Anda di halaman 1dari 16

1. Uraikan & jelaskan berbagai teori bunga uang (riba) bangsa-bangsa barat !

2. Uraikan & jelaskan berbagai teori bunga uang (riba) menurut Islam !
3. Uraikan & jelaskan berbagai macam jual beli (dagang) dan utang piutang (kredit) yang
dilarang dalam Islam !
4. Uraikan & jelaskan berbagai pengaruh buruk bunga uang (riba) !

1. Bunga Uang Menurut Bangsa-Bangsa Barat


Suatu masyarat primitif dimana pemungutan bunga atas pinjaman-pinjaman barang
konsumsi dianggap sebagai tabu. Pada bangsa Yunani praktek peminjaman uang dengan
memungut bunganya dilarang keras. Menurut Aristoteles fungsi utama uang yang utama
adalah untuk mempermudah perdagangan, dan mempermudah manusia memnuhi
kebutuhan. Uang tidak bias digunakan sebagai alat menumpuk kekayaan, apalagi
memperanakkannya. Jadi mendapat kekayaan dengan memperbungakan uang adalah
perbuatan yang sangat tercela. Kesimpulannya bunga uang tidaklah adil. Pada bangsa
romawi, kerajaan Roma melarang setiap jenia pemungutan bunga atas uang. Kemudian
bertambah luasnya kerajaan serta mulai munculnya kelas-kelas pedagang dalam
masyarakat timbuk pula praktek bunga uang. Peraturan yang keras dibuat guna membatasi
besarnya suku bunga yang ditetapkan berdasarkan undang-undang. Bangsa Romawi adalah
bangsa yang pertama menciptakan undang-undang guna melindungi para peminjam.
Pembayaran bunga uang atas pinjaman uang disebut riba pada abad pertengahan dan
pemungutan riba dilarang keras oleh undang-undang Negara. Juga menjadu pandangan
umum untuk menganggap larangan ini sebagai salah satu ajaran agama. Professor Tawney
berpendapat “seluruh skema pemikiran abad pertengahan berusaha menanamkan anggapan
bahwa diatas segala kegiatan ekonomi yang merupakan suatu satuan yang mencakup
seluruh kemauan dan penghidupan manusia adalah agama. Keynes berpendapat bahwa
kaum abad pertengahan ini terhadap riba, terdapat pula motif-motif ekononomi. Dia
mengatakan “semula saya menganggap bahwa sikap gereja-gereja pada abad pertengahan
tentang suku bunga kurang jujur karena mereka tidak memasukkan penerimaan uang dari
suatu penanaman modal (investasi) yang aktif ke dalam kategori bunga uang, seperti
praktek yang dilakukan oleh Kaum Yezuit guna membenarkan perbuatan mereka serta
menghindari diri dari suatu akibat yang salah. Hal tersebut dilakukan sebagai suatu sikap
intelek guna memisahkan apa yang dicampur adukan oleh Kaum Klasik, seperti suku
bunga dan hasil perputaran dari pertambahan penanaman modal yang effisien. Jelas bahwa
penyelidikan para sarjana di titik beratkan kepada penjelasan suatu rumusan yang bias

1
memungkinkan semakin tingginya hasil perputaran modal yang ditanamkan, dengan tetap
memperhatikan peraturan-peraturan, adat istiadat dan pandangan moral guna tetap bias
menekan suku bunga uang kebawah”.

Sampai abad ke tiga belas peraturan gereja merupakan peraturan yang tertinggi dan
pengambilan bunga uang dilarang keatas. Dapat pula dicatat disini bahwa pembayaran
sewa tanah atau harta tetat lainnya tidak dilarang oleh gereja maupun undang-undang
kanonik.

Hilangnya pengaruh Gereja

Bagaimanapun juga akhirnya pada abad tiga belas , timbul beberapa faktor yang
menghancurkan pengaruh gerejayang masih sangat kolot tersebut. Kaum reformist yang
dipimpin Luther dan Zwingle, dapat memahami bahwa praktekpembungaan uang adalah
merupakan akibat dari kelemahan manusia sendiri. Dengan kecilnya pengaruh gereja dan
bertambah meluasnya pengaruh aliran baru, peminjaman uang dengan dipungut bunganya
mulai diterima oleh masyarakat. Keadaan baru ini digambarkan oleh Bacon sebagai berikut

“Keadanlah yang memaksa manusia memberi dan menerima pinjaman uang, tetapi karena
mereka itu tidak mempunyai perasaan belas kasihan, mereka tidak bersedia memberikan
pinjaman kepada oranglain, apalagi kalau mereka itu tidak memperoleh hasil apa-apa dari
perbuatan itu. Oleh karena itu pengambilan bunga atas uang yang dipinjamkan haruslah
diizinkan”

Karena pandangan masyarakat yang seperti ini nafsu untujk cepat memiliki kekayaan
merajalela dan timbullah hal hal yang sangat buruk didalam masyarakat. Akhirnya
larangan terhadap riba dikeluarkan di eropa. Istilah “Bunga” ini dikeluarkan untuk
memperlunak istilah tindakan manusia yang berhubungan dengan pinjaman uang. Bahkan
diambil pula langkah-langkah yang perlu guna menetapkan tingkat suku bunga yangf
tertinggi. Dibawah pemerintahan Henry VIII, suku bunga yang tertinggi ditentukan sebesar
10%. Orang –orang terkemuka seperti Francis Bacon, Sir Josiah Child dan Sir Thomas
Culpeper, lebih banyak menunjukan kritik kritik mereka terhadap tingginya sukubunga
daripada praktek pembungaan uang itu sendiri.

