Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN GERONTIK

“ISU ISU STRATEGI & KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN &


KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG
YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA ”

Dosen Pembimbing:

Dosen Pembimbing

Ns. Parellangi M.Kep, M.H.Kes

PRODI NERS POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

2019

i
TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN GERONTIK

“ISU ISU STRATEGI & KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN &


KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG
YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA ”

Dosen Pembimbing:

Ns. Parellangi M.Kep, M.H.Kes

Di Susun Oleh:

1. Chandra Anggara
2. Dina Widowati
3. Eko
4. M.Husaini
5. Mere
6. Nazua
7. Rosana
8. Victoria Paningoan

PRODI NERS POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Isu isu strategi & kegiatan untuk promosi kesehatan & kesejahteraan
lansia serta dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia ” Makalah ini
dimaksudkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Isu
terkini lansia dan strategi promosi kesehatan serta dukungan terhadap orang yang
merawat lansia Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah di
masa mendatang. Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kp., M. Kep. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Kalimantan Timur.
2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
3. Ns. Parellangi, S. Kep., M. Kep., selaku Ketua Prodi Ners Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.
4. Ns. Parellangi, S. Kep., M. Kep., selaku koordinator dan dosen pembimbing
mata ajar keperawatan gerontik
5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekkes Kemenkes
Kaltim.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.

Samarinda, Agustus 2019

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
D. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
A. Isu – Isu Pada Lansia.................................................................................... 4
B. Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia ..................... 6
C. Dukungan Terhadap Orang Yang Merawat Lansia ................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 : Jurnal Nasional

Lampiran 2 : Jurnal Internasional

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan keberhasilan


pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut mendorong
peningkatan kesejahteraan sosio ekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang
harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan
kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya
memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit
agar menjadi sehat.
Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan kesehatan penduduk, Umur
Harapan Hidup (UHH) juga mengalami peningkatan. Meningkatnya umur harapan
hidup berbanding lurus dengan peningkatan populasi penduduk lanjut usia.
Masalah yang sering terjadi akibat peningkatan jumlah populasi lansia seperti
kemunduran fisik, psikologis, dan sosial (Padila, 2013).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan).
Data World Population Prospects: The 2015 Revision, terdapat
901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 12% dari jumlah
populasi global (Melorose, Perroy, & Careas, 2015). Populasi lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk
Indonesia (Badan Pusat Statistika, 2014). Sedangkan data dari Kementerian
Kesehatan RI (2016), persentase populasi lansia di Indonesia mencapai 8,5%
dari total penduduk di Indonesia. Umur harapan hidup di Indonesia pada tahun
2015 mencapai 70,8 tahun, mengalami peningkatan dari 70,07 tahun pada tahun
2013. Angka ini menunjukkan bahwa umur harapan hidup di Indonesia semakin
tinggi dari tahun ke tahun. Data di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur

1
(2016), menunjukkan jumlah lansia umur 60-75 tahun ke atas sebesar 170.794
jiwa dari 3.742.194 penduduk (4,56%), dengan umur harapan hidup mencapai
73,65 tahun. Sedangkan jumlah lansia di Samarinda yang berumur 60-64 tahun
sebesar 13.845 jiwa, 65-69 tahun sebesar 8.900 jiwa, 70-74 tahun sebesar 5.934
jiwa, dan usia 75 tahun ke atas sebesar 3.956 jiwa, dari total populasi 988.943
penduduk (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2015)
Indonesia saat ini sudah menuju kepada kondisi populasi menua dengan
persentase Lansia sebesar 9,7% sedangkan negara-negara maju sudah melebihi
10% bahkan Jepang sudah melebihi 30%.
Pada negara-negara maju telah dikembangkan sistem pelayanan long
term care atau perawatan jangka panjang yang pembiayaannya tersendiri di luar
jaminan kesehatan, sehingga ketika seseorang memasuki kondisi membutuhkan
pelayanan jangka panjang, long term care, dapat ditanggulangi oleh skema
asuransi
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan lansia
adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan mengoptimalkan fungsi
fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya promotif dan preventif,
termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia yang sakit diharapkan dapat
meningkat status kesehatannya dan optimal kualitas hidupnya sehingga lansia
dapat sehat kembali dan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu
Lansia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud isu-isu pada lansia ?


2. Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia?
3. Bagaimana dukungan terhadap orang yang merawat lansia ?

2
C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan isu-isu pada lansia


2. Untuk mendeskripsikan strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada
lansia
3. Untuk mendeskripsikan dukungan terhadap orang yang merawat lansia.

D. Manfaat

Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah


penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang keperawatan gerontik
yang berhungan dengan Isu – isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan
dan kesejahteraan lansia serta dukungan terhadap orang yang terlibat merawat
lansia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Isu – Isu Pada Lansia


Saat ini kita mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah
lansia. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta
jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019,
dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta
jiwa (15,77%).
Indonesia saat ini sudah menuju kepada kondisi populasi menua dengan
persentase Lansia sebesar 9,7% sedangkan negara-negara maju sudah melebihi
10% bahkan Jepang sudah melebihi 30%.
Pada negara-negara maju telah dikembangkan sistem pelayanan long
term care atau perawatan jangka panjang yang pembiayaannya tersendiri di luar
jaminan kesehatan, sehingga ketika seseorang memasuki kondisi membutuhkan
pelayanan jangka panjang, long term care, dapat ditanggulangi oleh skema
asuransi khusus tersebut.
Menyikapi isu Ageing Population tersebut terdapat beberapa komitmen
global, antara lain; Resolution World Health Assembly (WHA) 69.3 tahun
2016, Regional Strategy for Healthy Ageing, dan Response to Aging Societies
and Dementia yang merupakan salah satu isu yang dibahas di G20
Mengingat negara-negara anggota G20 mengalami penuaan dengan
sangat cepat dan prevalensi demensia juga akan meningkat dengan sangat cepat
seiring pertumbuhan ekonominya, sehingga apabila masalah ini tidak disikapi
dengan baik akan mempengaruhi perekonomian suatu negara.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada
lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain ; hipertensi, masalah gigi,
penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke,
dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia.

4
Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi tersebut akan berdampak
pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan orang lain, atau Perawatan
Jangka Panjang / Long term care.
Di sisi lain, terdapat juga Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan
lansia yang tergantung ringan 22%, kelompok yang besar ini potensial kita
berdayakan untuk meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga
dan masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu Lansia.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan beberapa Permenkes yang
mengatur pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer maupun rujukan.
Selain itu juga Permenkes no. 25 tahun 2016 tentang RENCANA AKSI
NASIONAL KESEHATAN LANSIA 2016-2019 dengan 6 strateginya:
a. Memperkuat dasar hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia,
b. Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan,
c. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan
pelayanaan kesehatan lanjut usia,
d. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut
usia,
e. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia,
f. Meningkatkan peran serta Lansia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan lansia
adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan mengoptimalkan fungsi
fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya promotif dan preventif,
termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia yang sakit diharapkan dapat
meningkat status kesehatannya dan optimal kualitas hidupnya sehingga lansia
dapat sehat kembali.

5
Jika kondisinya menurun karena proses alamiah maka diharapkan dalam
kualitas hidup yang optimal atau meninggal dalam kondisi yang damai dan
bermartabat.
Hal ini dilakukan melalui :
a. Pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
santun lansia.
b. Pengembangan Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan geriatri dengan
tim terpadu
c. Pengembangan Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
d. Penguatan keluarga sebagai caregiver
Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun
2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas dari 9.993
Puskesmas) yang telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Santun
Lansia dan sudah mempunyai 100.470 Posyandu Lansia. Selain itu, sudah
terdapat 88 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim
terpadu.

B. Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia


1. Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas
Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen
pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu
masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi
kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah
melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan
imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin
dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar.
Mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk
hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk
menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum,
tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok

6
usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan
kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar
berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan
dengan masalah kesehatan utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara
umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan
a. Meningkatkan kemampuan fungsional
b. Memperpanjang usia hidup
c. Meningkatkan dan menurunkan penderita (Malley dan Blakeney, 1994 )
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas
dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah
pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.

2. Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok


Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus –
individu atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku
proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia dan
keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional. Beberapa
kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan dan proteksi
kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :
a. Skrining kesehatan
b. Modifikasi gaya hidup
c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d. Konseling
e. Kelompok pendukung
f. Pelayanan kesehatan primer
g. Imunisasi
h. Keamanan di rumah

7
i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan
personal atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah
k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )
l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah

3. Intervensi berfokus pada komunitas


Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang
diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok
lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas
adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap
pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam
upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di
komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan
politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia
di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut
:
a. Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan
pada masyarakat lansia
b. Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai
older American Month ( bulan lansia Amerika )
c. Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti
pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet
d. Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti
mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk
pelayanan di rumah
e. Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek
pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia
f. Aktivitas pencegahan kejahatan

8
g. Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.

4. Kemitraan dengan Komunitas Lansia


Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru
dan berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi
meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan
yang efektif perawat kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan
tujuan bersama kelompok lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam
merencanakan promosi kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah
hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi
kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian
mereka akan meningkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja
dengan lansia di komunitas antara lain:
a. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti
gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
b. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
c. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
d. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau
penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar,
membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan
/ atau pengeras suara yang adekuat.
e. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup
untuk berespons
f. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman
hidup
g. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
h. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi
i. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa
nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau
menanyakan informasi baru atau informasi yang masih meragukan
mereka

9
j. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
k. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas
serta kebijakan yang memengaruhi lansia

5. Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di


komunitas
a. Pelayanan Kesehatan
Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan
kesehatan primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan
mencegah penyakit kronik kecacatan serta kondisi yang mengancam
hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat mendasari
intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1) Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus)
2) Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler,
dan diabetes.
3) Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( pendidikan
kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen medikasi).
4) Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya (
termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare
Managed Care, asuransi Medicare tambahan, dan program asuransi
kesehatan spesifik.
5) Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia
pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan,
pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas, Personel
yang ditugaskan bisa karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan
karyawan perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada
sumber-sumber yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).
6) Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta
advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.
7) Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan,
kepatuhan, kalender, dan sebagainya ).

10
8) Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
9) One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
10) Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.

b. Nutrisi
Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang memperlambat
perkembangan penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu
lansia meningkatkan dan mempertahankan status nutrisinya, pengkajian
nutrisi dan membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat
membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning
Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of Family Physicians,
American Dietetic Association, dan National Council on Aging (
Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi yang
sangat baik.

c. Makan sehat dan enak!”


Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada
nutrisi dasar dan manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah
lemak, rendah gula, tinggi serat dan sebagainya ). Apabila kebutuhan
terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan untuk
mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran
kebutuhan diet spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak
penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipan-mencicipi dan
berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan
memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan
yang besar dan berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang
tepat.

11
c. Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan
manusia. Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan kesehatan
dan status fungsionalnya.

6. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang
dominan pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering
terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan
akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Perlindungan kesehatan dan
promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan
kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk
lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam
perawatan kesehatan.

7. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz,
pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
a. Azaz
1) Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have
Been Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence),
partisipasi, perawatan, pemenuhan diri, dan kehormatan.
2) Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the
Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.
b. Pendekatan
Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Menikmati hasil pembangunan.

