Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

SENYAWA FLAVONOID

Senyawa Flavonoid
A. Definisi

Senyawa flavonoida diturunkan dari unit C6-C3 (fenil propana) yang

bersumber dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan

dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-

KoA yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai KoA tioester) untuk

membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari

biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat

dan jalur poliketida.

Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk

membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklus untuk

menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat

memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tidak jenuh) untuk menghasilkan gugus

flavon, atau dihidroksilasi pada posisi C3 cincin piranon untuk menghasilkan

gugus flavanol pada flavonoid (Batari, 2007).

Flavanol ini selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan antosianin, yang

memberikan warna biru terang pada bunga dan warna anggur merah gelap.

Senyawa flavonoid juga berperan dalam memberikan banyak warna lain di

alam, terutama daun mahkota kuning dan jingga, bahkan flavonoid yang tidak
berwarna mengabsorb cahaya pada spektrum UV (karena banyak gugus

kromofor) dan dapat dilihat oleh banyak serangga. Senyawa ini diduga

memiliki manfaat ekologi yang besar di alam berkat warnanya sebagai

penarik serangga dan burung untuk membantu penyerbukan tanaman.

Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan,

misalnya beberapa tanaman memiliki rasa pahit dan kesat seperti glikosida

flavanon naringin (Miean, 2001).

B. Manfaat

Senyawa flavonoid bermanfaat dalam makanan karena, berupa senyawa

fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Banyak kondisi penyakit

yang diketahui bertambah parah oleh adanya radikal bebas seperti

superoksida dan hidroksil, dan flavonoid memiliki kemampuan untuk

menghilangkan dan secara efektif ‘menyapu’ spesies pengoksidasi yang

merusak itu. Oleh karena itu, makanan kaya flavonoid dianggap penting untuk

mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung (yang dapat

memburuk akibat oksidasi lipoprotein densitas-rendah) (Heinrich et al, 2009).

C. Sistem penomoran untuk turunan flavonoid

Menurut Batari (207), sistem penomoran untuk turunan flavonoid diberikan di

bawah :
1. Biosintesis Flavonoida

Biosintesis senyawa flavonoid diperoleh dengan mereaksikan

fragmen C6-C3 turunan asam sikimat seperti asam p-hidroksisinamat

dengan atom karbon.

Skema biosintesis dari turunan asam sikimat:

Asam sikimat → asam prefenat → asam p -hidroksifenil piruvat →

asam p-hidroksifenillaktat → asam p-hidroksisinamat → flavanon.

Hidroksilasi pada cincin A dan B terjadi setelah pembentukan cincin

sempurna (Sirait, 2007).

2. Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Dalam tumbuhan, flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk

struktur. Keragaman struktur flavonoid ini disebabkan karena perbedaan

tahap modifikasi lanjutan dari struktur dasar flavonoid, antara lain:

a. Flavonoid O-glikosida.

Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada

senyawa tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat

pada satu gula (atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan
asam. Pengaruh glikosilasi meyebabkan flavonoid menjadi kurang

reaktif dan lebih mudah larut dalam air (cairan). Glukosa merupakan

gula yang paling umum terlibat, walaupun galaktosa, ramnosa, xilosa,

dan arabinosa sering juga terdapat. Gula lain yang ditemukan adalah

alosa, manosa, fruktosa, apiosa dan asam glukuronat serta

galakturonat.

b. Flavonoid C-glikosida.

Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam

hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu

ikatan karbon-karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida.

Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C

nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata

jauh lebih sedikit ketimbang jenis gula pada O-glikosida. Jenis aglikon

flavonoid yang terlibat pun sangat terbatas. Jadi, walau pun isoflavon,

flavanon, dan flavonol kadang-kadang terdapat dalam bentuk C-

glikosida, hanya flavon C-glikosida yang paling lazim ditemukan.

c. Flavonoid Sulfat

Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang

mungkin ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung

satu ion sulfat atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.

d. Biflavonoid

Biflavonod adalah flavonoid dimer, walau pun prosianidin dimer

(satuan dasarnya katekin) biasanya tidak dimasukkan ke dalam

golongan ini. Flavonoid yang biasanya terlibat adalah flavon dan

flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang


sederhana 5,7,4’ (atau kadang-kadang 5,7,3’,4’) dan ikatan antar-

flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau kadang-kadang ikatan eter.

Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida, dan penyebarannya

terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.

e. Aglikon flavonoid yang aktif-optik

Aglikon flavonoid mempunyai atom karbon asimetrik dan

dengan demikian menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya

terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan flavonid ini ialah

flavanon, dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid, dan

beberapa biflavonoid (Markham, 1988).

Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan

berdasarkan tahanan oksidasi dan keragaman lain pada rantai C3 :

a. Flavon

Flavon bersamaan dengan flavonol merupakan senyawa yang

paling tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun

warna kuning tumbuhan jagung biasanya disebabkan oleh karotenoid.

Senyawa ini biasanya larut dalam air panas dan alkohol, meskipun

beberapa flavonoid yang termetilasi tidak larut dalam air. Flavon

berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugus 3-

hidroksi. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok

senyawa flavonoid.
b. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-

glikosida. Larutan flavonol dalam suasana basa (tetapi flavon tidak)

dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga pengunaan

basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

c. Isoflavon

Isoflavon merupakan senyawa yang tidak begitu mencolok,

tetapi senyawa ini penting sebagai fitoaleksin (senyawa pelindung)

dalam tumbuhan untuk pertahanan terhadap penyakit.

d. Flavanon

Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan

dengan flavonoid lain. Tidak berwarna atau hanya kuning sedikit.

Flavanon (dihidroflavon) sering terjadi sebagai aglikon, tetapi


beberapa glikosidanya dikenal misalnya hesperidin dan naringan dari

jaringan kulit buah jeruk.

e. Flavanonol

Flavanonol (atau dihidroflavonol) barangkali merupakan

flavonoid yang paling kurang dikenal, dan tidak dapat diketahui

apakah senyawa ini terdapat sebagai glikosida. Senyawa ini stabil

dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh udara.

f. Antosianin

Antosianin adalah pigmen daun bunga merah sampai biru yang

biasa, banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga.

Antosianin terdapat juga dalam bagian lain tumbuhan tinggi kecuali

fungus. Antosianin selalu terdapat dalam bentuk glikosida.

g. Katekin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang

mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa tanpa warna,

terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama dalam tumbuhan

berkayu.

h. Leukoantosianidin

Merupakan monomer flavan 3,4-diol, leukoantosianidin jarang

terdapat sebagai glikosida, namun beberapa bentuk glikosida yang

dikenal adalah apiferol, dan peltoginol.

i. Auron

Berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan

bryofita. Dalam larutan senyawa ini menjadi merah ros.

j. Kalkon

Pada kenyataan, pengubahan kalkon menjadi flavanon terjadi

dengan mudah dalam larutan asam dan reaksi kebalikannya dalam

basa. Reaksi ini mudah diamati karena kalkon warnanya jauh lebih

kuat daripada warna flavanon, terutama dalam larutan basa warnya


merah jingga. Oleh karena itu, hidrolisis glikosida kalkon dalam

suasana asam menghasilkan aglikon flavanon sebagai senyawa jadi,

bukan kalkon (Robinson, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Heinrich, Michael. dkk. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran


EGC. Jakarta.

Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. : ITB. Bandung.

Robinson. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB Bandng

Miean, K. H. dan S. Mohamed. 2001. Flavonoid (myricetin, quercetin,


kaempferol, luteolin, and apigenin) content of edible tropical
plant. J. Agric. Food. Chem vol 49, 3106-3112

Batari, R. 2007. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous Jawa


Barat. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Anda mungkin juga menyukai