Makalah
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
medula spinalis, atau pada saraf. Gangguan neurologis pada anak merupakan
neurologis pada anak diukur dengan DALY (Disability-adjusted Life Year) yang
merupakan total mortaitas dan morbiditas dari penyakit per tahun. DALY dari
20–30% pasien rawat inap dan rawat jalan pada poli anak merupakan pasien
dengan kasus kelainan neurologis. Pada umumnya anak dibawa oleh orang tua
salah satu kasus kegawatan pada anak (Swan, 2018). Kelemahan ekstremitas
sebagian kelainan disebabkan oleh faktor maternal dan perinatal. Ditilik dari
1. Apa saja manifestasi klinis dari perubahan status mental dan kelemahan
2. Apa saja diagnosis banding dari perubahan status mental dan kelemahan
BAB 2
ISI
2.1.1. Definisi
yang berjalan dari mid pons melalui midbrain dan hipotalamus hingga ke
2.1.2. Etiologi
Klasifikasi untuk etiologi gangguan kesadaran dan koma pada anak dapat
dibagi secara praktis menjadi tiga kelompok, yaitu infeksi atau inflamasi,
atas dapat timbul pada umur berapa saja, tetapi kondisi tertentu lebih sering
terjadi pada umur tertentu. Pada anak, penyebab koma tersering adalah infeksi,
Derajat dari perubahan kesadaran akut dapat bervariasi mulai dari letargi
ringan dan bingung hingga koma dalam. penurunan kesadaran terbagi atas
enam stadium yaitu: (1) letargi; (2) kebingungan; (3) delirium; (4) obtundasi; (5)
stupor; (6) koma. Masing-masing dari stadium ini menunjukkan manifestasi klinis
Adanya respon yang buruk pada lingkungan maupun pada orang terdekat;
kelemahan dan tidak menangis; deviasi mata; ukuran dan reaksi pupil yang
(Marcdante, 2013).
Tanda-tanda spesifik seperti edema papil atau paralisis saraf kranial III
Herniasi unkus berarti lobus temporal mesial bergeser melewati tepi tentorium,
kontralateral.
deteriorasi fungsional otak hanya dalam beberapa jam. Sekuele dari keadaan ini
Mati batang otak berarti berhentinya semua fungsi kortikal dan batang
otak secara ireversibel. Mati batang otak pada anak dapat dinilai dengan
diketahui. Koma dan apnea harus menyertai kondisi mati batang otak (Nakagawa
et al., 2011). Mati batang otak juga ditandai dengan ketiadaan refleks batang
migren, sinkop, atau kelainan metabolik. Manifestasi klinis yang terjadi misalnya
keadaan paska-iktal yang memanjang setelah kejan; agitasi, ataksia, vertigo dan
sakit kepala akibat migren; atau letargi, kebingungan dan gejala otonomik seperti
berkeringat, gemetar dan lapar pada anak dengan kelainan metabolik terutama
hipoglikemia.
2.1.3. Diagnosis
akut adalah Airway, Breathing dan Circulation. Penilaian tanda vital termasuk
puls oksimetri harus dilakukan. Pemeriksaan fisik umum antara lain mencari
bekas tusukan jarum, trauma, atau tanda kegagalan multi organ). Pola
saraf kranial terutama penilaian pada saraf II, III, IV, V, dan VI untuk menilai pupil,
gerakan bola mata dan refleks kornea. Postur tubuh seperti dekortikasi dan
deserebrasi dapat menunjukkan lokasi lesi dan dapat terjadi bilateral maupun
uniateral.
tanpa kontras.
mmHg.
2.1.4. Tatalaksana
Jika terdapat nafas yang dangkal dan mengorok, berarti ada penyumbatan
jalan nafas. Pasien harus segera ditempatkan dalam posisi miring agar tidak
terjadi aspirasi. Lendir yang menyumbat harus segera di hilangkan dengan cara
suctioning. Tanda-tanda vital pasien dipantau dengan monitor. Bila ada alat yang
1. Manajemen syok berupa resusitasi dengan 2 liter cairan kristaloid jika terjadi
diagnostik lain.