Teori bunga uang di zaman Merkantilis (1500-1700)

Selama beberapa abad sifat-sifat manusia yang kejam dan egoistis dibatasi oleh ajaran-
ajaran agama yang mereka anut. Tetapi sejak berakhirnya kekuasaan gereja serta hilangnya
norma norma agama yang kokoh, masyarakat mulai bertindak sesuai dengan kemauan

2
jaman. Sesaat peraturan yang membatasi praktek-praktek pembungaan uang kendor, tidak
ada gunanya lagi menetapkan berapa tinggi suku bunga yang boleh dipungut. Dimasa
inilah mula-mula uang dipakai sebagai alat penukar di dalam perdagangan guna
menggantikan cara-cara lama yang memakai sistem pertukaran langsung antara barang
dengan barang. Penumpukan uang dan harta benda mulai merupakan politik perekonomian
bangsa di zaman Merkantilis ini, dan karenanya semua bangsa berusaha mengumpulkan
logam-logam mulia. Seluruh kegiatan negara ditujukan guna mengumpulkan emas dan
perak. Kaum Merkantilis menyamakan uang dengan modal.

Pada awal perkembangan kaum Merkantilis menetapkan suku bunga yang rendah guna
mendorong perdagangan. Karena itu mereka menyokong adanya peraturan bunga yang
menetapkan bunga yang rendah. Tahun 1668, timbul kembali pertentangan faham
mengenai riba. Berbeda dengan pandangan Mun, Sir Thomas Culpeper menulis dua
karangan yang mempertahankan dan dipeliharanya tingkat suku bunga yang rendah dan
kemudian pytranya menerbitkan buku yang berjudul Discourse guna mengkritik persoalan
riba ini. Penganjur tindakan tersebut mungkin Sir Josiah Child. Dia menganggap suku
bunga yang rendah sebagai sumber kemakmuran dan kemajuan industri, karena akan
memungkinkan para pengusaha mendapatkan modaldengan mudah, dan dengan demikian
dapat menciptakan kemakmuran, sebab mereka itu tidak perlu lagi memungut laba yang
tinggi guna penutup ongkos produksi mereka. Jika suku bunga tinggi, uang akan sukar
didapat karena setiap orang yang memiliki tabungan sedikit saja akan membawanya ke
tukang emas guna dibelikan perhiasan. Maksud utama dari pandangan ini adalah : “ Kita
tidak akan sanggup bersaingan dengan bangsa jerman dalam perdagangan jika kita tidak
menurunkan tingkat suku bunga kita sampai sama dengan suku bunga mereka” . Davenant
juga mencemoohkan mereka yang memungut bunga uang. Kebanyakan mereka ini
menganggap bahwadengan menurunkan suku bunga akan berhasil membawa perbaikan
dan memungkinkan mereka mendapatkan modal dengan lebih mudah. Mereka seolah-olah
memasang gerobak didepan dan kuda dibelakang, menafsirksn akibat sebagai sebab, hal
mana menunjukan bagaimana, kurangnya pengetahuan mereka itu tentang fungsi modal
dan uang yang sebenarnya.

Beberapa sarjana lebih memihak pandangan Mun dalam persoalan riba. Thomas manley
menerangkan : “ disebabkan oleh terbatasnya jumlah uanglah dan banyaknya peminjam
maka suku bungan akan turun. Menurut John Locke “ karena tidak mengerti mengapa uang
memiliki nilai, bahwa suku Bungan yang rendah adalah sebagai akibat dari persediaan
uang yang berlebih-lebihan. Sir Dudley North pada akhir-akhir masa akhir masa
3
pertengahan ini mengatakan bahwa persediaan “barang” serta surat-surat berharga yang
berlimpah-limpah di negeri Belanda, suku bunga menjadi rendah. Disamping usaha-usaha
mereka, kaum Merkantilis gagal dalam mengawasi perkembangan suku bunga. Kemudian
suku bunga uang dibiarkan saja berkembang sesua dengan hokum permintaan dan
penawaran.

Teori bunga uang Mazhab klasik

Membicarakan teori bunga mazhab klasik secara mendalam, karena mazhab ini merupakan
suatu mazhab yang paling terkemuka dalam ilmu ekonomi serta yang pertama kali
mengembangkan ilmu tersebut, dan di seluruh universitas di dalam lingkungan negara-
negara persemakmuran, ajarannya mendapat tempat yang utama. Adam smith, Robert
Thomas Mathus dan Ricardo dianggap sebagai pendiri mazhab ini. Menurut Smith dan
Ricardo, bunga uang meruypakan suatu ganti rugi yang diberikan oleh peminjam kepada
pemilik uang atas keuntungan yang mungkin diperolehnya dari pemakaian uang tersebut.
Tidak membeda-bedakan secara tegas antara bunga bunga uang dengan keuntunga modal
kotor (gross profit of capital). Adam smith menggunakan istilah “Stock Capital” prsediaan
modal untuk sebagian harta kekayaan seseorang yang tidak dipergunakan untuk konsumsi
mereka tetapi diolahnya lebih jauh dalam produksi guna menghasilkan uang, hadiah
ataupun laba. Termasuk juga mesin, bahan mentah, gedung, makan, dan pakaian.
Walaupun makanan dan pakaian dari sudut masyarakat bukan merupakan modal, namun
dari sudut individu-individu yang lain itu adalah modal karena mereka dapat menjualnya
kepada para pekerja dan memperoleh keuntungan. Penumpukan barang atau modal,
berakibat ditundanya pemenuhan kebutuhan lain, dan orang tidak akan berbuat demikian
kalau mereka itu tidak mengharapkan sesuatu hasil yang lebih baik dari pengorbanan yang
telah mereka lakukan. Kedua pemuka berpendapat, bunga adalah hadiah atau balas jasa
yang diberikan kepada seseorang karena dia telah bersedia menunda pemenuhan
kebutuhannya. Menurut Smith, sumber keuntungan dapat diketahui pada kenyataan bahwa
perputaran modal dalam proses produksi mengakibatkan bertambahnya nilai tenaga kerja
buruh, sehingga tidak akan pernah terjadi sesuatu pemerasan atas tenaga kerja buruh.
Ricardo mengumpamakan semua modal sebagai gunggungan tenaga buruh dan mengukur
semua nilai yang timbul dalam produksi dengan tenaga kerja. Besarnya suku bunga
digambarkan Adam Smith dan Ricardo sebagai berikut: “ jika sekiranya hasil yang
diperoleh dari perputaran uang besar jumlahnya, maka bunga yang lebih besar juga dapat
diberikan atas pemakaian uang itu “ . Daniel Hoare meyakinkan bahwa besar kecilnya suku

4
bunga tidak mempunya hubungan apapun dengan jumlah uang yang beredar. Akibat dari
bertambahnya jumlah uang yang beredar adalah naiknya harga.

Pendapat Marshall mengenai teori bunga yaitu baik permintaan maupun penawaran
berpengaruh dalam menentukan besarnya suku bunga. Nassu Senior mengungkapkan
“abstinence” sebagai penyebab timbulnya bungha uang. Banyak timbul kritik-
kritikterhadap gagasan tersebut. Menurut Marshall bunga dilihat dari segi penawaran
adalah balas jasa terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk menyimpan
sebagian pendapatannya atau menunggu. Permintaan akan modal tergantung kepada
produktifitas marginal, yaitu suatu tambahan produksi/ keuntungan atas tambahan modal
yang ditanamkan. Tingkat suku bunga terdapat pada keseimbangan yang dibentuk oleh
perpotongan jumlah permintaan modal di pasar dengan jumlah seluruh penawaran modal
pada suatu tingkat suku bunga tertentu.

2. Teori bunga uang (riba) menurut Islam


Kitab suci Al Qur’an melarang keras praktek pembungaan uang. Orang-orang yang
memakan uang hasil riba tidak akan mempunyai pendirian. Allah menghalalkan
perdagangan dan mengharamkan riba. Barang siapa kedatangan nasehat dari Tuhannya,
lalu ia berhenti maka bagibnyalah apa yang telah lalu, dan urusannya terserah pada Allah.
Tetapi barang siapa kembali lagi maka mereka itu akan jadi ahli neraka yang kekal
didalamnya. “Allah hapuskan (barakat) riba dan ia suburkan (barakat) derma, dan Allah
tidak suka kepada setiap orang tak mengenang budi, pendosa” (Qur’an 2:275-276). Qur’an
memperingatkan juga para pemakan riba dengan ancaman hukuman dan azab. “hai orang-
orang yang beriman! Berbaktilah kepada Allah, dan tinggakanlah sisa riba, jika memang
kamu orang yang beriman. Tetapi jika kamu berbuat begitu terimalah pernyataan perang
dari Allah serta Rasul-Nya, dan jika kamu mau bertaubat maka kamu boleh ambil modal-
modal kamu jadi kamu tidak akan menganiaya dan tidak akan pula dianiaya. Dan jika ada
kepayahan , maka beriolah tempuh hingga (waktu) ke lapangan, tetapi bahwa kamu
bershadaqah itu lebih baik bagu kaki mengetahui.” (Qur’an 2:278-280).
Di jazirah Arab, sebelum datangnya agama Islam merupakan suatu kebiasaan masyarakat
membebankan bunga kepada semua jenis peminjam. Qur’an kemudian melarang praktek-
praktek pembungaan uang. Tindakan pembungaan uang tidaklah menambah kekayaan
tetapi membawa mereka ke dalam keadaan yang telah dialami oleh bangsa Yahudi.
Selain dari Qur’an, ada beberapa hadis yang dapat dipercaya tentang melarang keras
praktek-praktek riba. Misalnya:

5
1. Jabir, “Rasulullah saw mengutuk penerima, pemberi, yang menulis, dan yang menjadi
saksi perbuatan riba. Mereka itu sama saja (didalam kedosaan). (muslim).
2. Abdullah bin Hanzalah, yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah berkata “satu
dirham yang diterima dengan sadar oleh pemakan riba, lebih buruk daripada tiga puluh
enam kali melakukan penzinaan”.
3. Baihaqi dalam shu’bul iman tentang hal yang sama dari Ibn Abbas, nabi berkata “setiap
orang yang telah menggemukan badannya dengan barang-barang yang tidak halal,
nerakalah yang paling baik baginya”. (Ahmad, Darakutny)
4. Abu Hurairah, pernah Rasulullah berkata “sewaktu malam Mikradj, saya bertemu
dengan satu kaum yang perutnya berbentuk seperti rumah penuh ular-ular, dan ular-
ular itu tampak dari luar, saya menanyakan siapakah mereka itu? Jibril menjawab
mereka adalah pemakan riba”. (Ahmad Ibn Majah)

Perkataan riba di dalam Al-Qur’an adalah Ar-Riba. Ar-Riba berarti Aziaduhu ala sjai’in,
yang artinya “pertambahan”.

Pandangan Imam Fachruddin Razi tentang bunga uang

Kata riba berarti dan menunjukkan “perubahan atau pertambahan”. Tetapi bukan berarti
semua pertambahan itu adalah dosa. Apa yang dilarang adalah tindakan-tindakan yang
disebut oleh orang Arab sebagai Riba. Riba nasia ini dilarang dan dianggap dosa oleh Al-
Qur’an. Hal yang menyebabkan riba dilarang karena perbuatan ini memungkinkan
seseorang memaksa pemilikan harta benda orang lain tanpa alasan-alasan yang diizinkan
oleh peraturan ataupun yang akan memberikan keuntungan bagi si pemiliknya. Sama saja
orang ini melakukan perampasan dan tidak memikirkan hak orang lain. Adapun alasan lain
karena secara nyata penghasilan yang diterima dari bunga uang menghambat si
penerimanya (pemberi hutang) untuk ikut berusaha memasuki suatu jabatan atau pekerjaan
di dalam masyarakat karena mudah saja membiayai hidupnya (iktisabul maisyah) dari
bunga uang atau pinjaman berjangka. Alasan yang lain karena ‘hutang” selalu menurunkan
harga diri dan kehormatan seseorang di dalam masyarakat. Jika bunga uang dilarang maka
masyarakat tidak akan mau lagi pinjam meminjam uang. Tetapi jika diizinkan masyarakat
akan memenuhi kebutuhannya yang semakin lama semakin besar, tidak akan segan
meminjam uang walaupun tau seberapa tinggi bunganya. Alasan yang lainnya karena
dengan adanya perbuatan tersebut mereka yang meminjam uang akan menjadi kaya,
sedang yang meminjamkan akan menjadi miskin. Jika riba diizinkan, orang-orang kaya
akan berusaha mengumpulkan uang orang-orang miskin guna dipinjaminya. Alasan yang

6
lain lagi karena kitab suci Al-Qur’an, undang-undang tertinggi dalam Islam
memerintahkan secara tegas dan tidak dapat diganggu gugat pelarangan terhadap segala
bentuk riba. Imam Razi berusaha menjelaskan pengertian Qur’an tentang riba bahwa saitan
guna merusak binasakan manusia.

Perbedaan antara perdagangan dan riba.

“Innamal bai’a mislu Riba” artinya “perdagangan itu sama saja dengan riba”

Menurut bangsa arab jahiliah keduanya sama karena sepanjang pengetahuan tidak ada
perbedaan antara keduanya. Perdagangan dam pertukaran sangat dibutuhkan guna
memenuhi kebutuhan manusia. Kitab suci Al-Qur’an setelah menghapuskan kesalahan ini
dengan satu kalimat saja, dimana tercantum bahwa riba dilarang dan perdagangan
diizinkan. Menyinggung soal sadaqat (sedekah) dan bunga, karena sedekah adalah
memberikan (dengan suka rela) sebagian hartanya kepada orang lain, jika bunga adalah
meminta sebagian harta orang lain untuk dirinya sendiri. Nabi berkata “semakin besar
bunga uang, semakin kecilah harta manusia”. Walaupun kelihatannya harta benda si
penerima riba tidak habis-habis tetapi sebenarnya ia mempunyai reputasi yang buruk dan
tidak dihormati oleh masyarakat dan ia telah turun ke tingkat dimana ia kehilangan rasa
keadilan dan harga diri, masyarakat sekitar akan menganggap ia adalah seorang yang
kejam dan tidak punya perasaan. Alasan yang lainnya karena anggota masyarakat yang
miskin sadar bahwa pemungut riba telah memeras harta benda mereka melalui cara
pembungaan uang, maka mereka akan mendoakan yang buruk-buruk bahkan sampai
mengutuknya. Hal hal yang seperti ini yang menyebabkan riba dilarang. Orang-orang
menjadi seseorang yang sangat jahat hingga mendoakan keburukan datang kepada
penerima riba. Alasan berikutnya karena jika masyarakat tau seseorang penerima riba kaya
karena hasil riba itu maka orang-orang jahat dan orang-orang kekurangan akan selalu
mengintainya dengan tindakan pencurian, perampokan. Dan masyarakat beranggapan jika
hal itu merupakan hak nya yang sah.

Larangan membelanjakan bunga uang.

“la ta’kulu Riba Id’afan mudha”afah” yang artinya “janganlah memakan bunga uang ganga
berganda”. (Qur’an, 3:130)

Mereka yang tidak percaya biasanya memakai uang yang didapat dari riba untuk biaya
angkatan perang. Mungkin sekali orang-orang muslimin akan terperdaya meniru mereka
dan memakai uang itu guna biaya angkatan perang dengan maksud untuk menyenangkan

7
para anggotanya. Allah telah menghindarkan mereka dari perbuatan tersebut: “wala
tazlamuna wala tuzlimun” artinya “tak ada seseorang berhutang akan merasa dikuasai
dengan memaksanya membayar lebih besar dari apa yang seharusnya, ataupun yang
memperhutangkan merasa rugi atas miliknya”.

Bentuk transaksi pembungaan uang di zaman jahiliah.

a) Transaksi pembungaan uang di Taif


Kaum Thaqif biasanya meminjamkan uang kepada kaum Mughira. Jika sudah jatuh
tempo kaum Mughira berjanji akan membayar lebih jika mereka diberi suatu tenggang
waktu. Kaum Thaqif meminjamkan uang kepada orang lain untuk suatu jangka waktu
tertentu. Dan pada saat jatuh tempo akan ditagih dan kelebihannya merupakan uang
jasa. Keluarga Thaqif di Taif beranggotakan 4 orang laki-laki yang bernama Mas’ud,
Abd, Lail, dan Habib bin Amir bin Umar Ath-Thaqafi yang selalu memberikan
pinjaman dengan bunga kepada cabang keluarga Maghira yang tinggal di Mekah.
b) Transaksi pembungaan uang di Mekah
Warga Mekah juga bergerak dalam pembungaan uang. Kemudian setelah sebagian
warga memeluk agama Islam maka mereka setuju untuk meminta kembali uang pokok
yang telah dipinjamkan dan melupakan kelebihan yang dibentuk oleh uang itu. Cara
praktek riba di Mekah pada zaman jahiliah sama dengan apa yang dilakukan orang di
Taif. Bentuk riba ada dua jenis yaitu Riba Naisa dan Riba Fadl. Riba Naisa adalah
bila si pemilik meminjamkan uangnya dengan bulanan sebagai tambahan kepada uang
pokok. Jika sudah jatuh tempo maka sin pemilik akan meminta uang pokoknya tetapi
jika peminjam belum sanggup bayar maka si pemilik memberikan keluangan waktu
dengan syarat peminjam bersedia membayar sejumlah uang lagi diatas uang pokok
yang dipinjamnya tadi, Riba Fadl (tunai) adalah jika si peminjam membayar dengan
barang –barang sejenis dengan apa yang dipinjamnya, misalnya gandum dengan
gandum, jagung dengan jagung. Bentuk riba yang dilarang Tuhan adalah dimana
peminjam berjanji membayar sejumlah yang terlebih dahulu ditentukan diatas jumlah
pinjamannya sebagai balas jasa karena diberikan tenggang waktu.
c) Transaksi pembungaan uang di Madinah
Seseorang diantara mereka memberi pinjaman sejumlah tertentu untuk jangka yang
telah ditetapkan. Kemudian si pinjaman itu terus menerus bertambah., sampai akhirnya
harta si peminjam habis oleh hutang yang semula kecil.

8
3. Berbagai Macam Jual Beli dan Utang Piutang Yang Dilarang Dalam Islam
Dalam Islam menegaskan bahwa pembungaan uang itu dilarang. Tetapi belum tentu Islam
melarang pengkreditan. Pinjaman atau hutang dibagi menjadi 2 jenis:
1. Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam ilmu ekonomi hal ini
disebut pinjaman yang tidak menghasilkan (unproductive debt).
2. Peminjam guna untuk menjalankan suatu usaha. Secara teknis hal ini disebut Produktif
atau pinjaman yang membawa hasil (Income producing debt).

Menyadari adanya perlu dan kebutuhan akan adanya pinjaman yang membawa hasil ini,
islam mengizinkan para penganutnya menjalankan suatu usaha dengan jalan bekerja sama.
Dalam sistem ekonomi modern, pinjaman untuk suatu usaha harus didahulukan dengan
menentukan tingkat suku bunga yang tetap, tanpa memeperdulikan pengusaha atau
peminjam mendapatkan laba atau kerugian dan pihak peminjam harus membayarkan atau
mengembalikan uang sejumlah yang dipinjam beserta suku bunga yang telat di tetapkan.
Keuntungan yang diperoleh dalam proses perdagangan tidak pernah sama selalu berubah-
ubah sesuai dengan keadaan atau kondisi pasar. Tingkat suku bunga juga dapat berubah-
ubah setiap waktu, tetapi dalam sistem ekonomi zaman sekarang si peminjam harus
membayar pada saat masa peminjamannya berakhir atau sesuai jatuh tempo pembayaran
dan sesuai dengan tingkat suku bunga sebagaimana saat peminjam meminjam uang/modal
meskipun suku bunga di pasaran telah turun. Islam telah memiliki cara dan solusi dalam
mengatasi kesulitan laba turun akibat pasar yang sepi, dengan metode islam yaitu
meninggalkan tingkat suku bunga tetap dan menganjurkan para pemilik modal menjadi
persero dalam badan usaha dan sama sama menanggung untung dan ruginya. Paham
sosialis menolak bunga, tetapi paham ini tidak menemukan atau mengemukakan solusi
yang baik untuk mendapatkan modal. Berbeda dengan paham Kapitalis, paham ini terbalik
dengan paham Sosialis, yaitu menunjukan bagaimana mendapatkan modal tetapi
menyebabkan terjadinya pertentangan anatara pedagang atau pengusaha peminjam dengan
pemilik modal dikarenakan pemilik modal menetapkan tingkat suku bunga tetap pada
peminjam atau pada setiap modal yang dipinjam. Islam secara bijaksana telah menghindari
cara-cara atau metode pinjam meminjam modal seperti paham diatas, dengan
menempatkan kaum pemilik modal dan para pedagang pada tingkat yang sama dan hamper
menyatukan kepentingan keduanya. Dalam islam diajarkan bagi pemilik modal yang tidak
memiliki pengalaman dalam perdagangan bekerja sama dengan pedagang atau seseorang
yang bukan pemilik modal tetapi memiliki keahlian dan pengalam sehingga keduanyan
disatukan dalam satu bentuk badan usaha dan kedua bekerjasama untuk menghasilkan laba.

9
Pembagian laba diatas sesuai dengan kesepakatan kaum pemodal dan pemilik keahlian dan
pengalaman dan laba dapat dinikmati oleh kedua belah pihak. Dalam ikatan usaha tersebut,
walaupun si pedagang hanya menjalankan usaha memakai modal sekutunya (pemilik
modal) , tetapi dalam islam diajarkan untuk keduanya berhak menerima hasil keuntungan
atau kerugian dan dibagi secara merata. Hal ini menunjukan bahwa islam berhasil
mengajarkan dan menyenangkan dalam dunia perdagangan karena metode perdangangan
yang menyediakan modal tanpa memberi pembebanan bunga. Persoalan bentuk-bentuk
hutang yang dibutuhkan untuk memenuihim kebutuhan sehari-hari islam meiliki cara
untuk melakukan hutang piutang dengan cara hutang yang dipinjam tidak digunakan untuk
mencari suatu keuntungan tetapi hutang dilakukan hanya untuk mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Islam mengajarkan dan memerintahkan jika peminjam dalam keadan
yang sangat terdesak, maka hutang-hutang yang dipinjam untuk dihapuskan. Mereka yang
mengatakan islam hanya melarang bunga uang berganda dan bukan bunga biasa, mereka
itu harus diingatkan kembali pada hadis Nabi “Islam memerintahkan agar si peminjam
menjadi jatuh miskin karena pinjaman itu, maka hutang pokoknya harus dihapuskan”. Abu
Said berkata : “ Seseorang yang menderita rugi karena panennya gagal, berakibat hutang-
hutangnya bertambah”. Nabi berkata : “Berilah ia bantuan” yang terus dilaksanan
penduduk, tetapi perbuatan itu tidak menghilangkan hutang-hutangnya. Oleh katrena itu
Nabi berkata kepada orang yang memberi pinjaman : “Ambilah apa yang dapat kau ambil,
engkau tidak akan mendapat yang lebih banyak dari ini”. Dan jika yang berhutang memiliki
atau dalam keadaan yang sulit, berilah penundaan atas tenggat waktunya, dan jika kau
maafkan dan anggap saja hutang itu sebagaiu sedekah, akan lebih baik bagimu apabila
engkau mengetahui. Dan jagalah dirimu terhadap hari-hari dimana engkau akan
dihadapkan kepada Allah. Pada waktu itu setiap orang akan balas seperti apa yang menjadi
haknya, dan mereka tidak akan dirugikan (Qur’an, 2:280-281). Diceritakan oleh Hudhaifa
bahwa Nabi (selamatlah ia) berkata sambil berpaling kepada temanya : “Malaikat
menerima seseorang diantara mereka yang telah menghioormati engkau dengan sepenuh
hati. Imam Buikhari menambahkan sesuai dengan penuturan Rib’I yang disampaikan oleh
Abu Muslim sebagai berikut : “saya bisa memberi tenggang waktu kepada mereka yang
sedang kesukaran dan akan menghapuskan hutang-hutang orang miskin”. Disampaikan
oleh Abu Huraira bahwa Nabi SAW berkata : “Ada seseorang pedagang yang memberi
orang lain pinjaman, (dan menjadi kebiasannya) jika ia mengetahui bahwa si peminjam
didalam keadaan susah, ia akan memerintahkan pelayannya menghapuskan hutang itu,
dengan harapan semoga Tuhan mengampuni (si pemilik) karena perbuatannya itulsh Tuhan

10
juga memaafkan kelebihan yang didapatnya. Sesuai dengan keterangan Hudhaifa bahwa
Nabi SAW berkata : “Ada seorang diantra mereka yang telah mendahuluimu (di bumi ini).
Malaikat maut, yang datang untuk mencabut nyawanya bertanya : “Pernahkan engkau
berbuat baik ?” dan Nabi menjawab “Saya masih belum bisa mengingat apa apa kecuali
saya biasa berdagang dengan masyarakat dan memberi mereka pinjaman. Saya bersedia
memberi kepada mereka kelonggaran bagi yang berada dan menghapuskan saja hutang-
hutang orang yang miskin. Keterangan Abu Qataba bahwa Rasulullah SAW berkata “
Mereka yang menginginkan pertolongan Tuhan pada peradilan Hari Qiamat haruslah ia
menolong orang yang berhutang kepadanya atau menghapuskan saja hutang itu (sebagian
atau seluruhnya). Perlu diperhatikan bahwa juga telah diperingatkan kepada para peminjam
yang sanggup membayar hutangnya agar supaya segera melunasi hutang-hutangnya.

Ringkasan persoalan mengenai Bunga :

 Allama Muhannad Al-Fakhri : Bunga pada dasarnya bertentangan dengan prinsip


liberal islam yang merupakan dasar pokok dari susuna masyarakat islam
 Sangat salah pandangan yang mengatakan islam tidak melarang bunga biasa, tetapi
hanya melarang bunga berganda. Dalam islam berapapun atau sekecil apapun
Bungan jelas sangatlah terlarang.
 Terpengaruh oleh kemajuan kaum Kapitalis pada saat ini, sebagian masyarakat
karena melihat betrapa besarnya usaha bank menolong kaum insdustri dan
transaksi-transaksi dagang berusaha membuktikan bahwa pemungutan bunga
diizinkan. Pandangan ini ternyata palsu dan salah. Sebetulnya tidak ada perbedaan
antara bunga bank dan bunga yang dipungut Sahukar selama bank menjalankan
fungsi yang sama dengan seorang yahudi tua yang pekerjaan memberi pinjaman
uang. Bunga bank jelas sangat terlarang.
 Bunga bank bertentangan dengan pandangan islam, dan berarti meremehkan
perintah nyata dan tegas yang terdapat didalam Qur’an. Penting mengemukakan
sejelas mungkin prinsip-prinsip ajaran islam sehubungan sdengan persoalan
bunga.bagaimanapun kita menerima penghasilan hasil dari kita menyimpan uang
di bank sama saja kita menerima bunga dari bank.

4. Pengaruh Buruk Bunga Uang (Riba)


Pengaruh riba dan pinjaman-pinjaman bukan saja melumpuhkan si peminjam, tetapi juga
merusak moral orang yang meminjamkan itu sendiri.

11
Jika satu kali seseorang terlibat dengan riba, maka ia akan tetap terperangkap dan terus
menerus membayar bunganya.

Riba di Inggris Raya

Akibat riba yang sangat besar di Britania Raya dapat ditemui laporan yang diberikan
komite Gabungan terpilih dai House of Lord dan House of Common mengenai Undang-
undang Peminjaman Uang (H.L) dalam tahun 1925, dan dari penyelidikan mengenai
keburukan praktek pinjam meminjam uang di liverpooltahun 1924. Rakyat sendiri
menyadari betapa besarnya usaha pinjam meminjam uang di inggris. Perwakilan Lembaga
Pemberi pinjaman uang menerangkan bahwa “Pinjam meminjam uangb adalah
perdagangan yang besar. Saya akan memberikan kepada paduka yang mulia
perhitungannya. Mungkin akan mengherankan padaku yang mulia, jika paduka
mengetahuai bahwa lebih dari 30.000 peminjam terdaftar di negara ini. Suku bunga yang
dipungut sama saja mengkhawatirkan bagi masyarakat. Syarat pinjaman kelas pekerja
biasanya adalah sebagai berikut :
“Sudah menjadi ketentuan bahwa ada dua jaminan gabungan atau beberapa wesel sebesar
£5 , ditanda tangani, £4.20 diberikan dengan syarat jika terjadi kesalahan atau kegagalan
mengangsur, seluruh jumlah yang disebut diatas akan dianggap menjadi hutang dan dengan
suku bunga sebesar setengah untuk setiap shillingnya setiap minggu. Keadaan ini akan
menghasilkan 250-260 %. Tetapi suku bunga yang dibayarkan kepada si pemberi pinjman
biasanya sekitar 400%. Suku bunga yang biasa dipungut oleh 100 orang perempuan
pemberi pinjaman uang di Liverpool adalah satu penny untuk satu shilling setiap minggu,
atau sekitar 433% setahun, bahkan dapat dipungut 2 bahkan 3 shilling seminggu.
Mudahnya orang mendapatkan pinjaman ternyata telah membawa malapetaka, dan si
peminjam biasanya terpaksa mengambil pinjaman kedua guna membayar yang pertama.
Uang yang dipinjam pada pertama kalinya dikurangkan dari pinjaman kedua dan hutang
piutang ini dimulai lagi dengan pembayaran yang kemungkinan hamper dua kali lipat dari
semula. Alangkah baiknya ada pemberi pinjaman untuk orang-orang yang berada da nada
pula untuk orang-orang yang miskin , bagi siapa yang akan dibebankan suku bunga yang
lebih tinggi. Mereka yang termasuk kelas pertama, yang memberi pinjaman kepada orang
orang kaya, memungut bunga minimum sebesar 22% setahun, dan sesudah mengalami
tekanan-tekanan yang lumayan juga dari si peminjam serta mengalami pula penundaan-
penundaan pembayaran, mereka berhasil membuat catatatn dari pinjaman-pinjaman ini.
Mereka dapat mengemukakan beberapa kejadian yang diperbuat oleh para peminjam yang
kurang baik yang telah membawa kerugian yang luar biasa kepda mereka dan biasanya
12
mereka mengatakan bahwa kondisi pinjaman mereka lebih ringan dari ongkos-ongkos
lainnya. Pemberi pinjaman yang membentuk kelompok kedua di daerah-daerah tempat
tinggal orang miskin, dalam setiap persoalan yang diteliti oleh para penyelidik mengatakan
bahwa suku bunga yang dibebankan adalah 2 sampai 3 bagian untuk setiap shillingnya
setiap minggu (sama dengan 433% sampai 860% dan 1300% setiap tahunnya).

Riba di Amerika Serikat

Keadaan Amerika tidak beda jauh dengan di Inggris. Terdapat permintaan yang besar
terhadap uang, jumlah pemberian pinjaman uang cukup besar dan peminjamnya tidak
pernah berkurang. Pinjam meminjam uang di Amerika Serikat pada saat ini telah menjadi
komplek. Intinya sekarang terdapat diseluruh kota besar dan kecil, bahkan dibentuk juga
suatu organisasi.

Riba di India

Betapa beratnya hutang yang membelit leher masyarakat pekerja di india, dan kepada sitem
riba yang menghancurkan setiap usaha memperbaiki keadaan yang berlaku umum di
seluruh negara. Laporan Komisi Perburuan menekankan bahwa diantara sebab-sebab
utama yang menyebabkan miskinnya para pekerja, pemberian hutang harus ditempatkan
diatas sekali, sebagian besar kebutuhan hidupnya. “ Diperkirakan dua pertiga dari keluarga
ataupun pribadi –pribadi yang berada di pusat industri selalu berhutang. Kita yakin bahwa
sebagian besar dari hutang-hutang tersebut akan melebihi jumlah tiga bulan gaji mereka
masing-masing, bahkan lebih besar lagi. Kita yakin bahwa hutang adalah salah satu
penghambat utama ke arah efisiensi karena hutang-hutang itu menghancurkan dorongan
untuk berusaha.

Riba di negara-negara pertanian

Penyelidikan dari beberapa negara Agraria dapat dikatakan riba adalah merupakan suatu
bentuk keburukan masyarakat yang tersebar luas, melibatkan berjuta-juta, peminjam dan
membawa bencana yang sangat besar dan kejam. Pemilik tanah kecil di negara agraria
ternyata lebih diperas lagi oleh tukang ribadaripada masyarakatpekerja di kota-kota.
Pengaruh buruk utama dari pinjaman riba atas petani adalah bahwa ternyata uang yang
dipinjam tersebut tidak menambah kapasitas produksi si petani.

13
Petunjuk islam dalam pinjaman konsumtif

 Islam memberikan petunjuk islam membuat patokan bahwa bunga tidak boleh
dibebankan kepada pinjaman yang serupa ini.
 Lembaga ke islaman Baitul Mal memberikan ketentuan bahwa semua pinjaman
dibebaskan dari bunga. Islam memberikan ketentuan dan menganjurkan pelayanan
yang paling baik yang bisa didapat bagi diri mereka sendiri dan terthadap
masyarakat adalah membebaskan hutang pokoknya., jika mengetahui si peminjam
tidak sanggup membayar hutangnya.

Perlunya pinjaman konsumtif

Jangan terlalu mementingkan satu bentuk pinjaman saja karena, dalam masyarakat modern,
tidak akan besar artinya jika dibandingkan dengan pinjaman-pinjaman yang dilakukan
bukan untuk maksud maksud konsumsi dalam keseluruhannya.

Pengaruh Riba pada pinjaman untuk maksud non konsumtif

Pinjaman pemerintah dan Badan Usaha, pinjaman pemerintah dilakukan dua tujuan, tujuan
produktif dan non produktif. Pinjaman produktif dari pemerintah dibawah pinjaman badan
usaha karena keduanya secara fundamental sama saja.

Akibat pinjaman perang

Salah satu sebab adanya hutang masyarakat di negara modern adalah hutang untuk
pembiayan perang. Leo pasvolsky menarik kesimpulan:

 Penghapusan secara keseluruhannya semua hutang perbaikan dan hutang perang


akan lebih menambah kemunduran perekonomian dunia.
 Hutang antar negara akan lebih merugikan secara ekonomis daripada
menguntungkan negara pemberi hutang.

Usaha meminta kembali haknya, bukan karena kemajuan ekonomi yang produktif tetapi
karena proses pengahancuran yang disebabkan oleh perang. Akibatnya hanya menghambat
pembangunan, kesetimbangan ekonomi intenasional dan kesejahteraan dunia. Hutang
perang membawa akibat sangat buruk bagi perekonomian dunia dan menyebabkan
timbuknya depresi pada perekonomian dunia serta dianggap paling lama dan paling buruk
didalam sejarah dunia. Hutang perangpun bertambah banyak pada masa perang dunia
kedua.

14
Tidak seragamnya pengorbanan

Di negeri Inggris seluruh orang dewasa terkena wajib milisi dan harus menyerahkan jiwa
raganya demi kepentingan negara. Walaupun biaya perang telah dibayar selama perang
tersebut berlangsung dengan nyawa manusia, tenaga kerja dan materiil, nilai keuangna dari
pengorbanan ini yang merupakan nilai kapitalisasi dari negara tersebut. Para prajurit
kembali ke dalam kehidupan masyarakat tanpa mendapat bagian dari hasil kapitalisasi
yang telah ikut diciptakannya. Jauh dari yang dibayangkan, para prajurit malah kehilangan
sebagian dari apa yang dimiliki sebelumnya dengan jalan meninggalkan pekerjaan
sebelumnya. Sedangkan ia dan keluarga menanggung resiko kehilangan jiwa, kesehatan,
dan hari kedepannya. Pengakuan secara universil dari pengizinan resmi atas prinsip-prinsip
riba bertentangan dengan kekuasaan tertinggi. Uang dan kredit seperti emas juga menjadi
dasar, sudah dianggap sebagai barang yang menghasilkan bunga dan dapat diperjual
belikan di pasar uang nasional maupun uang internasional. Perdagangan ini membebankan
riba, yang telah membawa malapetaka dan kemunduran yang hebat dari uang sebagai alat
pertukaran yang seharusnya menjadi satu-satunya fungsi yang utama. Bahwa uang dan
kredit merupakan aliran darah badan politik. Tidak bisa dianggap sebagai milik
pribadi/ditimbun dalam sebuah penanaman modal oleh seorang anggota masyarakat.
Barang-barang tidak dipertukarkan karena alat pertukarannya ditahan dalam penanaman
modal. Menurut Arthur Kinston “saya menentang riba dalam segala bentuknya. Riba telah
menjadi kutukan bagi dunia sejak semula, ia sudah mengancurkan beberapa negara
sebelumnya dan akan menghancurka negara ini juga. Tidak seorangpun guru besar dalam
bidang moral dan agama yang tidak mengutuknya”.

Perbedaan antara laba dan bunga

Hampir semua lawan teori tentang Islam mengenai bunga uang mengatakan jika Islam
mengizinkan laba. Islam dalam hal ini mengizinkan laba tetapi melarang bunga, karena
dari akibat pinjaman dengan bunga tetap sangat tidak menguntungkan bagi badan usaha,
perdagangan dan industri. Peperangan telah menyebabkan Amerika Serikat menderita
kerugian yang jumlahnya melebihi kekayaan sejak waktu itu, menurut laporan yang
diberikan oleh Universitas Illinois.

Pengaruh bunga yang buruk terhadap perkembangan perekonomian.

Sistem pinjam-meminjam uang adalah penghalang utama. Pinjaman uang yang tidak
diawasi bertanggung jawab atas perkembangan yang buruk dari industri sekarang ini.

15
Jika tanpa awasan dan batasan si pemberi pinjaman akan sangat mudah mendapatkan
bunga paling kecil 12%. Professor Robinson mengambil kesimpulan bahwa bunga uang
bertindak sebagai pemisah antara usaha yang mementingkan dirinya sendiri. Lord Keynes
berpendapat bahwa penanaman modal menciptakan tabungan sendiri, dan usaha
kemasyarakatan harus lebih diusahakan untuk mengatasi pengangguran. Didalam sistem
rumah pelacuran dan tempat untuk mabuk-mabukan menghasilkan uang yang lebih
daripada tempat tinggal dan pengairan. Dan didalam dunia yang lebih menderita adalah
pengangguran karena kekurangan modal. Maka dari itu bunga uang harus ditiadakan, tidak
merajalela dan lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat umum.

16

Anda mungkin juga menyukai