Anda di halaman 1dari 12

NAMA : YUSTRIA NOVI SATRIANA

NIM : 201610110311309

KELOMPOK :8

INSTRUKTUR : SITI WULANDARI, S.H

` HOLLY MURIDI ZHAM-ZHAM, S.H

Analisi Putusan

Nomor : 411 / Pdt.G / 2013 / PN.Mdn

1. Para Pihak
a. Penggugat :
1) Yusril Darus
2) Sopian
3) Eka Putra Z, SH
4) Arianto Tambunan
5) Safaruddin
6) Darwaman Putra
7) Fadillah
b. Tergugat :
1) PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera
2) Bagian Utara (Tergugat I), PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara (Tergugat
II)
3) PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkitan dan Jaringan Sumut - Aceh - Riai
4) PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban
5) Presiden Republik Indonesia
6) (Tergugat V), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
7) Menteri Badan Usaha Milik Negara
8) Menteri Keuangan
9) Gubernur
Analisa :
Menurut saya, para pihak dalam gugatan ini sudah sesuai. Dari PENGGUGAT sampai
TERGUGAT. Karena PENGGUGAT dalam Citizen Lawsuit adalah sebagai Warga
Negara. TERGUGAT dalam Citizen Lawsuit adalah penyelenggara negara dimana mulai
dari warga negara Presiden dan Wakil Presiden sebagai pimpinan teratas, Menteri dan
terus sampai kepada pejabat negara di bidang yang dianggap telah melakukan kelalaian
dalam memenuhi hak warga negaranya. Dalam hal ini pihak selain penyelenggara Negara
tidak boleh dimasukkan sebagai pihak baik sebagai Tergugat maupun Turut Tergugat.
Dalam perkara ini sudah sangat jelas bahwa yang menjadi TERGUGAT adalah Pemerintah
dan Non Pemerintah.

2. Objek Perkara
Adapun objek perkaran putusan tersebut adalah adanya pemadaman listrik yang
sewenang-wenang.
Analisa :
Menurut saya, sudah sesuai. Karena objek tersebut merupakan objek perkara Citizen
Lawsuit. Bahwa dalam putusan tersebut objek ditujukan kepada Pemerintah dan non
pemerintah dimana keduanya merupakan penyelenggara dan bukan badan hukum.

