Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA APENDISITIS

DI SUSUN OLEH :

MUFIDATUL HUSNA

SDK171011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DATU KAMANRE BELOPA

T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFENISI
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat.Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur.
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.
Apendiksitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.
Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendiksitis sering disalahartikan dengan
istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. merupakan
peradangan pada apendik verniformis. Apendik verniformis merupakan saluran
kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 – 6 inci.
Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliacecal, tepatnya pada
dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.
2. ETIOLOGI

a. Menurut Syamsu Hidayat (2004)


1) Fekalit
2) Tumor apendisitis
3) Cacing askaris
4) Erosi mukosa appendiks
5) Hiperplasi jaringan limfe
b. Menurut Mansjoer (2000)
1) Hiperplasi folikel limfoid
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Striktur karena fibrosis
5) Neoplasma
c. Menurut Markum (1996)
1) Fekalit
2) Parasit
3) Hiperplasia limfoid
4) Stenosis fibrosis
5) Tumor karsinoid
3. MANIFESTASI KLINIK
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu :
1. Nyeri kuadran bawah
2. Demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
3. Nyeri tekan
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
8. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.
4. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang
dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis
supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks
yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding
appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke
arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua
mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : adanya distensi pada abdomen
2) Auskultasi : jika terjadi peritonitis maka akan terjadi penurunan
peristaltik
3) Perkusi : akan terasa nyeri jika sudah terjadi peritonitis
4) Palpasi : Nyeri tekan pada perut kanan bagian bawah
5) Bturator : Fleksi panggul dan rotasi interna panggul
6) Uji psoas : hiperekstensi sendi panggul
b. Laboratorium
1) Darah lekosit akan terjadi peningkatan lekosit lebih dari 10.000.
2) Urin ditemukan jumlah lekosit dan bakteri yang diterlihat.
c. Radiologi
1) Foto polos abdomen setelah enema barium akan nampak jika appendik
tidak terisi oleh kontras dicurigai adanya sumbatan.
2) Ultrasonografi akan terlihat adanya sumbatan atau infeksi.
7. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan. Pada
abses appendiks dilakuk an drainase. Antibiotik dan cairan intra vena diberikan
diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan di bawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Jika keadaan memungkinkan appendiks dibuang sekaligus, tapi jika keadaan
tidak memungkinkan harus ditunggu 2-3 bulan baru appendiksnya diangkat
melalui operasi kedua. Perawatan pasca operasi yaitu puasa sampai terdengar
bising usus dan flatus baru boleh diberi bubur saring.
8. KOMPLIKASI
a. Peritonitis
b. Ruptur Appendik
c. Syok Hipovolemik
d. Illeus
e. Sepsis
9. PROGNOSIS
Dilakukan tindakan appendiktomy akan lebih baik sebelum terjadi
perforasi.Setelah infeksi masih dapat terjadi infeksi lagi 30% dari kasus appendik
perforasi dan appendik ganggrenosa.Prognosa mortalitas 0,1% jika appendik tidak
pecah,dan 15% jika appendik pecah.kematian biasanya oleh karena sepsis atau
emboli paru.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
adalah mengumpulkan data,mengelompokkan data, dan menganalisa data.

a. Biodata

 Identitas Pasien : Nama, umur, alamat, jenis kelamin,


agama, pendidikan, pekerjaan
 Identitas penangguang jawab : Nama, umur, alamat, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan,hubungan dengan klien,no.Hp
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien selalu mengeluh nyeri pada daerah perut.
c. Riwayat Kesehatan :
 Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh
klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
 Riwayat penyakit keluarga
 Pola Kesehatan
d. Pemeriksaan Fisik (secondary survey)
Keadaan Umum :
1) Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
2) Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali)
3) Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang)
4) Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak)
5) Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening)

2. DIAGNOSA

a. Resiko kekurangan volum cairan


b. Mual
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Hipertermi
e. Nyeri akut
f. Ansietas
g. Defisit pengetahuan
h. Intoleransi aktivitas
i. Resiko cedera
j. Disfungsi motilitas gastrointestinal

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL

Pre-operatif

1 Defisit volume NOC : NIC: Manajemen Cairan


cairan berhubungan
Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan intake &
dengan kehilangan
keperawatan Menejemen output yang adekuat
volume cairan b. Monitor status hidrasi
secara aktif, cairan selama 3 x 24 jam,
(membran mukosa
kegagalan diharapkan keseimbangan
yang adekuat)
mekanisme cairan pada pasien adekuat c. Monitor status
dengan status cairan skala hemodinamik
pengaturan 4. d. Monitor intake output
yang akurat
Kriteria hasil: e. Monitor berat badan

a. Keseimbangan intake &


output dalam batas
normal
b. Elektrolit serum dalam
batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi
ortostatik
e. Tekanan darah dalam
batas normal
Skala :

