Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan pada Allah SWT, atas segala
nikmat dan pertolongan yang telah dan akan selalu dia berikan kepada penulis.
Kepada-Nya lah penulis mengadu ketika semangat mengendur, ketika pikiran dan
hati merasa lelah. Shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW,
Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Temati)” ini tidak akan rampung dengan daya
yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis.
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis.
Ibu Dra. Banun Binaningrum, M. Pd., selaku sekertaris Jurusan Tafsir Hadis
iv
4. Bapak Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA.,selaku Penasehat Akademik yang
baru, sehingga penulis ada gairah semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku tercinta, abah dan umi, yang telah menyayangi
itu moril maupun materil, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk
penulis. Adik-adik tercinta (Ifah, Fina, Jihan, Khilda), yang selalu memberi
famili yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang dengan semangat
Hidayatulla Jakarta.
7. Bapak Dr. Ainur Rofiq Dawam, M.Ag, yang dengan ketulusan beliau
8. Bapak Dr. Fahmi Arif, M,Si., yang tak henti-hentinya mengingatkan untuk
v
9. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Falasia, yang selalu memberikan
kasih kepada kang Imam Haromen berserta istri yang telah membatu,
Terima kasih kepada teman-teman IMAGE terutama cak Sofi, cak Hilmi dan
penelitian ini.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
2 ب B 17 ظ ẓ
3 ت T 18 ع ʻ
4 ث ṡ 19 غ g
5 ج J 20 ف f
6 ح ḥ 21 ق q
7 خ Kh 22 ك k
8 د D 23 ل l
9 ذ Ż 24 م m
10 ر R 25 ن n
11 ز Z 26 و w
12 س S 27 ه h
13 ش Sy 28 ء ’
14 ص ṣ 29 ي y
15 ض ḍ
2. Vocal Pendek
-◌
َ -- = a َ َ َﻛﺘ
ﺐ kataba
vii
-◌
ِ -- = i ﺳ ِﺌ َﻞ
ُ su’ila
3. Vocal Panjang
4. Diftong
ْ َا
ي = ai َ َﻛﯿ
ْﻒ = kaifa
6. Tasydid
syiddah. Namun, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syiddah tersebut terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
viii
al-syamsiyyah. Misalnya, kata اﻟﻀ ُﱠﺮ ْو َرةtidak ditulis aḍ-ḍarūrah melainkan
al-ḍarūrah.
7. Tā’Marbūṭah
a. Bila berdiri sendiri atau dirangkai dengan kalimat lain yang menjadi na’t
Contoh:
Indonesia dari bahasa Arab seperti zakat, salat, dan sebagainya kecuali
Contoh:
penulisannya, contoh:
9. Singkatan
ix
saw., = ṣallā Allāh ‘alaih wa salam
M = Masehi
H = Hijriah
w. = Wafat
h. = Halaman
x
DAFTAR ISI
xi
BAB I
KONSEP PRA-NIKAH DALAM AL-QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR TEMATIK)
A. Latar belakang
awal, yakni proses transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Usia dewasa
awal menurut Erikcson yang dikutip oleh Santrock menjelaskan bahwa masa
ini dimulai dari usia 20-30 tahun.1 Masa ini ditandai dengan dimulainya
mencari jati diri orang lain dengan tanpa sengaja ia telah kehilangan jati
dirinya sendiri.2 Pada tahap dewasa awal ini, individu akan menghadapi tugas
mencari teman bergaul yang arahnya bisa kepada calon suami dan calon istri
pra nikah.3
dalam sebuah konsep yang disebut pernikahan. Hal ini berlandaskan surah
1
Putri Saraswati, Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Otang Tua dalam
Pemilihan Pasangan Hidup dengan Kecenderungan Pemilihan Pasangan Hidup Berdasarkan
Status Sosial Ekonomi Pada Dewasa Awal, Jurnal Psikologi vol. 6, no. 1, April 2011, h. 348.
2
J.W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Alih
bahasa oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga, 2002, h. 125.
3
Mohammad Ali, dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembanagn Peserta
Didik, cet ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 169.
1
2
laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal satu sama lain. Proses
mengenal ini bertujuan agar manusia dapat saling tolong menolong dalam hal
memenuhi kebutuhannya lahir dan batin tanpa bantuan orang lain, dari sini
tersebut jika tidak memiliki pasangan. Ha ini sesuai dengan firman Allah
4
M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-Anakku, cetakan
x, Tangerang: Lenter Hati, 2014, h. 9.
3
dengan berpasangan, bahkan hewan dan tumbuhan serta suasana alam pun
diciptakan dengan berpasangan seperti: siang dan malam, baik dan buruk, dan
belum mempunyai istri dan perempuan pun belum mempunyai suami.5 Maka
suami dan istrinya dengan baik, baik dengan usaha sendiri maupun melalui
dan Rasul-Nya, tidak hanya semata-mata keinginan manusia atau hawa nafsu
ﻌﻘﹸﻮﺏ ﺛﻨﺎ ﻳ،ﻟﺐﹴ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻃﹶﺎﻦﻰ ﺑﻴﻳﺤ ﺛﻨﺎ،ﺻﻢ ﺍﹾﻟﺄﹶﻮﺎﺱﹺ ﻫﺒﻮ ﺍﹾﻟﻌ ﻧﺎ ﺃﹶﺑ،ﻓﻆﹸﺎ ﺍﷲِ ﺍﻟﹾﺤﺪﺒﻮ ﻋﺎ ﺃﹶﺑﻧﺮﺒﹶﺃﺧ
ﻗﹶﺎﻝﹶ: ﻗﹶﺎﻝﹶﻚﺎﻟﻦﹺ ﻣﺲﹺ ﺑ ﺃﹶﻧﻦ ﻋ،ﻲﻗﹶﺎﺷ ﺍﻟﺮﺰﹺﻳﺪ ﺛﻨﺎ ﻳ،ﺮﺓﹶ ﻣﻦﻴﻞﹸ ﺑﻠ ﺛﻨﺎ ﺍﹾﻟﺨ،ﻲﺮﻣ ﺤﻀ ﺍﻟﹾﺎﻕﺤ ﺇﹺﺳﻦﺑ
ﻲﻖﹺ ﺍﷲَ ﻓﺘ ﻓﹶﻠﹾﻴ،ﻳﻦﹺ ﺍﻟﺪﻒ ﹶﻞ ﹺﻧﺼ ﹶﻛﻤ ﹶﻓﻘﹶﺪﺪﺒ ﺍﹾﻟﻌﻭﺝ ﺰ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺗ:ﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪﻮﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﺳﺭ
7
(ﻲ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﺎﻗﻒ ﺍﻟﹾﺒ ﺼ ﻨﺍﻟ
5
Al-Quran dan Isu-Isu Kontemputer I (Tafsir Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur’an, 2012, h. 76.
6
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga Yang Sakinah), Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1993, h. 3.
7
Ahmad bin ‘Ali bin Musa al-Khurasani al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, juz 7 (Riyadh:
Maktabah al-Rusyd, 2003), h. 340.
