Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

VERTIGO

Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc

Disusun Oleh:
Dian Catur Putri A
1610221009

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 2 JANUARI – 3 FEBRUARI 2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi kasus ini diajukan oleh :

Nama : Dian Catur Putri Anggraeni

NRP : 1610221009

Program Studi : Kepaniteraan Klinik Departemen Saraf

Judul : Vertigo

Disetujui,

dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc

Ditetapkan di : Ambarawa, Departemen Saraf

Tanggal presentasi : 18 Januari 2018

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang
berjudul “Vertigo”. Presentasi kasus ini disusun untuk melengkapi tugas
Kepaniteraan Klinik Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa.

Saya ucapkan terima kasih kepada dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, MSc
sebagai pembimbing yang telah membimbing dan membantu saya dalam
melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun laporan kasus ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
laporan kasus ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran saya terima dengan
tangan terbuka guna melengkapi dan menyempurnakan laporan kasus ini. Akhir
kata, saya berharap laporan kasus ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui tentang “Vertigo”.

Ambarawa,18 Januari 2018

Penulis

3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status marital : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Kebonagung, Sumowono
Tgl masuk RS : 10 Januari 2018

II. ANAMNESIS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Januari 2018 pukul
13.00 WIB di ruang rawat Teratai kamar B. 08
Keluhan Utama :
Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang :
1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tiba-tiba mengeluh pusing terasa seperti
berputar saat sedang istirahat bekerja, pasien mual dan muntah 3 kali. Pusing
dirasakan ketika beraktifitas dan terasa lebih baik jika pasien beristirahat tiduran.
Pasien merasa pusing berputar lalu seperti mau jatuh, keluhan timbul secara
mendadak, hilang timbul dan keluhan bertambah jika pasien berubah posisi dari
duduk berdiri atau sebaliknya atau jika pasien menggerakan kepala secara cepat.
Keluhan pasien disertai telinga berdenging disebelah kanan.

3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan pusing berputar, mual,
muntah lebih dari 4 kali, berkeringat dingin, bila berjalan merasa mau jatuh serta
tidak kuat untuk berdiri terlalu lama. Pasien tidak berani membuka mata karena
akan semakin terasa berputar. Pasien merasakan lemas disertai telinga berdenging
disebelah kanan tiap kali pusing timbul. Rasa penuh pada telinga disangkal.
Keluahn leher kencang, kesemutan pada wajah dan pingsan disangkal.

Pasien mempunyai riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol sejak 3 tahun yang
lalu, pada saat di IGD tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pasien menyangkal
adanya pandangan kabur, penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak,
penurunan pendengaran, demam, ataupun sakit kepala. Buang air kecil dan buang
air besar tidak terdapat keluhan. Pasien belum konsumsi obat untuk
menghilangkan keluhannya saat ini.

4
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : diakui selama  3 tahun, tetapi pasien tidak
rutin kontrol ke dokter dan tidak minum
obat secara rutin.
 Riwayat stroke : disangkal
 Riwayat penyakit gula : disangkal
 Riwayat cedera kepala/leher : disangkal
 Riwayat sakit telinga : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat stroke : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat sosial ekonomi


Pasien bekerja sebagai petani, sehari-hari pasien sering ke sawah untuk
beraktivitas, pasien juga sering mengangkat pupuk kandang  50 kg yang
diletakan di pundaknya.

Anamnesis Sistem
 Sistem serebrospinal : pusing berputar (+)
 Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
 Sistem respirasi : tidak ada keluhan
 Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+),
 Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
 Sistem urogenital : tidak ada keluhan
 Sistem integumentum : keringat dingin (+)

Resume anamnesis
Pasien wanita usia 55 tahun datang dengan keluhan utama pusing berputar 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, mual dan muntah 3 kali. Pusing dirasakan ketika
beraktifitas dan terasa lebih baik jika pasien beristirahat. Pasien merasa pusing
berputar seperti ingin jatuh, keluhan timbul secara mendadak, hilang timbul dan
keluhan bertambah jika pasien berubah posisi dari duduk berdiri atau sebaliknya
atau jika pasien menggerakan kepala secara cepat. Keluhan pasien disertai telinga
berdenging disebelah kanan. 3 jam sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan
pusing berputar, mual, muntah lebih dari 4 kali, berkeringat dingin, bila berjalan
merasa mau jatuh serta tidak kuat untuk berdiri terlalu lama. Pasien tidak berani
membuka mata karena akan semakin terasa berputar. Pasien merasakan lemas
disertai telinga berdenging disebelah kanan tiap kali pusing timbul.

