Anda di halaman 1dari 7

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktoberl 2014, Hal.

35-41 ISSN 0216-7395

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ADSORPSI TERHADAP SIFAT KIMIA-FISIKA


MINYAK GORENG BEKAS HASIL PEMURNIAN MENGGUNAKAN ADSORBEN
AMPAS PATI AREN DAN BENTONIT

Lucia Hermawati Rahayu* dan Sari Purnavita


Akademi Kimia Industri Santo Paulus Semarang
Jln. Sriwijaya 104 Semarang Tlp. 024-8442979
*Email : l_hermawati@yahoo.co.id

Abstrak
Penggunaan minyak goreng berulangkali pada temperatur tinggi akan menyebabkan mutu dan nilai
gizi makanan yang digoreng menurun sehingga dapat berdampak buruk bagi kesehatan konsumen.
Pemurnian minyak goreng bekas perlu dilakukan guna meningkatkan kualitasnya sehingga bisa digunakan
kembali secara aman untuk mengolah makanan. Pemurnian minyak goreng bekas secara adsorbsi
menggunakan bioadsorben ampas pati aren (APA) dan bentonit (B) pada berbagai variasi suhu dan waktu
kontak telah dipelajari. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengkontakkkan minyak goreng bekas dan
campuran bioadsorben APA-Bentonit dengan rasio 1:1 pada variasi suhu 40°C , 70°C, 100°C, 150°C
masing-masing selama 20, 40, 60, 80, dan 100 menit. Minyak setelah adsorbsi kemudian diamati perubahan
bilangan asam (BA), bilangan peroksida (PV), dan kejernihan warnanya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penurunan BA, PV, dan intensitas warna minyak goreng bekas akibat perlakuan adsorbsi
menggunakan bioadsorben ampas pati aren dan bentonit pada rasio 1:1 sangat nyata dipengaruhi oleh suhu
dan waktu adsorbsi. Kondisi terbaik untuk menurunkan BA dan PV minyak goreng bekas adalah pada suhu
100°C selama 100 menit, yang mampu menurunkan BA sebesar 49,39 % dan PV sebesar75,76%. Sedangkan
kondisi terbaik untuk menurunkan intensitas warna adalah pada suhu 150°C dengan waktu kontak 60 menit
dengan besar penurunan intensitas warna mencapai 71,15%.

Kata kunci : adsorbsi, ampas pati aren, bentonit, minyak goreng bekas

PENDAHULUAN dalam tubuh dan berbagai macam penyakit,


Dewasa ini, sebagian besar produksi minyak seperti diare, pengendapan lemak dalam
nabati di seluruh dunia digunakan sebagai pembuluh darah, dan kanker (Ketaren, 1986).
minyak goreng di berbagai industri pangan, Perubahan (kerusakan) dalam minyak goreng
rumah tangga dan restoran. Minyak goreng akan membahayakan kesehatan konsumen.
berperan sebagai media untuk perpindahan Oleh karena itu pemurnian minyak goreng
panas yang cepat dan merata pada permukaan bekas perlu diupayakan dengan tujuan
yang digoreng. penghematan namun tidak membahayakan
Minyak goreng yang telah digunakan kesehatan serta mudah dilakukan.
berulang-ulang akan mengalami penurunan Upaya pengolahan minyak jelantah (minyak
kualitas yang ditandai dengan perubahan warna goreng bekas) dapat dilakukan dengan berbagai
menjadi gelap, aroma menjadi kurang enak, cara, salah satunya dengan cara adsorpsi.
kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida Adsorpsi dipilih karena mudah dalam
yang tinggi (Kusumastuti, 2004). Selain itu pelaksanaan dan ekonomis (Yuliana dkk.,
juga akan terjadi penurunan nilai gizi dari 2005). Pemilihan adsorben dapat menggunakan
bahan yang digoreng. Hal ini dikarenakan saat bahan galian misalnya bentonit, zeolit maupun
dipanaskan pada suhu tinggi disertai kontak limbah hasil pertanian berupa sekam padi,
dengan udara akan menyebabkan minyak tempurung kelapa, ampas tebu, jerami padi,
mengalami perubahan kimia seperti proses tongkol jagung, dan lain-lain.
hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan reaksi Pada penelitian ini digunakan bioadsorben
pencoklatan. Proses oksidasi dan polimerisasi dari limbah ampas pati aren dan bentonit.
dapat merusak sebagian vitamin dan asam Menurut Purnavita dan Sriyana (2011), ampas
lemak esensial yang terdapat dalam minyak pati aren memiliki kandungan selulose yang
sehingga dapat mengakibatkan keracunan tinggi (60,61%) sehingga bahan tersebut dapat