12
2) Masing-masing lansia memiliki keunikan.
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
4) Lansia turut memilih kebijakan.
5) Memberikan perawatan dirumah.
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
10) Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.

c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima
upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan
(prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and
prompt treatment), pembatasan kecatatan (disability limitation),
serta pemulihan (rehabilitation).
1) Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan
tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi
kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional
dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi
norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu
orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah
keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup
mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan

13
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan
makanan atau zat kimia.
b) Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan
menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.
c) Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-
bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta
mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik
perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai
berikut:
a) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan
rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai
kemampuan.
c) Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
d) Olahraga ringan setiap hari.
e) Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan
banyak minum (sebaiknya air putih).
f) Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
g) Meminum obat sesuai anjuran dokter.
h) Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
i) Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
j) Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

14
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.
a) B-Berat badan berlebihan harus dihindari.
b) A-Atur makanan yang seimbang.
c) H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan situasi
menegangkan.
d) A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan
atau hobi yang bermanfaat.
e) G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
f) I-Ikuti nasihat dokter.
g) A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.

2) Preventif
a) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
b) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia
sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi
kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
 Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
 Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
 Dukungan nutrisi.
 Exircise.
 Keamanan didalam dan disekitar rumah.
 Manajemen stress.
 Penggunaan medikasi yang tepat.
c) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap factor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai
berikut.
 Control hipertensi.

15
 Deteksi dan pengobatan kanker.
 Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi
mulut dan lain-lain.
d) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat
gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan
di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)
perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
 Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi
rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi
kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.
 Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.

3) Early diagnosis and prompt treatment


a) Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau
petugas professional atau petugas institusi: Oleh lansia
sendiri dengan melakukan tes diri, screening kesehatan,
memanfaatkan kartu menuju kesehatan (KMS) lansia,
memanfaatkan buku kesehatan pribadi (BKP), serta
penandatanganan kontrak kesehatan.
b) Oleh petugas professional /tim:
 Pemeriksaan status fisik
 Wawancara masalh masa lalu dan saat ini
 Obat yang dimakan atau diminum
 Riwayat keluarga atau lingkungan sosial
 Kebiasaan merokok atau minuman beralkohol
 Pemeriksaan fisik diagnostik seperti pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan pelvis dan rectum, gerakan sendi,
kekuatan otot, penglihatan dan pendengaran, dll.

16
 Skrining kesehatan meliputi berat dan tinggi badan,
kolestrol dan tumor
 Pemeriksaan status mental dan psikologis. Status mental
terdiri atas pengkajian memori, perhatian, orientasi,
komunikasi, dan perilaku.
 Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri
(independent), kurang mandiri (partially),
ketergantungan (dependent).
4) Disability limitation
a) Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka,
otot, dan system syaraf.
b) Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :
c) Kecacatan sementara (dapat dikoreksi)
d) Kecacatan menetap (tak bias dipulihkan)
e) Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaiaan.

5) Rehabilitation
a) Pelaksana tim rehabilitas (petugas medis, paramedic dan non-
paramedis)
b) Prinsip: pertahankan kenyamanan lingkungan, istirahta, dan
aktivitas mobilisasi
c) Pertahankan kecukupan nutrisi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan fungsi pencernaan, saluran kemih, psikososial, dan
komunikasi
f) Mendorong pelaksanaan tugas

Upaya rehabilitasi penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat:


a) Membaca dengan jarak yang sesuai menggunkan kaca pembesar
atau kacamata baca yang cocok

17
b) Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata
hitam karena pengaruh sinar matahari
c) Memberikan bacaan dengan tulisan diperbesar agar mudah
terbaca dan terlihat
d) Pencahayaan yang cukup terang untuk ruangan dan lampu baca
e) Menfasilitasi tongkat ketika jalan-jalan
f) Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara
g) Mengisi aktivitas dengan keterampilan tangan seperti menyulam
h) Menggunakan alat bantu untuk menulis