3. Pokok Perkara
1. Bahwa Para Penggugat dijamin hak - haknya dalam Konstitusi Negara Republik
Indonesia untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya sebagaimana diatur dalam pasal
28 C ayat (2) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Bahwa Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII dan Tergugat IX
memiliki kewenangan dibidang ketenagalistrikan sesuai tingkatannya sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 5 UU Nomor 30 Tahun 2009. Kewenangan Tergugat V,
Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII dan Tergugat IX juga untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 46 UU Nomor 30 tahun 2009
3. Bahwa berdasarkan hal - hal tersebut di atas, maka kepentingan hukum Para Penggugat
untuk mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Para
Tergugat dalam rangka mewujudkan perlindungan, jaminan dan penegakan hukum,
sebagaimana ditentukan dalam aturan-aturan hukum yang tersebut diatas
4. Bahwa Para Penggugat menggunakan mekanisme hak gugatan warga negara (Citizen
Lawsuit) terhadap Para Tergugat. Mekanisme ini digunakan untuk mengatasi
kekosongan hukum acara perdata yang menghendaki setiap orang yang menggugat
harus memasukkan surat gugatan seperti in casu
5. Bahwa telah diketahui, penduduk Sumatera Utara jumlahnya sangat besar (kurang lebih
13.215.401 jiwa), dan bila masing - masing secara langsung mengajukan gugatan
Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat atas pelanggaran hak -
hak selaku warga Negara Republik Indonesia yang terjadi akibat pelayanan jasa
ketenagalistrikan yang tidak sesuai aturan (sebagaimana amanat UU Nomor 30 tahun
2009), maka proses pengajuan gugatan menjadi tidak sederhana, tidak cepat, dan
memakan biaya besar, sehingga menjadi tidak sesuai dengan prinsip - prinsip yang
ditetapkan dalam sistem peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
6. Bahwa gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat sebagai warga negara Republik
Indonesia yang memiliki kepentingan dan kedudukan hukum dalam memperjuangkan
pemenuhan hak setiap warga Negara Republik Indonesia dalam mekanisme hak
gugatan warga Negara (Citizen Lawsuit) merupakan upaya terobosan hukum yang
dilakukan untuk mengatasi kesulitan – kesulitan teknis di lembaga peradilan dalam
upaya penegakan keadilan dan kebenaran bagi seluruh warga Negara Republik
Indonesia
7. Bahwa berdasarkan argumentasi dan ketentuan hukum diatas, maka jelaslah bahwa
Para Penggugat mempunyai kedudukan dan kepentingan hukum sebagai pihak yang
dirugikan atas pelayanan jasa ketenagalistrikan yang tidak sesuai aturan sehingga
terjadi pemadaman listrik secara sewenang - wenang oleh PT.PLN (Persero) lebih
kurang hingga 4 setiap hari yang menyebabkan kerugian bagi Para Penggugat sebagai
warga Negara Republik Indonesia pengguna jasa ketenagalistrikan, dengan ini
mengajukan gugatan warga Negara terhadap Para Tergugat dalam hal terjadinya
pelanggaran hak - hak untuk mendapatkan ketersediaan tenaga listrik yang cukup,
kualitas yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merata
Analisa :
Dalam hal ini, sudah sesuai. Karena PENGGUGAT melakukan gugatan demi kepentingan
umum dimana telah dirugikan oleh PT. PLN. Akan tetapi kerugian tersebut tidak
dijelaskan secara gamblang sehingga menimbulkan berbagai fakta yang muncul dimana
tidak sesuai yang dimintakan dari adanya gugata Citizen Lawsuit.
4. Petitum
Berdasarkan alasan - alasan tersebut diatas, Para Penggugat mohon kiranya agar Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa perkara ini berkenan untuk
memutuskan hal - hal sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan Para Penggugat sah secara hukum untuk mengajukan gugatan Citizen
Lawsuit dalam upaya penyelamatan dan memulihkan sistem listrik diwilayah PT. PLN
(Persero) Regional Sumatera Utara agar warga negara diwilayah tersebut mendapat
tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik ;
3. Menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad) ;
4. Memerintahkan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV membentuk,
merevitalisasi atau mengefektifkan kinerja Lembaga Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban (P3B) untuk mengatasi krisis listrik di wilayah PT.PLN (Persero) Regional
Sumatera Utara ;
5. Memerintahkan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV segera
melakukan langkah-langkah konkrit untuk mengatasi krisis listrik di wilayah PT. PLN
(Persero) Regional Sumatera Utara agar tidak terjadi pemadaman bergilir yang dapat
merugikan Para Penggugat ;
6. Memerintahkan Tergugat V, Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII dan Tergugat
IX secara sungguh - sungguh melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja
Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV ;
7. Memerintahkan Para Tergugat bersinergi membuat kebijakan untuk menjamin
ketersediaan pasokan tenaga listrik di wilayah PT. PLN (Persero) Regional Sumatera
Utara cukup dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum ;
8. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV memberikan
kompensasi 10 % dari kewajiban listrik bulanan kepada pelanggan jika terjadi
pemadaman lebih dari satu jam ;
9. Menghukum Para Tergugat untuk menyampaikan permintaan ma’af secara tertulis
kepada Para Penggugat atau keseluruhan pelanggan listrik di wilayah PT. PLN
(Persero) Regional Sumatera Utara yang diumumkan melalui : 1stasiun TVRI SUMUT,
1 stasiun radio di SUMUT, 2 (dua) media cetak nasional dan 5 media cetak lokal selama
tiga hari berturut – turut
10. Menghukum Para Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara hingga putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap ;
11. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, walaupun
ada upaya verzet, banding maupun kasasi.
Analisa :
Menurut saya, petitum dalam putusan ini kurang tepat. Karena dalam petitum tersebut
tidak disebutkan bahwa PENGGUGAT adalah Warga Negara Indonesia. Sedangkan
dalam Citizen Lawsuit harus didasarkan bahwa PENGGUGAT tersebut merupakan warga
negara. Kemudian terkait apa yang dituju dari gugatan tersebut kurang jelas. Seharusnya
meminta suatu perbaikan dari adanya pemadaman yang sewenang-wenang bukan meminta
ganti rugi atau komprnsasi. Gugatan Citizen Lawsuit pada pokoknya petitum yang
dimaksud ialah suatu tindakan Penyelenggara Negara untuk menjalankan kewajibannya
yang sebelumnya dianggap lalai oleh masyarakat.