Diskusi I
Dari data anamnesis didapatkan keterangan mengenai seorang pasien wanita, usia
55 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan tiba-tiba berupa suatu
kumpulan gejala berupa pusing berputar, mual, muntah, bertambah jika pasien

5
berubah posisi, membaik jika berbaring, disertai berdenging pada telinga kanan,
rasa penuh pada telinga disangkal, tidak disertai penglihatan ganda. Pasien juga
mempunyai riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol. Keluhan utama
yang dialami pasien adalah pusing berputar atau yang disebut dengan vertigo.

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi


pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar (Sura, 2010).
Keluhan vertigo harus benar-benar dicermati pada saat anamnesis karena sering
kali dikacaukan dengan nyeri kepala atau keluhan lain yang bersifat psikosomatis.
Riwayat sakit serupa sebelumnya serta adanya rasa berdengung yang diabaikan
pasien mungkin dapat menjadi salah satu faktor risiko terhadap beratnya penyakit
yang dialami pasien saat ini.

VERTIGO
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Vertigo adalah
halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau
pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar (Wreksoatmodjo, 2009).
Vertigo merupakan suatu gejala dengan sederet penyebab antara lain
akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan didalam telinga, didalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan didalam otak itu sendiri
(Mardjono, 2008). Keluhan yang sering disampaikan pasien beragam, misalnya
puyeng, sempoyongan, mumet, muter, pusing, rasa seperti mengambang, dan rasa
seperti melayang.

Langkah-langkah sistematis manajemen pasien vertigo, antara lain (Longo, 2011):


1. Memastikan keluhan
2. Memastikan jenis dan letak lesi
3. Mencari penyebab
4. Memantau terapi

1. Memastikan keluhan
Pasien dapat menyampaikan keluhan kepala dengan sebutan pusing. Pastikan
bahwa keluhan yang dirasakan pasien benar-benr pusing berputar. Bukan nyeri
kepala atau bingung. Untuk menghindari salah persepsi dari gangguan kepala
lainnya adalah dengan menanyakan pasien mengenai apa yang dirasakan pasien
saat terjadinya serangan.

2. Memastikan jenis dan letak lesi


Dalam kondisi normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Semua rangsang yang diterima reseptor masing-masing
sistem diintergrasikan di batang otak dan serebellum, sehingga terjadi hubungan

6
fungsional yang terpadu antara 3 sistem. Respons yang muncul berupa
penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan, dan gejala-gejala lainnya (Chain, 2009).
Vertigo dibagi menjadi dua, vertigo vestibular bila kelainan pada
vestibular, dan vertigo non vestibular apabila terjadi pada visual dan proprioseptif.
Vertigo juga dibagi menjadi vertigo yang terjadi dengan letak lesi di perifer
(labirin dan n. Vestibularis) dan vertigo yang terjadi dengan letak lesi di sentral
(batang otak hingga korteks).

Vertigo perifer Vertigo sentral

Letak lesi Labirin dan N. Vestibularis Batang otak s/d korteks

Sifat vertigo Rasa berputar Melayang

Serangan Episodik Kontinyu

Mual/muntah + -

Gang. pendengaran
dan/disertai tinitus +/- -

Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual

Gejala gangguan SSP - +

Gejala otonom + -

Nistagmus Horizontal Vertikal

3. Mencari penyebab
Berbagai macam proses patologis dapat terjadi pada ketiga sistem somatosensorik,
vestibular, maupun visual, baik pada tingkat resepsi, integrasi, maupun persepsi
(Luxon, 2004).
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Informasi yang berguna untuk

7
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik. Reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik (Swartz, 2005)
.
Beberapa teori mengenai mekanisme terjadinya vertigo diantaranya adalah:
a. Teori rangsang berlebihan (overstimulation).
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual,
dan muntah.

b. Teori konflik sensorik.


Terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor
sensorik perifer, yaitu antara mata, vestibulum dan proprioseptik atau karena
ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan
tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons
yang dapat berupa nistagmus, ataksia, rasa melayang dan berputar.

c. Teori neural mismatch.


Menurut teori ini otak mempunyai memori tentang pola gerakan tertentu,
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola
gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi, sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

d. Teori otonomik.
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi perubahan posisi. Gejala klinis timbul jika sistem simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.

e. Teori neurohumoral.
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl), dan teori serotonin
(Lucat), yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

f. Teori sinaps.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi
CRF (Corticotropin Releasing Factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme
adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal
serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, kemudian berkembang menjadi mual,
muntah,dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan
saraf parasimpatis.

Jaringan saraf yang terlibat dalam proses timbulnya vertigo adalah:

8
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh. Berperan dalam mengubah rangsang
menjadi bioelektrokimia, terdiri dari reseptor mekanis di vestibulum, reseptor
cahaya di retina dan reseptor mekanis/ propioseptik di kulit, otot, dan sendi.
2. Saraf aferen berperan dalam proses transmisi. Terdiri dari saraf vestibularis,
saraf optikus dan saraf spino-vestibulo-serebelaris.
3. Pusat keseimbangan. Berperan dalam modulasi, komparasi, koordinasi dan
persepsi. Terletak pada inti vestibularis, serebelum, korteks serebri,
hipothalamus, inti okulomotorius dan formatio retikularis (Joesoef, 2003).

Vertigo secara etiologi dibedakan tipe perifer dan sentral. Vertigo perifer bila lesi
pada labirin dan nervus vestibularis sedangkan sentral bila lesi pada batang otak
sampai ke korteks.Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan suatu
kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala somatik ( nistagmus,
unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah), dan pusing.

VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik, rasa lemah (Mardjono,2008)

VERTIGO PERIFER

Lamanya vertigo berlangsung :


a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.
Paling sering penyebabnya idiopatik, namun dapat juga akibat trauma kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik,
gejala menghilang secara spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam


Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus.

c. Episode vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu


Neuritis vestibular merupakan keluhan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah
mendadak dan gejala lain dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu. Pada pemeriksaan fisik mungkin
dapat dijumpai nistagmus.

Vertigo vestibular menyebabkan nausea dan muntah, setidaknya pada awalnya,


serta kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi. Nistagmus yang menyertainya
menginduksi ilusi pergerakan lingkungan. Sehingga, pasien memilih untuk
menutup matanya, dan untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada sistem

9
vestibular dengan menjaga kepala pada posisi yang terfiksasi, dengan telinga yang
abnormal terletak dibagian paling atas (Baehr, Frotscher, 2010).

Penyebab Vertigo Perifer


- Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV merupakan penyebab utama vertigo. Onsetnya sering terjadi pada usia rata-
rata 51 tahun (Mardjono, 2009). BPPV disebabkan oleh pergerakan otolith dalam
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi
kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai
kanalis anterior dan horizontal. Otolith mengandung kristal kecil kalsium karbonat
yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit distimulasi oleh
perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus.
BPPV biasanya idiopatik tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik
telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumnya, meskipun gejala BPPV tidak
terjadi bertahun-tahun setelah episode.

- Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan
pendengaran. Gangguan pendengaran berupa tinitus, dan tuli sensoris pada
fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga. Ménière’s
disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik. Ménière’s
disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini terjadi karena
dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirkularis telinga
dalam dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau
sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolik.

- Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi
dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.

Berdasarkan gejala klinis yang menonjol, vertigo dibagi 3 kelompok (Perdossi,


2000).

1. Vertigo paroksismal
2. Vertigo yang kronis
3. Vertigo dengan serangan akut berangsur berkurang tanpa bebas keluhan

1. Vertigo paroksismal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, menghilang
sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan diantara serangan penderita bebas dari
keluhan. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
- Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging: sindrome Meniere,
arahnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasiler, kelainan odontogen, tumor
fossa posterior

10
- Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasiler, epilepsi, migraine, vertigo anak,
labirin picu
- Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional paroksismal
benigna.