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 35


Pengaruh Suhu Dan Waktu Adsorpsi ... (Lucia Hermawati Rahayu,dkk)

digunakan sebagai bioadsorben tanpa mesh. Kemudian sejumlah serbuk ampas aren
diarangkan (Widjanarko, 2006). Rahayu dkk. ditambah larutan NaOH 0,25 N, diaduk 2 jam,
(2014) juga melaporkan bahwa bahan lalu didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya
berselulose tinggi, seperti sabut dan tempurung adsorben dinetralkan dengan larutan HCl 0,25
kelapa, yang tidak diarangkan mampu N, disaring, dan dicuci dengan aquadest.
menurunkan kandungan asam lemak bebas Adsorben APA kemudian dikeringkan dalam
(FFA) dan peroksida (PV) dalam minyak oven pada suhu 105 ºC selama 4 jam (Rahayu
jelantah dengan cukup signifikan, meskipun dan Purnavita, 2014).
kurang efektif untuk memucatkan warna gelap Bentonit aktif
minyak. Untuk mengantisipasi Bentonit dengan ukuran 100 mesh dicampur
kekurangmampuan ampas pati aren sebagai dengan larutan HCl 5 N lalu dipanaskan selama
pemucat maka dilakukan kombinasi dengan 2 jam pada suhu + 70 ºC sambil diaduk.
bentonit yang telah dikenal sebagai bahan Bentonit disaring, dicuci dengan air sampai pH
penjernih (bleaching) minyak (Yuliana dkk., air pencuci > 4, kemudian dikeringkan pada
2005; Tanjaya, 2006; Yusnimar dkk., 2009; dan suhu 105 ºC selama 4 jam (Tanjaya, 2006).
Haryati dkk.,2009).
Pemurnian minyak goreng bekas dengan Persiapan Minyak Goreng
metode adsorbsi dipengaruhi sejumlah faktor, Minyak jelantah disaring dengan kain
diantaranya yang cukup penting adalah tipis untuk menghilangkan kotoran berupa
temperatur dan waktu adsorbsi. Penelitian ini padatan atau remah-remah. Setelah itu
bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dianalisis bilangan asam (BA), bilangan
dan waktu adsorbsi terhadap sifat fisika kimia peroksida (PV), dan warnanya.
minyak goreng bekas, meliputi bilangan asam
(BA), bilangan peroksida PV), dan warna Proses adsorbsi
minyak; serta menentukan kondisi optimum Ke dalam labu erlenmeyer berisi 100 g
kedua faktor. minyak jelantah dimasukkan 10 g campuran
serbuk ampas pati aren dan bentonit dengan
BAHAN DAN METODE rasio APA:B = 1:1 (Rahayu dan Purnavita,
Bahan 2014) kemudian diaduk selama 20, 40, 60, 80,
Bahan yang digunakan meliputi ampas pati dan 100 menit; masing-masing pada suhu 40ºC,
aren, bentonit, minyak jelantah, NaOH, HCl, 70ºC, 100ºC, dan 150 ºC. Selanjutnya minyak
etanol, KOH, asam asetat, kloroform, KI, disaring dan diambil sampel untuk dianalisis
indikator amilum, Na2S2O3, K2Cr2O7, asam bilangan asam/BA (Sudarmaji, 1997), bilangan
oksalat, Indikator pp. peroksida/PV (Sudarmaji, 1997), dan
kejernihan warnanya (Kusumastuti, 2004).
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini antara lain : timbangan digital, ayakan 80 Bilangan Asam
mesh dan 100 mesh, glassware, oven, Hot Plate Asam lemak bebas merupakan produk reaksi
Magnetic Stirer, dan spektrofotometer (Genesys hidrolisis trigliserida (minyak). Oksidasi asam
20 Spectrophotometer). lemak bebas akan menghasilkan bau dan rasa
yang tidak enak. Oleh karena itu, bilangan asam
Cara Kerja (BA) dalam minyak sering digunakan sebagai
Preparasi adsorben salah satu parameter kerusakan minyak goreng
Ampas pati aren deligninasi bekas pakai (Kusumastuti, 2004).
Ampas pati aren (APA) kering digrinding Hasil pengukuran bilangan asam (BA)
dan diayak menggunakan screener ukuran 80 minyak jelantah setelah proses regenerasi
menggunakan bioadsorben ampas pati aren dan