a. Tidak pernah
menunjukkan

b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. Sering menunjukkan
e. Selalu menunjukkan
2 Mual berhubungan NOC : NIC : Fluid Managemet
dengan nyeri
a. Comfort level a. Monitor status nutrisi
b. Hidrasil b. Catat intake dan output
c. Nutritional Status secar akurat
Setelah dilakukan tindakan c. Anjurkan untuk makan
keperawatan selama ….x 24 pelan-pelan
jam, mual pasien teratasi d. Jelaskan untuk
menggunakan napas
dengan kriteria hasil:
dalam untuk menekan
a. Melaporkan bebasdari reflek mual
mual e. Batasi minum 1 jam
b. Mengidentifikasihal-hal sebelum, 1 jam
yangmengurangi mual sessudah dan selama
c. Nutrisi adekuat makan
d. Status hidrasi:hidrasi f. Instruksikan untuk
kulitmembran menghindari bau
mukosabaik, tidak ada makanan yang
rasahaus yangabnormal, menyengat
panas,urin output g. Kolaborasi pemberian
normal, TD, HCT antiemetik
normal
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari a. Monitor intake dan
kebutuhan a. Nutritional status : output
adequacy of nutrient b. adanya penurunan BB
berhubungan
dengan b. Nutritional status : foood dan gula darah.
ketidakmampuan and fluid intake c. Monitor kekeringan,
untuk memasukkan c. Weight control rambut kusam, total
Setelah dilakukan tindakan protein, Hb dan kadar
atau mencerna
keperawatan selama ....x24 Ht
nutrisi oleh karena
jam nutrisi kurang teratasi d. Kaji adanya alergi
faktor biologis, makanan
dengan indikator :
psikologis atau e. Jelaskan pada pasien
ekonomi a. Albumin serum dan keluarga tentang
b. Pre albumin serum manfaat nutrisi
c. Hematokrit f. Anjurkan banyak
d. Hemoglobin minum
e. Total iron binding g. Kolaborasi dengan
capacity dokter tentang
f. Jumlah limfosit kebutuhan suplemen
makanan
h. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
pasien
4 Hipertermi NOC : NIC :
berhubungan
Thermoregulasi a. Monitor tanda vital
dengan penyakit
(TD, nadi, suhu, RR)
b. Monitor intake dan
output
Setelah dilakukan tindakan c. Monitor WB, Hb, Hct
keperawatan selama ....x 24 d. Kompres pasien pada
jam pasien menunjukkan lipat paha dan aksila
suhu tubuh dalam batas e. Berikan cairan
normal dnegan kriteria hasil intravena
f. Selimuti pasien
:
g. Berikan antipiretik
a. Suhu 36-37o C
b. Nadi dan RR adlam
rentang normal
c. Tidak ada perubahan
warna kulit dan merasa
nyaman
5 Nyeri akut NOC : NIC : Manajemen Nyeri
berhubungan
a. Pain level a. Kaji nyeris ecara
dengan agen injuri
b. Pain control komprehensif (lokasi,
(biologi, kimia, c. Comfort level durasi, frekuensi,
fisik, spikologis), Setelah dilakukan tindakan intensitas)
kerusakan jaringan keperawatan selama b. Observasi isyarat-
....x24 jam pasien tidak isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan
mengalami nyeri dengan
c. Berikan pereda nyeri
kriteria : dengan manipulasi
lingkungan (misal,
a. Mampu mengontrol ruangan tenang dan
nyeri batasi pengunjung)
b. Melaporkan bahwa nyeri d. Berikan analgesik
berkurang dengan sesuai ketentuan
menggunakan e. Kontrol faktor-faktor
manajemen nyeri yang dapat
c. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
f. Tidak mengalami
gangguan tidur
Post-operatif

6 Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan a. Observasi vital sign,
dengan prosedur Setelah dilakukan tindakan penampilan luka dan
invasif. keperawatan selama daerah sekitar luka.
….x24jam masalah teratasi b. Observasi kecukupan
dengan criteria: nutrisi pasien & hasil
laboratprium.
a. Pasien memahami c. Rawat luka dengan
tentang pencegahan dan memperhatikan tehnik
pengendalian infeksi. steril (septic &
b. Terbebas dari tanda atau antiseptic), cuci tangan
gejala infeksi. sesuai procedure
sebelum dan sesudah
melakukan interaksi
terhadap pasien.
d. Bersihkan lingkungan
dengan benar selama
dan setelah digunakan
oleh pasien, terapkan
universal precaution.
e. Ajarka pasien tehnik
mencuci tangan yang
benar, ajarkan keluarga
dan pengunjung untuk
mencuci tangan
sewaktu masuk dan
keluar kamar pasien .
f. Kolaborasi pemberian
antibiotic.

7 Deprivasi tidur Setelah dilakukan tindakan a. Observasi adanya


berhubungan keperawatan selama konfusi akut, agitasi,
ketidaknyamanan ….x24jam masalah teratasi ansietas, gangguan
fisik. dengan criteria: persepsi, respon lambat
dan iritabilitas.
a. Pasien mengatakan segar b. Ciptakan lingkungan
setelah bangun tidur. tenang, damai dan
b. Tidak ada gangguan minimalkan gangguan.
pada pola, kualitas dan c. Bantu pasien
rutinitas tidur. mengidentifikasi faktor
c. Tidak ada gangguan – faktor yang mungkin
pada jumlah jam tidur. menyebabkan
d. Bangun pada waktu yang gangguan tidur.
sesuai. d. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai