Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : Mufidatul Husna


NIM : SDK.171011

SEKOLAH TINGGIL ILMU KESEHATAN (STIKES)


DATU KAMANRE
TAHUN 2019
Laporan Pendahuluan
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang

bersifat persisten dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal

merupakan penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerolus filtration

rate/GFR) yang dapat digolongkan ringan dan berat (Mansjoer,

1999 : 531).

Gagal ginjal kronik adalah satu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung

progresif dan cukup lanjut (Slamet, 2001 : 427)

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain

dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002 : 1448).

Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal

mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan

sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan

penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Etiologi

Menurut Mansjoer (1999 : 532), etiologi gagal ginjal kronik adalah :


a. Glomerulonefritis

b. Nefropati analgesik

c. Nefropati refluk

d. Ginjal polikistik

e. Nefropati diabetik

f. Hipertensi

g. Obstruksi

h. Gout

i. Tidak diketahui

3. Tanda dan Gejala

Menurut Mansjoer (1999 : 532), manifestasi klinis pada pasien gagal

ginjal kronik :

a. Umum : fatique, malaise, gagal tumbuh, debil

b. Kulit : mudah lecet, rapuh, leukonika

c. Kepala dan leher : fetor uremik, lidah kering dan berselaput

d. Mata : fundus hipersensitif, mata merah

e. Kardiovaskuler : hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,

perikarditis uremik, penyakit vaskuler.

f. Pernafasan : hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura

g. Gastrointestinal : anoreksia, nausea, gastritis, ulkus

h. peptikum, kolik uremik, diare yang disebabkan oleh anti

biotik.
i. Kemih : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal

yang mendasarinya.

j. Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenore,

infertilitas, ginekomastia, galaktore.

k. Syaraf : latergi, malaise, anoreksia, tremor, ngantuk,

kebingungan, flap, mioklonus, kejang, koma.

l. Tulang : hiperparatiroidisme, defisit vitamin D.

m. Sendi : gout, pseudo gout, klasifikasi ekstra tulang

n. Hematologi : anemia, defisit imun, mudah mengalami

pendarahan

o. Endokrin : multiple

p. Farmakologi : obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal

4. Patofisiologi

Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara

bertahap fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang

kompensasi nefron yang masih utuh untuk mempertahankan

homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama

adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk

meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.

Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi

dan beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga

keseimbangan glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan.


Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai

dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin.

Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

a. Stadium I

Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan

cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan

kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.

b. Satdium II

Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari

75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR

(Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya 25% dari

normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar

protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai

meningkat disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai

akibat dari kegagalan pemekatan urin.

c. Stadium III

Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari

massa nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron

saja yang masih utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate)

hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN

akan meningkat.

Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena

ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan


dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan

plasma dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin

kurang dari 500 cc/hari.


PATHWAY

Kerusakan jaringan ginjal

Penurunan fungsi ginjal

GFR turun Sekresi eritropetin turun

Sisa metabolisme meningkat


Eritropoesis turun
Sekresi ureum melalui
Iritasi saluran cerna kulit
Anemia

Terasa penuh pada lambung Pruritus


Suplai O2 ke jaringan kurang

Mual dan muntah Gangguan integritas kulit


Metabolisme anaerob

Gangguan intake nutrisi


Produksi ATP kurang

Proteinuria Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
Hipoalbumin

Tekanan osmotic koloid turun


Sekresi ADH & aldosteron
Volume Cairan
Migrasi airan ke interstisial intravaskuler turun

Retensi natrium dan air


Udem paru
Mekanisme rennin
angiotesnsin
Nafas cepat & dangkal Udem Hiperkalemia
Curah jantung meningkat
Gangguan pola nafas
Ketidakseimbangan cairan &
Payah jantung elektreolit
5. Diagnosa Medis

Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat

dan mentaati program diet yang diprogramkan.

6. Penatalaksanaan

a. Dialisis (cuci darah)


b. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi,
agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
c. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
d. Transfusi darah
e. Transplantasi ginjal
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara

lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental,

sosial maupun spiritual dapat ditentukan (Zaidi, 1999 : 73).

Yang perlu dikaji dalam sistem perkemihan meliputi riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik dan prosedur diagnostic yang

merupakan data yang menunjang keadaan klinis dari pasien.

a. Riwayat Kesehatan

a) Data Demografi :
a) Umur : biasanya terjadi pada usia lebih dari 60

tahun, walaupun pada kenyataanya banyak

penderita dengan umur sebelum usia 60 tahun.

b) Jenis kelamin: wanita mempunyai insiden infeksi

traktus urinarius dan pielonefritis lebih tinggi

daripada pria yang dapat berlanjut menjadi gagal

ginjal kronik.

b. Riwayat Kesehatan Klien :

a) Riwayat masalah ginjal (sistem perkemihan)

b) Klien serta telah berobat kemana dan jenis obat

yang dikonsumsi : seperti penyakit ginjal, batu

ginjal dan uretra, batu kandung kemih,

pembedahan sistem kemih.

c) Riwayat penyakit kronis : hipertensi,

kardiovaskuler, DM, infeksi streptokokus,

obat-obatan nefrotoksik (garamicyn)

d) Riwayat adanya trauma/injuri

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit ginjal seperti

polycistis

Penyakit kronik yang lain seperti DM, Batu ginjal,

Kardiovaskuler, hipertensi, kelainan bawaan.

d. Riwayat Diit
a) Kebiasaan minum : jumlah, jenis air minum

b) Kebiasaan makan : makanan segar/diawetkan, susu,

protein, kalsium

e. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi akan mempengaruhi tingkat

pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan klien dan hal ini

akan berpengaruh pola hidup dan kebiasaan sehari-hari

yang akan mencerminkan tingkat kesehatan klien.

f. Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi, obat-obatan yang

digunakan seperti garamicin, analgetik yang lama, obat arthritis,

obat hipertensi, obat kardiovaskuler, obat diabetes melitus.

g. Riwayat kesehatan sekarang adanya dalam perubahan :

Karakteristik urine

a) Pola untuk mengontrol BAB

b) Kemampuan untuk mengontrol BAK

c) Perubahan frekuensi

d) Merasa nyeri

 Serangan dan lamanya : kejadian setelah BAK

atau selama BAK

 Lokasi penyebaran : pada punggung

Nyeri menjalar dari abdomen bagian bawah

sampai perineum, skortum/labia


Nyeri kesulitan Bak (dysuria)

 Karakter dan beratnya : rasa terbakar dan sakit

Faktor yang meringankan : perubahan posisi

Faktor yang memberatkan : obat-obatan

Distensi bladder, spasme

i. Tanda dan gejala yang menyertai : demam, menggigil,

berkeringat, perubahan kulit, pruritus, bekuan uremik dan

uremik sebagai gejala akumulasi sampah metabolisme dalam

darah yang diakibatkan karena gagal ginjal yang ditandai dengan

: anoreksia, mual, muntah, kram otot, pruritus, lemah dan mudah

lelah.

2. Penampilan Umum

a. Kulit : pucat, kemerahan, kuning kelabu

b. Edema

c. Tanda-tanda vital: nadi lemah dan halus, terjadi hipotensi

orthostatic akibat hipovolemia, nafas pendek, dapat terjadi

peningkatan suhu.

d. Tingkat kesadaran: penurunan kesadaran bias terjadi stupor

sampai dengan koma.

e. Konsentrasi: ketidakmampuan konsentrasi, keilangan memori,

kacau.

f. Kemampuan bicara: stress, perasaan tidak berdaya.


g. Gaya jalan: adanya kesemutan dan kram pada otot ekstremitas

bawah mempengaruhi gaya berjalan klien dengan gagal ginjal

kronik.

h. Koordinasi anggota gerak: kram pada otot ekstremitas,

“sindroma kaki gelisah”, kebas rasa terbakar pada kaki.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sistem perkemihan meliputi inspeksi, akultasi,

palpasi dan perkusi.

a) Mata

Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih,

edema preorbial.

b) Muka

Apakah ada muka tampak sembab atau tidak. Muka

sembab disebabkan karena udem .

c) Leher

Sering terjadi peningkatan vena jugularis sebagai akibat

dari peningkatan tekanan pengisian pada atrium kanan

pada kondisi gagal jantung kanan.

d) Pemeriksaan Ginjal

Kaji daerah abdomen pada garis midklavikula kiri dan

kanan atau daerah costovertebral angle (CVA), normal

keadaan abdomen simetris, tidak tampak masa dan tidak

ada pulsasi, bila tampak ada masa pulsasi kemungkinan


ada polikistik, hidronefrosis ataupun nefroma. Apakah

adanya bunyi vaskuler aorta maupun arteri renalis, bila

ada bunyi desiran kemungkinan adanya RAS (Renal

Arteri Stenosis), nefro scelerotic. Bila terdengar desiran,

jangan melakukan palpasi, cedera pada suatu aneurisme di

bawah kulit terjadi sebagai akibatnya tes CVA bila adanya

nyeri tekan di duga adanya implamasi akut.

Keadaan normal, ginjal tidak teraba. Apabila teraba

membesar dan kenyal, kemungkinan adanya polikistik

maupun hidroneprosis. Bila dilakukan penekanan pasien

mengeluh sakit, hal ini tanda kemungkinan adanya

peradangan.

e) Pemeriksaan Kandung Kemih

Di daerah supra pubis dipalpasi apakah ada distensi.

