KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen Pembimbing:
Dosen Pembimbing
2019
i
TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen Pembimbing:
Di Susun Oleh:
1. Chandra Anggara
2. Dina Widowati
3. Eko
4. M.Husaini
5. Mere
6. Nazua
7. Rosana
8. Victoria Paningoan
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Isu isu strategi & kegiatan untuk promosi kesehatan & kesejahteraan
lansia serta dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia ” Makalah ini
dimaksudkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Isu
terkini lansia dan strategi promosi kesehatan serta dukungan terhadap orang yang
merawat lansia Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah di
masa mendatang. Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada :
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(2016), menunjukkan jumlah lansia umur 60-75 tahun ke atas sebesar 170.794
jiwa dari 3.742.194 penduduk (4,56%), dengan umur harapan hidup mencapai
73,65 tahun. Sedangkan jumlah lansia di Samarinda yang berumur 60-64 tahun
sebesar 13.845 jiwa, 65-69 tahun sebesar 8.900 jiwa, 70-74 tahun sebesar 5.934
jiwa, dan usia 75 tahun ke atas sebesar 3.956 jiwa, dari total populasi 988.943
penduduk (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2015)
Indonesia saat ini sudah menuju kepada kondisi populasi menua dengan
persentase Lansia sebesar 9,7% sedangkan negara-negara maju sudah melebihi
10% bahkan Jepang sudah melebihi 30%.
Pada negara-negara maju telah dikembangkan sistem pelayanan long
term care atau perawatan jangka panjang yang pembiayaannya tersendiri di luar
jaminan kesehatan, sehingga ketika seseorang memasuki kondisi membutuhkan
pelayanan jangka panjang, long term care, dapat ditanggulangi oleh skema
asuransi
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan lansia
adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan mengoptimalkan fungsi
fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya promotif dan preventif,
termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia yang sakit diharapkan dapat
meningkat status kesehatannya dan optimal kualitas hidupnya sehingga lansia
dapat sehat kembali dan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu
Lansia.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
D. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi tersebut akan berdampak
pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan orang lain, atau Perawatan
Jangka Panjang / Long term care.
Di sisi lain, terdapat juga Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan
lansia yang tergantung ringan 22%, kelompok yang besar ini potensial kita
berdayakan untuk meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga
dan masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu Lansia.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan beberapa Permenkes yang
mengatur pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer maupun rujukan.
Selain itu juga Permenkes no. 25 tahun 2016 tentang RENCANA AKSI
NASIONAL KESEHATAN LANSIA 2016-2019 dengan 6 strateginya:
a. Memperkuat dasar hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia,
b. Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan,
c. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan
pelayanaan kesehatan lanjut usia,
d. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut
usia,
e. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia,
f. Meningkatkan peran serta Lansia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan lansia
adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan mengoptimalkan fungsi
fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya promotif dan preventif,
termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia yang sakit diharapkan dapat
meningkat status kesehatannya dan optimal kualitas hidupnya sehingga lansia
dapat sehat kembali.
5
Jika kondisinya menurun karena proses alamiah maka diharapkan dalam
kualitas hidup yang optimal atau meninggal dalam kondisi yang damai dan
bermartabat.
Hal ini dilakukan melalui :
a. Pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
santun lansia.
b. Pengembangan Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan geriatri dengan
tim terpadu
c. Pengembangan Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
d. Penguatan keluarga sebagai caregiver
Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun
2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas dari 9.993
Puskesmas) yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Santun
Lansia dan sudah mempunyai 100.470 Posyandu Lansia. Selain itu, sudah
terdapat 88 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim
terpadu.
6
usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan
kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar
berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan
dengan masalah kesehatan utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara
umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan
a. Meningkatkan kemampuan fungsional
b. Memperpanjang usia hidup
c. Meningkatkan dan menurunkan penderita (Malley dan Blakeney, 1994 )
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas
dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah
pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.
7
i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan
personal atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah
k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )
l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah
8
g. Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
9
j. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
k. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas
serta kebijakan yang memengaruhi lansia
10
8) Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
9) One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
10) Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.
b. Nutrisi
Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang memperlambat
perkembangan penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu
lansia meningkatkan dan mempertahankan status nutrisinya, pengkajian
nutrisi dan membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat
membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning
Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of Family Physicians,
American Dietetic Association, dan National Council on Aging (
Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi yang
sangat baik.
11
c. Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan
manusia. Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan kesehatan
dan status fungsionalnya.
12
2) Masing-masing lansia memiliki keunikan.
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
4) Lansia turut memilih kebijakan.
5) Memberikan perawatan dirumah.
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
10) Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.
c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima
upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan
(prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and
prompt treatment), pembatasan kecatatan (disability limitation),
serta pemulihan (rehabilitation).
1) Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan
tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi
kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional
dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi
norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu
orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah
keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup
mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan
13
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan
makanan atau zat kimia.
b) Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan
menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.
c) Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-
bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta
mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik
perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai
berikut:
a) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan
rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai
kemampuan.
c) Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
d) Olahraga ringan setiap hari.
e) Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan
banyak minum (sebaiknya air putih).
f) Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
g) Meminum obat sesuai anjuran dokter.
h) Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
i) Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
j) Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.
14
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.
a) B-Berat badan berlebihan harus dihindari.
b) A-Atur makanan yang seimbang.
c) H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan situasi
menegangkan.
d) A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan
atau hobi yang bermanfaat.
e) G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
f) I-Ikuti nasihat dokter.
g) A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
2) Preventif
a) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
b) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia
sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi
kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
Dukungan nutrisi.
Exircise.
Keamanan didalam dan disekitar rumah.
Manajemen stress.
Penggunaan medikasi yang tepat.
c) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap factor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai
berikut.
Control hipertensi.
15
Deteksi dan pengobatan kanker.
Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi
mulut dan lain-lain.
d) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat
gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan
di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)
perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi
rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi
kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.
Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.
16
Skrining kesehatan meliputi berat dan tinggi badan,
kolestrol dan tumor
Pemeriksaan status mental dan psikologis. Status mental
terdiri atas pengkajian memori, perhatian, orientasi,
komunikasi, dan perilaku.
Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri
(independent), kurang mandiri (partially),
ketergantungan (dependent).
4) Disability limitation
a) Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka,
otot, dan system syaraf.
b) Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :
c) Kecacatan sementara (dapat dikoreksi)
d) Kecacatan menetap (tak bias dipulihkan)
e) Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaiaan.
5) Rehabilitation
a) Pelaksana tim rehabilitas (petugas medis, paramedic dan non-
paramedis)
b) Prinsip: pertahankan kenyamanan lingkungan, istirahta, dan
aktivitas mobilisasi
c) Pertahankan kecukupan nutrisi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan fungsi pencernaan, saluran kemih, psikososial, dan
komunikasi
f) Mendorong pelaksanaan tugas
17
b) Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata
hitam karena pengaruh sinar matahari
c) Memberikan bacaan dengan tulisan diperbesar agar mudah
terbaca dan terlihat
d) Pencahayaan yang cukup terang untuk ruangan dan lampu baca
e) Menfasilitasi tongkat ketika jalan-jalan
f) Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara
g) Mengisi aktivitas dengan keterampilan tangan seperti menyulam
h) Menggunakan alat bantu untuk menulis
18
m) Jika ada yang lupa, ingatkan dan bantu lansia misalnya, tidak
tahu tempat buang air kecil
n) Ingatkan hari, tanggal, bulan, tahun serta latih untuk mencoret
lewat kalender
o) Buat catatan untuk nomor telpon penting
p) Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang-
orang yang dikenal
q) Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi
r) Mencatat setiap pesan, siapkan obat pada tempat yang sudah
ada lebelnya
19
2. Komponen-komponen dukungan keluarga
Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima
seseorang dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan
sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota
keluarga, orang tua dan teman (Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk.
Menurut Friedman (1998, dalam Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah
orang yang paling dekat hubungannya dengan lansia. Dukungan keluarga
memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera.
Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif,
kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.
Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu
pengetahuan terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dukungan ini berupa nasehat, usualan saran,
perunjuk dan informasi.
b. Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian
penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam
bekerja maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik,
informasi, atau penguatan.
c. Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya
dapat berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan
menyediakan peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi bantuan dan
20
melaksanakan aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi
lingkungan
d. Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan,
kepedulian, dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa
individu yang bersangkutan diperhatikan.
3. Peran anggota keluarga terhadap lansia
Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga
diantaranya menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan,
belanja, kesempatan untuk sosialisasi, menasihati, menemani ke pelayanan
kesehatan, memasak dan menyediakan makanan, mengingatkan untuk
berobat, menjaga janji, mengawasi, melakukan perawatan, pemantauan dan
administrasi obat-obatan.
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa
hal yang dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap
lansia antara lain melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan
kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia,
membantu dalam hal transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati,
mintalah nasihatnya untuk peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam
acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberi
dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah,
memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan
lansia, keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal
yang mempengaruhi kemampuan keluarga memberi dukungan pada lansia
yaitu (Lueckenotte, 2000) :
a. Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
b. Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa
merawat lansia lebih sedikit.
c. Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan
perawatan primer adalah wanita.
21
d. Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang
berjauhan dengan keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan
perawatan.
e. Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan
menimbulkan konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena
berbedanya pandangan antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang
mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia.
Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang
yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan
komponen penting dalam perawatan kesehatan.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih
terdapat banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan
dan kelebihan kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon
untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24