Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

DAMPAK-DAMPAK FISIK INHALASI SANTALOL UNTUK TIDUR

Oleh:

Ni Made Ayu Sintya D (1702612069)

Pembimbing:

Dr Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ(K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2019
Dampak-dampak fisik Inhalasi Santalol untuk Tidur
Naoko Hanawa, Yasuyuki Hasegawa, Masaki Yamaguchi

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi efek fisik dari inhalasi santanol pada
tidur. Salivarary amylase activity (sAMY) digunakan sebagai indeks untuk menilai aktivitas
syara simpatis. Di waktu bersamaan, hasil evaluasi subyektif mengenai tidur dan durasi tidur
juga digunakan sebagai indeks kualitas tidur. Sebanyak selapan belas wanita dewasa asal
jepang yang memiliki permasalahan dengan insomnia diikutsertakan dalam penelitian ini.
Peserta penelitian mengoleskan 0,5g krim santalol di kulit mereka masing-masing sebelum
tidur selama dua minggu. Peserta tanpa penggunaan krim santalol digunakan sebagai populasi
kontrol. Pada penelitian tanpa krim santalol, didapatkan peningkatan sAMY sebanyak 37,7%
pada siang hari dan 47,5% pada malam hari jika dibandingkan dengan pada pagi hari. Pada
penelitian dengan pemberian krim santalol, sAMY meningkat sebanyak 35,6% pada siang hari
dan 10,0% pada malah hari bila dibandingkan dengan kondisi di pagi hari. Variasi harian
sAMY pada penggunaan krim santalol memperlihatkan hasil yang menyerupai ritme sirkardian
dari aktivitas syaraf simpatis pada orang-orang tanpa gangguan tidur. Berdasarkan evaluasi
subyektif mengenai tidur dan durasi tidur, tidak didapatkan perbedaan bermakna antar dua
penelitian tersebut. Meskipun demikian, peserta penelitian yang menyukai wangi santalol
disampaikan tidur lebih lama dengan penggunaan krim.

Kata Kunci
Santalol, tidur, aktivitas syaraf simpatis, amilase, evaluasi subyektif

I. Pendahuluan
Insomnia dipercaya sebagai salah satu penyebab dari gangguan psikiatri seperti
depresi dan gangguan mood. Saat ini, pengobatan farmakologis yang digunakan sebagai
terapi insomnia ialah barbiturate dan benzodiazepine. Meskipun demikian, penggunaan
obat-obatan tersebut dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan lain seperti
adiksi maupun gejala withdrawal.
Inhalasi wewangian merupakan salah satu metode yang populer digunakan untuk
menginduksi tidur. Minyak esensial seperti minyak lavender, minyak agarwood dan
minyak cendana adalah beberapa contoh yang biasa dikaitkan dengan manfaat mengurangi
kesulitan tidur. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukan adanya peningkatan pada
gelombang lambat dalam tidur dan adanya perbaikan mood ketika bangun tidur sebagai
dampak dari penggunaan minyak lavender selama beberapa hari, serta adanya peningkatan
durasi tidur dengan penggunaan minyak agarwood. Penelitian-penelitian tersebut
menunjukan bahwa adanya manfaat dari aromaterapi dalam membantu menginduksi tidur,
namun apakah wewangian memiliki efek hipnotis secara langsung belum diketahui dengan
pasti. Maka dari itu, diperlukan adanya penelitian jangka panjang mengenai inhalasi
wewangian untuk menentukan keamanan biologis.
Penulis memiliki ketertarikan mengenai efek wewangian santalol pada manusia.
Santalol itu sendiri merupakan bahan penyusun utama pada minyak cendana. Meskipun
demikian, proporsi santalol dalam minyak cendana bervariasi berdasarkan regio tempat
tumbuhnya, usia pohon dan periode pematangannya. Dengan mengingat faktor-faktor
tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam setiap minyak cendana terdapat proporsi santalol
sebanyak 30%-90%. Beberapa penelitian terbaru menunjukan bahwa alpha santalol
merupakan substansi yang memiliki peran utama dalam efek farmakologis dari minyak
santalol.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi efek fisik dari inhalasi santalol
untuk tidur dengan menggunakan biomarker berupa aktivitas syaraf simpatis, evaluasi
subyektif dan durasi tidur.
Lokasi tidak biasa untuk keperluan penelitian seperti laboratorium dianggap akan
memengaruhi kualitas tidur, sehingga akan memberikan gambaran berbeda dengan
pengalaman tidur dalam hidup sehari-hari, dan akan memerlukan komitemen yang lebih
besar pada waktu penelitian. Maka dari itu, sistem pengumpulan data dengan telepon
genggam digunakan. Menggunakan sistem ini, penelitian dapat dilakukan tanpa
mengganggu keseharian peserta penelitian.
Sebelumnya telah diketahui bahwa adanya peningkatan sAMY pada peningkatan
arus saliva dan bahwa peningkatan bermakna konsentrasi amylase merupakan efek dari
kontrol simpatis. Peneliti telah membuat monitor aktivitas amilase pada saliva yang dapat
dibawa peserta penelitian dalam beraktivitas sehari-hari. Monitor tersebut dapat digunakan
untuk mengevaluasi aktivitas syaraf simpatis kapanpun diperlukan. Kelebihan dari alat ini
ialah bersifat tidak invasif sehingga mempermudah pengambilan data berulang dan tidak
menyebabkan ketidaknyamanan pada peserta.
Dalam penelitian ini, wanita jepang yang memiliki insomnia diikutsertakan sebagai
peserta penelitian. Krim santalol dimaksudkan untuk berperan sebagai stimulus olfaktori.
Untuk menilai efek inhalasi wewangian, dilakukan analisa sAMY guna mengevaluasi
variasi harian aktivitas syaraf simpatis. Sementara itu, dalam menilai evaluasi subyektif
mengenai tidur telah digunakan indeks berupa kuisioner dan durasi tidur. Selain hal
tersebut, untuk menilai hubungan antara wewangian dan durasi tidur, kecondongan
peserta terhadap wangi krim santalol dievaluasi menjadi 5 tahap dan dinilai korelasinya
dengan durasi tidur.
II. Metode Penelitian
2.1 Subyek Penelitian
Untuk penelitian ini, diikutsertakan 18 wanita dewasa jepang berusia 28-48
tahun tanpa penyakit oral apapun. Subyek mengeluhkan adanya kesulitan memulai
tidur, gangguan saat tertidur dan kecenderunga terbangun lebih awal di pagi hari.
Selain itu, subyek juga tidak menggunakan obat dengan efek hipnotik, tidak merokok
dan masing-masing memiliki telepon genggam. Protokol penelitian telag disetujui
oleh Ethical Comittee of the Insitutional Review Board of the University of Toyama.
Protokol penelitian telah dijelaskan secara lengkap kepada subyek dalam bentuk
tertulis dan lisan dengan penekanan khusus pada tukian penelitian, detail prosedur
yang akan digunakan dan berbagai kemungkinan efek samping. Subyek penelitian
telah diberikan informasi, menyetujui dan menandatangani berkas persetujuan untuk
mengikuti penelitian

2.2 Krim Santalol


Kandungan krim santalol yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 1. Krim yang digunakan mengandung 0,3% santalol yang diekstraksi dari
cendana. Krim yang digunakan juga mengandung gliserin sebagai pelembab dan
paraoxy benzoiacid yang merupakan hasil pencampuran dari methyl 4-
hydroxybenzonate dan ethyl 4-hydroxybenzoate sebagai pengawet.

Tabel 1. Kandungan Kimia Krim Santalol


Kandungan kimia No. CAS Berat (%)
Santalol 11031-45-1 0,3
Glycerin 56-81-5 15,0
Squalene 111-01-3 10,0
Beheny alcohol 661-19-8 1,0
Batyl alchohol 544-62-7 1,0
Sorbitan stearate 1338-41-6 1,0
PEG-20 sorbitan isotearate 66794-58-9 1,0
Carboxyvinypolymer 9003-01-4 0,5
Triethanolamine 102-71-6 0,5
Paraoxy benzoicacid - 0,3
Tocopherol 119-13-1 0,2
Air - 69,2
Total 100
Subyek penelitian mengaplikasikan 0,1 – 0,5 gram krim santalol setiap harinya
selama dua minggu dengan total krim santalol yang digunakan sebanyak 1,4 – 7,0
gram. Kandungan kinia yang terdapat dalam 7,0 gram krim santalol telah dihitung dan
didapatkan hasil yang aman serta tidak melewati batas aman biologis. Setelah itu, tes
sensitisasi krim santalol telah dilaksanakan menggunakan kelinci. Hasil percobaan
tidak menunjukan reaksi apapun pada kulit hewan coba.