4
salah satu sunah dari Nabi Muhammad Saw. Hal ini sesuai dengan hadist :
ﻦ ﻋ،ﺳﻢﹺ ﻦﹺ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎ ﻋ،ﻮﻥﻴﻤ ﻣﻦﻰ ﺑﻴﺴﺎ ﻋﺛﹶﻨﺣﺪ : ﻗﹶﺎﻝﹶﺩﻡ ﺎ ﺁﺛﹶﻨﺣﺪ :ﻫﺮﹺ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺯ ﺍﻟﹾﹶﺄﻦ ﺑﻤﺪ ﺎ ﹶﺃﺣﺛﹶﻨﺣﺪ
ﻞﹾﻌﻤ ﻳ ﻟﹶﻢﻦ ﹶﻓﻤ،ﻲﺘﻨ ﺳﻦ ﻣﻜﹶﺎﺡ ﺍﻟﻨ:ﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻠﱠﻰ ﺍﷲُ ﻋ ﺻﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻗﹶﺎﹶﻟﺖ،ﺔﹶﺸﺎﺋﻋ
ﻟﹶﻢﻦﻣ ﻭ،ﻜﺢ ﻨﻝﹴ ﻓﹶﻠﹾﻴ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺫﹶﺍ ﻃﹶﻮﻦﻣ ﻭ،ﻣﻢ ﺍﻟﹾﹸﺄ ﺑﹺﻜﹸﻢﺮﻜﹶﺎﺛﻲ ﻣ ﻓﹶﺈﹺﻧ،ﻮﺍﻭﺟ ﺰﺗ ﻭ،ﻲﻨ ﻣﺲﻲ ﻓﹶﻠﹶﻴﺘﻨﺑﹺﺴ
9
(ﺎﺀٌ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔﻪ ﹺﻭﺟ ﻟﹶﻮﻡ ﹶﻓﺈﹺ ﱠﻥ ﺍﻟﺼ،ﺎﻡﹺﻴ ﺑﹺﺎﻟﺼﻪﻠﹶﻴ ﻓﹶﻌﺠﺪ ﻳ ﹺ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Azhar berkata, telah
menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami
Isa bin Maimun dari al-Qasim dari 'Aisyah ia berkata, "Rasulullah Saw
bersabda: "Menikah adalah sebagian sunnahku, barangsiapa tidak
mengamalkan sunnahku berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian
menikah, sungguh dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-banyakkan
umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang
tidak, hendaknya berpuasa, karena puasa itu merupakan tameng (HR. Ibnu
Majah)
Hadis di atas dapat diambil pengertian bahwa pernikahan adalah
perintah Allah dan Rasul-Nya, dimana pernikahan ini dasarnya adalah sebuah
hal yang suci disisi Allah maupun pada sisi manusia. Tujuan pernikahan ini
adalah untuk mendapatkan keturunan yang sah dan membentuk rumah tangga
8
Rahma Khairani, Dona Eka Putri, Kematangan Emosi Pada Pria Dan Wanita Yang
Menikah Muda,Jurnal Psikologi volume 1, No. 2, Juni 2008, h. 137.
9
Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, juz 1 (Kairo: Dar
Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, tt.), h. 592.
5
yang bahagia,sehat, sejahtera, sehat lahir dan batin. Rumah tangga yang
pendidikannya.
manusia yang arahnya ke pernikahan. Oleh sebab itu perlu adanya suatu
proses pemilihan pasangan dengan matang, agar tidak terjadi penyesalan pada
mudah, karena banyaknya aspek yang harus diperhatikan oleh kedua belah
pihak.10 Terlebih pada masa sekarang sudah banyak yang sudah tidak lagi
melampaui batas dari kewajaran. Menuntut kebebasan akan hal apa yang
mempengaruhi pola pikir serta gaya hidup yang serba bebas, seperti halnya
free sex yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan oleh remaja zaman
sekarang ini.11 Padahal hubungan pra nikah adalah hal yang paling ditakuti
oleh semua orang tua. Karena akan menimbulkan rasa malu dan aib, baik bagi
kedua pasangan maupun dari kedua keluarga.12 Bahkan dalam realitas dapat
dilihat dari kasus yang menimpa salah satu Miss Filipina, Maria Venus Raj
(21 tahun). Ia harus rela melepas mahkota yang telah diraih lantaran diketahui
10
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, h. 6.
11
Sadam Husein, Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Seks Bebas (Free Sex) Studi
Kasus Pada Remaja Di Desa Benua Baru Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur,
ejournal Sosiatri-Sosiologi 2015, 3 (4). H. 86.
12
Syukri Himyun, Segi Tiga Emas (The Golden Triangle Of Family) Kiat Kawula Muda
Memasuki Gerbang Rumah Tangga bahagia dan Menjadi Orangtua Bijak, Gaung Persada Press:
Jakarta, 2010, h. 15.
6
bahwa Maria merupakan anak hasil hubungan kedua orang tuanya pra nikah13
kasus ini membuktikan bahwa hasil hubungan pra nikah dapat menimbulkan
rasa malu bukan hanya saat kejadian namun juga dikemudian hari.
menikah pun juga mengalami permasalahan, yakni perceraian. Hal ini terjadi
karena berbagai faktor, antara lain tidak memiliki rasa tanggung jawab. Dari
agar ketika pasangan telah menikah akan mengerti keadaan yang akan
bahwa sebab perceraian dengan sebab tidak memiliki rasa tanggung jawab
agama hadir untuk membimbing para remaja pada masa pra-nikah termasuk
Tematik)”
pada ayat-ayat tentang konsep pra-nikah dalam al-Qur’an yaitu, QS. al-
baqarah :221, al-baqarah 234, al-baqarah: 235, yaasin : 36, an-Nisa: 9, an-
Nisa: 22-23, dan an-Nisa: 34. Pertanyaan yang timbul sebagai rumusan
al-Qur’an tentang konsep pra-nikah yang mencakup dua hal yakni, kriteria
pasangan ideal menurut al-Qur’an dan tuntunan al-Qur’an dalam masa pra-
nikah.
D. Tinjauan Pustaka
dibahas oleh penyusun skripsi. Ada beberapa skripsi yang membahas masalah
berikut:
Hadits Memilih Pasangan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Skripsi ini
bahwa sebagian besar guru MI Nurul yaqin setuju mengenai nilai-nilai islami
menjadi pegangan dalam memilih pasangan yang ideal. Tema penelitian ini
lakukan, hanya saja penelitian penulis berbeda dengan penelitian ini, karena
tafsirnya.
Bagi Anak Perempuan Kajian Fikih dan HAM, IAIN Manado: Jurnal Ilmiah
al-Syir’ah Vol. 14 No. 01 Tahun 2016. Jurnal ini menjelaskan bahawa fikih
9
keputusannya dan persetujuannya ada ditangan wali atas nama hukum Islam.
sendiri. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konferensi dunia tentang
reproduksi yang dijaga dan dipelihara yang salah satu haknya adalah
ayat al-Qur’an yang membahas mengenai tata cara memilih pasangan sesuai
calon suami bagi perempuan dalam perspektif hukum Islam dan hukum
Bimbingan Konseling Islam, Vol. 6 No. 1, Juni, 2015. Jurnal ini menjelaskan
pasangan yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam melalui cara konseling
Qur’an yang membahas mengenai tata cara memilih pasangan sesuai dengan
Baqarah 2:221 dan QS, al-Maidah 5:5), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
pernikahan beda keyakinan pada QS. al-Baqarah 2:221 dan QS, al-Maidah
5:5. Penelitian ini penyimpulkan bahwa: 1). Laki-laki muslim tidak boleh
menikah dengan wanita musyrik, namun boleh menikahi wanita ahli kitab
dengan catata bisa menjaga kehormatan dan tetap berpegang teguh kepada
kitab suci yang wanita itu pegang, 2). Wanita muslim tidak
penelitian yang akan penulis lakukan, hanya saja penelitian penulis berbeda
dengan penelitian ini, karena penelitian ini memfokuskan pada penafsiran al-
Sunan Kalijaga tahun 2014 dengan judul Mitos Tiba Rampas Dalam
Hukum Islam Dengan Hukum Adat. Dalam skripsi ini menjelaskan mengenai
mitos tiba rampas di daerah nganjuk dalam pemilihan pasangan ditinjau dari
hukum Islam dan hukum adat jawa. Ternyata setelah diteliti tidak ada yang
menyalahi nash alqur’an maupun hukum fikih. Karena hal ini sudah menjadi
berdasarkan al-Qur’an.
dikeluarkan Kementerian Agama RI tahun 2012 (terdapat pada Seri 3). Dalam
dan penafsirannya. Jika dilihat penelitian ini sama dengan yang akan
hanya saja tema kajiannya berbeda, Tafsir Kemenag RI ini mengkaji petunjuk
al-Qur’an pada masa pasca nikah, sedangkan penulis akan mengkaji petunjuk
demikian disimpulkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah hal yang
E. Metode penelitian
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber primer dan
memang yang penulis kaji dalam hal ini adalah mengungkapkan konsep al-
tafsir, karena dari kitab tafsir inilah dapat diketahui makna-makna ayat al-
Tafsir al-Sya’rawi karya al-Sya’rawi, Tafsir al-Azhar karya Hamka, Tafsir al-
Mishbah karya Quraish Shihab. Kitab-kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir
dengan tema yang dikaji penulis. Sedangkan sumber skunder berasal dari
15
Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandarmaju, 1996, h. 33.
13
lakukan.
metode penafsiran al-Qur’an, dalam hal ini adalah metode maudhu’i. Sebuah
artinya, penulis menyelami maksud yang tersirat di balik teks atau penafsiran
Pertama, menentukan tema, dalam hal ini tema yang dipilih adalah
16
Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-tafsir al-mawdhu’i, Mesir: Maktabah al-
jumhuriyah, 1997, h. 52.
17
Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius, 1990, h. 63.
18
Menurut al-farmawi langkah-langkahmetode maudhu’i terdiri dari: 1). Menetapkan
masalah yang akan dibahas (topik), 2). Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah
tersebut, 3). Menyusun runtutan ayat yang sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan
asbab buzunya, 4). Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing, 5).
Menyusun pembahsan dalam kerangka yang sempurna (outline), 6). Melengkapi pembahasan
dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan, 7). Mengkaji ayat-ayat yang dihimpun
secara komprehensif.Al-Farmawi, al-Bidayah fi al-tafsir al-mawdhu’i, h. 52.
14
konsep pra-nikah, yang terkait kriteria pasangan ideal dan tuntunan pada
masa pra-nikah. Dalam hal ini penulis menggunakan kitab Tafsil Ayat al-
kata kunci tematik berupa lafazh “al-nikah dan al-zawaj”.19 Selain itu, dalam
Abd al-Baqi.20
ayat yang telah dikumpulkan dengan merujuk penafsiran para mufasir, asbab
kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini, dibagi dalam empat bab, dimana setiap babnya
terdiri dari beberapa sub bab yang bermaksud untuk mempermudah dalam
berikut:
19
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Tafsil Ayat al-Qur’an al-Hakim, Kairo: Dar Ihya’ al-
Kutub al-‘Arabiyah, 1955, h. 331-333.
20
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim,
Kairo: Dar al-Fikr, 1981.
15
penulisan.
Bab kedua, berisi mengenai landasan teori, dalam hal ini menjelaskan
pembahasan terhadap masalah yang menjadi fokus dalam skripsi ini, penulis
rumusan masalah yang telah dipaparkan, dan berisi saran demi perkembangan
penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PERNIKAHAN
manusia. Melalui pernikahan pula, sesuatu yang tadinya haram menjadi halal dan
sehingga bisa memahami fenomena yang ada serta bisa memberikan kemaslahatan
umat.
pelecehan seksual dan pemerkosaan hingga terjadinya kumpul kebo (free sex) atau
“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
Perzinahan memiliki dampak yang sangat negatif, diantara dampak
16
17
tangga dan adanya hubungan biologis yang bersifat sementara seperti binatang.1
A. Definisi Pernikahan
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kata nikah dan kata yang
meiliki arti yang semakna dengan nikah. Terdapat dua kata dalam
sehari-hari orang Arab. Selain itu kedua kata ini banyak ditemukan dalam al-
qur’an, seperti kata nakaḥa ditemukan sebanyak 17 ayat dan memiliki makna
memiliki dua makna yaitu menggauli dan melakukan (ijab dan kabul)3. Kata
nikah secara etimologi berarti al-jam’u dan ḍamu yang artinya kumpul.
Makna nikah (zauj) bisa diartikan dengan ‘aqdal-tazwij yang artinya nikah,
1
Moch. Nurcholis, “Refleksi Pembatasan Usia Perkawinan dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Menurut Filsafat Hukum Keluarga Islam”, Tafaqquh:
Vol. 2, No. 1 Juni 2014, h. 63
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Tafsir al-Qur’an,
3
Al-Quran dan Isu-Isu Kontemputer I (Tafsir Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur’an, 2012, h.33
4
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:
Rajawali Pres, 2009, h. 7
18
1. Madzhab Hanifah
ﺔ ﻴﻐﻡﹴ ﹺﺑﺼﺮﻣﺤ ﺮ ﺜﹶﻰ ﻏﹶﻴﺎﻉﹴ ﹺﺑﺎﹸﻧﺘﺘﻤﻞﹲ ﺇﹺﺳﻟﺤﺪ ﹾﻘﻪ ﻋ ﹺﺑﺎﹶﻧﻜﹶﺎﺡﺍﻟﻨ
Nikah adalah suatu akad untuk menghalakan kesenangan (jima’)
dengan perempuan yang bukan muhrimnya dengan sighat nikah
3. Madzhab Syafi’i
5
Sukron, Hukum Perempuan Memilih Pasangan Nikah dalam Pandangan Imam Abu
Hanifah dan Imam Syafi’i, Jakarta: Skripsi Perbandingan Mazhab Fiqih Syari’ah dan Hukum Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta 2005, h. 11-12
19
4. Madzhab Hanbali
kesenangan seksual.
B. HukumPernikahan
1. QS. ar-rum : 21
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nyaialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
6
Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan, Jakarta : Pustaka firdaus,
2003, h. 116
20
2. QS. an-Nur: 32
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”
ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ؛، ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ، ﺛﻨﺎ ﻋﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮﻥ. ﺛﻨﺎ ﺍﺩﺍﻡ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﲪﺪ ﺑﻦ ﺍﻻﺯﻫﺮ
. ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻻﷲ ﷺ "ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻣﻦ ﺳﻨﱵ ﻓﻤﻦ ﱂ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﺴﻨﱵ ﻓﻠﻴﺲ ﻣﲏ:ﻗﺎﻟﺖ
ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺫﺍﻃﻮﻝ ﻓﻠﻴﻨﻜﺢ ﻭﻣﻦ ﱂ ﳚﺪ ﻓﻌﻠﻴﻪ.ﻰ ﻣﻜﺎﺛﺮ ﺑﻜﻢ ﺍﻷﻣﻢ ﻓﺈﻧ، ﺟﻮﺍﻭﺗﺰﻭ
7
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ. ﻓﺈ ﹼﻥ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻟﻪ ﻭﹺﺟﺎﺀ.ﺑﺎﻟﺼﻴﺎﻡ
“Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda: Nikah itu
sebagian dari sunahku, barang siapa yang tidak mau mengamalkan
sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku. Dan menikahlah
kalian semua, sesungguhnya aku (senang) kalian memperbanyak
umat, dan barang siapa (diantara kalian) telah memiliki kemampuaan
atau persiapan (untuk menikah) maka menikahlah, dan barang siapa
yang belum mendapati dirinya (kemampuan atau kesiapan ) maka
hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya puasa merupakan pemotong
hawa nafsu baginya.. (HR. Ibnu Majah)”
7
Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, juz 1, (Semarang:
Toha Putra, tt.), h, 592
21
para fuqaha (para sarjanan Islam) adalah mubah, hal ini berdasarkan firman
perempuan yang dicintai sebanyak dua, tiga dan empat. Jika tidak bisa adil
perempuan saja.
8
Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan, h. 132-134
22
"...Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”
keduanya adalah bukan suatu kewajiban. Oleh karena itu ayat ini
3. Nikah dihukumi mubah (boleh) dengan alasan bahwa ayat 3 surat an-
Hal ini menunjukkan bahwa kedua jalan ini sama derajatnya. Menurut
(tidak sunnah) karena tidak ada pilihan antara sunnah dan mubah.
jenis dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat dari
pernikahan tesebut.9
9
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h. 9
23
berikut:10
10
Moch. Nurcholis, Pranata Perkawinan dalam Agama Islam dan Kristen: Sebuah Studi
Komparatif Integratif, Tafaqquh Volume 4, no 2 (Desember 2016): h. 38-41
24
seumpama tidak menikah, dan jika menikah tidak akan menzalimi dan
syahwat.
perbedaan pandangan tentang orientasi makna kalimat perintah dalam ayat al-
C. Tujuan Pernikahan
tidak selalu dapat diraih.11 Manusia berpasangan bukan hanya didorong oleh
pernikahan yang telah sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. ar-Rum:
21
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”
sebagai berikut:13
1. Fungsi Reproduksi
untuk dapat memanen hasil yang baik, seorang petani tentu harus
menggarap ladangnya dengan baik, memilih benih yang baik dan memberi
11
Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan berpolitik (Tafsir al-Qur’an Tematik), Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012, h. 344
12
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-anakku, Jakarta:
Lentera Hati, 2014, h. 81
13
Faizah Ali Syibromalisi, Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan
Bahagia,disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pra-Nikah: Membangun Keluarga Bahagia,
Mewujudkan Generasi Berkualitas, PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 September 2014
26
berlimpah. Pesan yang diperoleh dari ayat ini adalah seseorang itu harus
yang diharapkan dari petani adalah buah yang lezat, maka yang
diharapakan dari pasangan adalah anak yang sehat dan kuat, beriman dan
2. Fungsi keagamaan
Menurut Quraish Shihab, tidak ada fondasi yang lebih kokoh untuk
untuk tidak terjerumus dalam dosa. Bahkan kehidupan keluarga itu sendiri
serta kemampuan menyeleksi yang terbaik dari apa yang datang dari
masyarakat yang lain. Ajaran Islam secara tegas mendukung setiap hal
yang dinilai masyarakat sebagai suatu yang baik lagi sejalan dengan nilai-
keluarga.
dan positif, sehingga lahir nilai dan norma-norma luhur yang sesuai
(1956:1)14
serta syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Khusus untuk makhluk
Allah yang mulia derajatnya yang bernama manusia maka syarat dengan nilai
sebutan rukun dan syarat sah nikah yang harus diketahui bersama.15Rukun
dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara
sedangkan syarat adalah unsur pelengkap yang harus ada dalam setiap
14
Hisako Nakamura, Perceraian Orang Jawa, Studi Tentang Pemutusan Perkawinan di
Kalangan Orang Islam Jawa, di terjemahkan oleh H. Zaini Ahmad Noeh, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1991, h. 30
15
Muhammad Amin suma, Kawin Beda Agama di Indonesia Telaah Syariah dan
Qanuniah, Tangerang: Lentera Hati, 2015, h. 35
16
Abdur Qodir, Pencatatan Pernikahan dalam Perspektif Undang-Undang dan Hukum
Islam, Depok: Azza Media, 2014, h. 48
29
berikut:
mempelai pria dan wanita diatas ada lagi syarat yang mesti
2. Wali
17
H. Ahmad Ainani, Itsbat Nikah dalam Hukum Perkawinan di Indonesia, Jurnal
Darussalam, Volume 10, No. 2, Juli-Desember 2010, h 113
18
H. Ahmad Ainani, Itsbat Nikah dalam Hukum Perkawinan di Indonesia, h. 114
30
yang sudah baligh dan barakal, dalam hal ini berhubungan dengan
pada adanya akad nikah yang oleh karenanya perlu diketahui oleh
orang lain sebagai pembuktian dalam hal ini adalah adanya dua
4. Mahar
19
D. A . Pakih Sati, Panduan Lengkap Pernikahan (Fikih Munakahat Terkini),
Jogjakarta: Bening, 2011, h. 105
20
D. A . Pakih Sati, Panduan Lengkap Pernikahan (Fikih Munakahat Terkini), h. 106
21
D. A . Pakih Sati, Panduan Lengkap Pernikahan (Fikih Munakahat Terkini), h. 115-
119
31
wajib dan atas dasar kesepakatan diantara kedua belah pihak laki-
wali.
