Anda di halaman 1dari 15

Metode Pelaksanaan Penggunaan Sistem Bekisting Table Beam

1
Achmad Adyan Indraji
2
Juniarso, ST., MT.

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Gunadarma
(achmadindraji1@gmail.com)

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Gunadarma
(juniarso@staff.gunadarma.ac.id)

Abstrak - Proyek Pembangunan Gedung Social Security Tower di kawasan Jalan


Setia Budi, Jakarta Selatan oleh kontraktor PT. Pembangunan Perumahan dengan luas
tanah ± 5290 m 2 dan luas bangunan sebesar ± 50.000 m 2, memiliki satu tower yang terdiri
dari 28 lantai dan 3 basement. Owner pada proyek ini adalah PT. Sinergi Investasi Properti
dan konsultan pengawas pada proyek ini adalah PT. Bina Karya dan PT. Garis Rancang
Bangun (KSO). Jenis kontrak yang digunakan Lump Sump dengan nilai kontrak sebesar
Rp. 480.680.000.000,00. Proyek ini memiliki waktu pelaksanaan 630 hari dan masa
pemeliharaan 365 hari. Dalam rangka menghemat biaya dan waktu berbagai upaya telah
dilakukan seperti menggunakan sistem bekisting baru yang dimunculkan sebagai inovasi
dalam Proyek Pembangunan Gedung Social Security Tower. Sistem bekisting table beam
digunakan sebagai inovasi terbaru dalam penggunaan bekisting yang dimana sistem
bekisting ini digunakan untuk menghemat waktu pengerjaan dan menghemat biaya.
Metode pelaksanaan sistem bekisting table beam ini hampeir sama dengan bekisting
konvensional yang dimulai dari perakitan bagian bangungan perancahnya yang tidak akan
dibongkar ulang untuk lantai selanjutnya dan dilanjutkan dengan perakitan bagian
bekistingnya.

Kata kunci: Metode Pelaksanaan, Bekisting, Table Beam

I. PENDAHULUAN

Kerja Praktek adalah suatu kerja magang yang dilakukan mahasiswa di suatu
proyek konstruksi agar mahasiswa dapat mengerti kegiatan dilapangan dan juga
dapat membandingkan antara kegiatan pelaksanaan di lapangan dengan teori
yang diberikan diperkuliahan. Teknik sipil yang dapat memahami ilmu yang
dibutuhkan baik secara teori ataupun pelaksanaan di lapangan yang diperlukan
untuk membangun sebuah bangunan yang kuat, aman, dan nyaman bagi
pengguna bangunan tersebut. Dibutuhkan proses belajar yang kontinyu untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan,
pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat
mencapai tujuan-tujuan proyek.
B. Perencanaan Proyek
Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Menurut Imam Soeharto (1997), Perencanaan adalah suatu proses yang
mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala
sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi
pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan.
C. Pengendalian Mutu
Pengendalian dan pengawasan mutu digunakan sebagai tolak ukur dalam
pengawasan beberapa pekerjaan konstruksi. Pengendalian mutu sangat penting
dikarenakan akan mempengaruhi hasil dari suatu proyek konstruksi. Dengan
memberikan pengawasan mutu yang ketat diharapkan dapat memberikan produk
bagunan terbaik.
D. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu dilakukan dengan membandingkan progres fisik yang
ada dalam pelaksanaan di lapangan dengan rencana kerja dan syarat yang dibuat.
Pengendalian waktu berpedoman terhadap time schedule yang menggambarkan
jadwal tahapan pekerjaan dan jadwal kerja secara keseluruhan. Jadwal ini dibuat
oleh tim pelaksana, kemudian dari tim pelaksana diajukan kepada owner. Apabila
owner menyetujui, maka time schedule dapat digunakan.
E. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang
dilakukan. Besar total biaya yang dikeluarkan akan selalu di evaluasi oleh
manajemen konstruksi sebagai acuan dalam pengendalian biaya.
III. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan perakitan table beam
adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Alat pada Pekerjaan Bekisting Table Beam

Keterangan pada Gambar 5.1 adalah sebagai berikut:


a. Tower Crane
b. Theodolite
c. Waterpass
d. Kunci Baut
e. Bor Baut
f. Fork Lift
Gambar 5.2 Bahan pada Bekisting Table Beam

