PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Menurut WHO dan
Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1
ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Populasi lanjut usia
diperkirakan lebih dari 625 juta jiwa, bahkan pada tahun 2025 diperkirakan lanjut usia akan
Menua atau menjadi tua suatu kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses
menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Nugroho, 2008 )
afektif, dan penurunan psikologis. Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul pada
penduduk lansia adalah penurunan fungsi kognitif. Proses menua tidak dengan sendirinya
biokimiawi disusunan saraf pusat yaitu berat otak menurun 10% pada penuaan umur 30-70
tahun. Proses penuaan otak abnormal merupakan bagian dari proses degenerasi pada seluruh
organ tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis dan masalah
mengganggu aktifitas sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia
biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat ( pelupa )( Nugroho, 2008 ).
Masalah keperawatan yang muncul pada lansia dengan demensia yang mengalami
kemampuan penurunan kognitif adalah gangguan proses pikir. Perubahan proses pikir adalah
gangguan aktifitas dan kerja kognitif ( misalnya pikiran sadar, orientasi realitas, pemecahan
masalah dan penelaian ). Pada akhirnya, demensia akan mengganggu kemampuan lansia
untuk membina hubungan sosial yang normal atau melakukan perawatan diri.
Di indonesia, prevalensi demensia lanjut usia yang berumur 65 tahun adalah 5% dari
populasi lansia. prevalensi ini meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85 tahun ke atas
( Amirullah, 2011 )
yang tercakup kedalam cognitive rehabilitation therapy ( CRT ). Salah satu intervensi dari
Malchiodi ( 2013 ) menyatakan bahwa art therapy merupakan suatu bentuk terapi yang
bersifat ekspresif dengan menggunakan materi seni, seperti lukisan, kapur, spidol, dn ainnya.
Terapi seni ( art therapy ) dapat menggunakan media seni dan proses kreatif untuk membantu
mengekspresikan diri, meningkatkan keterampilan coping individu tersebut. Terapi seni juga
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang membuat sebuah karya seni untuk memenuhi
kebutuhan psikologis dan emosional pada individu, baik pada individu yang memiliki
kemampuan dalam seni ataupun tidak memiliki kemampuan dalam seni. Melalui terapi seni (
art therapy ) individu dapat mengungkapkan perasaan yang dialami dengan menggunakan
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli, terapi seni atau art therapy dapat
meningkatkan perhatian dan orientasi pada pasien demensia, mengurangi gejala perilaku dan
psikologi, meningkatkan keterampilan sosial pasien dan meringankan beban keluarga atau
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia yang menderita demensia yang mengalami
gangguan proses pikir dengan menggunakan terapi seni ( art therapy ) di wilayah Puskesmas
C. Tujuan Penelitian
Menggambarkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami demensia dengan
gangguan proses pikir dengan menggunakan terapi seni ( Art Therapy ) di wilayah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
daya ingat.
gangguan proses pikir sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup lansia penderita
demensia.
d. Bagi puskesmas
Menjadi salah satu bahan masukan bagi puskesmas untuk membuat suatu