belah pihak (suami dan istri) yang tersembunyi di dalam hati yang
22
Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, cet 1, Yogyakarta:
Darussalam, 2004, h. 161-162
32
paling hakiki.23
harus dipenuhi, jika salah satu rukun dari rukun-rukun tersebut tidak
terpenuhi maka suatu perkawinan dinyatakan tidak sah. Jika yang tidak
terpenuhi itu adalah salah satu syarat dari syarat yang terdapat pada rukun itu,
antara lain:26
23
Muhammad Amin suma, Kawin Beda Agama di Indonesia, h. 41-42
24
Nikah fasid adalah nikah yang tidak sempurna pada syarat sah nikah. Menurut mazdhab
Syafi’iyah hukum nikah ini haram (Dr. Wahbah al-Zuhaili, 2001), sedangkan menurut mazdhab
hnafiyah akad nikah yang fasid masih mempunyai sedikit implikasi undang-undang sama seperti
yang terdapat pada nikah yang sahih yaitu anak yang dilahirkan tetap mendapat nasab bapaknya
(Dr. Wahbah al-Zuhaili, 2001). Melalui nikah fasid ini suami dan istri tidak mempunyai hak
seperti hak yang wajib diperoleh melalui nikah yang sah yaitu hak mahar, nafkah, musoharah,
iddah, dan pensabitan nasab. Lihat: Nabila Yusof, dkk., “Status Anak dalam Perkahwinan Sindiket
Menurut Perspektif Syarak dan Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah-wilayah)
persekutuan 1984”, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Proceeding of the International
Conference on Social Science Research, ICSSR 2013. 4-5 june 2013, (Penang, Malaysia:
worldConferences.net), h. 1435-1436
25
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-Undang Perkawinan, cet kedua, Jakarta: Kencana, 2007, h. 99-100
26
D. A . Pakih Sati, Panduan Lengkap Pernikahan (Fikih Munakahat Terkini), h. 16-17
33
ini dilarang dan diharamkan, hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak
cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi
beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-
budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu;
sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu
kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah
maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun
wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan
(pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya;
dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian
mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka
separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang
bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-
orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari
perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik
bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. an-Nisa: 25)
34
berkata kepada istrinya yang telah suci dari haid, “datangilah fulan
jangka waktu tertentu, nikah ini yang disebut oleh sayyid sabiq
syiah.
27
M. Dahlan R, Fikih Munakahat, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h. 53-62
28
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.108
29
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 102
36
SWT.
merugikan salah satu pihak dan tidak memberikan pendidikan moral. Islam
1. Pencatatan Nikah
istri yang secara sosial diakui dengan adanya pesta pernikahan untuk
memutuskan untuk menikah yang harus diperhatikan adalah terkait segala hal
yang berkaitan dengan peraturan pernikahan baik dari segi agama maupun
30
https://ngawadul.wordpress.com/2011/03/22/macam-macam-perkawinan-zaman-
jahiliyah/ diakses pada tanggal 13 Mei 21017
37
1974 pasal 2:
diakui dan disahkan apabila sesuai dengan aturan hukum agama sebagai
adalah tercatat dalam KUA, dan agama Islam pun mengisyaratkan adanya
pencatatan segala hal yang berkaitan dengan akad termasuk dalam hal ini
adalah akad nikah, hal ini berdasarkan pada QS. al-Baqarah: 282-283:
31
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 ayat 1
32
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 ayat 2
33
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab II, Pasal 5 dan 6
38
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang
lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya,
Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. al-Baqarah: 282-283).
Dari ayat di atas diketahui bahwa perlu adanya pencatatan hutang
piutang karena memiliki kemanfaatan bagi kedua belah pihak sebagai bukti
atas adanya akad, begitu juga dalam hal pernikahan adanya kemanfaatan bagi
kedua belah pihak sebagai bukti atas adanya akad nikah. Oleh sebab itu antara
akad dan saksi, maka perlu pencatatan supaya bukti telah terjadinya akad
Agama agar dapat dikukuhkan dan dapat dibuatkan akta nikah sebagai bukti
otentik yang bersangkutan telah memiliki status pernikahan. Hal ini perlu
negara. Hal ini sesuai dengan undang-undang pada KHI pada pasal 7 ayat 2-4
yang berbunyi:
2. Batasan Usia
usia calon pengantin, hal ini perlu dilakukan agar dikemudian hari tidak
34
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab II, pasal 7 ayat 2-4
41
mental. Pembatasan usia calon pengantin ini perlu diperhatikan supaya tidak
7 ayat 1:
Sehingga dalam pernikahan terpenuhi semua hak-hak dari suami dan istri
3. Perjanjian pra-nikah
35
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1
36
Masruhan, Pembaharuan Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia Perspektif
Maqasid al-Shari’ahh, al-Tahrir, Vol. 13, No. 2 november, 2013, h. 234
42
tersebut berkiatan dengan nafkah, harta suami ada hak istri dan harta istri
hanya milik istri serta masa pendidikan anak. Seperti yang tersurat dalam
berikut:
37
Ahmad Dahlan dan Firdaus Albar, “Perjanjian Pranikah :Solusi Bagi Wanita” Jurnal
Studi Gender & Anak, Vol. 3 No. 1 Jan-Jun 2008
43
38
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab VII, Pasal 45-52
44
Untuk membangun rumah tangga tidak cukup dengan modal perasaan dan
materi. Maka dari itu Islam memberikan tuntunan kepada umatnya untuk
untuk memilih pasangan yang sesuai dengan syariat Islam. Sehingga tercapainya
itu semua maka perlu adanya tuntunan dan pedoman bagi pasangan maupun orang
Tuntunan orang tua dan pasangan dibagi dalam 4 sub tema yaitu, azaz
meminang sebelum pernikahan. Keempat hal tersebut merupakan azaz yang harus
diperhatikan menjelang pernikahan. Jika hal ini diabaikan akan berdampak kepada
kebahagian dunia dan akhirat serta kwalitas anak yang akan dilahirkan dari
keluarga tersebut.2
1
Ahmad Atabik, Dari Konseling Perkawinan Menuju Keluarga “Samara”, Vol. G, No1,
Juni 20015, h. 107
2
Faizah Ali Syibromalisi, Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan Bahagia, h.
4
45
46
Terdapat tigal hal yang merupakan unsur penting yang harus dimiliki
tersebut:
1. Kesamaan Iman
yang harus kokoh agamanya seperti halnya sebuah bangunan yang tidak
manusia baik pria maupun wanita supaya menikah dengan orang yang
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an, Jilid 1,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 576
47
lahir akan selalu bersama dengannya sejak dilahirkan. Maka tentu yang
keimanan yang baik dari ibunya.5 Ibu merupakan seorang pendidik yang
4
Al-Sya‘rawî, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 2, h. 958.
5
Al-Sya‘rawî, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 2, h. 962.
