Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

PENTINGNYA IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA UNTUK MENJAGA KEARIFAN
LOKAL BANGSA INDONESIA

Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran PPKn

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd

DISUSUN OLEH

Sri Andani

1401617007

PPKN A 2017

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
PENTINGNYA IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA UNTUK MENJAGA KEARIFAN
LOKAL BANGSA INDONESIA

Latar belakang Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa yang
memperlukan perjuangan dalam mencapainya. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan berlangsung sangat lama. Selama perjuangan bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaan, Pancasila sebagai acuan dasar dalam mencapai cita-cita bangsa
selama proses perjuangan saat bangsa Indonesia belum merdeka.

Setiap bangsa memerlukan nilai-nilai dan juga norma-norma yang diyakininya


mampu berfungsi sebagai acuan untuk memperjuangkan cita-citanya. Setiap bangsa
memerlukan pengetahuan agar dapat menentukan mana yang baik dan salah. Setiap bangsa
memerlukan kepercayaan yang diperlukan dalam memotivasi kebersamaan dalam menjamin
kelangsungan hidup bebrbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, jawabannya sendiri
adalah Pancasila, baik itu sebagai pandangan hidup dan juga sebagai dasar negara telah
terbuktikan dapat memenuhi tuntutan kodrat bagi kelangsungan hidup suatu bangsa
(Tjarsono, 2013).

Istilah Pancasila dalam kehidupan bernegara sendiri atau kenegaraan dikenalkan


pertama kali oleh Ir. Soekarno di dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Menurut
Ir. Soekarno, Pancasila dijadikan dasar berdirinya negara Indonesia. Pancasila merupakan
dasar berdirinya negara. Sebuah negara sendiri tidak mungkin berdiri tanpa adanya dasar
dari suatu negara. Pancasila sendiri sejak 18 Agustus 1945 telah ditetapkan sebagai dasar
negara sebagaimana tertuang dan ada dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia 1945 (Sulaiman, 2015).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi
kehidupan manusia. Sifat-sifat nilai menurut Daroeso dalam (Siregar & Nadiroh, 2016) salah
satunya yaitu nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai
sehingga manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.

Dalam Pancasila terkandung 3 klasifikasi nilai, nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai operasional. Pada tataran nilai dasar Pancasila bersifat abstrak, umum, universal, oleh

1
karena itu perlu dikonkritisasi melalui nilai instrumental dan operasional. Nilai instrumental
tercermin pada hukum positif yang berlaku di Indonesia, sedang nilai operasional, meliputi
pelaksanaan obyektif yakni pelaksanaan oleh institusi serta penyelenggara negara dan
pelaksanaan subyektif, yakni pelaksanaan oleh warga negara. (Tjarsono, 2013)

Nilai-nilai dari sila-sila Pancasila dari dulu sampai sekarang tidak pernah mengalami
perubahan. Nilai tersebut akan mengantarkan kita untuk melakukan segala sesuatunya dalam
ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan baik dan sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Nilai tersebut akan berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
kita apabila nilai itu diterapkan atau diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Implementasi nilai-nilai Pancasila dapat diwujudkan dengan perilaku kita sebagai
masyarakat Indonesia. Untuk itu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijaga
kelestaraiannya karena mengandung nilai-nilai positif bagi bangsa Indonesia. Sebagai
generasi penerus bangsa perlu memahami makna dari nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila agar dapat menjaga kelestariannya dan dapat mengimplementasikannya kedalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila perlunya melakukan beberapa


pendekatan. Pendekatan ontologis, nilai-nilai Pancasila mengandung sifat intrinsik dan
ekstrinsik. Bersifat intrinsik, nilai-nilai Pancasila berwujud filsafati, keseluruhan nilai-nilai
dasarnya sistematis dan rasional. Berupa sistem pemikiran, yang dijadikan dasar bagi
manusia dalam mengkonsepsikan realitas alam semesta, sang pencipta, manusia, makna
kehidupan, masyarakat, bangsa dan negara. Bersifat ekstrinsik (praktis) karena berupa
pandangan hidup, di dalamnya mengandung sistem nilai, kebenaran yang diyakini,
merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai bidang kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia. Pendekatan epistemologis, memberikan dasar-dasar pemikiran bahwa dasar bagi
berdirinya suatu negara Indonesia merdeka haruslah digali dari dalam kebudayaan dan
peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupkan perwujudan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa sejak awal kelahirannnya.
Pendekatan aksiologis, memberikan dasar-dasar pertimbangan normatif tentang keberadaan
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Undang Undang Dasar N.R.I. 1945 memuat
landasan yuridis Pancasila sebagai norma fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm),
yang merupakan cita hukum (rechtidee) Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila
sebagai cita hukum, dijabarkan dan dirumuskan kedalam pasal-pasal batang tubuh UUD.
N.R.I 1945. Pancasila sebagai cita hukum membawa konsekuensi Pancasila menjadi sumber

2
tertib hukum atau sumber dari segala sumber hukum dalam sistem ketatanegaraan R.I.
Keseluruhan produk hukum di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Pancasila harus dijadikan sumber orientasi bagi pengembangan hukum di
Indonesia.(Widisuseno, 2014)

Sebagai dasar dari moralitas dan haluan bangsa dan negara, pendekatan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis sebagai landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia. Setiap sila
dalam Pancasila mempunyai justifikasi historis, rasionalitas, dan aktualitas, yang apabila
dipahami, dihayati dan dipercayai serta diamalkan secara konsisten bisa menjadi penopang
pencapaian- pencapaian besar cita-cita bangsa.

Karena di Era reformasi telah banyak melahirkan perubahan-perubahan signifikan


yang terjadi dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik bahkan termasuk dalam dunia
pendidikan. Pancasila mulai tergeser saat terjadi krisis yang mengakibatkan keterpurukan di
hampir semua bidang kehidupan (Kristiono, 2017). Jika bangsa Indonesia tidak memiliki
acuan sebagai dasar negara yang terus diimplementasikan, maka bangsa Indonesia akan
mengalami ketertinggalan karena tidak bisa mengatasi pesatnya arus globalisasi yang masuk
ke Indonesia pada abad ke 21 ini. Sudah saatnya ideologi Pancasila benar-benar diaplikasikan
secara nyata dalam kehidupan di Indonesia. Karena Ideologi Pancasila begitu strategis
kedudukannya di Indonesia ini. Hal ini akan membantu bangsa Indonesia agar tidak
tertinggal karena memilki acuan sebagai dasar negara yang memiliki nilai-nilai perjuangan
bangsa.

Reformasi banyak memberikan kehidupan positif bagi survival bangsa Indonesia,


namun ada beberapa sisi negatifnya antara lain kesalahan berpikir (paradigma) dalam
memaknai reformasi, bahwa reformasi dimaknai hanya sebagai perubahan (change). Lupa
bahwa sesungguhnya reformasi sebagai suatu proses, yang dalam proses tersebut selain harus
dilakukan perubahan juga harus dipertahankan suatu keberlanjutan atau kesinambungan.
Selain itu, adanya rasa kebencian terhadap perkembangan masa lalu, sehingga muncul
anggapan bahwa semua hal yang pernah ada dimasa lalu sudah pasti usang, tidak reformis
dan tidak perlu lagi. Kita semua ingat pada masa-masa pasca reformasi, jarang terdengar
istilah-istilah seperti stabilitas nasional, persatuan dan kesatuan, nasioanalisme, bahkan istilah
Pancasila dianggap sudah usang, masa lalu sehingga tidak reformis. Kenyataan inilah yang
dimaksudkan sebagai fenomena “kesalahan berpikir” yang tanpa disadari banyak dialami
oleh masyarakat kita pada masa reformasi sekarang ini (Tjarsono, 2013).

