Anda di halaman 1dari 9

JSSF 4 (3) (2015)

Journal of Sport Sciences and Fitness


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf

PEMBERIAN VITAMIN C PADA LATIHAN FISIK MAKSIMAL DAN


PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN DAN JUMLAH ERITROSIT

Dwi Aries Saputro 1, Said Junaidi 2

Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit setelah diberi
Diterima Juli 2015 vitamin C dan latihan fisik maksimal. Metode penelitian yaitu True eksperimen dengan mengadakan
Disetujui Agustus 2015 intervensi atau perlakuan. Populasi penelitian ini tikus stain wistar (Rattus norvegicus). Jumlah sampel 18
Dipublikasikan tikus jantan wistar berumur 2-2,5 bulan, berat 100-150 gram. Besar sampel berdasarkan WHO setiap
September 2015 kelompok minimal 5 ekor dengan cadangan 1 ekor. Penelitian ini dilakukan pada bulan februari 2015, di
________________ Laboratorium Biologi FMIPA, Unnes. Teknik pengumpulan data menggunakan metode sahli dan
Keywords: hemositometer. Teknik analisis data menggunakan uji pengaruh paired t-test dan uji perbandingan. Hasil
Vitamin C; Maximum penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian vitamin C sebelum latihan fisik maksimal
Physical Exercise; terhadap jumlah eritrosit dengan nilai P=0,038 (p<0,05). Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Erythrocytes;Hemoglobin; pemberian vitamin C sebelum latihan fisik maksimal terhadap kadar hemoglobin dengan nilai P=0,117
____________________ (p>0,05). Simpulan hasil penelitian yaitu pemberian vitamin C murni dosis 1,8 mg/200 grBB tikus per hari
yang diberikan pada tikus wistar sebelum latihan fisik maksimal dapat meningkatkan jumlah eritrosit secara
signifikan tetapi tidak meningkatkan kadar hemoglobin secara signifikan.

Abstract
___________________________________________________________________
This research aim to know change in hemoglobin levels and quantity of erythrocytes after being given a vitamin
C and maximal physical exercise. True experimental research method is to held a intervention or treatment.
The research population is stain wistar rats (Rattus norvegicus). Number of samples 18 male wistar rats aged
2-2.5 months, weight 100-150 grams. The amount of sample based WHO every group minimum 5 tails with
one tail reserves. This research was conducted in February 2015, in the Laboratory of Biology Science Faculty,
Unnes. Data collection techniques using the method sahli and hemocytometer. The data analysis used paired t-
test influence and comparative test. Result this research, there was significant influence between giving vitamin
C before maximum physical exercise on quantity of erythrocytes with a value of P=0.038 (p<0.05). There is
no significant influence between giving vitamin C before maksimum physical exercise against hemoglobin levels
with the value of P=0.117 (p>0.05). In conclusion the results of the research is the provision of pure vitamin C
dose of 1.8 mg/200 grBB mice per day given in wistar rats before maximal physical exercise could be
significantly increase the quantity of erythrocytes, but did not significantly increase the levels of hemoglobin.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 3 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dwiaries_s@yahoo.com

32
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

PENDAHULUAN
Pengaruh aktivitas fisik terhadap dalam pembentukan sel darah merah
fungsi biologis dapat berupa pengaruh (eritrosit).
positif yaitu memperbaiki namun pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi
negatif yaitu menghambat atau merusak kadar hemoglobin dan sel darah merah
(Adam, 2002) dalam Agus Coco (2011). (eritrosit) pada seseorang adalah makanan,
Manfaat aktivitas fisik bila dilakukan dalam usia, jenis kelamin, aktivitas, merokok, dan
keadaan sehat secara teratur dan penyakit yang menyertainya seperti
menyenangkan, dengan intensitas ringan leukemia, thalasemia, dan tuberkulosi.
sampai sedang akan meningkatkan Makanan merupakan zat-zat gizi atau
kesehatan dan kebugaran tubuh. Aktivitas komponen gizi yang terdapat dalam
fisik yang terus menerus atau intensitas makanan yang dimakan digunakan untuk
maksimal dan melelahkan akan menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu
menimbulkan keadaan hipoksia pada Fe (zat besi) dan protein. Jenis kelamin
tubuh, pada level seluler keadaan hipoksia perempuan lebih mudah mengalami
ini akan memicu faktor transkripsi HIF-1 penurunan dari pada laki-laki, terutama
(hypoxia induced factor-1) yang berperan pada saat menstruasi (Curtale et al., 2000)
dalam adaptasi jaringan terhadap keadaan dalam Mirza Juanda (2013).
rendah oksigen, HIF-1 pada jaringan di Aktifitas fisik maksimal dapat
ginjal dan hati akan memicu teranskripsi memicu terjadinya ketidakseimbangan
gen eritropoietin sehingga akan dihasilkan antara produksi radikal bebas dan sistem
eritropoietin yang akan dilepas ke pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal
peredaran darah (Williams, 2007). sebagai stres oksidatif (leeweeburg, 2001)
Latihan dan aktivitas fisik manusia dalam Agus Coco (2011). Pada kondisi
sangat mempengaruhi kadar hemoglobin stres oksidatif, radikal bebas akan
dalam darah. Pada individu yang secara menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid
rutin berolahraga kadar hemoglobinnya membran sel dan merusak organisasi
akan sedikit naik. Hal ini disebabkan membran sel. Membran sel ini sangat
karena jaringan atau sel akan lebih banyak penting bagi fungsi reseptor dan fungsi
membutuhkan O2 (oksigen) ketika enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid
melakukan aktivitas (Bahri dkk., 2009) membran sel oleh radikal bebas yang dapat
dalam Mirza Juanda (2013). Hemoglobin mengakibatkan hilangnya fungsi seluler
(Hb) adalah protein kompleks yang terdiri secara total (Evans, 2000). Peroksidasi lipid
atas protein, globin, dan pigmen hem yang membran sel memudahkan sel eritrosit
mengandung zat besi. Hemoglobin mengalami hemolisis, yaitu terjadinya lisis
berfungsi sebagai pembawa oksigen yang pada membran eritrosit yang menyebabkan
kaya akan zat besi dalam sel darah merah, hemoglobin terbebas dan pada akhirnya
dan oksigen dibawa dari paru-paru ke menyebabkan kadar hemoglobin
dalam jaringan (Tambayong, 2001) dalam mengalami penurunan.
Asmitra Sembiring, Masitta Tanjung, dan Faktor pendorong penyerapan zat
Emita Sabri (2012). Hemoglobin besi non hem dibantu oleh asam askorbat
merupakan salah satu bagian dari darah (Vitamin C). Vitamin C dapat
dan hemoglobin memiliki peranan penting meningkatkan penyerapan zat besi ini
hingga empat kali lipat (Wirakusumah,

33
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

1998). Menurut Patimah (2007) bahwa zat dan Kandang hewan penelitian serta bahan
besi merupakan prekursor yang sangat yang digunakan adalah tikus jantan stain
diperlukan dalam pembentukan wistar (Rattus norvegicus), Vitamin C
hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit). @50mg (L-ascorbid acid.), Pakan PB 551,
selain itu vitamin C merupakan salah satu Sekam, Akuades, Kapas , HCl 0,1 N,
antioksidan dari luar yang dibutuhkan oleh Tabung Na-EDTA, dan Larutan Hayem.
tubuh.. Tambahan pemasukan vitamin C Prosedur Penelitian
secara oral diterangai dapat memberikan Sebelum melakukan penelitian,
keuntungan potensial dengan cara hewan coba diadaptasikan terlebih dahulu
mengurangi kerusakan yang disebabkan selama 7 hari. Setelah adaptasi selesai
oleh radikal bebas dalam jaringan hewan coba diambil darahnya
(Khassaf et al., 2003). menggunakan mikrohematokrit dibagian
Berdasarkan hal tersebut maka perlu orbital hewan coba (pre-test). Bahan uji
dilakukan penelitian untuk mengetahui diambil dari vitamin C (IPI) rasa jeruk
pengaruh vitamin C pada latihan fisik kemudian dibuat serbuk dan dicampur air
maksimal terhadap kadar hemoglobin dan untuk memudahkan saat menyonde
jumlah eritrosit . terhadap hewan coba. Pada penelitian ini
dibutuhkan vitamin C dalam bentuk cair
METODE yaitu 1,8mg/200grBB tikus stain wistar.
Jenis penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus
adalah true eksperimen dengan putih jantan yang dibagi menjadi 3
mengadakan intervensi atau mengenakan kelompok yaitu 2 kelompok perlakuan dan
perlakuan kepada salah satu atau lebih 1 kelompok kontrol. Pembagian kelompok
kelompok eksperimen, kemudian hasil dari perlakuan yaitu:
intervensi tersebut dibandingkan dengan 1. Kelompok I: Kelompok Kontrol
kelompok yang tidak dikenakan perlakuan Negatif .
atau yang disebut dengan kelompok kontrol 2. Kelompok II: Perlakuan I yaitu
( soekidjo notoadmodjo, 2010). Jenis desain pemberian Vitamin C 1,8 mg/200grBB
penelitian eksperimen ini menggunakan tikus pada hewan yang di beri latihan
rancangan pre-test post-test dengan kelompok fisik maksimal.
kontrol ( pre-test post-test with control Group 3. Kelompok III: Perlakuan II yaitu
Design). Dalam rancangan ini dilakukan pemberian pelatihan fisik maksimal
randomisasi, artinya pengelompokan dengan frekuensi 5 kali seminggu
anggota-anggota kelompok kontrol dan selama 28 hari.
kelompok eksperimen dilakukan Pemberian vitamin c sebanyak
berdasarkan acak atau random. 1,8mg dilakukan secara oral (gavage)
Alat yang digunakan pada selama 28 hari . selanjutnya tikus putih
penelitian ini adalah neraca timbangan, dipuasakan selama 11 jam. Pada hari ke-28
mikrohematokrit, kolam renang tikus, botol seluruh tikus putih pada kelompok I, II dan
winkler, gelas ukur 10 ml, masker, sarung III diambil sampel darah (post-test). Darah
tangan, kamera digital, pipet hemoglobin, tersebut diambil melalui orbital tikus
mikroskop, Haemositometer , Tabung menggunakan mikrohematokrit. Setelah
sahli, Haemometer, Alat penghitung, Pipet darah diperoleh, darah tersebut dimasukan
tetes, Mesin pendingin, Spidol permanen, kedalam tabung vactuainer yang