5. Pertimbangan Hukum
1. Menimbang, bahwa sebelumnya terlebih dahulu akan dipertimbangkan mengenai Para
Penggugat yang dalam hal ini diwakili oleh Para Advokat Persaudaraan Advokat
Konsumen (PERAK) berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 12 Juli 2013. Bahwa
Arianto Tambunan sebagai Penggugat dengan nomor urut 4 (empat), tidak mampu
dibuktikan oleh kuasa hukumnya sebagai Warga Negara Indonesia, karena Kartu Tanda
Penduduk (KTP) yang merupakan bukti yang sah sebagai penduduk dan warga negara
tidak pernah mampu diajukan oleh kuasanya. Dalam persidangan yang diajukan
bukanlah KTP Arianto Tambunan, akan tetapi KTP seseorang bernama Mhd. Ariyanto
Tambunan, sehingga dengan demikian, Penggugat Arianto Tambunan haruslah
dinyatakan tidak berkwalitas sebagai pihak Penggugat dalam perkara ini ;
2. Menimbang, bahwa sebagaimana diketahui prosedur penyelesaian atau acara
pemeriksaan terhadap gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat, tidak dikenal dalam
sistem hukum Civil Law yang dianut oleh Indonesia, sehingga pengaturannya
tidak atau belum diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, baik di dalam R.Bg
dan HIR, maupun dalam RV. Demikian juga dengan peraturan perundang - undangan
lainnya Citizen Lawsuit tidak ada aturannya sama sekali, karena Citizen Lawsuit
pertama kali dikenal, berkembang dan berlaku di Amerika Serikat, Australia dan India,
yaitu Negara - negara yang menganut sistem hukum Common Law, terutama sekali di
bidang hukum lingkungan ;
3. Menimbang, bahwa namun demikian dengan mengacu kepada Undang - Undang
Nomor: 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang telah menegaskan bahwa
pengadilan tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan tidak
ada hukum yang mengaturnya. Sehingga dengan demikian Majelis dalam
menyelesaikan gugatan a quo, akan berpedoman kepada praktik peradilan sebagaimana
ketentuan pasal 5 ayat (1) dan 10 ayat (1) Undang - Undang Nomor 48
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang dengan tegas menyatakan “Hakim
tidak boleh menolak perkara dengan dalih hukumnya tidak ada atau tidak jelas, dan
hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai - nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat“. Hal ini berarti
ketentuan tersebut mengamanatkan bahwa hakim harus terus menerus mempelajari,
mengikuti dan mengakui perkembangan hukum yang ada di tengah masyarakat sebagai
sumber hukum dalam pengambilan keputusan atas perkara konkrit yang sedang
ditanganinya, dengan kata lain dari hukum yang hidup dalam masyarakat tersebut,
hakim harus dapat membentuk hukum baru guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu
sendiri, sehingga dengan demikian penegakan hukum dan keadilan dapat tercapai ;
4. Menimbang, bahwa oleh karena penerapan prosedur gugatan Hak Gugat Warga Negara
(Citizen Lawsuit) belum diatur dalam Hukum Acara Perdata, majelis akan
mempedomani pemeriksaan perkara ini dengan mengacu kepada R.Bg / HIR, PERMA
Nomor : 01 tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, pendapat Para
Ahli dan Praktik Peradilan dinegara lain yang telah lama menerapkan sistem dan atau
prosedur gugatan Citizen Lawsuit sebagai perbandingan, khususnya Negara - negara
yang menganut sistem hukum Common Law, sedangkan hal demikian tidak dikenal di
negara yang sistem hukumnya menganut Civil Law yang biasanya lebih mengenal
Actio Popularis sebagai padanannya ;
5. Menimbang, bahwa di Amerika Serikat pengakuan terhadap prosedur gugatan Citizen
Lawsuit, juga berawal dari pengajuan perkara ke pengadilan, kemudian dimuat dalam
peraturan perundangan pertama kalinya pada tahun 1970, yang menjamin setiap orang
dapat menuntut pemerintah di Pengadilan untuk menjalankan kewajiban yang
diperintahkan oleh undang - undang. Sedangkan di Australia, prosedur Citizen Lawsuit
dibatasi hanya kepada pemulihan lingkungan atau pembatasan dari kerusakan
lingkungan hidup (remedy or restrain). Adanya standing ini adalah didasarkan kepada
dua faktor yaitu perlindungan kepentingan masyarakat luas dan faktor penguasaan
sumber daya alam atau sector - sektor yang memiliki dimensi publik. Sementara di
India, warga negara yang menjadi Penggugat dalam Citizen Lawsuit tidak perlu
membuktikan adanya kerugian langsung yang bersifat riil dan nyata. Mahkamah Agung
India dalam perkara gugatan Citizen Lawsuit antara S.H. Gupta melawan Union of
India AIR pada tahun 1982, telah menegaskan bahwa setiap anggota masyarakat
siapapun juga dapat mengajukan gugatan apabila :
1. suatu kesalahan hukum atau kerugian hukum yang disebabkan oleh karena
adanya suatu pelanggaran terhadap konsitusi atau pelanggaran atas hak hukum
tertentu atau perbuatan lain yang bersifat menghukum ;
2. Terjadinya suatu kesalahan hukum atau perbuatan pembebanan hukum yang
dilakukan tanpa otorita hukum ;
3. Seseorang atau kelompok masyarakat (klas) tertentu karena alasan kemiskinan,
ketidak berdayaan, atau kecacatan atau jika secara ekonomi maupun sosial
berada dalam posisi merugikan tidak memiliki kemampuan untuk mengajukan
ke pengadilan ;
6. Menimbang, bahwa untuk praktik di Indonasiia sendiri, hal prosedur gugatan Citizen
Lawsuit baru dikenal sejak didaftarkannya pertama kali di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat pada tahun 2003 dalam kasus gugatan Citizen Lawsuit atas nama Munir cs atas
Penelantaran Negara terhadap TKI Migran yang dideportasi di Nunukan. Walaupun
gugatan tersebut akhirnya tidak berhasil dimenangkan oleh Munir cs, namun
berdampak besar dengan keluarnya Undang - Undang Nomor : 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indoensia. Setelah itu muncul gugatan
Citizen Lawsuit yang cukup fenomenal yang dikabulkan untuk sebagian atas gugatan
yang diajukan oleh LBH Jakarta terhadap Penyelenggaraan Ujian Nasional pada tahun
2007. Bahwa dengan adanya perkara - perkara tersebut, masyarakat mulai dapat
menerima prosedur gugatan Citizen Lawsuit sebagai mekanisme bagi Warga Negara
untuk menggugat tanggung jawab Penyelenggara Nagara atas kelalaian dalam
memenuhi hak - hak warga negara telah diterima, kelalaian tersebut biasanya didalilkan
sebagai Perbuatan Melawan Hukum. Atas kelalaian tersebut, maka negara dihukum
untuk melakukan tindakan tertentu atau mengeluarkan suatu kebijakan yang bersifat
pengaturan umum agar kelalaian tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari ;
7. Menimbang, bahwa pada prinsipnya Citizen Lawsuit adalah suatu hak gugat warga
negara yang pada hakekatnya merupakan akses orang perorangan atau warga negara
untuk kepentingan keseluruhan warga negara atau kepentingan publik, termasuk
mengajukan gugatan di pengadilan guna menuntut agar pemerintah melakukan
penegakan hukum yang diwajibkan kepadanya atau dengan kata lain, Citizen Lawsuit
memberikan kekuatan kepada warga negara untuk menggugat pihak tertentu (privat)
yang melanggar undang - undang selain kekuatan kepada warga negara untuk
menggugat negara dan lembaga - lembaga pemerintahan yang melakukan pelanggaran
undang - undang atau yang gagal dalam memenuhi kewajibannya dalam pelaksanaan
(implementasi) undang - undang ;
8. Menimbang, bahwa berdasarkan kepada dasar hukum dan pengertian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa subjek hukum Penggugat adalah warga negara yang
bertindak mengatas namakan warga Negara. Para Penggugat dalam gugatan Citizen
Lawsuit in casu cukup membuktikan bahwa diri mereka adalah warga Negara
Indonesia, tanpa harus membuktikan mereka adalah kelompok warga Negara yang
dirugikan secara langsung oleh Negara. Sedangkan subjek hukum Tergugat adalah
Penyelenggara Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif,
dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku, mulai
dari Presiden dan Wakil Presiden sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan dan
merupakan pimpinan tertinggi dinegara Republik Indonesia, Menteri, dan terus ke
tingkat terbawah kepada pejabat negara dibidang yang dianggap telah melakukan
kelalaian dalam memenuhi hak warga Negara, termasuk Direksi, Komisaris dan pejabat
struktural pada Badan Usaha Milik Negara, sebagaimana ketentuan Undang - Undang
Nomor : 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, Nepotisme. Sehingga dengan demikian Tergugat I s/d Tergugat IV
juga merupakan penyelenggara negara sebagaimana ketentuan perundang - undangan
tersebut, dan dapat ditarik sebagai pihak Tergugat dalam perkara Citizen Lawsuit ini ;
9. Menimbang, bahwa pada prinsipnya setiap warga negara tanpa kecuali mempunyai hak
membela kepentingan umum, dengan demikian setiap warga Negara atas nama
kepentingan umum (on behalf of the public interest) dapat menggugat negara atau
pemerintah atau siapapun yang melakukan perbuatan melawan hukum yang nyata-
nyata merugikan publik dan merupakan hak asasi manusia untuk mendapatkan keadilan
(acces to justice), apabila negara diam dan tidak melakukan tindakan apapun untuk
kepentingan warga negaranya tersebut. Oleh karena Citizen Lawsuit bersifat
memperjuangkan kepentingan publik atau hajat orang banyak dalam hal negara tidak
melaksanakan kewajibannya untuk melindungi, menghormati, menegakkan dan
memajukan hak - hak warga negaranya, sehingga menimbulkan kerugian bagi warga
negaranya, sedangkan wakil - wakil dari warga negara tersebut yang duduk dilembaga
diam atau tidak mampu memperjuangkan kepentingan-kepentingan atau persoalan
yang merugikan warga negaranya ;
10. Menimbang, bahwa sebagaimana gugatannya, baik dalam posita maupun petitumnya,
Para Penggugat merupakan warga Negara Indoensia yang berdomisili di Kota Medan,
Provinsi Sumatera Utara telah menuntut agar Tergugat I s/d Tergugat IV memberikan
kompensasi 10 % dari kewajiban listrik bulanan kepada pelanggan jika terjadi
pemadaman lebih dari satu jam. Bahwa tuntutan yang menginginkan agar pihak
Tergugat membayar sejumlah uang sebagaimana gugatan aquo, tidak dapat dibenarkan,
karena telah menyimpang dari tujuan pengajuan gugatan secara Citizen Lawsuit ini.
Bahwa pada prinsipnya dalam Citizen Law suit, tuntutan warga negara in casu
Penggugat menyangkut dengan kepentingan publik atau kepentingan seluruh warga
negara atas pembiaran yang dilakukan oleh negara terhadap hak - hak warga negara
tersebut. Sedangkan pelanggaran hukum yang telah dilakukan oleh negara tersebut,
tidaklah bersifat kerugian riil atau langsung yang harus dipenuhi oleh negara,
melainkan bagaimana negara memulihkan kembali kondisi atau keadaan yang
merugikan masyarakat, yang disebabkan karena pembiaran (omisi) oleh negara
tersebut. Dengan kata lain tuntutan Penggugat tersebut haruslah berisi permohonan
supaya negara mengeluarkan suatu kebijakan pengaturan umum, agar perbuatan
melawan hukum yang dilakukan negara berupa kelalaian atau pembiaran dalam
pemenuhan hak warga Negara tersebut dimasa yang akan datang tidak terjadi lagi, tanpa
tuntutan yang bersifat penggantian kerugian atas sejumlah uang ;
11. Menimbang, bahwa apabila sebuah gugatan yang juga diajukan oleh sekumpulan atau
sejumlah orang yang mewakili masyarakat umum dengan tuntutan sejumlah ganti rugi
akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak lain, maka gugatan
tersebut bukan lagi merupakan citizen lawsuit, akan tetapi sudah termasuk kedalam
Acara Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 1 tahun 2002 ;
12. Menimbang, bahwa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam pertimbangan
diatas, bahwa Citizen Lawsuit, merupakan perwujudan akses individu atau orang
perorangan warga negara untuk kepentingan keseluruhan warga negara atau
kepentingan publik, dimana setiap warga Negara dapat melakukan gugatan terhadap
atau pembiaran (omisi) oleh Negara terhadap hak - hak warga negara, dengan kata lain
penyelenggara negara mulai dari Presiden sampai kepada pejabat negara dibidang yang
dianggap telah melakukan kelalaian dalam memenuhi hak warga negara dapat dituntut
agar melakukan penegakan hukum yang diwajibkan kepadanya untuk memulihkan
kerugian publik yang terjadi, baik langsung maupun tidak langsung ;
13. Menimbang, bahwa dengan mengajukan tuntutannya berupa pemberian kompensasi
kepada pelanggan, berarti Penggugat tidak konsisten dengan gugatannya dengan masuk
kedalam acara gugatan perwakilan kelompok (Class Action), yang titik beratnya
tentang ganti kerugian kepada seluruh anggota kelompoknya yang juga merupakan
anggota masyarakat atau warga Negara, walaupun sebenarnya dalam citizen lawsuit
juga pembiaran yang dilakukan Negara mengakibatkan kerugian bagi warga Negara,
namun kerugian riil atau nyata tersebut dalam bentuk sejumlah uang bukanlah
merupakan tujuan atau prinsip pokok pada citizen lawsuit dari diajukan gugatan
tersebut, akan tetapi lebih menitik beratkan agar supaya negara melalui penyelenggara
negaranya segera memulihkan kondisi dan keadaan yang diharapkan oleh warga
Negara dikembalikan kepada keadaan semula atau kondisi yang normal, sehingga
tujuan dari pembentukan suatu Negara yakni tercapainya kesejahteraan dan keadailan
bagi semua warga Negara dapat tercapai ;
14. Menimbang, bahwa berdasakan uraian pertimbangan, sehingga dengan alasan tersebut
secara hukum gugatan Para Penggugat tidak memenuhi syarat untuk mengajukan
gugatan melalui prosedur Citizen Lawsuit kepada Para Tergugat, karena Para
Penggugat dalam gugatannya telah mengajukan pemberian kompensasi sejumlah uang
akibat kerugian yang telah dialami Para Penggugat, yang merupakan wilayah
acara gugatan perwakilan kelompok (Class Action), sebagaimana yang telah
dipertimbangkan sebelumnya ;
15. Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut, Majelis berpendapat gugatan
Citizen Lawsuit yang diajukan Para Penggugat tidak memenuhi syarat formal, dan
karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima dan selanjutnya majelis tidak perlu
melanjutkan pemeriksaan substansi gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat ;
16. Mengigat bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima,
maka Penggugat haruslah dihukum untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara
ini ;
17. Mengingat dan memperhatikan Undang - Undang Nomor : 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 1 tahun 2002
tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok serta ketentuan perundangan - undangan
lainnya yang bersangkutan ;
Analisis:
Menurut saya, sudah sesuai. Karena sudah dijelaskan dengan rinci pertimbangan
hukumnya. Telah menanggapi gugatan penggugat dan jawaban tergugat dengan baik.

