Anda di halaman 1dari 24

DOPS

SERUMEN PROP AURIS DEXTRA

Preceptor:

dr. Mukhlis Imanto, M.Kes, Sp. THT-KL

Disusun Oleh:
Elma Rosa Vidia (1718012052)
Rama Agung Prakasa (1718012054)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG,


TENGGOROK, BEDAH KEPALA DAN LEHER
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan DOPS sebagai rangkaian kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF THT RSUD Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Dengan ketulusan hati penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
dosen pembimbing di bagian THT, atas semua bantuan dan kesabarannya
membimbing penulis sehingga penulis dapat menjalani kepaniteraan klinik di bagian
THT RSUD Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tentu tidak terlepas dari kekurangan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Serumen umumnya dapat ditemukan di kanalis akustikus eksternus. Serumen merupakan


campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari glandula seruminosa yang
berkombinasi dengan epitel deskuamasi dan rambut. Bila lama tidak dibersihkan serumen
akan menimbulkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut
serumen obturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan
serumen kemudian dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.

Sumbatan serumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi antara lain dermatitis
kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental,
adanya benda asing di liang telinga, eksostosis di liang telinga, terdorongnya serumen oleh
jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, dan kebiasaan mengorek telinga. Bila terjadi
pada kedua telinga maka serumen obturans ini menjadi salah satu penyebab ketulian pada
penderita. Suara dari luar tak dapat masuk ke dalam telinga dan dengan demikian suara
tidak dapat menggetarkan oleh membran timpani.

3
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Alamat : Metro
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Belum bekerja
Tanggal periksa : 13 Mei 2019

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada Jumat, 13 Mei 2019 di Poli THT-KL
RSAY Metro.

Keluhan utama: Penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 7 hari yang lalu
Keluhan tambahan: Telinga kanan terasa penuh dan gatal

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang dengan keluhan pendengaran berkurang pada telinga kanan sejak 7 hari
yang lalu. Keluhan ini dirasakan ketika lawan bicara memiliki suara yang kecil dan
jaraknya berjauhan dengan pasien. Keluhan ini tidak dirasakan jika lawan bicara pasien
memiliki suara yang keras dan lantang. Pasien mengatakan telinganya juga terasa
penuh dan gatal. Keluhan ini timbul setelah telinga pasien kemasukan air saat bermain
dengan anaknya. Setelah itu pasien merasa budek dan mencoba membersihkan
telinganya sendiri dengan cotton bud namun tidak ada perubahan. Pasien juga memiliki
kebiasaan mengorek telinganya seminggu sekali. Pasien mengatakan tidak terdapat
nyeri kepala, pusing berputar, telinga berdenging, dan cairan yang keluar dari telinga.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma, dan sedang tidak mengonsumi obat apapun.

4
Tidak ada riwayat demam dan batuk pilek sebelumnya. Dua hari yang lalu pasien
memakai obat tetes telinga yang ada di rumahnya, namun keluhannya tidak membalik.
Pasien mengetahui bahwa obat tetes telinga tersebut berisi antibiotik namun tidak
mengingat nama obatnya. Karena tidak terdapat perbaikan keluhan yang ia rasakan
maka pasien mendatangi poli THT-KL RSAY Metro.

Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga:


Pasien tidak memiliki penyakit herediter.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaan


Pasien memiliki kebiasaan membersihkan telinga dengan cottonbud setiap seminggu
sekali. Pasien tidak memiliki hobi berenang, maupun kebiasaan mendengarkan musik
dengan menggunakan earphone.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 16x/menit
Suhu : 36,4C
Status generalis
Kepala : normocephal, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Leher : pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-)
Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak tampak edema tungkai

5
STATUS LOKALIS

PEMERIKSAAN TELINGA
KANAN TELINGA LUAR KIRI

Normotia Bentuk telinga luar Normotia

Normal, nyeri tarik (-), Daun telinga Normal, nyeri tarik (-),
warna kulit sama dengan warna kulit sama dengan
sekitarnya sekitarnya

Warna kulit sama Preaurikular Warna kulit sama


dengan sekitar, nyeri dengan sekitar, nyeri
tekan (-), fistel (-), abses tekan (-), fistel (-), abses
(-) (-)

Normal, nyeri tekan (-), Retroaurikular Normal, nyeri tekan (-),


tidak ada benjolan tidak ada benjolan

Tidak ada Nyeri tekan tragus Tidak ada

Tidak ada Tumor Tidak ada

KANAN LIANG TELINGA KIRI

Lapang, edem (-) Lapang/Sempit Lapang, edem (-)

Hiperemis (-) Warna Epidermis Hiperemis (-)

Tidak ada Sekret Tidak ada

Banyak pada 2/3 dalam Serumen Minimal

Tidak ditemukan Kelainan Lain Tidak ditemukan

KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRI

Tertutup oleh serumen Bentuk Intak

Tertutup oleh serumen Warna Putih mutiara

Tertutup oleh serumen Reflek Cahaya (+) arah jam 7

Tertutup oleh serumen Perforasi Tidak ditemukan

6
Tertutup oleh serumen Kelainan Lain Retraksi (-), buldging (-)

SETELAH DILAKUKAN IRIGASI


KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRI

Intak Bentuk Intak

Putih mutiara Warna Putih mutiara

(+) arah jam 7 Reflek Cahaya (+) arah jam 7

Tidak ditemukan Perforasi Tidak ditemukan

Retraksi (-), buldging (-) Kelainan Lain Retraksi (-), buldging (-)

PEMERIKSAAN HIDUNG
KANAN HIDUNG LUAR KIRI

Warna sama dengan Kulit Warna sama dengan


sekitarnya sekitarnya

Terletak di linea Dorsum nasi Terletak di linea


mediana nasi mediana nasi

Nyeri tekan (-), krepitasi Nyeri tekan, krepitasi Nyeri tekan (-), krepitasi
(-) (-)

