003. Knowledge, Beliefs and Perception of Youth Toward Acne Vulgaris.
Saudi Med J. 24(7) : 765-768.

Basset,J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta :ECG.

Bhattacharya., dan Pransant, K., 2011, Model Prediction And Experimental Studies On The
Removal Of Dissolved NH3 From Water Applying Hollow Fiber Membrane Contractor,
jurnal of Mbrane Science, 390-391.
Christiani. 2009. Analisis Kandungan Logam Merkuri (Hg) dalam Krim Pemutih yang Beredar
di Kota Palu Sulawesi Tengah. Palu.

Fatmawati, Fenti. Ayumulia. 2016. Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar
Kiaracondong Bandung. Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal. 1(2).

Fernier, D.J. (2001). Assessment of Some Heavy Metals in Facial Cosmetic Products. eMed.
J. 2(5),1-7.

Haswell, S.J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry. Netherlands: Elsvier.


Heep, N.M., Mindak, W.R. dan Cheng, J. (2009). Determination of Total Lead in Lipstick:
Development and Validation of a Microwave-assisted Digestion, Inductively Coupled
Plasma-mass Spectrofometric Method. J. Cosmet. Sci., 60, 405-414.

Istarani, Festri, Ellina S. Pandebesie. Studi Dampak Arsen dan Kadmium terhadap Penurunan
Kualitas lingkungan. Teknik Pomits Vol. 3, No. 1, 2014. ISSN: 2337-3539 (2301-9271).

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.


Kusnanto, M.W., 2012, Analisis Spektroskopi UV-Vis Penentuan Konsentrasi Permangananat,
Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Mirdat. Patadungan, Yosep S. Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) Dalam Tanah
Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan Poboya, Kota Palu. e-J.
Agrotekbis 1 (2) : 127-134.

20
Nourmoradi, H., Foroghi, M., Farhadkhani, M. and Vahid, D.M. (2013). Assessment of Lead
Cadmium Levels in Frequently Used Cosmetic Products in Iran. Journal of
Environmental and Public Health, 2013, 1-5.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
.2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

Pasaribu, Chyntia Arkesti, dkk. 2017. Kandungan Logam Berat Pb pda Kol dan Tomat di
Beberapa Kecamatan karo. Agroekoteknologi Vol.5, No. 2, April 2017 (45): 355-361.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor 17 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obatdan Makanan
Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba
dan Logam Berat Dalam Kosmetika.

Purwaningdyah, R. A. K., dan Nelva K. J. 2013. Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-
Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. EJournal FK USU. 1(1) : 1-8.

Rowe, P.J. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. The Pharmaceutical Press, USA.

Supriyadi 2008. Analisis Logam Kadmium, Timbal, dan Krom pada Lipstik Secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Kimia dan Teknologi, 4: 299-305.

Tranggono, Retno I. S. dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Underwood, A.L. dan Day, R.A., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi. Keenam, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Untari Eka Krtika & Robiyanto. 2018. Uji Fisikokimia dan Uji Iritasi Sabun Antiseptik Kulit
Daun Aloe vera (L.) Burm.f. Jurnal Jamu Indonesia. 3(2):55-61.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia.

Widowati., Sastiono., Jusuf., 2008. Efek Toksik Logam : Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Andi Offset. Yogyakarta.

21
22

Anda mungkin juga menyukai