2. Vertigo Kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-
serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
- Dengan keluhan telinga: Otitis media kronik, tumor serebelopontin,
meningitis TB, labirinitis kronik, lues serebri.
- Tanpa keluhan telinga: kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis, post traumatik sindrom,
intoksikasi, kelainan endokrin.
- Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi orthostatik, vertigo
servikalis.

3. Vertigo serangan akut berangsur berkurang tanpa bebas keluhan


Berangsur-angsur berkurang tetapi tidak pernah bebas serangan. Berdasarkan
gejala penyertanya dibagi:
- Dengan keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan labirin,
herpes Zoster otikus.
- Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis, sklerosis multipel, oklusi arteri
serebeli inferior posterior,encefalitis vestibularis, hematobulbi.

Pada umunya diagnosis vertigo tidaklah sulit. Tetapi akan sulit mendiagnosis
lokalisasi lesi dan sangat sulit mendiagnosis etiologinya. Anamnesis memegang
peranan paling vital dalam diagnosis vertigo, karena 50% lebih informasi yang
berguna untuk diagnosis berasal dari anamnesis. Di negara maju pun, anamnesis
merupakan sumber informasi paling penting. (Perdossi, 2000)
Penderita mengeluh adanya perasaan sensasi berputar, lingkungan sekitar
dirasakan berputar, bukan headache. Perubahan posisi kepala memperburuk
keluhan, adanya mual dan muntah dapat mendukung ke arah vertigo perifer
walaupun vertigo sentral belum dapat disingkirkan hanya dari anamnesis.

Pemeriksaan Keseimbangan
Nistagmus adalah gerak bola mata yang terdiri dari dua fase, yaitu fase lambat dan
fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap rangsangan,
sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus merupakan
parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler.

Tes kobrak: Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 derajat, atau
duduk dengan kepala ekstensi 60 derajat. Digunakan semprit 5 atau 10 mL, ujung
jarum disambung dengan kateter. Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air
es (00derajat C), sebanyak 5 mL, selama 20 detik. Nilai dihitung dengan
mengukur lama nistagmus, dihitung sejak mulai air dialirkan sampai nistagmus
berhenti. Normalnya, 120-150 detik. Nilai yang kurang dari 120 detik disebut
paresis kanal.

11
Tes kalori bitermal: Tes kalori ini diajurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara
ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 derajat C,
sedangkan suhu air panas adalah 44 derajat C. Volume air yang dialirkan ke
dalam liang telinga masing-masing 250 mL, dalam waktu 40 detik. Setelah air
dialirkan, dicatat lama nistagmus timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air
dingin, periksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri
dengan air panas lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga
kanan atau kiri atau air panas atau air dingin) pasien diistirahatkan selama 5 menit
(untuk menghilangkan pusingnya).

Kemudian hasil tes kalori dihitung dengan menggunakan rumus :


Sensitivitas L-R : (a+c) – (b+d) = < 40 detik. Dalam rumus ini dihitung selisih
waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih kurang dari 40 detik maka berarti
kedua fungsi vestibular masih dalam keadaan seimbang. Tetapi bila selisih lebih
dari 40 detik, maka berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih kecil
mengalami paresis kanal (Soepardi, 2007)
Keterangan:
L: left R: right
a: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kiri dengan suhu air dingin
b: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kanan dengan suhu air dingin
c: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kiri dengan suhu air panas
d: Waktu nistagmus pemeriksaan telinga kanan dengan suhu air panas

Tes Bera: Brain Evoked Response Audiometry merupakan alat yang bisa
digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak
bayi baru saja dilahirkan. Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ
pendengaran mulai dari perifer sampai batang otak.
Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak
kooperatif, yang tidak dapat diperiksa dengan cara konvensional. Berbeda dengan
audiometri, alat ini bisa digunakan pada pasien yang kooperatif maupun non-
kooperatif seperti pada anak baru lahir, anak kecil, pasien yang sedang mengalami
koma maupun stroke,tidak membutuhkan jawaban atau respons dari pasien seperti
pada audiometri karena pasien harus memencet tombol jika mendengar stimulus
suara. Alat ini juga tidak membutuhkan ruangan kedap suara khusus.

