Bahasa Indonesia
Oleh :
Zulfian Halid ( 20 )
HUKUM PERADILAN
Pada zaman dahulu di sebuah kerajaan, hiduplah seorang tukang pedati
yang setiap pagi membawa dagangannya ke pasar. Pada suatu pagi, ketika
melewati jembatan yang baru di bangun, si tukang pedati jatuh ke sungai, kuda
beserta dagangannya hanyut, karena kayu jembatan yang rapuh. Mereka lantas
langsung melaporkan kejadian itu kepada hakim.
Keluarga Pemilik Pedati : “Yang Mulia Hakim, kami tidak terima keluarga saya
kehilangan pedati beserta kuda dan dagangan kami karena jembatan yang
dilewati roboh. Pembuat jembatan itu harus dihukum, Yang Mulia.”
Yang Mulia Hakim : “Benar juga ya. Pengawal! Cepat panggil si Tukang
Kayu!” (dengan nada tegas)
Pengawal pun langsung pergi dan memanggil Tukang Kayu tersebut, dan
Tukang Kayu sama seperti Pembuat Jembatan yang keheranan.
Tukang Kayu : “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba? Mengapa
saya dipanggil kemari?”
Yang Mulia Hakim : “Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu pakai
untuk membuat jembatan itu rapuh dan jelek sehingga menyebabkan seseorang
jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus
dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.”
Yang Mulia Hakim : “Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si
penjual kayulah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek
untuk si Pembuat Jembatan.” ( berkata dalam hati )
Yang Mulia Hakim : “Kesalahanmu adalah tidak menjual kayu yang bagus
kepada Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kokoh, sehingga
menyebabkan jembatannya roboh dan seseorang jatuh kehilangan kuda dan
barang dagangannya dalam pedati yang hanyut.”
Penjual Kayu pun protes dan tidak terima dengan tuduhan Sang Hakim.
Penjual Kayu : “Jangan salahkan saya Yang Mulia Hakim, yang salah
adalah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk saya
jual.”
Sang Hakim pun berpikir kembali perihal pembelaan yang dilakukan oleh
Penjual Kayu.
Yang Mulia Hakim : “Benar juga apa yang dikatakan Olehmu. Pengawal,
bawa si pembantu ke hadapanku!”
Pembantu Kecil: “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga
harus dipenjara?”