36
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktoberl 2014, Hal. 35-41 ISSN 0216-7395

bentonit pada berbagai suhu dan waktu adsorbsi Standar SNI minyak goreng untuk bilangan
disajikan pada Tabel 1. Bilangan asam minyak asam adalah maks. 2 mg KOH/g
jelantah awal didapatkan sebesar 1,1555 mg minyak(Mardina dkk., 2012). Berdasarkan
KOH/g. standar SNI ini maka minyak jelantah awal
sebenarnya masih layak untuk dikonsumsi.
Tabel 1. Rerata Bilangan Asam (BA) Namun, pemurnian minyak secara adsorbsi
minyak jelantah setelah adsorbsi pada menggunakan bioadsorben APA dan bentonit
berbagai suhu dan waktu adsorbs pada semua kondisi suhu dan waktu adsorbsi
Waktu Rerata BA Minyak Jelantah menjadikan minyak hasil regenerasi lebih aman
(menit) setelah adsorbsi pada variasi
suhu lagi untuk dikonsumsi karena menghasilkan BA
(mg KOH/g minyak) semakin kecil (< 1 mg KOH/g).
40 70 100 150 Dari Tabel 1, terlihat bahwa pada semua
ºC ºC ºC ºC variasi waktu kontak didapatkan bahwa
20 0,9228 0,8736 0,7997 1,0950 semakin tinggi suhu maka BA minyak setelah
40 0,8901 0,8433 0,7964 1,0079 adsorbsi mula-mula menurun hingga suhu 100
60 0,8568 0,7982 0,7407 0,9309 ºC, kemudian naik kembali pada suhu 150 ºC.
80 0,8379 0,7893 0,7277 1,3967
Hal ini menunjukkan suhu adsorpsi
100 0,7893 0,7281 0,5848 2,0613
berpengaruh terhadap BA minyak setelah
Ket. : Hasil merupakan rerata dari dua kali adsorpsi. Pada dasarnya semakin tinggi suhu
ulangan adsorpsi, BA minyak setelah adsorpsi semakin
kecil; dikarenakan pada suhu yang semakin
Berdasarkan data pada Tabel 1, BA minyak tinggi, energi kinetik molekul untuk terjadinya
menurun setelah diadsorpsi dengan tumbukan akan semakin besar, sehingga
menggunakan campuran adsorben APA dan kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi
bentonit pada berbagai variasi suhu dan waktu asam lemak bebas juga akan meningkat.
kontak. Serbuk APA mampu menyerap molekul Namun, suhu yang terlalu tinggi juga
asam lemak bebas dikarenakan serbuk APA berdampak kurang baik (BA kembali
mengandung selulosa yang kaya akan gugus meningkat) karena minyak goreng pada
hidroksil (-OH) yg bersifat elektronegatif pemanasan di atas 100 ºC akan mengalami
(basa) dan polar, sehingga dapat kerusakan dan membentuk asam lemak bebas
berinteraksi dengan gugus karboksilat (- lagi. Selain itu, peningkatan asam lemak bebas
COOH) dari FFA yang bersifat elektropositif (BA) dimungkinkan pula disebabkan oleh
(asam) dan polar (Rahayu dan Purnavita, 2014). bentonit yang digunakan, yakni bentonit yang
Sedangkan kemampuan bentonit aktif dalam diaktivasi asam, dimana selama proses
menyerap komponen asam lemak bebas pada pemucatan dapat terjadi hidrolisis terhadap
minyak goreng bekas disebabkan oleh adanya trigliserida (minyak) sehingga dapat
gugus silanol (Si-OH) yang terbentuk dari meningkatkan kadar asam lemak bebas
senyawa SiO2 dalam bentonit pada saat aktivasi (Anonimous, 2010).
asam (Tanjaya, 2006, Rahayu dan Purnavita, Hampir sama dengan pengaruh suhu, dari
2014). Atom hidrogen dari gugus silanol akan Tabel 1 terlihat bahwa semakin lama waktu
berikatan hidrogen dengan gugus oksigen- kontak, BA minyak setelah adsorbsi semakin
karbonil (-C=O) pada asam lemak bebas mengecil pada semua kondisi suhu adsorbsi,
sehingga molekul asam lemak bebas dapat kecuali pada perlakuan suhu 150°C. Hal ini
teradsorpsi pada permukaan adsorben menunjukkan bahwa perlakuan minyak pada
(Kinanthi, 2008). Kemampuan ini yang suhu tinggi dalam waktu lama akan memicu
menyebabkan kedua adsorben dapat kerusakan minyak dimana asam lemak bebas
menurunkan bilangan asam dalam minyak akan terbentuk kembali dan jumlahnya
goreng bekas.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 37


Pengaruh Suhu Dan Waktu Adsorpsi ... (Lucia Hermawati Rahayu,dkk)

cenderung meningkat seiring dengan Tabel 2. Rerata PV minyak jelantah


bertambahnya waktu pemanasan. setelah adsorbsi pada berbagai suhu dan
Dari uji anava diperoleh bahwa suhu dan waktu adsorbsi.
waktu adsorbsi yang berbeda memberikan Waktu Rerata PV Minyak Jelantah
pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap BA (menit setelah adsorbsi pada variasi
minyak. Berdasarkan uji DMRT diketahui ) suhu
bahwa antar perlakuan menunjukkan BA yang (mek /kg)
berbeda sangat nyata. Perlakuan adsorpsi 40 70 100 150
dengan suhu 100°C pada waktu 100 menit ºC ºC ºC ºC
menghasilkan penurunan BA terbesar (p<0,01) 6,901 6,608 5,668
dibandingkan dengan perlakuan yang lain, 20 6 0 1 7,6300
yakni dari 1,1555 mg KOH/g menjadi 0,5848 6,531 5,432 4,578
atau mengalami pengurangan sebesar 49,39 %. 40 4 7 1 6,9300
6,090 5,205 4,205
Bilangan Peroksida (PV) 60 0 9 9 6,4582
Hasil analisis PV minyak goreng bekas 6,029 5,130 4,110
setelah mengalami proses adsorbsi 80 4 0 0 8,2181
menggunakan ampas pati aren dan bentonit 5,773 4,851 3,928 11,072
pada berbagai suhu dan waktu adsorbsi 100 9 5 4 0
disajikan dalam Tabel 2. PV minyak jelantah
awal diperoleh 16,2052 mek/kg. Ket. : Hasil merupakan rerata dari dua kali
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa ulangan
pengolahan minyak bekas dengan berbagai
perlakuan suhu dan waktu adsorbsi dapat Dari data Tabel 2 terlihat bahwa pada semua
menurunkan bilangan peroksida (PV) dalam waktu adsorbsi, semakin tinggi suhu maka PV
minyak. Kemampuan serap komponen minyak setelah adsorbsi mula-mula berkurang
peroksida dalam minyak jelantah oleh bentonit hingga suhu 100 ºC, kemudian naik kembali
aktif disebabkan oleh gugus silanol yang pada suhu 150 ºC. Pada dasarnya semakin
terbentuk dari senyawa SiO2 dalam bentonit tinggi suhu adsorpsi, kadar PV dalam minyak
pada saat aktivasi asam (Tanjaya, 2006). Atom goreng setelah adsorpsi semakin kecil. Hal ini
hidrogen dari gugus silanol akan berikatan dikarenakan pada suhu makin tinggi, energi
dengan gugus peroksida pada senyawa kinetik molekul untuk terjadinya tumbukan
peroksida, sehingga molekul peroksida dapat akan semakin besar, sehingga kemampuan
teradsorpsi pada permukaan adsorben melalui adsorben untuk mengadsorpsi senyawa
ikatan hidrogen (Kinanthi, 2008). Di sisi lain, peroksida (PV) juga akan meningkat. Namun,
ampas pati aren deligninasi mengandung suhu yang terlalu tinggi juga berdampak kurang
sellulose yang kaya akan gugus hidroksil yang baik, karena dapat mempercepat terbentuknya
bersifat polar sehingga memiliki afinitas yang senyawa peroksida.
besar terhadap zat terlarut yang polar. Senyawa Pengaruh waktu adsorpsi terhadap PV
peroksida yang terdapat dalam minyak minyak menunjukkan fenomena yang mirip
mengandung gugus peroksida yang bersifat dengan BA minyak (Tabel 1 dan Tabel 2).
polar sehingga mudah diserap oleh selulose dari Pengolahan minyak pada suhu tinggi (150°C)
serbuk APA (Rahayu dkk., 2014). Kemampuan yang makin lama ternyata dapat memicu
ini yang menyebabkan kedua adsorben dapat terbentuknya senyawa peroksida kembali dalam
menurunkan kadar PV dalam minyak goreng minyak goreng bekas, dimana jumlahnya kian
bekas. meningkat dengan bertambahnya waktu
pemanasan.

38
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktoberl 2014, Hal. 35-41 ISSN 0216-7395