BERA dapat dimanfaatkan untuk menentukan sumber gangguan pendengaran


apakah di cochlea atau retro choclearis, mengevaluasi brainstem (batang otak),
serta menentukan apakah gangguan pendengaran disebabkan karena psikologis
atau fisik. Pemeriksaan ini relatif aman, tidak nyeri, dan tidak ada efek samping,
sehingga bisa juga dimanfaatkan untuk screening medical check up.
Meskipun BERA memberikan informasi mengenai fungsi dan sensitivitas
pendengaran, namun tidak merupakan pengganti untuk evaluasi pendengaran
formal, dan hasil yang didapat harus dapat dihubungkan dengan hasil audiometri
yang biasa digunakan, jika tersedia (Bhattacharyya, 2008).

Diagnosis Sementara
- Diagnosis klinis : pusing berputar onset akut, mual, muntah
- Diagnosis topik : organ vestibularis, organ non-vestibularis
- Diagnosis etiologi : vertigo perifer (otogenik) dd sentral (cervikogenik)

12
III. PEMERIKSAAN FISIK (Dilakukan tanggal 11 Januari 2018)
Status generalis : Sakit sedang, gizi lebih
Keadaan umum : Compos mentis, GCS E4V5M6

Tanda vital :
Tekanan darah = 130/80 mmHg
Pernapasan = 20 kali/menit
Nadi = 90 kali/menit
Suhu = 36,50 celcius
Kulit : Turgor kulit normal.
Kepala : Normocephal, rambut hitam distribusi merata.
Wajah : Simetris, ekspresi wajar.
Mata : Edema palpebra -/- conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+).
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang dan serumen (-/-).
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi.
Mulut : Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi,
trakea,tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.
Thorak : Retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I = thorax simetris dengan ekspansi baik
P = fremitus takstil kanan=kiri
P = sonor di seluruh lapang paru
A= vesikuler (+/+) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I = Tidak tampak iktus cordis
P = iktus cordis tidak teraba
P = Batas atas ICS III linea parasternal sinistra, batas kiri ICS VI
linea midclavicula sinistra, batas kanan ICS IV linea sternalis
dextra.
A = BJ I dan II regular, Gallop (-/-), murmur (-/-)
Abdomen : I = datar
A= bising usus (+)
P= dinding perut supel, turgor kulit lebih baik., hepar dan lien
tidak teraba
P= timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-/-), sianosis (-), capilarry refill time < 2 detik,
akral hangat

Status Neurologis
Sikap tubuh : normal
Gerakan abnormal : tidak ada

Status Psikiatri
Tingkah Laku : Normoaktif
Perasaan Hati : Normotimik
Orientasi : Dalam batas normal

13
Kecerdasan : Dalam batas normal
Daya Ingat : Dalam batas normal

Saraf kranialis

Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri


N. I. Olfaktorius Daya penghidu N N
Daya penglihatan N N
N. II. Optikus Pengenalan warna N N
Lapang pandang N N
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial N N
Gerakan mata ke atas N N
N. III.
Gerakan mata ke bawah N N
Okulomotor
Ukuran pupil 2,5 mm 2,5 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Strabismus divergen - -
N. IV. Troklearis Gerakan mata ke lat-bwh N N
Strabismus konvergen N N
Menggigit N N
Membuka mulut N N
Sensibilitas muka N N
N. V. Trigeminus
Refleks kornea + +

Trismus - -
Gerakan mata ke lateral N N
N. VI. Abdusen
Strabismus konvergen N N
Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N N
N. VII. Fasialis Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Menutup mata N N

14
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Daya kecap lidah 2/3 ant N N
Mendengar suara bisik N N
N. VIII.
Mendengar suara arloji + +
Vestibulokoklearis

N.IX (GLOSSOFARINGEUS) Keterangan

Arkus Faring Dalam batas normal


Daya Kecap 1/3 Belakang Dalam batas normal
Reflek Muntah Dalam batas normal
Sengau Tidak
Tersedak Tidak
N. X (VAGUS) keterangan
Arkus faring Dalam batas normal
Reflek muntah Dalam batas normal
Bersuara Dalam batas normal
Menelan Dalam batas normal
N. XI (AKSESORIUS) Keterangan
Memalingkan Kepala Dalam batas normal
Sikap Bahu Dalam batas normal
Mengangkat Bahu Dalam batas normal
Trofi Otot Bahu Tidak
N. XII (HIPOGLOSUS) Keterangan
Sikap lidah Dalam batas normal
Artikulasi Dalam batas normal
Menjulurkan lidah Dalam batas normal
Kekuatan lidah Dalam batas normal
Trofi otot lidah Dalam batas normal
Fasikulasi lidah Dalam batas normal

15
Fungsi motorik
Superior (dex/sin) Inferior (dex/sin)
Gerakan Bebas / Bebas Bebas / Bebas
Kekuatan 5 / 5 5/5
Tonus Normal Normal

Leher : kaku leher (-)


Ekstremitas : dalam batas normal
Gerak : bebas pada seluruh ekstremitas
Kekuatan : motorik baik ( nilai 5 pada seluruh ekstremitas)
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetative : dalam batas normal

Pemeriksaan tambahan
Nistagmus : positif
Dismetri : negatif
Romberg test : positif
Lermit : negatif
Dix hallpike maneuver : negatif

Hasil laboratorium
Hematologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
Darah perifer lengkap
Hb 13,5 11,7 – 15,5 gr/dl
Ht 41,8 35 - 47%
Eritrosit 4,72 3,8– 5,2 juta/µL
MCV 88,5 78 – 95 fL
MCH 28,6 26 – 32 pg
MCHC 32,4 32 – 36 gr/dL
Trombosit 313.000 150.000 – 350.000/µL
Leukosit 7.500 4.500 –13.500/µL
Hitung Jenis
Eosinofil 0,11 0,04 – 0,8 %
Basofil 0,2 0-1%

16
Neutrofil 2,87 1,8-7,5 %
Limfosit 3,81 1,0-4,5 %
Monosit 0,68 0,2-0,8 %
RDW 13,1 10-16 %
Kimia Klinik
GDS 120 H 74-108 mg/dL
SGOT 29 5-34 U/L
SGPT 44 H 0-35 U/L
Ureum 32,6 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,80 0,45-0,75 mg/dL
HDL DIRECT 46 28-63 mg/dL
LDL-CHOL 110,2 <150 mg/dL
ALBUMIN 3,88 3,4-4,8 g/dL
CHOLESTEROL 204 <200 mg/dL
TRIGLISERIDA 239 70-140 mg/dL

X-Foto Cervical AP/Lateral/Oblique


- Alignment lurus
- Spondilosis cervicalis
- Tak tampak kompresi maupun listesis
- Penyempitan foramen intervertebralis C5-6 kanan

DISKUSI II
Berdasarkan pada data-data di atas, seorang perempuan berusia 55 tahun
sebelum masuk rumah sakit mengalami pusing berputar, disertai mual dan
muntah, pusing dipengaruhi oleh perubahan posisi kepala, tidak terdapat riwayat

17
trauma, tidak ada penglihatan kabur atau penglihatan ganda sehingga dari
anamnesis lebih menguatkan kepada vertigo perifer.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya tekanan darah 130/80 mmHg
yang merupakan kriteria prehipertensi. Pada pasien ini mempunyai riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol selama  3 tahun. Hipertensi jika terjadi secara
kronis dapat menjadi faktor resiko gangguan vaskular pada sistem vestibular
sehingga dapat menyebabkan vertigo. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab vertigo akibat kerusakan organ otak karena hipertensi yang
mekanismenya dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitic oxide synthase, dan
lain-lain. Hipertensi kronis akan mengakibatkan iskemia yang disebabkan spasme
pembuluh darah atau karena proses arteriosklerosis sehingga lumen dari
pembuluh darah menjadi sempit. Penyempitan lumen pembuluh darah ini
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan penurunan kemampuan sel untuk
beraktivitas.
Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2 dalam
darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan konsentrasi O2 saja,
tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya sklerosis pada salah satu
auditiva interna, atau salah satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikian bila ada
perubahan konsentrasi O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian,
akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan dan kiri
akibatnya akan terjadi serangan vertigo. Perubahan konsentrasi O2 dapat terjadi
misalnya pada hipertensi, hipotensi, spondiloartrosis servikal (Baogan, 2015) pada
pasien di dapatkan hasil rontgen spondilosis cervicalis dan penyempitan foramen
intervertebralis C5-6 kanan. Hal ini memungkinkan bahwa vertigo yang terjadi
bersifat sevikogenik. Dalam penelitian oleh colledge et al. Meneliti penyebab
pusing pada orang tua berkaitan dengan spondylosis serviks 65% kasus.
Spondylosis serviks terjadi pada vetebra yang kolaps, turunnya ketinggian disc
atau disc herniasi, lesi degeneratif (osteoartritis), penyakit inflamasi (rheumatoid
artritis), displacement vetebral.

Berikut ini tabel untuk membedakan vertigo perifer dari vertigo sentral.
Tanda dan Gejala Vertigo Perifer Pasien Vertigo Sentral

1. Serangan Intermiten intermiten Konstan

2. Pusing berputar Hebat hebat Tidak terlalu hebat

3. Mual muntah Hebat hebat Ringan

4. Nistagmus Selalu ada Ada Ada/tidak ada

5. Ciri Nistagmus tidak pernah vertikal horisontal sering vertikal

6.Kurang pendengaran / tinitus Sering ada Tidak ada Jarang ada

7. Tanda Lesi batang otak Tidak ada Tidak ada Ada

8. Disartria Tidak ada Tidak ada Ada

18
9. Defek Visual Tidak ada Tidak ada Ada

10. Diplopia Tidak ada Tidak ada Ada

11. Drop attack Tidak ada Tidak ada Ada

12. Ataksia Tidak ada Tidak ada Ada

Lambat, tegak dan berhati- Lambat, tegak dan Bergerak menyimpang ke


13. Gaya berjalan hati berhati-hati satu arah, ataksik

BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang
dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada
telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. Karakteristik nistagmus dan vertigo
berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat
gangguan otolith.

Diagnosis Akhir
Diagnosis klinik : Pusing berputar onset akut, mual, muntah
Diagnosis topik : Organ vestibularis, organ non-vestibularis
Diagnosis etiologi :Vertigo perifer (otogenik) dd vertigo sentral (servikogenik)

Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
 Tirah baring
 Edukasi keluarga mengenai penyakitnya:
 Diagnosis pasien
 Tatalaksana yang akan dilakukan
 Prognosis dari penyakit yang diderita pasien
2. Medikamentosa
 IVFD Ringer laktat 20 tpm
 Inj. Mecobalamin 1 x 1 ampul (500 µg)
 Inj. Ondansentron 3 x 1 ampul
 Inj. Ranitidine 2x1 ampul
 Po Betahistin 3 x 1 tablet
3. Rencana
 Tes BERA
 CT Scan

19
DISKUSI III
Ringer laktat
Stabilisasi hemodinamik dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid secara
intravena.

Mecobalamin
Merupakan bentuk vitamin B12 dengan gugus metil aktif yang berperan dalam
reaksi transmetilasi dan merupakan bentuk paling aktif dibandingkan dengan
homolog vitamin B12 lainnya dalam tubuh, dalam hal kaitannya dengan
metabolisme asam nukleat, protein dan lemak. Methylcobalamin meningkatkan
metabolisme asam nukleat, protein dan lemak. Mecobalamin bekerja sebagai
koenzim dalam sintesa metionin. Mecobalamin terlibat dalam sintesis timidin
pada deoksiuridin dan mempercepat sintesis DNA dan RNA. Pada penelitian lain
ditemukan mecobalamin mempercepat sintesis Lesitin, suatu komponen utama
dari selubung mielin. Mecobalamin diperlukan untuk kerja normal sel saraf.

Ondansentron
Obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah. Gejala
tersebut disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang bernama serotonin. Jumlah
serotonin dalam tubuh akan meningkat ketika kita menjalani kemoterapi,
radioterapi, dan operasi. Seretonin akan bereaksi terhadap reseptor 5HT3 yang
berada di usus kecil dan otak, dan membuat kita merasa mual. Ondansetron akan
menghambat serotonin bereaksi pada receptor 5HT3 sehingga membuat kita tidak
mual dan berhenti muntah.

Ranitidin
Diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi dari
obat lain. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin pada reseptor H2 di lambung dan mengurangi sekresi
asam lambung.