3
Mengingat bahwa begitu strategisnya kedudukan pancasila sebagai dasar pemersatu
bangsa Indonesia, maka pancasila harus tetap dipertahankan dan dilestarikan dengan melalui
revitalisasi dan aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar
pancasila tetap vital dan aktual sebagai pemersatu bangsa maka nilai-nilai pancasila perlu
diestafetkan dari generasi ke generasi melalui proses pendidikan. Dimana nilai-nilai Pancasila
yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk generasi penerus dapat dilakukan dengan pemberian
materi pelajaran tentang Pendiidkan Pancasila dalam jenjang sekolah (Kristiono, 2017).

Dalam perwujudan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam membangun karakter


bangsa memang belum menunjukkan hasil yang maksimal dalartian keabsahan
substansialnya. Pada hakikatmya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupam
bermasyarakat secara menyeluruh merupakan sebuah bentuk nyata untuk mencapai tujuan
bangsa yang dari dulu diperjuangkan.

Pendidikan pancasila sendiri merupakan suatu upaya untuk menanamkan pribadi yang
bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
pendidikan pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar,
menengah hingga perguruan tinggi (Kristiono, 2017). Hal ini perlu dilakukan agar tiap
generasi memahami makna nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancsila agar dapat
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut. Karena Pancsila sebagai dasar pemersatu bangsa
Indonesia.

Pada sebagian masyarakat di daerah tertentu, budaya dan kebiasaan masih tetap dijaga
dan dipertahankan, meskipun terdapat pengaruh arus perubahan. Kebiasaan yang
mengandung nilai-nilai dan aturan yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun itu
disebut kearifan lokal. Kearifan lokal dapat membawa kepada keberlangsungan kehidupan
yang sustainable atau berkelanjutan dikarenakan mengandung nilai-nilai pelestarian dan
pengelolaan alam dan lingkungan secara bijaksana (Nadiroh; Ananda, 2011).

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selama ini diperjuangkan untuk mencapai
kemerdekaan dan tujuan bangsa Indonesia. Selain itu juga didukung faktor arus globalisasi
yang sangat pesat pada saat ini yang menjangkit Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak
asasi manusia, neo-liberalisme, dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan
cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan nilai-nilai Pancasila dan

4
dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian
bangsa.

Untuk itu Pancila yang merupakan dasar negara dijadikan sebagai kearifan lokal
bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan agar memberikan kehidupan yang
sustainable. Karena nilai-nilai penting yang terkandung di dalam Pancasila tidak boleh hilang
dari jiwa masyarakat Indonesia. Dalam menjaga kearifan lokal tersebut, masyarakat perlu
diberikan pemahaman tentang pentingnya implementasi nilai-nilai Pancasila secara nyata
agar memberikan arahan bagi bangsa Indonesia dalam menyikapi kehidupan di era reformasi
ini yang dipenuhi arus globalisasi agar tidak mengalami kemunduran karena salah langkah
dalam bertindak. Arahan tersebut dapat direalisasikan dengan melaksanakan pendidikan
Pancasila pada jenjang sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Kristiono, N. (2017). PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DI KALANGAN


MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. Harmony, 2(2), 193–204.
Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/view/20171/9563

Nadiroh; Ananda, R. (2011). Environmental Sensitivity Dan Hubungannya Dengan Perilaku


Pelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Pendiidkan Usia Dini, 11.

Siregar, S. M., & Nadiroh. (2016). Peran Keluarga Dalam Menerapkan Nilai Budaya Suku
Sasak Dalam Memelihara Lingkungan. JGG- Jurnal Green Growth Dan Manajemen
Lingkungan, 5(2), 30–42. https://doi.org/10.21009/jgg.052.04

Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (T. Redaksi, Ed.).


Bandung: CV. Arfino Raya.

Tjarsono, I. (2013). Demokrasi Pancasila Dan Bhineka Tunggal Ika Solusi Heterogenitas.
Transnasional, 4(2), 876–888. Retrieved from
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JTS/article/view/1211

Widisuseno, I. (2014). Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara.
Humanika, 20(2), 62–66. https://doi.org/10.14710/humanika.20.2.62-66

5
6

Anda mungkin juga menyukai