6. Amar Putusan
1. Menyatakan gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat tidak dapat diterima ;
2. Menyatakan bahwa pemeriksaan substansi perkara tidak perlu dilanjutkan ;
3. Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.1.401.000,-
(satu juta empat ratus satu ribu rupiah)
Analisa :
Menurut saya, sudah sesuai.

7. Analisis Mengenai Kesesuaian Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan


Berdasarkan pertimbangan hukum Majelis Hakim di atas telah sesuai dengan amar putusan
yang pada pokoknya adalah Pengadilan Negeri Medan tidak memiliki kewenangan untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo, dikarenakan sejak awal PENGGUGAT keliru
terhadap gugatannya, sesuai dengan posita dan petitum yang telah disampaikan bahwa
PENGGUGAT meminta ganti rugi.

8. Analisa Mengenai Teori Citizen Lawsuit dengan Putusan


Gugatan Warga Negara adalah suatu gugatan yang dapat diajukan oleh setiap orang
terhadap suatu perbuatan melawan hukum, dengan mengatasnamakan kepentingan umum,
dengan alasan adanya pembiaran atau tidak dilaksanakannya kewajiban hukum oleh
pemerintah. Jadi antara Teori Citizen Lawsuit dengan putusan sudah sesuai dimana
PENGGUGAT meminta kompensasi dan ditolak pada amar putusan yang mana dalam
Citizen Lawsuit tidak boleh meminta ganti rugi.

Anda mungkin juga menyukai