48
dengan ahli kitab.6 Perempuan ahli kitab lebih paham tentang agama
anak keturunannya sehingga perempuan ahli kitab tidak akan murtad dari
untuk mengikuti ajaran agama ayahnya. Hal ini terjadi karena laki-laki
musyrik tersebut tidak paham dan tidak mempercayai segala hal yang
dengan orang yang masih musyrik sekalipun orang tersebut cantik dan
ganteng rupanya, kaya dan dari keluarga yang terpandang karena hal ini
lebih tentram dan harmonis hingga akhir hayat yang didambakan setiap
pasangan.
musyrik tersebut lebih cantik dan lebih menarik serta berstatus sosial
8
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz 2, h. 195
50
، ﺃﹶﺑﹺﻴﻪﻦ ﻋ،ﻴﺪﺳﻌ ﺃﹶﺑﹺﻲﻦ ﺑﻴﺪﺳﻌ ﺛﹶﻨﹺﻲﺣﺪ : ﻗﹶﺎﻝﹶ، ﺍﻟﻠﱠﻪﺪﻴﺒ ﻋﻦ ﻋ،ﻰﻴﻳﺤ ﺎﺛﹶﻨﺣﺪ ،ﺩﺴﺪ ﺎ ﻣﺛﹶﻨﺣﺪ
،ﺎﻬﺎﻟﻤﻭﺟ ،ﺎﺒﹺﻬﺴﻟﺤﻭ ،ﺎﻬﺎﻟﻟﻤ :" : ﻗﹶﺎﻝﹶﺒﹺﻲﻦﹺ ﺍﻟﻨ ﻋ،ﻪﻨ ﻋ ﺍﻟﻠﱠﻪﻲﺿﺮﺓﹶ ﺭ ﻳﺮ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﻦﻋ
9
" ﻙ ﺍﻳﺪ ﺑﺖﺮﹺﻳﻦﹺ ﺗ ﺍﻟﺪﺮ ﹺﺑﺬﹶﺍﺕ ﻓﹶﺎ ﹾﻇﻔﹶ،ﺎﻳﻨﹺﻬﻟﺪﻭ
“telah menveritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada
kami Yahya dari Ubaidillah ia berkatata: ia telah menceritakan
kepadaku sa’id bin abu sa’id dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. Dari
Nabi saw, beliau bersabda “Wanita umumnya dinikahi karena empat
hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, maka hendaklah
kamu pilih wanita yang bagus agamanya. Niscaya kalian akan
beruntung” (HR. Bukhari)
merupakan fitrah manusia yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap
9
Abu ‘Abdullah Ibn Ismail al-Bukhari, Ṣhahih Bukhari, Kitab Nikah , Hadis No. 4700,
Beirut : Dar al-Fikr, tt, h. 72
51
bawahi terkait dalam peran wali yaitu:11 pertama, peran wali sebagai
nilai tertinggi untuk kehidupan harus dipegang teguh hingga anak cucu.
keluarga.
10
Faizah Ali Syibromalisi, Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan Bahagia, h.
5
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 1, h. 579
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 1, h. 580
52
Allah SWT.13 Keimana seorang budak perempuan bisa jadi lebih baik
dari pada perempuan merdeka. Sekali lagi keimanan merupakan hal yang
merdeka.14 Bisa dipahami untuk menikahi budak tentu ada aturan dan
ukurnya adalah harta tidak mustalih akan segera lenyap dan tidak
bertahan lama. Ketika kedudukan yang dijadikan acuan itu juga tidak
13
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Tafsir-Tafsir Pilihan, Jilid 1, h. 625
14
M. Qurasih Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 2, h. 490
54
dijadikan tolak ukur, maka seorang suami tidak akan berbuat sewenang-
mungkin. Adanya kesamaan iman hati akan merasa damai dan tentram
karena suami dan istri memiliki pengetahuan yang cukup untuk dijadikan
pasangan yang memiliki keimanan yang sama agar terwujud dari cita-cita
rohani.
melalui pernikahaN. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT dalam
QS. Yaasin: 36
pihak yang berkualitas tinggi dan dapat mengelola apa yang ada dibumi
ini.
15
Muhammad Mutawalî al-Sya‘rawî, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 4 (T.tp.: Mutâbi‘ Akhbâr al-
yaum, 1991), h. 12655.
16
Muhammad Husain al-Ṭaba’ṭaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, juz 20 (Beirut:
Muassasah al-A‘lami li al-Mathbu‘at, 1997), h. 88-89.
56
dilakukan oleh manusia dan inilah yang menjadi salah satu keistimewaan
alam raya.
17
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Tafsir-Tafsir Pilihan, jilid 4, h. 387
18
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 23, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, h. 37
57
tesebut untuk menujukkan dua hal yang saling berdampingan, baik jantan
mupun betina, binatang (binatang berakal, yakni manusia’) dan dua hal
tidak tebatas mahluk hidup saja, namun berlaku juga untuk benda mati
umum.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 11, h. 150
20
Abdullah Qadi Djaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995, h. 51
58
kelamin atas dasar Hak Asi Manusia (HAM). Islam merupakan agama
“dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya:
"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu
memperlihatkan(nya)?" "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk
(memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu
adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)
dengan perilaku umat Nabi Luth bahwa apakah kamu tidak berakal atau
Dampak yang dihasilkan dari perbuatan ini adalah penyakit yang belum
3. Tidak Mahram
laki-laki yang tidak ada kaitannya dengan nasab dan keluarga. Jika ada
antar masyarakat yang majemuk ini. Hal ini dilakukan dengan tujuan
21
M. Quraish Shihab, Tafsil al-Misbah, h. 241. Lhat juga Hasan Zaini, “LBGT dalam
Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Ilmiah Syari’ah, Vol. 15, No. 1, Januari-Juni 2016, h. 70
22
Faizah Ali Syibromalisi, Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan Bahagia, h.
6., Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perkawinan endogami{perkawinan antar kerabat
atau perkawinan yang dilakukan antar sepupu (yang masih memiliki satu keturunan) baik dari
pihak ayah sesaudara (patrilineal) atau dari ibu sesaudara(matrilineal)} memlili resiko
dihasilkannya keturunan yang mengalami kecacatan fisik yang disebabkan oleh faktor keturunan
dan bawaan dari orang tua. Meskipun begitu dalam contoh kasus yang ditemui, tidak semua
perkawinan endogami tersebut menghasilkan keturunan yang lemah mental atau cacat fisik,
bahkan prosentasinya relatif kecil dibandingkan perkawinan endogami yang menghasilkan
keturunan norma, lihat: Duwi Nuryani, dkk., Latar Belakang dan Dampak Perkawinan Endogemi
60
tolong menolong dalam berbagai hal. Untuk tujuan di atas maka Allah
istri ayah, karena mantan istri ayah ini kedudukannya sama dengan ibu
pada zaman jahiliyah dulupun hal ini dianggap perilaku yang buruk dan
halnya dengan nasab.24 Sehingga posisi seorang ibu yang menyusui sama
mantan istri ayah. Menikahi mantan istri bapaknya merupakan hal yang
terjadi dimasa lampau dan sejak ayat ini turun hingga sekarang sudah
tidak diperbolehkan. Karena hal itu merupakan adat buruk yang dikecam
menikahi perempuan yang pernah berstatus ibu walaupun itu ibu tiri,
23
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī , Tafsir-Tafsir Pilihan, jilid 1, h. 622
24
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Tafsir-Tafsir Pilihan, Jilid 1, h. 622
25
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 2, h. 469
62
karna namanya ibu itu haram untuk dinikahi. Kebiasaan buruk ini
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 2, h. 470
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 2, h. 472
63
1. Berkepribadian Baik
pasangan hidup dalam sebuah pernikahan. Hal tersebut harus ada dalam
membawa rahmat dan berkah pada kedua belah pihak. Berdasarkan QS.
al-Nisa’: 34
64
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
menerima hal yang baik, qānitāt berarti pribadi yang taat, sebagai pribadi
yang salih maka sudah semestinya ia taat, tunduk dan selalu menjaga hak
qanitat berarti juga pribadi yang taat kepada Allah secara konsisten
28
Al-Ṭaba’ṭaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, juz 4, h. 352.