Normalnya kandung kemih terletak di bawah sympisis

pubis, tetapi setelah membesar organ ini dapat terlihat

distensi pada supra pubis, pada kondisi normal yang

berarti urine dapat dikeluarkan secara lengkap dari

bendung kemih, kandung kemih tidak teraba. Bila ada

obstuksi di bawah dan prodiksi urine normal maka urine

tidak dapat dikeluarkan, hal ini mengakibatkan distensi

kandung kemih.

f) Pemeriksaan Meatus Uretra


Inspeksi pada meatus uretra apakah ada kelainan sekitar

labia, untuk warna dan apakah ada kelainan pada orifisium

uretra pada laki-laki dan juga lihat cairan yang keluar.

g) Pemeriksaan Prostat Melalui Anus

Mengidentifikasi pembesaran kelenjar prostat bagi laki-

laki yang mempunyai keluhan mengarah kepada

hypertropu prostat. Akibat pembesaran prostat,

berdampak penyumbatan partial atau sepenuhnya kepada

saluran kemih bagian bawah normalnya prostat dapat

teraba dengan diameter sekitar 4 cm dan tidak ada nyeri

tekan.

4. Laboratorium dan Prosedur Diagnostik

5. Urine

a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau anuria

b. Warna, Gelap endapan coklat menunjukkan adanya darah,

hemoglobin, myoglobin, perphyris.

c. Masa jenis, kurang dari 1,015 (pada nilai 1,010 merefleksikan

kerusakan ginjal berat)

d. Osmolaritas, kurang dari 350 mg/liter adalah petunjuk

kerusakan tubuler dan urine/serum rasiosering 1 : 1

e. Kreatinin cleraence, mungkin menurun secara jelas (significan)

f. Sodium, lebih besar dari 40 mEq/liter karena ginjal tidak mampu

mereabsorpsi sodium.
g. Protein, proteinuria berat (3-4 +) secara pasti merupakan

indikasi kerusakan glomerulus jika sel-sel darah merah dan

endapan ditemukan juga.

6. Darah

a. BUN/Kreatinin, biasanya proporsinya naik. Tingkat keratinin 10

mg/dl mendukung tahap lanjut (mungkin serendah 5)

b. CBC (Complet Blood Count = Hitung darah lengkap)

Hematokrit, menurun bila ada anemia Hb : biasanya kurang dari

7-8 g/dl. Sel-sel darah merah : masa hidupnya menurun karena

defisiensi eritroprotein akibatr azotemia (adanya kreatinin dalam

darah).

c. Analisa gas darah, PH : menurun, asidosis metabolik terjadi

(PH kurang dari 7,2) karena ginjal kehilangan kemampuan

mengekresikan hidrogen dan amoniak atau produk akhir

katabolisme (pemecahan) protein HCO3 menurun PCO2

menurun.

d. Serum Sodium, mungkin rendah (jika ginjal “waste sodium”)

atau normal (merefleksikan pengenceran hipernatremia).

e. Potassium, meningkat sehubungan dengan retensi karena seluler

shift (asidosis) atau pelepasan jaringan (sel-sel merah hemolisis)

f. Gagal ginjal tahap lanjut, EKG berubah mungkin tidak terjadi

sampai potasium 6,5 mEg atau lebih besar

g. Magnesium, meningkat
h. Fosfor, meningkat

i. Protein, menurunnya tingkat serum protein mungkin

merefleksikan protein lepas dalam urine, perpindahan cairan,

menurunnya intake atau menurunnya sintesa protein selayaknya

pada kekurangan asam amino esensial.

j. KUB (abdomen), menggambarkan ukuran ginjal, ureter kandung

kemih dan adanya obstruksi (batu)

k. Retrograde pyelogram, menunjukkan keabnormalan pelvis

ginjal dan ureter

l. Renal arteriogram, memeriksa sirkulasi ginjal dan

mengidentifikasi ekstravaskuleritas, massa.

m. Voiding cystrouetgram, menunjukkan ukuran kandung kemih,

refluk kedalam ureter, retensi.

n. Renal ultrasound, menentukan ukuran ginjal : dan adanya massa

kista, obstruksi pada traktus urinarius bagian atas.

o. EKG, mungkin merefleksikan keseimbangan elektrolit, asam

basa yang abnormal.

p. X-Ray kaki, tulang tengkorak, columna spinalis dan tangan,

untuk mengetahui demineralisasi, kalsifikasi.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

atau masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi : pertama adanya masalah aktual berdasarkan respon klien


terhadap masalah atau penyakit; kedua faktor-faktor yang berkontribusi atau

penyebab adanya masalah; ketiga, kemampuan klien mencegah atau

menghilangkan masalah. (La Ode, 1999 : 61).

Diagnosa keperawatan menurut Barbara (1999 : 155) dan Carpenito

(1999 : 222), pada pasien gagal ginjal kronik adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi

sekunder terhadap gagal ginjal.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus

sekunder terhadap gagal ginjal.

e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang

pengetahuan, sistem pendukung kurang adekuat.

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan

diet tak enak.

1. Perencanaan

Menurut Pusdiklat DIJ keperawatan, perencanaan keperawatan

adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Zaidi, 2002 : 82).


Perencanaan keperawatan menurut Engram (1999 : 155-163) dan

Carpenito (1999 : 222-223), pada pasien gagal ginjal kronik adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal

1) Perencanaan

a) Pantau kreatinin dan BUN serum

b) Rujuk pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet dan bantu dalam

merencanakan kebutuhan makanan dengan modifikasi dalam

protein, kalium, fosfor, natrium dan kalori.

c) Jangan memberikan obat-obatan sampai setelah dialisat, bila

tekanan darah tetap di bawah 90/60 mmHg, jangan berikan obat

anti hipertensi.

2) Rasional

a) Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisat segera

b) Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat menjelaskan alasan

modifikasi diet dan dapat membantu pasien merencanakan

makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam batas diet.

c) Kebanyakan obat-obatan dikeluarkan melalui dialisat

3) Kriteria hasil

Nilai elektrolit serum dalam rentang normal, bunyi nafas

bersih, tak ada edema, tekanan darah sistolik (TD) diantara 90-140

mmHg, peningkatan berat badan saat ini dua pon dari berat badan

tidak edema.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi

sekunder terhadap gagal ginjal.

1) Perencanaan

a) Pantau berat badan setiap hari, kreatinin dan BUN serum, jumlah

makanan yang dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil laporan

JDL, terutama hemoglobin dan hematokrit, kadar besi dan feritin

serum, nilai protein serum, masukan dan haluaran, hasil kalsium

serum dan kadar fosfat.

b) Konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap

c) Mungkin periode istirahat sepanjang hari

d) Berikan agen antimetik yang diprogramkan dan evaluasi

efektivitasnya. Bila alfa epotin diprogramkan, gunakan

kewaspadaan berikut :

(1) Sebelum memulai terapi :

(a) Periksa kadar besi serum dan feritin, tekanan darah dan

riwayat alergi.

(b) Konsul dokter bila kadar besi dan feritin rendah,

tekanan darah tinggi menetap, atau riwayat sensitivitas

terhadap albumin dan produk sel derivat mamalia.

(c) Berikan suplemen besi bila diprogramkan.

(2) Hentikan infus IV dan konsul dokter dengan segera bila

reaksi merugikan, berikut ini terjadi :

(a) Sakit kepala


(b) Hipertensi memburuk

(c) Takikardi, dispnea

(d) Mual dan muntah

(e) Hiperkalemia

e) Bila pasien mengeluh mulut kering, izinkan pasien untuk

berkumur dengan air sedikitnya tiap jam atau berikan batu es

atau permen lemon keras.

f) Jamin lingkungan kondusif untuk makan selama waktu makan

(bebas bau, makanan disajikan sesuai kesukaan pasien).

g) Berikan agen ikatan fosfat yang diprogramkan, suplemen

kalsium dan suplemen vitamin D.

h) Bantu pasien dalam merencanakan jadwal aktivitas setiap hari

untuk menghindari imobilisasi dan kelelahan.

2) Rasional

a) Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan

b) Ini dapat menandakan kemajuan kerusakan ginjal dan perlunya

penilaian tembahan dalam terapi

c) Istirahat memungkinkan tubuh untuk menyimpan energi yang

digunakan oleh aktivitas

d) Anemia terjadi sekunder terhadap penurunan masukan diet dan

kurang eritropoitin, hormone yang merangsang sumsum tulang

untuk menghasilkan sel darah merah. Besi dan asam folat


penting untuk eritrofoesis normal. Alfa epoetin adalah hormone

sintetik yang ditemukan untuk merangsang keberhasilan

eritropoesis, sehingga menurunkan kebutuhan tranfusi darah.

Untuk efektivitas alfa epoetin, kadar besi dan feritin harus

mendekati normal. Reaksi merugikan ini umum terjadi bila

pasien menggunakan albumin hidroksida, untuk mengontrol

kadar fosfat atau bila defisiensi besi atau vitamin terjadi.

e) Stomatitis dapat terjadi karena toksin uremik berlebihan pada

mukosa oral dan penurunan masukan cairan. Selain itu

anoreksia, ditambah dengan mulut kering dan lengket. Tindakan

ini meningkatkan saliva.

f) Meskipun anoreksia akibat dari kombinasi faktor-faktor seperti

kelelahan, toksin uremik berlebihan dan depresi, penilaian dapat

dibuat untuk meningkatkan nafsu makan.

g) Defosit kalsium mengakibatkan ketidaknyamanan sendi pada

gagal ginjal, metabolisme vitamin D berkurang, yang

menyebabkan penurunan absorpsi kalsium dan saluran GI. Bila

kalsium serum turun produksi parathormon meningkat,

mengakibatkan peningkatan resorpsi fosfat dan kalsium dari

tulang meningkat dan akhirnya demineralisasi tulang.

h) Imobilisasi meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang.


3) Kriteria hasil

Berkurangnya keluhan lelah, peningkatan keterlibatan pada aktivitas

sosial, laporan perasaan lebih berenergi, frekuensi pernafasan dan

frekuensi jantung kembali normal setelah penghentian aktivitas,

berkurangnya nyeri sendi.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,

pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.

1) Perencanaan

a) Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat

terapi

b) Berikan informasi tentang :

(1) Sifat gagal ginjal

(2) Pemeriksaan diagnostik termasuk tujuan, deskripsi singkat,

persiapan yang diperlukan sebelum tes.

(3) Tujuan terapi yang diprogramkan.

c) Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk

membicarakan tentang masalah dan perasaan tentang perubahan

gaya hidup yang akan diperlukan untuk memilih terapi.

2) Rasional

a) Individu yang berhasil dalam koping terhadap gagal ginjal

kronik dapat berpengaruh positif untuk membantu pasien yang


baru didiagnosis memperhatikan harapan dan mulai menilai

perubahan gaya hidup yang akan diterima.

b) Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan

selamanya bila gagal ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien

informasi mendorong partisipasi dalam mengambil keputusan

dan membantu mengembangkan kepatuhan dan kemandirian

maksimum.

c) Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas,

tindakan untuk gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga.

3) Kriteria hasil

Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan

diagnosik dan rencana tindakan; sedikit melaporkan perasaan gugup

dan takut.

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus

sekunder terhadap gagal ginjal.

1) Perencanaan

a) Anjurkan pasien untuk mempertahankan kuku terpotong

pendek, mempertahankan suhu ruangan pada keadaan nyaman

untuk mencegah keringat, mengikuti pembatasan diet yang

diprogramkan, mandi dengan sabun tanpa deodorant dan

hipoalergik.

b) Berikan agen ikatan fosfat atur untuk dialisa sesuai program.


2) Rasional

a) Kuku pendek kurang mungkin untuk merobek. Keringat, panas

dan kulit kering meningkatkan pruritus. Toksin uremik

menyebabkan pruritus. Sabun ringan kurang mungkin untuk

menyebabkan kulit kering dan mengiritasi kulit.

b) Kadar fosfor serum terlalu tinggi. Karena kalsium dan fosfor

berbanding terbalik secara proporsional, kalsium serum turun

dan pasien menjadi tremor. Dialisa membuang toksin dan

membantu menormalkan biokimia.

3) Kriteria hasil

Tidak ada tanda garukan pada kulit, keluhan pruritus lebih

sedikit.

e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang

pengetahuan, sistem pendukung kurang adekuat.

1) Perencanaan

a) Tinjau kembali rasional untuk modifikasi diet yang

diprogramkan pada rencana pulang :

(1) Tinjau kembali rasional untuk menghindari kelebihan yang

meningkatkan kadar ureum

(2) Pembatasan natrium untuk mengurangi retensi cairan

(3) Pembatasan kalium

(4) Bila oliguria, pembatasan cairan untuk mengurangi edema.


(5) Kalori tinggi untuk menjamin penggunaan protein dan

sintesis protein jaringan dan suplai energi.

b) Yakinkan bahwa pasien dan orang terdekat mempunyai hal

tertulis mengenai :

(1) Perjanjian untuk instruksi perawatan lanjut untuk

perawatan diri di rumah

(2) Petunjuk dan nomor telepon pusat dialisa yang memberikan

terapi pemeliharaan.

c) Berikan instruksi tertulis tentang semua rencana pengobatan

untuk digunakan di rumah, termasuk nama, dosis, jadwal, tujuan

dan efek samping yang dapat dilaporkan

d) Yakinkan pasien mempunyai nomor telepon orang sumber

seperti perawat dialisa datau koordinator transplantasi, dokter,

ahli diet ginjal, pekerja sosial ginjal yayasan ginjal Indonesia.

2) Rasional

a) Kepatuhan ditingkatkan bila pasien mengalami efek-efek

tindakan yang diprogramkan untuk kondisi mereka

b) Instruksi verbal dapat mudah dilupakan

c) Untuk memastikan keamanan pemberian pengobatan

d) Tim pendukung yang tersedia dan konsisten diperlukan

sepanjang hidup pasien

3) Kriteria hasil
Merupakan pemahaman tentang instruksi pulang,

mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat klien.

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan

diet tak enak.

1) Perencanaan

a) Konsul ahli diet untuk bantu pengkajian nutrisi,

mengidentifikasi tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi diet dan

memberikan nutrisi pada klien.

b) Pertegas instruksi diet dan berikan materi tertulis untuk instruksi

verbal

c) Diskusikan tentang pemilihan diet daripada pembahasan

pantangan diet.

d) Siapkan dan berikan dorongan oral hygiene yang baik sebelum

dan sesudah makan

e) Batasi masukan cairan satu jam sebelum dan sesudah makan

f) Berikan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan

dan bantu sesuai kebutuhan

g) Jelaskan perlunya kebutuhan klien untuk makan protein

maksimum dari diet yang diizinkan


h) Bekerja bersama klien untuk mengembangkan rencana untuk

memasukan diet yang diresepkan secara berhasil kedalam gaya

hidup sehari-hari klien.

2) Rasional

a) Persepsi diet yang tepat penting dalam penatalaksanaan gagal

ginjal kronik yang mencegah toksisitas uremik,

ketidakseimbangan cairan elektrolit dan katabolisme.

b) Empati dan penguatan terhadap instruksi diet dapat

meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.

c) Klien dan keluarga akan menjadi tidak berselera bila diet terlalu

dibatasi dan tidak enak.

d) Oral hygiene yang tepat dapat mengurangi mikroorganisme dan

membantu mencegah stomatitis

e) Pembatasan ini akan mencegah perasaan begah dan mengurangi

anoreksia.

f) Nafsu makan dirangsang pada situasi yang relaks dan

menyenangkan

g) Protein adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme protein

dan penggunaan otot

h) Kolaborasi memberikan kesempatan bagi klien melakukan

kontrol, yang cenderung meningkatkan kepulihan.


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUANSISTEM PENCERNAAN
PADA KLIEN Ny “S” DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK
DI RUANGAN PERAWATAN MELATI 2
RSUD BATARA GURU LEBANI
TAHUN 2018

1. RIWAYAT SINGKAT PASIEN


A. Identitas pasien

Nama : Ny “S”
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 62 tahun
Alamat : Belopa
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Warga Negara Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Menikah
Tanggal MRS : 12 Maret 2017
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2017
Diagnosa Madis : Apendiksitis
2. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
A. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien datang di RS di antar oleh keluarganya pada tanggal 31 Maret 2018
jam 10.20 WITA, masuk hemodelisa untuk melakukan cuci darah dengan
keluhan pusing mulai tanggal 27 Maret 2018 dan sesak nafas lalu di periksa
untuk penanganan lebih lanjut
B. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh pusing dan sesak nafas
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Riwayat kesehatan Sekarang
Klien datang di RS di antar oleh keluarganya pada tanggal 31 Maret
2018 jam 10.20 WITA, masuk hemodelisa untuk melakukan cuci darah
dengan keluhan pusing mulai tanggal 27 Maret 2018 dan sesak nafas
lalu di periksa untuk penanganan lebih lanjut

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

3. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


GENOGRAM 3 GENERASI

? ? ? ?
=

? ? ? ? ?

? ? ? 60 53
64

39 35
30 26
KETERANGAN :
= laki laki
= perempuan
= garis perkawinan
= tinggal serumah

= klien
= garis keturunan
? = umur tdak diketahui
+ = meninggal

Generasi I : Kakek dan Ibu Klien meninggal karena faktor usia


Generasi II : Ayah dan Ibu klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan klien
Generasi III : klien adalah anak ke 2 dr 3 bersaudara, saudara dan anak-anak
klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien.

4. PENGKAJIAN POLA POLA KESEHATAN


 Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
 Sebelum Sakit
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya, selalu
menjaga kesehatanya,
 Sejak Sakit
Klien mengatakan mengetahui tentang keadaan kesehatannya dan ingin
sembuh dari penyakit yang dideritanya.
 Pola Nutrisi – Metabolisme
 Sebelum Sakit
Klien mengatakan makan 3X sehari nasi dan sayur serta lauk, minum 800
cc/hari, dulu suka makan makanan berlemak
 Sejak sakit
Makan diit rendah garam 3x sehari,minum 200cc/hari.
 Pola Eliminasi
 Sebelum Sakit
Klien mengatakan BAB 1x sehari, BAK sering sedikit-sedikit
 Sejak Sakit
Saat pengkajian klien belum BAB produksi urin 1800 cc/24 jam
 Pola Istirahat dan Tidur
 Sebelum Sakit
Klien mengatakan tidur malam 6 jam, tidur siang tidak menentu
 Sejak Sakit
Klien bedrest tidur siang dan malam tidak menentu
 Pola Kognitif dan Perseptual
 Sebelum Sakit
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik terhadap orang-orang
disekitarnya. Pasien mampu menjawab semua pertanyaan dari perawat
maupun dari orang-orang sekitarnya dengan baik.
 Sejak Sakit
Pasien jarang berkomunikasi dengan orang lain, pasien mengatakan
Cuma diam dan jarang bicara di sekitaran orang
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Sebelum Sakit
Pasien selalu mengeluh nyeri perut pada bagian kanan bawah (Right
Lower Quadrant)
 Sejak Sakit
Pasien hanya diam dan Nampak memikirkan penyakitnya
 Pola Hubungan dan Peran
 Sebelum Sakit
Pasien berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa dan berbicara dengan
normal. Mampu berorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat dengan
baik.
 Saat Sakit
Hubungan dengan keluarga baik, terlihat dengan adanya keluarga yang
menemaninya di Rumah Sakit. Hubungan pasien dengan tim medis
maupun perawat baik dan kooperatif. Namun terdapat keterbatasan gerak
yang mengakibatkan pasien tidak mampu melakukan perannya dalam
keluarga dan masyarakat.
 Pola Aktivitas
 Sebelum masuk Rumah Sakit
klien mengatakan selalu berolah raga sepak bola disetiap sorenya dan
sering bersepeda.
 Setelah masuk Rumah Sakit
pasien terlihat lemas (Malaise) dan hanya berbaring di tempat tidur
karena pusing dan lemas.
 Kebersihan Diri
 Sebelum dirawat di Rumah Sakit
pasien mandi 2 kali sehari, keramas tiga kali seminggu, dengan gosok gigi
2 kali sehari. Dan ganti pakaian selama 2 kali sehari, semua dilakukan
secara mandiri.
 Selama dirawat di Rumah Sakit
Mandi diseka keluarga setiap pagi mengganti pakaian 1X/hari di pagi hari
dibantu keluarga
 Pola Koping dan Toleransi Strees
 Adanya kecemasan atau ansietas karena nyeri yang dirasakan dan ansietas
terhadap respon pembedahan.
 Pola Keyakinan dan Nilai
 Sebelum masuk Rumah Sakit
pasien rajin beribadah bersama keluarga.
 Setelah dirawat di Rumah Sakit
paasien jarang solat karena sering merasa lemas

5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik/biologis :
 TTV :
TD : 90/50 mmHg
Suhu : 360C
Nadi : 84x/mnt
P : 26x/mnt
Skala Nyeri : Sedang
BB : 55 kg
TB : 160 cm

2. Keadaan umum : Kompos Mentis


3. Nilai GCS : E=4 V=5 M=6 , GCS=15
4. Ciri – ciri tubuh : rambut panjang, sedikit gemuk, putih dan
memiliki lesung pipi
5. Head to toe:
a. Kepala : bentuk kepala normal, tidak ada lesi
 Rambut : beruban, lurus, tidak berketombe, tampak bersih
 Mata : Inspeksi :bentuk simetris, tidak tampak sekret. Pupil
isokor, tdk ada midriasis, kongjutivitas tdk anemis, sclera tdk
ikteris
 Wajah : bentuk oval
 Hidung : Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada sumbatan, tdk ada
sekret
 Mulut :Inspeksi : simetris, tdk mencong, mukosa lembab, bibir
tidak sinosis, tdk ada stomatis
 Telinga : Inspeksi : bentuk simetris, tdk ada serumen
b. Leher :Palpasi : tdk ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
tdk ada peningkatan JVP
c. Dada
 Paru paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan dinding dada
simetris,keluhan sesak (+)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area dada
Perkusi : Sonor (paru kiri dan kanan)
Auskultasi : Suara nafas
 Jantung
Auskultasi : Suara nafas vesikuler,suara jantung normal,tidak ada
bunyi tambahan
 Abdomen
Inpeksi : Asites (-),perut simetris,mual (-),muntah (-)
Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah epigestrik,tidak ada
pembesaran liver dan organ lain
d. Genitalia :
Ispeksi : Distensi kandung kemih (-), DC (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah kandung kemih
e. Ekstremitas
1) Ektremitas atas
Inspeksi : tidak ada fraktur, terpasang infusasering 14 tpm
ditangan kiri
Palpasi : tidak ada oedem
2) Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada fraktur
Palpasi tidak ada oe
Kulit : warna kuning langsat, turgor kulit baik, akral hangat
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
HASIL
PARAMETER
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
(02-04-2018)
Laboratorium
Darah Lengkap
Leukosit 6,841 3,70-10,1
Neutrofil 4,1
Limfosit 0,8
Monosit 0,4
Eusinofil 0,1
Neutrofil % 59,2 39,3-73,7 %
Limfosit % 21,2 18,0-48,3 %
Monosit % 11,5 4,40-12,7 %
Eusinofil % 6,1 0,600-7,30 %
Basofil % H 2,0 0,00-1,70 %
Eritrosit (RBC) L 2,250 4,6-6,2
Hempglobin (Hb) L 7,20 13,5-18,0 g/dL
Hematokrit (HCT) L19,89 40-54 %
MCV 88,39 81,1-96,0
MCH H 31,97 27,0-31,2 pg
MCHC H 36,17 31,8-35,4 g/dL
RDW L 10,58 11,5-14,5 %
PLT 172 155-366
MPV 7,413 6,90-10,6 fl
KIMIA KLINIK
FAAL GINJAL
BUN H 56 7,8-20,23 mgdL
Kreatin 13,660 0,8-1,3 mg/dL
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT
SERUM 143,50 135-147
Natrium (Na) 5,03 3,5-5
Kalium (K) H 106,00 95-5
Klorida (Ci) L 1,157 1,16-1,32
Kalium Ion

7. PENATALAKSANAAN
a. Dialisis (cuci darah)
b. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi,
agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
c. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
d. Transfusi darah
e. Transplantasi ginjal
PATHWAY
PATHWAY

Kerusakan jaringan ginjal

Penurunan fungsi ginjal

GFR turun Sekresi eritropetin turun

Sisa metabolisme meningkat


Eritropoesis turun
Sekresi ureum melalui
Iritasi saluran cerna kulit
Anemia

Terasa penuh pada lambung Pruritus


Suplai O2 ke jaringan kurang

Mual dan muntah Gangguan integritas kulit


Metabolisme anaerob

Gangguan intake nutrisi


Produksi ATP kurang

Proteinuria Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas
Hipoalbumin

Tekanan osmotic koloid turun


Sekresi ADH & aldosteron
Volume Cairan
Migrasi airan ke interstisial intravaskuler turun

Retensi natrium dan air


Udem paru
Mekanisme rennin
angiotesnsin
Nafas cepat & dangkal Udem Hiperkalemia
Curah jantung meningkat
Gangguan pola nafas
Ketidakseimbangan cairan &
Payah jantung elektreolit
8. ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Data Subjektif: Penurunan fungsi Gangguan pola nafas
Klien mengatakan ginjal
pusing dan sesak 
nafas. Proiteinuria
Data Objektif: 
K/u cukup Hipoalbumin
Ksdran : 
composmentis Tekana osmotic
GCS : 456 koloid darah turun
TTV 
TD : 90/50 mmHg Migrasi aliran ke
N : 84x/menit interstisia
S : 32oC 
RR : 26x/mnt Udem paru

Sesak nafas terpasang 

O2 nasal kanule 3-5 Nafas cepat dan

lpm dangkal

Wajah tampak pucat 

CRT> 3dtk. Gangguan pola nafas

Piting edema tingkat


2+ menghilang 10 dtk.
Nafsu makan menurun
Data Subjektif: Penurunan fungsi Gangguan intake
Pasien mengeluh mual ginjal cairan
dan muntah. 
GFR turun
Data Objektif: 
Pasien terpasang Sisa metabolisme
infus, meningkat
Hasil TTV 
TD : 90/50 mmHg Iritasi saluran cerna
N : 84x/menit 
S : 32oC Terasa penuh pada
RR : 26x/mnt lambung

Mual dan muntah

Gangguan Intake
cairan

9. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSA TANGGAL DI TANGGAL
NO
KEPERAWATAN TEMUKAN TERATASI
1. Gangguan pola pernafasan 13-03-2018 15-03-2018
2. Gangguan intake cairan 13-03-2018 13-03-2018
10. INTERVENSI
DX
KEPERAWA
NOC NIC RASIONAL
TAN
DS/DO
Gangguan pola - Respirator 1. OBSERV
pernafasan y status : ASI -klien tidak
ventilation - Identifikasi merasa tercekik,
- Respirator pasien iramanafas,frek
y status : perlunya uensi pernafasan
airway pemasangan dalam rentan
patency alat jalan normal, tidak
- Vital sign nafas buatan ada suara nafas
status 2. MANDIR abnormal
Kriteria Hasil : I
- Menunjuk - Posisikan
kan jalan pasien untuk
nafas yang memaksimal
paten kan ventilasi

3. KOLABO
RASI
- Memberikan
O2, kanul
nasule

Gangguan NOC 1. MANDIR


Intake cairan Hytdration I - Memonitori
Fluid balance - monitor vital sign vital
sign
Nutritional status, - berikan cairan - Memberikan
food and fluid IV pada suhu cairan IV
intake ruangan - pada suhu
KRETERIA 2. EDUKAS ruangan
HASIL : I
- mempertah - dorong pasien - mendorong
ankan untuk pasien
urine memberikan memberikan
output makan makan
sesuai - dorong pasien
- mendorong
dengan untuk
pasien untuk
usia dan menambah
menambah
BB,BJ intake cairan
intake oral
urine, HT 3. KOLABO
normal RASI
- tekanan - kolaborasikan
- mengolabora
darah, dengan dokter
sikan dengan
nadi, - kolaborasikan
dokter
suhu,dala pemberian
- mengolabora
m batas cairan IV
sikan
normal
pemberian
cairan IV
11. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N
HARI/TGL JAM MPLEMENTASI EVALUASI
DX
15-03-2018 1 10.00 - pemasangan S : klien
kanul nasal mengatakan
- memposisikan sesak nafas
paien untuk O : Ekspresi wajah
memaksimalkan klien Nampak
ventilasi meringis
- memberikan O2 A : masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
- mengontrol
15-03-2018 2. 13.00 intervensi 1,2,3,4
tanda-tanda
vital
S : Klien
- membantu mengatakan
pasien untuk sesak nafas
makan berkurang
O :Klien nampat
- menambah tidak merinngis
intake cairan lagi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
Intervensi
12. DISCARGE PLANNING

1. Diit tinggi kalori dan rendah protein


2. optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
3. kontrol hipertensi
4. kontrol ketidakseimbangan elektrolit
5. deteksi dini dan terapi infeksi
6. dialisis (cuci darah)
7. obat-obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat
fospat,suplemen kalsium, furosemit (membantu berkemih)
8. transplantasi ginjal

Anda mungkin juga menyukai