Berdasarkan standar minyak goreng SNI adsorbsi pada variasi suhu


3741-1995 untuk bilangan peroksida (maksimal 40 70 100 150
2 mek/kg), terlihat bahwa minyak jelantah awal ºC ºC ºC ºC
sudah rusak dan sangat tidak layak konsumsi 20 0,399 0,388 0,373 0,324
karena kadar peroksida yang cukup tinggi (PV 40 0,381 0,351 0,338 0,205
16,2052 mek/kg). Dari Tabel 2 terlihat bahwa 60 0,375 0,349 0,327 0,133
proses pemurnian dengan kedua adsorben pada 80 0,369 0,342 0,302 0,143
semua kondisi suhu dan waktu adsorbsi mampu 100 0,364 0,332 0,232 0,161
menurunkan PV minyak jelantah cukup besar
(% penurunan >65%), meskipun belum mampu Ket. : Hasil merupakan rerata dari dua kali
melewati batas maksimal standar SNI minyak ulangan
goreng.
Dari uji anava diperoleh bahwa suhu dan Proses penyerapan warna terdiri atas
waktu adsorbsi yang berbeda memberikan penyerapan fisika dan kimia. Penggunaan
pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar adsorben dengan proses adsorpsi merupakan
PV minyak. Berdasarkan uji beda DMRT pengolahan cara fisika. Penyerapan secara
untuk variasi perlakuan suhu dan waktu fisika dikarenakan adanya kontak antara
adsorbsi yang berbeda diketahui bahwa kondisi permukaan butiran pada kondisi tertentu,
yang memberikan kadar PV terendah (p<0,01) misalnya suhu dan waktu. Berdasarkan data
adalah pada perlakuan suhu 100°C dan waktu pada Tabel 3, semakin tinggi suhu dan lama
adsorbsi 100 menit. Kondisi ini memberikan waktu semakin besar penurunan kekeruhan
kadar PV terendah sebesar 3,9284 mek /kg warna minyak jelantah. Hal ini disebabkan
dengan prosentase penurunan sebesar 75,76%. karena semakin tinggi temperatur dan semakin
lama waktu kontak, daya serap adsorben
1. Intensitas Warna semakin baik karena semakin banyak partikel–
Hasil penetapan intensitas warna minyak partikel pengotor (koloid) mampu terikat oleh
goreng bekas setelah mengalami proses adsorben sehingga warna minyak semakin
adsorpsi dengan menggunakan campuran jernih/nilai Absorbansi makin kecil (Rosita dan
biadsorben ampas pati aren dan bentonit pada Widasari, 2009).
berbagai suhu dan waktu adsorbsi disajikan Dari uji anava menunjukkan bahwa adsorpsi
dalam Tabel 3. Intensitas warna minyak goreng dengan campuran APA dan bentonit pada
sebelum adsorpsi adalah 0,461 (sebagai blanko berbagai suhu dan waktu adsorbsi berbeda
adalah minyak baru, Absorbansi : 0,000). sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan uji beda
Warna keruh pada minyak goreng bekas DMRT untuk variasi suhu dan waktu kontak
disebabkan oleh senyawa hasil oksidasi asam yang berbeda diketahui bahwa kondisi yang
lemak tak jenuh pada pemasakan pada suhu memberikan intensitas warna terendah (p<0,01)
tinggi serta penggunaan secara berulang-ulang. adalah pada perlakuan suhu 150°C dengan
Dari Tabel 3 terlihat bahwa campuran adsorben waktu kontak 60 menit. Kondisi ini
ampas pati aren (APA) deligninasi dan bentonit memberikan intensitas warna terendah sebesar
dapat menurunkan kekeruhan warna pada 0,133 dengan prosentase penurunan sebesar
minyak bekas dengan didukung suhu dan waktu 71,15%.
adsorpsi yang semakin meningkat. .
SIMPULAN
Tabel 3. Rerata kejernihan warna 1. Pemurnian minyak goreng bekas dengan
minyak jelantah setelah adsorbsi pada metode adsorpsi menggunakan campuran
berbagai suhu dan waktu adsorbs ampas pati aren dan bentonit pada berbagai
Waktu Rerata intensitas warna suhu (40-150°C) dan waktu kontak (20-100
(menit) minyak jelantah setelah menit), dapat mengurangi kandungan asam

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 39


Pengaruh Suhu Dan Waktu Adsorpsi ... (Lucia Hermawati Rahayu,dkk)

lemak bebas (BA), senyawa peroksida (PV) Laporan Penelitian. Semarang:


dan warna gelap (Absorbansi) minyak AKIN.
goreng bekas. Kusumastuti. 2004. Kinerja Zeolit dalam
Memperbaiki Mutu Minyak Goreng
2. Penurunan BA, PV, dan intensitas warna
Bekas. Jurnal Teknologi dan Industri
minyak goreng bekas akibat perlakuan Pangan. 15(2) : 141-144.
adsorbsi menggunakan bioadsorben ampas Mardina, P., Faradina, E., dan Setiawati. 2012.
pati aren dan bentonit pada rasio 1:1 sangat Penurunan Angka Asam pada Minyak
nyata dipengaruhi oleh suhu dan waktu Jelantah. Jurnal Kimia. 6 (2) : 196-
adsorbsi. Kondisi terbaik untuk menurunkan 200
BA dan PV minyak goreng bekas adalah Purnavita, S dan Sriyana, H.Y., 2011. Produksi
pada suhu 100°C selama 100 menit, yang Bioetanol dari Limbah Amapas Pati
mampu menurunkan BA sebesar 49,39 % Aren Secara Enzimatik dengan
dan PV sebesar75,76%. Sedangkan kondisi menggunakan Mikrobia Selulotik
terbaik untuk menurunkan intensitas warna Ekstrak Raya. Jurnal Teknologi
adalah pada suhu 150°C dengan waktu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 8.
kontak 60 menit yang mampu menurunkan No 2. pp. 54 - 60.
intensitas warna sebesar 71,15%. Rahayu, L.H. dan Purnavita, S. 2014.
Regenerasi Minyak Jelantah secara
UCAPAN TERIMA KASIH Adsorbsi Menggunkan ampas Pati
Penulis mengucapkan terima kasih yang Aren dan Bentonit pada Berbagai
sebesar-besarnya kepada Direktorat Jenderal Variasi Rasio Adsorben. Prosiding
Pendidikan Tinggi melalui Ditlitabmas dan Seminar Nasional Hasil-hasil
Kopertis Wilayah VI selaku pemberi dana Penelitian dan Pengabdian. ISBN
penelitian, Direktur Akademi Kimia Industri 978-602-18809-1-3. Semarang :
Santo Paulus Semarang yang telah Unimus. Hal. 41-46
memfasilitasi kegiatan penelitian di Rahayu, L.H., Purnavita, S., dan Sriyana, H.
laboratorium, serta Sdr. Kevin Dermawan dan 2014. Potensi Sabut dan Tempurung