34
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

didalamnya terdapat antikoagulan berupa data statisitik dengan SPSS 15. Data yang
EDTA. Untuk pengukuran jumlah eritrosit diperoleh diamati menggunakan Uji one
menggunakan hemositometer dan untuk way anova yaitu untuk membandingkan
pengukuran kadar hemoglobin data antar rerata kelompok pre-test dan antar
menggunakan haemometer. rerata kelompok post-test sedangkan untuk
Variabel Penelitian mengetahui peningkatan dari pre-test pos-test
a. Variabel bebas: pemberian Vitamin C menggunakan uji paired T-test. untuk
dengan dosis tablet@ 50mg yang menguji analisis tersebut melakukan uji
diberikan selama empat minggu dan persyaratan untuk mengetahui kelayakan
pelatihan fisik berupa renang dengan data yang meliputi:1) Uji normalitas data
intensitas maksimal, lima kali per menggunakan Kolmogorov-smirnov dan 2)
minggu, selama empat minggu. Uji homogenitas data menggunakan
b. Variabel tergantung: Kadar Levene’s Test.
Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit.
c. Variabel Kendali: Jenis kelamin PEMBAHASAN
sampel, Umur sampel dan Berat Jumlah Eritrosit dan Kadar
sampel. Hemoglobin pada Tikus Stain Wistar
Analisis Data (Rattus norvegiccus) Adapun rata-rata
Data dianalisis dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin tiap
menggunakan seri profesional pengolahan perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin setiap perlakuan.


Kadar Hb (gr/dl) Jumlah eritrosit (juta/mm³)
Data
K. Kontrol K.P1 K.P2 K. Kontrol K.P1 K.P2

Post-test
12,24 13,32 12,96 4,28 4,76 4,60

Pre-test
12,40 12,60 12,48 4,18 4,30 4,34

Selisih
-0,16 0,72 0,48 0,1 0,46 0,26
Keterangan: K. Kontrol yaitu tidak diberi vitamin c dan latihan fisik maksimal
K.P1 yaitu pemberian vitamin C dan latihan fisik maksimal
K.P2 yaitu pemberian latihan fisik maksimal
Tabel 2. Hasil analisis uji perbandingan rerata kadar hemoglobin
Subyek Rerata Kadar SB F P Keterangan
Hb (gr/dr)
Pre-test K 12,40 0,58
P1 12,60 1.08 0,069 0,934 Tidak Signifikan
P2 12,48 0,83
Post- K 12,24 0,62
test
P1 13,32 0,67 4,328 0,038 Signifikan

35
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

P2 12,96 0,45
Keterangan: K = Kontrol
P1= Perlakuan 1
P2= Perlakuan 2
Untuk mengetahui kelompok Significant Defference-test (LSD). Hasil uji ini
yang berbeda dengan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 3.
perlu dilakukan uji lanjut dengan Least
Tabel 3.Analisis komparasi kadar hemoglobin sesudah perlakuan antar kelompok penelitian
beda
Kelompok P Interpretasi
Rerata
Kontrol dan Perlakuan Tidak
-0,72 0,078
2 berbeda
Kontrol dan Perlakuan
-1,08 0,014 Berbeda
1
Perlakuan 1 dan Tidak
0,36 0,355
perlakuan 2 berbeda
Keterangan: ada perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan 1 secara
statistic (p<0,05).
Tabel 4. Hasil analisis uji perbandingan rerata jumlah eritrosit

Rerata Jumlah
Subjek SB F P Keterangan
Eritrosit (jt/mm3)
K 4,18 0,40
Pre- Tidak
P1 4,30 0,26 0,236 0,934
test Signifikan
P2 4,34 0,45
Post-
K 4,28 0,32
test
Tidak
P1 4,76 0,49 2,159 0,158
Signifikan
P2 4,60 0,24
Keterangan: K = Kontrol
P1= Perlakuan 1
P2= Perlakuan 2
Untuk mengetahui kelompok yang Defference-test (LSD). Hasil uji ini disajikan
berbeda dengan kelompok kontrol perlu pada Tabel 5.
dilakukan uji lanjut dengan Least Significant
Tabel 5. Analisis komparasi jumlah eritrosit sesudah perlakuan antar kelompok penelitian
Beda
Kelompok P Interperensi
rerata
Kontrol dan
-0,32 0,199 Tidak Berbeda
Perlakuan 2
kontrol dan Tidak berbeda
-0,48 0,064
perlakuan 1
perlakuan 1 dan
0,16 0,509 tidak berbeda
perlakuan 2

36
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

Keterangan: tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan secara
statistic (p>0,05).
Tabel 6. Hasil uji pengaruh sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan (Post-test) pada
kelompok kontrol .
Perbedaan pre-test
Variabel t df sig
post-test
Standar
Rerata
Deviasi
Kadar
0,16 0,829 0,431 4 0,688
Hemoglobin
Jumlah
-0,1 0,1 -2,23 4 0,089
Eritrosit
Keterangan: tidak ada peningkatan yang signifikan pada kelompok kontrol kadar
hemoglobin dan jumlah eritrosit secara statistic (p<0,05).
Tabel 7. Hasil uji pengaruh sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan (Post-test) pada
kelompok perlakuan 1.
Perbedaan pre-test
Variabel
post-test
t df sig
Standar
Rerata
Deviasi
Kadar
-0,72 0,807 -1,994 4 0,117
Hemoglobin
Jumlah
-0,46 0,336 -3,06 4 0,038
Eritrosit
Keterangan: terdapat peningkatan yang signifikan pada kelompok perlakuan 1 jumlah eritrosit
secara statistic (p>0,05)
Tabel 8. Hasil uji pengaruh sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan (Post-test) pada
kelompok perlakuan II.
Perbedaan pre-test
post-test
Variabel t df sig
Standar
Rerata
Deviasi
Kadar
-0,48 0,729 -1,472 4 0,215
Hemoglobin
Jumlah
-0,26 0,409 -1,418 4 0,229
Eritrosit
Keterangan: tidak ada peningkatan yang menerima pelatihan fisik maksimal
signifikan pada kelompok perlakuan II kadar (swimming stress) mengalami peningkatan
hemoglobin dan jumlah eritrosit secara statistic yang bermakna pada jumlah eritrosit
(p<0,05).
(p<0,05) dan peningkatan yang tidak
Pada penelitian ini, data signifikan pada kadar hemoglobin (p>0,05)
menunjukan bahwa pemberian vitamin C setelah diperiksa pemeriksaan darah (Tabel
dengan dosis 1,8 mg per 200 gram berat 4.7). Peningkatan ini didapat setelah
badan tikus stain wistar (Rattus Norvegicus) melakukan perhitungan rerata kadar
selama empat minggu setiap hari pada salah hemoglobin dan jumlah eritrosit pada pre-
satu kelompok (perlakuan 1) yang

37
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

test kemudian dibandingkan dengan post-test sel eritrosit mengalami hemolisis yang
kelompok (perlakuan 1). Kenaikan kadar menyebabkan hemoglobin terbebas,
hemoglobin dan jumlah eritrosit ini di sehingga kadar hemoglobin semakin
sebabkan karena vitamin C mempunyai berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
fungsi ganda yaitu sebagai pembantu dalam (Indera et al, 2006) yang mengatakan
penyerapan zat besi dan antioksidan pada peroksidasi lipid pada membran eritrosit
waktu tubuh menghasilkan radikal bebas dapat mengakibatkan hilangnya fluiditas
karena latihan fisik maksimal. Zat besi (Fe) membran dan meningkatkan fragilitas atau
berguna untuk meningkatkan sel darah kerapuhan membran eritrosit yang
merah (Sihombing 2000) dalam Agus Coco selanjutnya mengakibatkan eritrosit akan
(2011), sedangkan vitamin C merupakan mudah pecah atau hemolisis. Bila tidak ada
antioksidan yang dibutuhkan tubuh saat asupan antioksidan didalam tubuh,
beraktivitas fisik maksimal, sehingga tidak dimungkinkan akan terjadi penurunan
terjadi stres oksidatif yang dapat merusak jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin yang
enzim, reseptor protein, membran lipid, dan semakin besar sehingga dapat terjadi
DNA. anemia.
Penelitian ini sejalan dengan Vitamin C disebut antioksidan
penelitian sebelumnya yang menyatakan karena berfungsi sebagai donor elektron,
bahwa vitamin C dapat menurunkan sehingga dapat mencegah senyawa lain
kerusakan sel-sel eritrosit akibat radikal mengalami oksidasi. Saat vitamin C
bebas karena vitamin C ini dapat melepaskan elektron, ia menjadi radikal
meningkatkan mekanisme sistem askorbil. Dibandingkan dengan radikal
pertahanan antioksidan dalam tubuh bebas lain, radikal askorbil ini relatif stabil
terhadap radikal bebas (Senturk,et al., 2001). dengan waktu paruh 10-5 detik dan tidak
Penelitian lain menyatakan bahwa reaktif. Radikal bebas yang merugikan
meningkatkan pemasukan vitamin C secara dapat berinteraksi dengan vitamin C
oral diusulkan sebagai keuntungan sehingga radikal bebas yang merugikan
potensial yang dapat mengurangi tersebut mengalami reduksi dan vitamin C
kerusakan oksidatif terhadap jaringan berubah menjadi radikal askorbil yang
yang disebabkan oleh radikal bebas kurang reaktif. Proses reduksi radikal bebas
(Khasaf, et al., 2003). Penelitian ini juga reaktif menjadi senyawa yang kurang
mendukung penelitian yang menyatakan reaktif ini disebut free radical scavenging.
bahwa pemberian vitamin C sebagai Vitamin C merupakan free radical scavenging
antioksidan dapat mencegah kerusakan yang baik (Padayatty et al., 2003).
eritrosit yang akhirnya dapat mencegah
penurunan hemoglobin dan meningkatakan SIMPULAN
daya tahan aerob (Bailo, 2011). Dari hasil penelitian dan
Terjadinya stres oksidatif didalam pembahasan dapat disimpulkan hal sebagai
tubuh, nantinya akan membentuk radikal berikut: 1) Vitamin C (L-ascorbic acid )
bebas berikutnya. Apabila radikal bebas dengan dosis 1,8 mg/200 grBB tikus yang
yang bersifat reaktif tidak dihentikan maka diberikan pada tikus yang mendapatkan
akan merusak membran sel eritrosit dan latihan fisik maksimal, lima kali per
terjadi peroksidasi lipid. Adanya minggu, selama empat minggu dapat
peroksidasi lipid membran sel memudahkan meningkatkan jumlah eritrosit secara

38
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

signifikan statistic (p<0,05) 2) Vitamin C (L- ; Targets & Therapy, Dove Press Journal, 18
ascorbic acid ) dengan dosis 1,8 mg/200 grBB January 2011.

tikus yang diberikan pada tikus yang Evans, W. J. (2000). Vitamin E, vitamin C, and
mendapatkan latihan fisik maksimal, lima exercise. Am J Clin Nutr. 72: 647S-52S.
kali per minggu, selama empat minggu
dapat meningkatkan kadar hemoglobin Indera D, Mayasari, Paramita, Yunanto dan
Ramadhan. 2006. Korelasi Aktivitas
secara tidak signifikan statistic (p>0,05) 3)
Tumbuhan Rawab dengan Ketahanan
Latihan fisik maksimal, lima kali per Membran Eritrosit diinduksi timbal (pb). On
minggu, selama empat minggu, dapat line at
meningkatkan kadar hemoglobin namun http://.pkm.dikti.net/pkmi_award2006/pdf/
tidak secara signifikan statistic (p>0,05) 4) pkmi06_077.pdf. diakses pada 10 April 2015.
jam 13:32 WIB.
Latihan fisik maksimal, lima kali per Khassaf, M., Mcardle, A., Esanu, C., Vasilaki, A.,
minggu, selama empat minggu, dapat Mcardle, F., Griffiths, R. D., Brodie, D. A.
meningkatkan jumlah eritrosit tidak secara dan Jackson, M. J. (2003). Effect of vitamin C
signifikan statistic (p>0,05) supplements on antioxidant defence and stress
proteins in human lymphocytes and skeletal
muscle. Journal Physiololgy. 549: 645-52.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Coco Sianturi. 2011. Pengaruh Pemberian Mirza Juanda. 2013. Perbedaan Kadar Hemoglobin
Ekstrak Air Daun Bangun-Bangun (Coleus antara Mahasiswa yang Rutin Berolahraga
amboinicus L) Terhadap Jumalah Sel Darah Futsal Pada Fakultas Pendidikan Olahraga
Merah dan Hemoglobin Pada Tikus Putih dan Kesenian IKIP dengan Mahasiswa yang
(Rattus norvegicus) yang diberi Aktivitas Fisik jarang berolahraga Pada fakultas Keguruan
Maksimal. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Ilmu Pengetahuan IKIP Periode Januari 2013
oktober 2013. Skripsi. Universitas Ikip
Asmitra Sembiring., massita tanjung., dan Emita Mataram.
sabri. 2012. Pengaruh Ekstrak Segar Daun
Rosela (Hiniscus sabdariffa L.) Terhadap Padayatty, S. J., Katz, A., Wang, Y., Eck, P., Kwon,
Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin O., Lee, J. H., Chen, S., Corpe, C., Dutta, A.,
Mencit Jantan (Mus muscullus L.) Anemia Dutta, S. K. dan Levine, M. (2003). Vitamin
Strain DDW melalui induksi Natrium Nitrit C as an antioxidant: evaluation of its role in
(NaNO2). Artikel Ilmiah. Universitas disease prevention. Journal of Amerika
Sumatera utara. Hlm 60-65. College Nutrition. 22.1: 18-35.

Bailo B., Sohemy A., Haddad P., Arora P., Benzaied Patimah, S. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan
F., Kamali M., Badawi A. 2011. Vitamin Hubungannya Dengan Kejadian Anemia
D,C, and E in The Prevention of Type 2 Defisensi Besi. Jurnal Penelitian Kesehatan.
Diabetes Mellitus : Modulation of Jakarta: Fakultas Kedokteran. hlm.8-9.
Imflammation and Oxidative Stress, Biologics

Rostime Hemanyerni Simanullang, 2009. Pengaruh Exercise- Trained Rats. J Appl Physiol .91:
Vitamin c sebelum Latihan fisik Maksimal 1999–2004
Terhadap kualitas Eritrosit Mencit Jantan
(Mus Musculus) Strain DD Webster. Tesis. Soekidjo Notoadmodjo. 2010. metode penelitian
Universitas Sumatera Utara. kesehatan. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Senturk, U. K., Gunduz, F., Kuru, O., Aktekin, M. Williams, 2007. Eritrosit dan Hemoglobin. On line at
R., Kipmen, D., Yalcin, O., Borkucukatay, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
M., Yesilkaya, A. dan. Baskurt, O. K. (2001). 789/37522/4/Chapter%20II.pdf. diakses
Exercise-Induced Oxidative Stress Affects pada 23 April 2015. jam 09:07 WIB.
Erythrocytes in Sedentary Rats but not

39
Dwi Aries Saputro / Journal of Sport Sciences and Fitness 4 (3) (2015)

Wirakusumah, E. S. 1998. Perencanaan Menu Agriwidya. hlm. 5-11.


Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus

40

Anda mungkin juga menyukai