Betahistin
Mengurangi vertigo dengan memperlebar sphincter prekapiler sehingga
meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. Betahistin juga
memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan sirkulasi serebral dan
meningkatkan aliran darah arteri karotis interna. Pemberian betahistin
diindikasikan untuk mengurang vertigo yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau sindroma meniere
dan vertigo perifer.

Prognosis
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad bonam
Discomfort : dubia ad bonam

20
Dissatisfaction : dubia ad bonam
Destitution : dubia ad bonam

FOLLOW UP

12/1/18 S : Pusing berputar berkurang banyak, mual (-), P :


HP 2 muntah (-), telinga berdenging (-)  IVFD Ringer laktat
O: 20 tpm
KU : Compos mentis. E4M6V5  Inj. Mecobalamin 1 x
TD :130/80 mmHg 1 ampul (500 µg)
Nadi :85x/mnt
 Inj. Ondansentron 3 x
RR : 20x/mnt
1 ampul
Suhu : 36,5 0C
 Inj. Ranitidine 2x1
Ekstremitas:
ampul
motorik gerakan bebas / bebas dan bebas / bebas
motoric kekuatan 5/5 dan 5/5  Po Betahistin 3 x 1
tablet

A:
 Vertigo perifer ec BPPV dd/ vertigo central ec
servikogenik

21
13/1/18 S : Pusing berputar hilang, mual (-), muntah (-), P :
HP 3 telinga berdenging (-)  IVFD Ringer laktat
20 tpm
O:  Inj. Mecobalamin 1 x
KU : Compos mentis. E4M6V5 1 ampul (500 µg)
TD :130/80 mmHg
 Inj. Ondansentron 3 x
Nadi :80x/mnt
1 ampul
RR : 20x/mnt
 Inj. Ranitidine 2x1
Suhu : 36 0C
ampul
Ekstremitas:
motorik gerakan bebas / bebas dan bebas / bebas  Po Betahistin 3 x 1
motoric kekuatan 5/5 dan 5/5 tablet

A:
 Vertigo perifer ec BPPV dd/ vertigo central ec
servikogenik

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas L. Clinical Practice Guideline:


Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. 2008;139: S47-S81.
2. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient
with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and
wilkins)
3. Joesoef AA., Tinjauan Neurobiologi Molekuler dari Vertigo, 2003,
Makalah Konas V Perdossi, Bali
4. Longo, D.L., kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L. &
Loscalzo, J. 2011. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th Edition.
New York: McGraw-Hill.
5. Luxon, L. M. 2004. Evaluation and Management of The Dizzy Patient.
Journal
6. Perdossi, 2000, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen
Pharmaceiuticals
7. Soepardi EA, Inskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
8. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in
primary care, BJMP 2010;3(4):a351
9. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of
American Family Physician March 15,2005:71:6.
10. Wreaksoatmodjo, 2004. Vertigo : aspek neurologi. Bogor : Cermin Dunia
Kedokteran No. 144.

23
LAMPIRAN
Jenis vertigo otogenik:
Gangguan vestibuler yang paling sering ditemui, dengan gejala
rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat dingin,
BPPV
yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi
tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.

Labyrinthitis adalah infeksi atau inflamasi pada bagian


pendengaran dan keseimbangan telinga bagian dalam.. Hal ini
Labyrinthitis terjadi ketika labirin atau saraf yang menuju ke telinga bagian
dalam terinfeksi oleh virus atau bakteri. Gejala labyrinthitis adalah
gangguan pendengaran mendadak di satu telinga dan vertigo.

Suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi


pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan
keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang
berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit
Meniere ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari
disease endolimfe pada telinga dalam.

Kelainan pada N. Vestibulokoklearis dapat menyebabkan


gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo). Gangguan
dapat berupa tuli saraf akibat neuroma akustik,

Neuritis Suatu penyakit yang ditandai oleh adanya serangan vertigo (perasaan
vestibularis berputar) mendadak akibat peradangan pada saraf yang menuju ke
kanalis semisirkularis. Serangan vertigo yang pertama sangat berat,
disertai dengan mual dan muntah dan berlangsung selama 7-10 hari.

24

Anda mungkin juga menyukai