2.3 Monitor sAMY portabel untuk menilai aktivitas syaraf simpatis


Monitor sAMY portabel dengan alat untuk menganalisa saliva telah dibuat oleh
penulis dan saat ini dijual oleh Nipro Co., Japan dengan nama Cocoro Meter. Monitor
yang digunakan terdiri dari strip tes yang dapat dibuang dan penganalisa optik (130 x
87 x 40 mm3; 190 g), yang diinkorporasikan dengan alat transkripsi saliva otomatis.
Strip tes tersebut memiliki kertas pengumpul yang tersambung dengan tempat
menempelnya kertas reagen. Sebanyak 20-30µl saliva dikumpulkan dengan
meletakan kertas tersebut di bawah lidah. Ketika alat transkripsi saliva automatis
tersebut beroperasi, kertas reagen terhubung dengan kertas pengumpul, sehingga
menyebabkan perpindahan slaiva dari kertas pengumpul ke kertas reagen. Sementara
strip tes diperiksa oleh analisa optik, hasil analisa direkam secara otomatis dan setelah
pengukuran selesai maka nilai sAMY akan ditunjukan pada layar.
Penelitian ini dilangsungkan menggunakan monitor sAMY portabel sementara
subyek penelitian menjalankan kesehariannya seperti biasa. Setiap subyek diminta
untuk mengumpulkan saliva masing-masing sebanyak 3 kali dalam satu hari
menggunakan monitor terserbut.

2.4 Sistem Pengumpulan Data Online Menggunakan Telepon Genggam


Agar pengumpulan data tetap dapat dilakukan ketika subyek melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari, dipiluh sistem pengumpulan data menggunakan telepon
genggam. Subyek penelitian mengakses internet melalui telepon genggam, kemudian
memasukan identitas dan kata sandi ke jaringan internet yang telah disediakan oleh
peneliti. Pada waktu yang telah ditentukan, subyek melakukan pengukuran sAMY,
mengisi kuisioner OSA-MA, masuk ke jaringan internet dan memasukan data-data
tersebut. Untuk mencegah adanya data tidak lengkap yang terkirim, sistem hanya
mengirimkan data bila seluruh poin sudah dijawab. Penganlaisa hanya mengetahui
identitas subyek sehingga informasi personal tetap terlindungi.

Gambar 1. Sistem pengumpulan data menggunakan telepon genggam untuk


mengumpulkan informasi mengenai stres dan rasa tidak nyaman

2.5 Protokol eksperimental analisis sAMY


Penelitian ini dilakukan sementara subyek melaksanakan keseharian seperti
biasa. Krim santalol dan monitor sAMY portabel diberikan pada subyek dan subyek
mengaplikasikan 0,1 – 0,5 gram krim santalol ke lengan dan leher selama dua minggu
(pada penelitian dengan krim). Penelitian yang sama juga dilakukan tanpa
penggunaan krim sebagai kontrol untuk pembanding (pada penelitian tanpa krim).
Subyek dibagi menjadi dua kelompok dan dilaksanakan penelitian silang.
Percobaan dilakikan setiap hari senin, rabu dan juamt. Pengukuran sAMY
dilakukan tiga kali sehari, 30 menit setelag bangun tidur (pengukuran pertama),
diantara 14.00 – 15.00 (pengukuran kedua), dan 30-60 menit sebelum tidur (pengukur
ketiga). Hasil OSA-MA juga dicatat pada pengukuran pertama. Selain itu, durasi tidur
dan durasi bangun dicatat setiap pagi.

2.6 Evaluasi Subyektif


Untuk mengevaluasi efek krim santalol pada tidur, tiap subyek mengisi
kuisioner mengenai kecondongan terhadap wewangian (kuisioner wewangian) dan
OSA sleep inventoru for middle age and aged (OSA-MA). Untuk menentukan
kecondongan terhadap krim santalol, kuisioner wewangian berisikan lima poin dari
tidak suka (1) sampai suka (5). Sementara itu OSA-MA terdiri dari 16 pernyataan
yang dapat dikelompokan menjadi lima kelompok:
• Faktor pertama : rasa kantuk pada waktu terbangun
• Faktor kedua : tertidur dan kelola tidur
• Faktor ketiga : bermimpi
• Faktor keempat : pemulihan dari rasa lelah
• Faktor kelima : durasi tidur
Dalam penelitian ini, semua faktor digunakan untuk evaluasi subyektif tidur.

2.7 Analisis Statistik


Untuk mengevaluasi efek dari penggunaan krim santalol, skor dari lima faktor
dalam OSA-MA dan durasi tidur dibandingkan antara penelitian dengan krim dan
penelitian tanpa krim, menggunakan sebuah Student’s t-test berpasangan. Untuk
meneliti hubungan antara kuisioner wewangian dan durasi tidur, dilakukan chi-square
test. Untuk menentukan perbedaan signifikan pada sAMY diantara pengukuran
pertama sampai ketiga, dilakukan analisis satu arah berbagai varian dan koreksi
Bonferroni untuk perbandingan multipel. Analisis statistikal ini dikerjakan
menggunakan Statview 5.0 (Abacus Concepts, Inc., Ca, USA)

III. Hasil
3.1 Analisa sAMY
Pada 20 kali kesempatan (4,3% dari total pengukuran), subyek lupa untuk
melakukan pengukuran sAMY menggunakan monitor portabel. Sementara itu, tidak
terdapat data yang hilang dari OSA-MA.
Dikarenakan adanya batas deteksi sAMY pada Cocoro Meter sebesar 1 kU/l,
1,0% dari data total dibawah 10kU/l dieksklusi dari analisis. Selain itu, data diatas
150 kU/l (0,4%) juga dieksklusi karena besaran pengukuran cocoro meter adalah 0 –
150 kU/l9). Maka dari itu, nilai mean sAMY yang digunakan adalah 39,6±19,5 kU/l.
Pada penelitian tanpa krim, nilai mean sAMY pada pengukuran kedua dan
ketiga meningkat sebanyak +37,7% dan +47,5%, berurutan, jika dibandingkan dengan
pengukuran pertama. Berdasarkan pengamatan, didapatkan bahwa terdapat
peningkatan yang berbanding lurus dengan waktu. Jika dilakukan pembandingan
antara pengukuran kedua dan ketiga dengan pengukuran pertama, peningkatan
bermakna sAMY dikonfirmasi (p < 0,05) pada kedua analisis satu arah dan koreksi
Bonferroni unuk perbandingan multipel. Pada penelitian dengan krim, nilai mean
sAMY yang didapatkan pada pengukuran kedua dan ketiga meningkat sebanyak
+35,6% dan +10,0% jika dibandingkan dengan nilai sAMY berdasarkan pengukuran
pertama. Pada analisa satu arah dan koreksi Bonferroni untuk perbandingan multipel,
perbedaan bermakna hanya didapatkan pada pengukuran pertama dan pengukuran
pertama (p < 0,05).

3.2 Evaluasi subyektif


Respon kuisioner wewangian adalah sebagai berikut: 9 subyek menjawab suka;
3 subyek menjawab tidak suka; dan 6 subyek menjawab tidak merasa suka maupun
tidak suka. Sebagai hasil, nilai mean dari kuisioner wewangian adalag 3,4 ±1,2.
Dua subyek yang lupa melakukan pengukuran sAMY lebih dari 20% data tidak
dimasukan dalam analisa. Pada penelitian dengan krim, nilai mean pada faktor
pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima kuisioner OSA-MA merupakan
156.4±1.5, 17.4±4.9, 21.7±5.7, 18.6±5.2, 15.0±3.7, sesuai urutannya. Sementara itu,
pada penelitian tanpa krim, didapatkan nilai mean 15.7±1.9, 16,6±3.2, 21.1±6.1,
19.0±4,9, 14.9±3.9, berututan. Untuk semua faktor dilakukan Student’s t-test untuk
mengevaluasi efek krim santalol. Tidak ada perbedaan bermakna pada hasil yang
bermakna pada hasil penelitian dengan krim dan hasil penelitian tanpa krim (p>0,05).

Tabel 2. Perbandingan nilai skor OSA-MA dan durasi tidur antara penelitian dengan
krim dan tanpa krim
Penelitian Penelitian Student’s t-
dengan krim tanpa krim test
Faktor 16,4 ± 1,5 15,7 ± 1,9 n.s.
Skor OSA-
pertama
MA
Faktor kedua 17,4 + 4,9 16,6 ± 3,2 n.s.
Faktor ketiga 21,7 ± 5,7 21,1 ± 6,1 n.s.
Faktor 18,6 ± 5,2 19,0 ± 4,9 n.s.
keempat
Faktor kelima 15,0 ± 3,7 14,9 ± 3,9 n.s.
Durasi Tidur 6,25 ± 0,91 6,30 ± 0,87 n.s.

Rata-rata durasi tidur dihitung berdasarkan catatan waktu tidur dan waktu
terbangun. Rata-rata durasi tidur subyek selama penelitian dengan krim adalah 6,25 ±
0,91 jam dan penelitian tanpa krim adalah 6,30 ± 0,87 jam. Hasil perbandingan
Student’s t-test untuk perbandingan antara penelitian dengan krim dan tanpa krim
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan diantara dua penelitian (p > 0,05).
Perbedaan antara rata-rata durasi tidur pada penelitian dengan krim dan
penelitian tanpa krim dihitung pada masing-masing individu. Subyek yang tidur lebih
lama pada penelitian dengan krim dibandingkan pada penelitian tanpa krim
dikategorikan dalam kelompok pemanjangan tidur (n=9), dan subyek yang tidur lebih
sedikit pada penelitian dengan krim dibandingkan pada penelitian tanpa krim
dikategorikan pengurangan tidur (n=7). Berdasarkan uji chi-square pada dua
kelompok mengenai durasi tidur dan hasil. Kuisioner wewangian, ditemukan adanya
perbedaan yang signifikan (x2 = 2.85, p<0.10)

IV. Diskusi
Dalam penelitian ini telah digunakan sistem pengumpulan data waktu sungguhan
dengan menggunakan telepon genggam. Menggunakan sistem ini, didapatkan kurang dari
5% data sAMY yang tidak terkumpul dikarenakan subyek lupa melakukan pengukuran.
Selain itu, tidak didapatkan data yang tidak lengkap maupun error. Berdasarkan hasil
analisa data, dikonfirmasi bahwa semua subyek mengikuti instruksi yang diberikan
peneliti mengenai waktu untuk mengakses situs. Subyek menyampaikan tidak ada keluhan
maupun kekhawatiran mengenai sistem yang digunakan. Maka dari itu, dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian tidak memberatkan subyek sehingga metode pendekatan ini
dapat dianggap efektif untuk penelitian berbasis lapangan.
Variasi harian sAMY diteliti sebagai indeks aktivitas syaraf simpatis pada subyek
yang mengeluhkan kesulitan tidur. Pada keadaan dimana krim santalol tidak digunakan,
dapat dilihat adanya peningkatan sAMY. Sementara itu, dengan penggunaan krim santalol,
didapatkan hasil pengukuran sAMY di pagi dan malam hari lebih rendah dibandingkan
pada sore hari. Variasi harian sAMY pada penggunaan krim santalol menunjukan
kemiripan dengan ritme sirkadian orang-orang tanpa gangguan tidur. Hal ini menunjukan
bahwa wangi minyak santalol dapat dikatakan efektif untuk mengatur aktivitas syaraf
simpatis.
Beradarkan analisis kuisioner wewangian, subyek menyukai wangi krim santalol,
dengan rata-rata skor 3,4 ± 1,2, yang lebih tinggi dibanding jawaban nomer 3 dengan
deskripsi “tidak menyatakan suka maupun tidak suka”. Cendana, yang menunjukan
kandungan santalol, telah digunakan sebagai substansi aromaterapi selama lebih dari 1500
tahun di jepang. Maka dari itu, wajar bila krim santalol disukai oleh wanita jepang.
Meskipun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
Tidak didapatkan perbedaan signifikan antara penelitian dengan krim dan penelitian
tanpa krim baik pada evaluasi subyektif, durasi tidur dan kecondongan terhadap
wewangian. Hasil ini mengindikasikan bahwa wewangian dapat mengurangi gejala sulit
tidur pada individu yang menyukai wangi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa krim
santalol dapat membantu memperpanjang durasi tidur dan tidak memiliki efek samping
yang membahayakan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa krim santalol dapat digunakan dalam
aromaterapi sebagai obat-obatan pelengkap karena tidak memiliki efek samping.

Anda mungkin juga menyukai