2. Pasang akses intravena untuk memasukan obat dan mengambil sampel darah
untuk mengecek kadar gula darah, zat-zat toksik pada kasus overdosis, fungsi
ginjal dan fungsi hati. Jika terjadi intoksikasi narkotika, dapat diberikan
naloxone 0,5 mg, jika terjadi hipoglikemia dapat diberikan D40 sebanyak 50 ml,
4. Jika terdapat tanda peningkatan TIK dan dikonfirmasi oleh CT scan, segera
dengan CT scan.
2. Dapat dilakukan bilas lambung dengan NaCl dapat menjadi alat diagnosis dan
setelah kejadian. Obat untuk menetralisir asam lambung dapat diberikan untuk
3. Pasang kateter urin agar tidak terjadi retensi urin, dan agar pasien tidak buang
air di tempat tidur. Dapat juga dipasang kombinasi NGT dan ETT untuk
4. Jika pasien dapat bergerak dan memberontak sebaiknya kaki dan tangan
5. Berikan lubrikan mata agar tidak kering, jaga oral hygiene untuk mencegah
2.1.5 Prognosis
1. Penyembuhan dari koma akibat metabolik lebih baik jika dibandingkan dengan
kelainan struktural.
disebabkan SAH
11
3. Jika satu hari setelah onset koma bentuk apapun, jika tidak ada reflek pupil,
maupun fungsi.
4. Setelah 1-3 hari setelah onset koma didapati reflek kornea negatif, pasien tidak
mau buka mata, dan atonia keempat ekstremitas merupakan penunjuk akan
terjadi outcome yang buruk secara ad vitam maupun fungsionam (Ropper AH,
2.2.1. Definisi
proses yang mengenai upper motor neuron atau lower motor neuron,
motor end plates, otot skelet, struktur tulang, dan sendi dapat
bermanifestasi sebagai limp (Lin, 2019). Insiden dari kasus ini tidak
limp akut atraumatik dengan proporsi sebesar 1.8 per 1000 anak di
2.2.2. Etiologi
serebri), lower motor neuron (sel-sel kornu anterior, akar saraf motorik,
saraf motorik perifer, taut neuromuskular, dan otot). Etiologi dari limp
ekstremitas yang terjadi pada lesi upper motor neuron berbeda dengan
Pembedaan klinis lesi upper motor neuron dan lower motor neuron
Tanda klinis UMN (traktus LMN
kortikospinalis) (neuromuskular)
Tonus Meningkat (spastik) Menurun
Refleks Meningkat menurun
babinski
Atrofi Tidak ada Mungkin
Fasikulasi Tidak ada Mungkin
Tabel 5: Perbedaan klinis lesi UMN dan LMN
berjalan yang menjadi tanda klinis pasien. Pola berjalan pasien diklasifikasikan
merupakan pola berjalan khas pada pasien yang mengalami nyeri pada saat
circumduction gait; 3) steppage gait; 4) equinus gait. Pola-pola berjalan ini akan
khas sesuai dengan diagnosis klinis dari pasien (Sawyer dan Kapoor, 2009)
2.2.4. Diagnosis
pemeriksaan fisik sesuai dengan tabel 3 dan 4. Penilaian pola berjalan baik
Mengingat luasnya cakupan dari limp pemeriksaan lab yang spesifik perlu
2.2.5. Tatalaksana
sesuai dengan manifestasi klinis dan etiologi dari limo. Terapi simptomatik dapat
penyakit penyebab limp secara cepat dan akurat merupakan titik utama untuk
melakukan tatalaksana.
2.3 Kesimpulan
sangat penting bagi dokter umum untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
tatalaksana awal karena dokter umum akan banyak menjumpai kasus penurunan
neurologi seperti adanya lateralisasi, gejala fokal dan tanda rangsang meningeal
yang positif dan pemeriksaan CSF yang abnormal. Sedangkan pada kelainan
metabolik biasanya dijumpai pemeriksaan lab darah, urin yang abnormal sebagai
neurologis.
Daftar Pustaka
3. Posner BJ, Saper CB, Schiff ND, P. F. P. and P. (2007) ‘No Title’, Diagnosis of
Stupor and Coma. Oxford: OXFORD University Press, pp. 4–34, 40-78,.