Sdri. Tika Chrisanti M. yang telah membantu Kelapa sebagai Adsorben untuk
penelitian ini. Meregenerasi Minyak Jelantah. Jurnal
Momentum. 10 (1) : 47-53
Sudarmaji, dkk.1997. Prosedur Analisa untuk
DAFTAR PUSTAKA Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi
Anonimous. 2010. Pengolahan Minyak Goreng keempat. Yogyakarta : Liberty.
Tanjaya, A. 2006. Aktivasi Bentonit Alam
(Pemucatan). Pacitan sebagai Bahan Penjerap pada
http://lordbroken.wordpress.com. Proses Pemurnian Minyak Sawit.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 5(1):
Diakses 19 November 2013. 429-434.
Haryati, dkk. 2009. Potensi Bentonit sebagai Widjanarko, dkk. 2006. Kinetika Adsorbsi Zat
Penjernih Minyak Goreng Bekas. Warna Congo Red dan Rhodamine B
Makalah Seminar Penelitian. dengan Menggunakan Serabut Kelapa
Kapitan, O.B. 2013. Analisis kandungan Asam dan Ampas Tebu. Jurnal Teknik
Lemak Trans (Trans fat) dalam Kimia Indonesia. 5(3) : 461-468.
Minyak Bekas Penggorengan Jajanan Wijana, S, dkk. 2005. Mengolah Minyak
di Pinggir Jalan Kota Kupang. Jurnal Goreng Bekas. Surabaya: Trubus
Kimia Terapan. 1(1) : 17-31 Agrisarana.
Kinanthi, A. 2008. Pengaruh Perlakuan Awal Yuliana, dkk. 2005. Penggunaan Adsorben
Sekam Padi dan Ampas Tebu Sebagai untuk Mengurangi Kadar Free Fatty
Adsorben Untuk Meningkatkan Acid, Peroxide Value dan Warna
Kualitas Minyak Goreng Bekas.

40
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktoberl 2014, Hal. 35-41 ISSN 0216-7395

Minyak Goreng Bekas. Jurnal Teknik


Kimia Indonesia. 4(2): 212-218.
Yusnimar, dkk. 2009. Proses Bleahing CPO:
Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit
dan Suhu Aktivasi terhadap Daya
Jerap Bentonit. Prosiding SNTKI.
Bandung: ITB.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 41

Anda mungkin juga menyukai