Keterangan pada Gambar 5.2 adalah sebagai berikut:


a. UNP 80 x 50 x 4 mm j, Bondeck
b. Baut Mur D16 k Plywood
c. Modifikasi Pelat Tebal 5 mm l. Sekrup
d. Hollow (variasi 40x40 dan 30x30) m. U Head dan jack base
e. Siku-siku n. Stagger/. Mainframe
f. Suri-suri
g. Pipa Hollow Ø 2” dan 1 ½”
h. Wing Nut
i. Pipa dudukan U-Head
j. Bondeck
B. LANGKAH PELAKSANAAN BEKISTING TABLE BEAM
Pelaksanaan bekisting Table beam
Dibagi dalam beberapa beberapa tahapan yaitu sebagai. Tahapan dalam
pelaksanaan bekisting table beam dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Tahapan Pelaksanaan Sistem Bekisting Table Beam

Adapun langkah–langkah pelaksanaan bekisting table beam adalah sebagai


berikut:
1. Memasang baut dengan menggunakan bor baut pada besi UNP 80 x 50
x 4 mm yang dimana baut tersebut akan berfungsi sebagai sambungan
antar sepasang besi UNP.
Gambar 5.4 Pemasangan Baut pada Sepasang besi UNP

2. Memasang besi hollow berdiameter 2 inci. Besi Hollow ini juga sebagai
penyangga bagian atas bekisting table beam. Baut penyambung antara
besi hollow dan besi UNP juga harus dipasang dengan menggunakan bor
baut

Gambar 5.5 Pemasangan Besi Hollow


Gambar 5.6 Pemasangan Baut antara Besi Hollow dan BesI UNP

3. Memasang cross brace dengan panjang 150 cm dan 220 cm. Cross brace
dengan Panjang 150 cm sebagai penyambung antar besi hollow pipa satu
dengan yang lain, dan cross brace dengan panjang 220 cm dipasang
untuk bagian bawah sebagai penyambung antar besi UNP

Gambar 5.7 Pemasangan Cross Brace


4. Memasangan besi hollow 40 x 40 pada bekisting table beam. Besi hollow
ini dipasang berbentuk segitiga dan memiliki titik temu antar besi hollow
satu dan yang lainnya. Baut pada besi hollow pun harus dipasang dengan
menggunakan bor baut agar baut tidak lepas saat bekisting sudah
digunakan

Gambar 5.8 Pemasangan Besi Hollow 40x40

Gambar 5.9 Pemasangan Baut pada Besi Hollow

5. Memasangan pipa polos berdiameter 1,5 inci pada bagian bawah


rangkaian percancah table beam.
Gambar 5.10 Pemasangan Pipa Polos pada Bagian Bawah Perancah

6. Memasangan jack base sebagai tumpuan untuk bangunan perancah


table beam. Lalu dilanjutkan dengan pemasangan besi suri-suri yang
nantinya akan berfungsi sebagai pelapis bagian bawah bekisting table
Beam.

JACK BASE

Gambar 5.12 Pemasangan Besi Suri-Suri pada Bagian Atas Perancah


SURI-SURI

Gambar 5.12 Pemasangan Besi Suri-Suri pada Bagian Atas Perencah

7. Merakit bodemen dan tembereng bekisting table beam

Gambar 5.13 Perakitan Bodemen dan Tembereng Bekisting

8. Memasangan plywood yang nantinya plywood ini akan berfungsi sebagai


bekisting dalam pengecoran. Plywood ini akan dipasang pada tembereng
dan bodemen yang telah dirakit sebelumnya. Plywood dipasang
menggunakan bor baut agar lebih kuat.

Gambar 5.14 Pemasangan Plywood

9. Pemasangan siku-siku pada tembereng bekisting, pada siku siku ini


dilengkapi dengan wing nut yang berfungsi mengencangkan dan
mengendurkan, sehingga ukuran bekisting pun juga dapat disesuaikan
dengan kondisi yang dibutuhkan.

SIKU-SIKU

WING
NUT

Gambar 5.15 Pemasangan Siku-siku

10. Memasang besi hollow melintang. Besi hollow ini sebagai alas untuk
menempatkan plywood maupun steel deck.
HOLLOW 100 X50X3

HOLLOW 50 X50X3

Gambar 5.16 Pemasangan Hollow Melintang

11. Memasang steel deck atau bondeck. Steel deck yang telah dipabrikasi
diangkat menggunakan tower crane menuju lokasi pemasangannya.
Setelah steel deck diangkat menuju lokasi pemasangannya, maka steel
deck akan dipotong menggunakan gerinda untuk menyesuaikan dimensi
yang akan terpasang di lapangan. Lalu Endstoper akan dipasang pada
bekisting balok. Penggunaan bekisting table beam pada proyek ini dimulai
dari lantai 4