29
Al-Sya‘rawi, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 2, h. 2195.
65
kepribadian yang baik adalah seseorang yang dalam dirinya terdapat tiga
apapun. Dengan kata lain berkeperibadian yang baik adalah pribadi yang
yang umum bagi laki-laki dan perempuan, karena menurut penulis tiga
sifat tersebut merupakan dasar yang harus dimiliki oleh kedua pasangan,
dan jika sifat tersebut hanya dimiliki perempuan, maka belum tentu
keperibadian tersebut.
yang baik, ketika suami tidak berada di rumah istri harus menjaga harga
diri dan rumah tangganya, maka suami yang berkepribadian baik pun
harus menjaga harga diri dan rumah tangganya ketika ia sedang di luar
keharmonisan antara suami istri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
tersebut berkepribadian baik harus ada dalam diri pasangan yang akan
dua kelompok yaitu, pertama istri shalihah adalah istri yang taat kepada
Allah dan bisa menjaga diri dan harta suaminya ketika suami tidak
mengutip hadis:
ﺍﻟﺮﺟﻞﹸ ﻳﻔﻀﻲ ﺇﱃ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻭﺗﻔﻀﻲ ﺍﻟﻴﻪ ﰒ،ﺍﻥ ﻣﻦ ﺷﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﺪ ﺍﷲ ﻣﻨﺰﻟﺔﹰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
ﻳﻨﺸﺮ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺳﺮ ﺻﺎﺣﺒﻪ
“Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari
kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan
istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari
keduanya menyebarkan rahasia pasangannya”
dapat menyembunyikan aib agar keutuhan rumah tangga nya tetap terjaga
sombong, merasa lebih tinggi serta tidak taat kepada suami.31 Maka dari
30
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Shafwat at-Tafsir, Jilid 1, Beirut: Darul qur’an al-karim, 1981, h.
274
31
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Tafsir-Tafsir Pilihan, Jilid 1, h. 637
67
perempuan yang taat baik taat kepada Allah maupun taat kepada suami,
ketika suami tidak berada dirumah serta dapat menjadi pendidik bagi
rumah tangganya. Hal ini dilakukan berkaitan dengan sopan santun istri
sabar dalam menghadapi segala prilaku istri dan istripun harus bisa
32
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz V, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, h. 48
68
berbagai sisi salah satunya dari unit terkecil yaitu kedua orang tuanya,
dari kedua orang tua bisa dilihat apakah calon tersebut benar-benar baik
dan dari kedua orang tuanya bisa terlihat bagaimana sikap dan
masing-masing pasangan.
tangga tidak lepas dari sifat dan sikap bertanggung jawab dalam berbagai
pangan, dan papan serta keperluan lain seperti biaya pendidikan yang
69
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar.”
keluarga. Karena ia lebih kuat dalam bekerja dan lebih kuat menanggung
33
Faizah Ali Syibromalisi, Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan Bahagia, h.
7
34
Al-Ṭaba’ṭaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, juz 4, h. 88-89.
70
seorang ibu dan istri dalam menjaga rumah tangga dan anak-anaknya.
35
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Tafsir-Tafsir Pilihan, Jilid 1, h. 636
71
keluarga baik laki-laki dan perempuan. Ayat ini berbicara secara umum
tentang laki-laki dan perempuan serta sifat dan sikap keduanya yang
istri bertanggung jawab untuk menjaga harta dan kehormatan dirinya dan
yang solehah dan taat kepada suami. Ketaatan seorang istri merupakan
nafkah dan kebutuhan batiniyah secara merata dan adil terhadap seluruh
anggota keluarga. Maka dari itu sifat dan sikap tanggung jawab
pasangan hidup.
orang (laki-laki dan perempuan), tetapi lebih dari itu pernikahan adalah
yang sesuai dengan aturan Allah dan yang bisa menjaganya dari jatuh
39
Al-Sya‘rawi, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 4, h. 2021.
74
orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik, bisa mendidik anaknya
tegurlah dan kritiklah dengan berkataan yang baik dan tepat. Kritik yang
40
Al-Ṭaba’ṭaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, juz 4, h. 207.
41
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Shafwat at-Tafsir, Jilid 1, h. 260
75
maka dia harus memiliki visi untuk melahirkan generasi yang kuat baik
ditinggal mati oleh orang tuanya. Sehingga dengan harta yang cukup
tahu dan lebih kuat ketika ditinggalkan oleh orang tuanya. Seorang anak
42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 2, h. 339
76
Dalam pernikahan peran orang tua atau wali sangatlah penting, karena
ia bisa menjadi pelindung bagi keluarganya yang akan menikah. Salah satu
yang harus diperhatikan bagi orang tua ataupun wali adalah mereka
pasangan, tidaklah baik bagi mereka melarangnya terlebih lagi tanpa ada
alasan yang dibenarkan agama. Hal ini tampak dari QS. al-Baqarah: 234.
bagi para wali (termasuk orang tua) yang menjelaskan agar mereka tidak
melarang perempuan mereka yang telah melewati masa iddah untuk menikah
jika perempuan yang telah selesai masa iddahnya mulai senang berhias
sebab ditinggal meninggal suaminya boleh menikah kembali dan wali tidak
keinginnanya.
bagus, memakai perhiasan emas perak asal dengan cara yang patut.45
dari itu perempuan yang telah habis masa iddahnya dianjurkan tetep menjaga
laki-laki.
beberapa waktu untuk menghormati pihak keluarga suami. Karena pada masa
baru, tidak juga keluar rumah kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang amat
mendesak.46 Dari sisi kepantasan untuk zaman sekarang hal ini tergolong hal
yang tidak pantas untuk dilakukan. Mengingat banyak sanksi sosial yang di
dapat oleh seorang perempuan tersebut. Bisa jadi mendapat cemoohan atau
tuduhan bahwa ia merupakan perempuan yang nakal, dan tidak benar. Selain
itu untuk mengetahui apakah ia hamil atau tidak, hal ini bisa terlihat masa
iddah berupa 3 kali qurū’ (3 kali haid atau tiga kali suci).