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang


atau tidak bisa mendengar
a) Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan,
suara agak keras dan menggunakan gerakan tangan dan kepala
b) Menggunkan alat bantu dengar bagi lansia yang mengalami
gangguan tuli ketika di rumah atau di tempat ramai
c) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan
atau immobilisasi
d) Menggunakan tongkat atau kursi roda untuk melatih jalan
e) Melatih menggunakan sandal dan sepatu
f) Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda
g) Menggunakan alat makan, alat masak, yang dimodifikasi agar
lebih mudah menggunkannya
h) Menggunakan pispot
i) Toioet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang
air besar
j) Melatih ROM pasif dan aktif
k) Melatih lansia bergerak dari tempat tidur ke kursi roda
kemudian dari kursi roda ketempat duduk tangan memegang
bawah aksila klien, sedangkan klien memegang bahu perawat
l) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan kepikunan (demensia)

18
m) Jika ada yang lupa, ingatkan dan bantu lansia misalnya, tidak
tahu tempat buang air kecil
n) Ingatkan hari, tanggal, bulan, tahun serta latih untuk mencoret
lewat kalender
o) Buat catatan untuk nomor telpon penting
p) Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang-
orang yang dikenal
q) Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi
r) Mencatat setiap pesan, siapkan obat pada tempat yang sudah
ada lebelnya

C. Dukungan Terhadap Orang Yang Merawat Lansia


1. Dukungan keluarga
Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional
yaitu keluarga terdiri dari orang-orang yang tergabung karena hubungan
pernikahan, hubungan darah, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu
rumah (Friedman, 2003). Menurut Dep Kes R.I (1998, dalam Achjar, 2010)
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Duvall dan Logan (1986)
mengatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya.
Sedangkan Bailon dan Maglaya (1978) mengatakan keluarga adalah dua
atau lebih individu yang bergabung karna hubungan darah, perkawinan, dan
adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya
dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali,
2010).

19
2. Komponen-komponen dukungan keluarga
Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima
seseorang dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan
sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota
keluarga, orang tua dan teman (Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk.
Menurut Friedman (1998, dalam Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah
orang yang paling dekat hubungannya dengan lansia. Dukungan keluarga
memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera.
Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif,
kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.
Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu
pengetahuan terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dukungan ini berupa nasehat, usualan saran,
perunjuk dan informasi.
b. Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian
penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam
bekerja maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik,
informasi, atau penguatan.
c. Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya
dapat berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan
menyediakan peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi bantuan dan

20
melaksanakan aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi
lingkungan
d. Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan,
kepedulian, dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa
individu yang bersangkutan diperhatikan.
3. Peran anggota keluarga terhadap lansia
Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga
diantaranya menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan,
belanja, kesempatan untuk sosialisasi, menasihati, menemani ke pelayanan
kesehatan, memasak dan menyediakan makanan, mengingatkan untuk
berobat, menjaga janji, mengawasi, melakukan perawatan, pemantauan dan
administrasi obat-obatan.
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa
hal yang dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap
lansia antara lain melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan
kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia,
membantu dalam hal transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati,
mintalah nasihatnya untuk peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam
acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberi
dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah,
memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan
lansia, keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal
yang mempengaruhi kemampuan keluarga memberi dukungan pada lansia
yaitu (Lueckenotte, 2000) :
a. Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
b. Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa
merawat lansia lebih sedikit.
c. Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan
perawatan primer adalah wanita.

21
d. Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang
berjauhan dengan keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan
perawatan.
e. Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan
menimbulkan konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena
berbedanya pandangan antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

4. Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia


Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa
dilakukan keluarga terhadap lansia yaitu:
a. Memahami persepsi dan perasaan lansia
b. Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa ketergantungan
c. Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya orang
sulit untuk menerima perubahan
d. Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang
mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia.
Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang
yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan
komponen penting dalam perawatan kesehatan.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih
terdapat banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan
dan kelebihan kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon
untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:


Salemba Medika

Mickey Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik


Edisi 2.Jakarta:ECG

Anderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta:


EGC

24

Anda mungkin juga menyukai