Gambar 5.17 Pemasangan Steel Deck

Gambar 5.18 Proses Pemotongan Steel Deck dengan Gerinda


Gambar 5.19 Pemasangan Endstoper pada Bekisting Balok

Gambar 5.20 Steel Deck yang Telah Terpasang

B. KENDALA DALAM PELAKSANAAN BEKISTING TABLE BEAM


Kendala-kendala yang dapat terjadi di lapangan saat pemasangan bekisting
table beam adalah sebagai berikut:
1. Saat pemasangan baut akan dikencangkan, baut akan mengalami patah
oleh sebab itu perlu dipersiapakan baut yang sesuai dengan ukuran yang
sesuai pada bagian bekisting table beam dengan jumlah yang banyak.
2. Pekerja bisa saja terjatuh saat melakukan pelaksanaan pemasangan
table beam. Oleh sebab itu sebaiknya diberi rambu-rambu dan railing
pengaman pada area tepi bangunan, lubang lift atau lubang shaft.
Tabel 5.1 Perbandingan Sistem Bekisting Konvensional dan Table Beam

No. Jenis Bekisting Kelebihan Kekurangan


1. Bekisting 1. Cocok untuk penulangan balok 1. Pemborosan dalam segi waktu
Konvensioal secara manual karena harus dibongkar lagi
2. Bias digunakan untuk 2 lantai 2. Pemborosan segi biaya, karena
(overstanding) memerlukan tenaga kerja
3. Bisa disesuaikan dengan dalam pembongkaran
berbagai bentuk ukuran balok 3. Mutu beton belum tentu bagus,
karena bisa saja tidak sesuai
4. Waktu perakitan 6 - 7 hari

2. Bekisting Table 1. Dapat mempersingkat waktu, 1. Hanya untuk satu lantai saja
Beam karena perancah dan bekisting 2. Tidak cocok untuk pembesian
tidak perlu dilepas balok secara manual
2. Dapat meminimalisir Hanya untuk balok typical saja
penggunaan tenaga kerja
karena memindahkan nya
hanya denga tower crane
3. Dapat menghasilkan hasil
permukaan beton balok yang
lebih bagus
4. Waktu perakitan bekisting
5 - 6 hari

IV. KESIMPULAN

Bedasarkan masalah khusus yang telah dibahas, yaitu metode pelaksanaan


penggunaan sistem bekisting table beam, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Sistem bekisting table beam merupakan sebuah inovasi sistem bekisting


yang telah dikembangkan dan digunakan pada Proyek Pembangunan
Gedung Social Security Tower untuk menghemat waktu, biaya, dan
penggunaan man power.
2. Metode Pelaksanaan pada sistem bekisting table beam dimulai dari
pemasangan baut pada bes UNP, pemasangan besi hollow diameter 2
inci disertai dengan pemasangan baut pengencangnya dan dilanjutkan
sampai perancah table beam terbentuk, dan dilanjutkan pemasangan
steel deck yang diangkut dari tempat pabrikasi hingga diangkat
menggunakan tower crane dan dipasang diatas perancah.
3. Kelebihan dari sistem bekisting table beam adalah dapat menghemat
waktu pengerjaan perakitan dan penghematan penggunaan pekerja

DAFTAR PUSTAKA

(1) Admin. 2012. Jenis-Jenis Bekisting.


https://www.ilmutekniksipil.com/bekisting
/jenis-jenis-bekisting, diakses tanggal 25 Juli 2018 pukul 20.30
(2) Amri Gunasti. 2011. Teori Perencanaan Proyek Konstruksi.
https://amrigunasti.wordpress.com/tag/perencanaan-proyek/, diakses pada
tanggal 17 April 2018
(3) Budi Suanda. 2011. Kontrak Lump Sum yang Benar Itu (Berdasarkan
Referensi). http://manajemenproyekindonesia.com/?p=824, diakses pada
tanggal 26 Juli 2018 pukul 19.00
(4) Imam Soeharto. 1997. Teori Perencanaan Proyek Konstruksi.
https://amrigunasti.wordpress.com/tag/perencanaan-proyek/, diakses pada
tanggal 17 April 2018
(5) Ronymedia. 2010. Metode Pekerjaan Struktur Bawah.
https://ronymedia.wordpress.com/2010/06/22/metode-pekerjaan-struktur-
bawah-gedung/, diakses pada tanggal 10 Mei 2018
(6) PT. Pembangunan Perumahan (PP). 2018. Struktur Organisasi Proyek.
Jakarta
(7) PT. Pembangunan Perumahan (PP). 2018 Pekerjaan Table Beam dan
Bondeck. Jakarta
(8) Wkipedia. 2016. Perancah. https://id.wikipedia.org/wiki/Perancah, diakses
pada tanggal 25 Juli 2018 pukul 21.00

Anda mungkin juga menyukai