Kematian suami tidak hanya diketahui oleh istri saja, melainkan sanak
perenpuan yang telah habis masa iddahnya boleh menikah kembali. Anggota
aturan yang berlaku dan sesuai dengan tuntunan adat yang dibenarkan agama.
hendaklah wali meminta perintahnya, atau dengan kata lain, meminta izinnya
yang keizinannya itu harus dinyatakan dengan lisan. Jika gadis, wali meminta
izinnya yang cukup dinyatakan dengan sikap diam. Maka dari itu peran orang
46
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 1, h. 614
47
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 1, h. 615
48
Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, Jilid 1, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2003, h. 193
79
menjalani proses ini bisa menjalaninya dengan mudah dan sesuai tuntunan
tanggung jawab orang tua bisa lebih siap dan menerima dalam menjalani
suatu pernikahan.
pasangan bagi wanita yang ditinggal suaminya (janda) sebab meninggal, saat
ini penulis ingin mengulas beberapa hal yang berkaitan dengan peminangan.
dari pihak calon laki-laki kepada calon perempuan. Meminang atau dalam
seorang laki-laki terhadap perempuan. Seperti dalam firman Allah SWT QS.
al-Baqarah: 235
80
“dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu[148] dengan
sindiran[149] atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka,
dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka
secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan
yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk
beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. al-
baqarah :235)
Al-Sya’rawi menjelaskan bahwa meminang adalah urusan yang
dengan bahasa yang dimengerti, halus dan sopan sesuai kehormatan seorang
perkataan yang mudah dipahami dan tidak membuat sakit hati atau salah
perempuan yang masih dalam masa iddahnya ketika ditinggal mati suaminya
dengan cara sindiran.50 Sindiran yang digunakan haruslah sindiran yang tidak
membuat hati perempuan terluka.51 Ibnu abbas berakata “seperti ucapan laki-
49
Al-Sya‘rawi, Tafsir al-Sya‘rawî, juz 2, h. 1013.
50
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Shafwat at-Tafsir, Jilid 1, h. 151
51
M. ‘Ali aṣ-Ṣābūnī, Shafwat at-Tafsir, Jilid 1, h. 151
81
sholehah. Sindiran seperti ini harus dilakukan dengan cara yang baik yang
tersebut harus dengan cara yang baik, jangan sampai menimbulkan hal yang
bersifat ba’in, boleh meminang perempuan yang bermasa iddah dengan syarat
yang baik dan tidak menyakiti hati perempuan tersebut. Sedangkan ketika
52
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 616-617
82
Keluarga yang terbina dengan ajaran agama biasanya akan lebih paham dan
bisa menjaga dirinya dengan baik, ketimbang keluarga yang awam dalam
beragama. Di sini perlu adanya peran orang tua untuk mengingatkan dan
(ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻋﻦ ﺍﳌﻐﲑﺓ ﹸﻜﻤﻨﻴ ﺑﻡﺩﺆﻱ ﺍﹶﻥﹾ ﻳﺮ ﹶﺍﺣﻪﻧﺎ ﹶﻓﺎﻬﺍﻟﹶﻴ ﻈﹸﺮﺍﹸﻧ
“Lihatlah calon istrimu, karena ia (melihatnya) akan mengundang
kelanggengan hubungan kalian berdua”
Hadis diatas dapat dipahami bahwa sebelum meminang kedua calon pasangan
hendaklah melihat satu sama lain agar dikemudian hari dapat memahami dan
sayang yang diberikan. Adapun batasan yang boleh dilihat dari bagian tubuh
perempuan para ulama’ fuqaha berbeda pendapat, imam Malik hanya boleh
melihat muka dan kedua telapak tangan perempuan tersebut, Abu Daud al-
53
Hasbi Indra, dkk., Potret Wanita Shalehah, Jakarta: Penamadani, 2004, h. 132
83
melihat wajah, kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki.54 Penulis setuju
batasan yang disampaikan cukup baik dan menghindari dari hal kesusilaan
hal yang dilarang oleh syariat yang mengakibatkan perempuan itu tidak boleh
dinikahi seketika. Kedua, perempuan yang dipinang itu belum dipinang orang
lain dengan cara khitbah yang dibenarkan syariat.55 Hal ini perlu diperhatikan
untuk terhindar dari tersakitinya baik salah satu pasangan maupun kedua
keluarga calon pasangan. Selain itu hal ini merupakan etika dalam meminang.
kebolehan meminang para janda yang ditinggal mati suami dengan cara
sindiran.
54
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:
Rajawali Press, 2009, h. 25-26
55
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Ed. Revisi 2,
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005, h. 90-91
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan memilih pasangan yang baik, dalam hal ini bertujuan agar tidak terjadi
Proses pemilihan tersebut bukan hal yang mudah, karena banyaknya aspek
batiniah.
manusia.
84
85
harus menggunakan kata-kata yang baik dan tidak menyakiti hati calon
istri.
B. Saran
86
87
Santrock, J.W. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Alih
bahasa oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga, 2002.
Saraswati, Putri. “Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Otang Tua dalam
Pemilihan Pasangan Hidup dengan Kecenderungan Pemilihan Pasangan
Hidup Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Pada Dewasa Awal”. Jurnal
Psikologi vol. 6, no. 1, April 2011.
Sati, D. A . Pakih. Panduan Lengkap Pernikahan (Fikih Munakahat Terkini),
Jogjakarta: Bening, 2011.
Shabuni, M. Ali. Tafsir-Tafsir Pilihan, jilid 1, Penerjemah: KH. Yasin, Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2011.
Al- Ṣābūnī M. Ali.Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, Jilid 1, Depok: Keira, 2016.
_______. Shafwat al-Tafsir, Jilid 1, Beirut: Darul qur’an al-karim, 1981.
Shihab, M. Quraish. Pengantin al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-anakku,
Jakarta: Lentera Hati, 2014.
_______. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an, Jilid 1,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
_______. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2009
Shulbi, Moh, “Mitos Tiba Rampas Dalam Pemilihan Calon Pasangan Menurut
Pernikahan Adat Jawa Di Desa Cengkok Kecamatan Ngronggot
Kabupaten Nganjuk (Studi Komparasi Hukum Islam Dengan Hukum
Adat”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga,
2014.
Sukron, Hukum Perempuan Memilih Pasangan Nikah dalam Pandangan Imam
Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, Jakarta: Skripsi Perbandingan Mazhab
Fiqih Syari’ah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta 2005.
Suma, Muhammad Amin. Kawin Beda Agama di Indonesia Telaah Syariah dan
Qanuniah, Tangerang: Lentera Hati, 2015.
Al-Sya‘rawî, Muhammad Mutawalî. Tafsir al-Sya‘rawî, juz 2, (T.tp.: Mutâbi‘
Akhbâr al-yaum, 1991).
Syafaat Muhammad, “Fenomena Cerai Gugat di Kabupaten Kuningan: Sebuah
Kajian Perubahan Sosial dalam Masyarakat dan Keluarga”, Jurnal BIMAS
ISLAM, Vol. 9. No. 4, Jakarta, 2016. h. 599-640.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, cet kedua, Jakarta:
Kencana, 2007.
Syibromalisi, Faizah Ali. Kiat-Kiat Memilih Pasangan Menuju Perkawinan
Bahagia,disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pra-Nikah:
89