Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan
cara bertanya langsung kepada responden. Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan
data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode
pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer. Sebaliknya jika ia digunakan
sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan
menjadi metode perlengkap. Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk
menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti
observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara
akan menjadi batu pengukur atau kriterium.

Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih
tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai
pelengkap metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai kriterium ia
menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi
pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode yang serba guna.

Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai
pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya.
Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata
lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-
keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan). Pihak interviewee
diharap mau memberikan keterangan serta penjelasan, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula.
Hubungan antara interviewer dengan interviewee itu disebut sebagai “a face to face non-reciprocal
relation” (relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka interview ini dapat dipandang
sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan
berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980: 171).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).

Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik.

Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara adalah percakapan dan tanya
jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan
mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya
jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan
pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus.
Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan,
dan gender.

Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771) wawancara (interview) adalah situasi
peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan
masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau informan.

B. Tujuan wawancara

1) Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi tertentu

2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.


4) Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.

C. Bentuk-bentuk wawancara

Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.

Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.

Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.

Wawancara pribadi.

Wawancara dengan banyak orang.

Wawancara dadakan / mendesak.

Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman,


olahragawan dan sebagainya.

D. Fungsi-fungsi

1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap orang-


orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka

2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara
untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan
telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal

3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-


pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari
responden.

E. Jenis-jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1.Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus
diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati,
kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

2. Wawancara terpimpin

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan
terinci.

3. Wawancara bebas terpimpin

Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan


wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang
apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya, wawancara
dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:

1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)

2. Wawancara berita (news interview)

3. Wawancara jalanan (man in the street interview)

4. Wawancara sambil lalu (casual interview)

5. Wawancara telepon (telephone interview)

6. Wawancara tertulis (written interview)

7. Wawancara kelompok (discussion interview)

Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :

a. Wawancara berstruktur

wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

b. Wawancara tak berstruktur

wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.

F. Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga
responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus
dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan
oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang
menyenangkan atau tidak.

Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.

Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara
harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.

Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai
responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan
pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus
mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara (interviewers) meliputi pedoman-
pedoman sebagai berikut:

a. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan penjelasan standar
yang diberikan pengawas. (“Never get involved in long explanations of the study; use standard
explanation provided by supervisor”).

b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan pertanyaan.
(“Never deviate from the study introduction, sequence of questions, or question wording”).

c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan membiarkan
individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada pertanyaan
itu. (“Never let another person interupt the interview; do not let another person answer for the
respondent or offer his or her opinions on the questions”).

d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu jawaban.
Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi anda pada topik dari
pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not give the
repondent any idea of your personal views on the topic of questions or survey”).

e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan dan
memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“Never
interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give instructions or clarifications that
are provided in training or by supervisors”).

f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau membuat


perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise, such as by adding answer categories, or make wording
changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara
pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti,
dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka
hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat
penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap
yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal
dan nonverbal. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan
jawaban dari responden.

Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang
disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan,
misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan obrolan. Namun
ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut
adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.

B. Saran

Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber disusun secara baik , rapi dan menggunakan
bahasa yang sopan, tidak menyinggung perasaan narasumber dan harus sesuai prosedur dan tepat
sasaran.

Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka dalam pelaksanaan wawancara.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.amheru.staff.gunadarma.ac.id/

http://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/pengertian-wawancara-tv-tujuan-dan.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200836-tujuan-wawancara/

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2170427-pengertian-dan-fungsi-wawancara/

http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035973-pengertian-wawancara-dan-teknik-
wawancara/
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara

Unknown di 02.32

Anda mungkin juga menyukai