Selulitis (-), edema (-) Ala nasi Selulitis (-), edema (-)

Tidak ditemukan Nyeri tekan frontal Tidak ditemukan

Tidak ditemukan Nyeri tekan maksila Tidak ditemukan

Normal, tidak sempit, Nares anterior Normal, tidak sempit,


simetris simetris

Tidak ditemukan Tumor, fistel Tidak ditemukan

7
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri

Lapang Cavum Nasi Lapang

Tidak ditemukan Sekret Tidak ditemukan

Tidak berbau Bau Tidak berbau

Normotrofi, warna Konka Inferior Normotrofi, warna


sesuai warna kulit sesuai warna kulit

Sulit dinilai Konka Media Sulit dinilai

Deviasi (-) Septum Nasi Deviasi (-)

Tidak ditemukan Krista, abses, massa Tidak ditemukan

Rhinoskopi Posterior

Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN CAVUM ORIS

CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan

Mukosa Tidak hiperemis

Gingiva Ulkus (-), edema (-)

Gigi Karies dentis (-)

Lidah Bentuk normal, Atrofi papil (-)

Palatum Durum Permukaan licin

Palatum Mole Permukaan licin

Uvula Posisi letak tengah

Tumor Tidak ditemukan

8
FARING

FARING Hasil Pemeriksaan

Dinding Faring Tidak edema, tidak bergranular

Mukosa Tidak hiperemis

Uvula Ditengah

Arkus Faring Simetris, tidak hiperemis

Sekret Tidak ada

TONSIL

TONSIL Hasil Pemeriksaan

Pembesaran T1 – T1

Kripta Tidak melebar

Detritus Tidak ada

Perlekatan Tidak ada

Sikatrik Tidak ada

LARING

Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING LEHER

Inspeksi : tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening


Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

9
RESUME
A. Anamnesis
a. Keluhan utama: penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 7 hari yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang :
1. Pendengaran berkurang pada telinga kanan (+)
2. Telinga terasa penuh dan gatal (+)
3. Riwayat trauma dan kemasukan benda asing pada telinga disangkal
4. Keluhan telinga berdenging, rasa nyeri didalam telinga dan keluar cairan tidak
ada.
5. Riwayat sering batuk-pilek disangkal.
6. Riwayat telinga kemasukan air dan pasien mengatasinya dengan mengorek-
ngorek telinga menggunakan cottonbud.
7. Pasien memiliki kebiasaan mengorek telinga menggunakan cottonbud setiap
minggu sekali.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak terdapat riwayat penyakit herediter.

B. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala – leher: Dalam batas normal
b. Telinga
Pemeriksaan Rutin Umum Telinga:
Pada telinga kanan:
MAE : lapang, hiperemis (-), serumen (+) 2/3 dalam.

DIAGNOSIS KERJA
Serumen prop auris dextra

PENATALAKSANAAN
a. Irigasi telinga
b. Edukasi
1) Tidak boleh mengorek telinga dengan tangan atau benda apapun
2) Tidak boleh kemasukan air/basah pada telinga

10
IV. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Serumen


Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga.
Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut hanya ditemukan pada daerah ini. Ada dua tipe dasar, basah dan
kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan.1

Kata serumen umumnya disinonimkan dengan earwax (lilin telinga), namun ada
pendapat yang mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini berbeda. Serumen
ditujukan hanya pada hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus
eksternus, dan ini merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen
lainnya berupa lapisan besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati,
penumpukan sel pada lapisan luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam
substansi asing. Subtansi asing ini dapat berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke
kanalis akustikus eksternus, contohnya spray rambut (hair spray) sampo, krim untuk
mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan sejenisnya. Komponen utama
earwax adalah keratin. Namun, karena perbedaan serumen dan keratin tidak
merupakan suatu hal yang mendasar maka keduanya akan disebut sebagai serumen.2

3.2 Komposisi dan Produksi Serumen


Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar
sebasea dari bagian atas folikel rambut membentuk serumen. Serumen membentuk
lapisan pada kulit kanalis akustikus eksternus bergabung dengan lapisan keratin
yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang
mempunyai sifat antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan
kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen
sedikit sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang secara

12
periodik menyumbat liang telinga.3 Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe
kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.2

Gambar 1.Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering

3.2.1 Serumen tipe basah dan tipe kering


Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang
ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras Oriental, memilki
karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan berkeratin
skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras non-Oriental berwarna
coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun keras (Gambar 3.1).
Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme herediter, alel serumen kering
bersifat resesif terhadap alel serumen basah. Yang cukup menjadi perhatian adalah
bahwa rice-bran wax berhubungan dengan rendahnya insidensi kanker payudara.
Namun, ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan
kelenjar pada payudara sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.2

3.2.2 Serumen tipe lunak dan tipe keras


Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan
serumen tipe kering :
a. Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada
orang dewasa.
b. Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
c. Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.

13
d. Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita
temukan di tempat praktek.2

Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan konsistensinya
dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna hitam
biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapat menjadi
tanda awal terjadinya aklaptonuria.4 Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat
diketahui hanya melalui mata telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-
tipisnya dari sampel. Pigmen yang menjadi zat pemberi warna pada semen masih
belum dapat teridentifikasi.2

Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam produksi
serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah 1000-2000
buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat apokrin
yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar
sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi
asam lemak rantai panjang tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan
kolesterol.5

Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan kulit.
Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari migrasi
hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel dapat dengan mudah
jatuh. Namun pada telinga, kecil kemungkinannya untuk tidak menumpuk. Sel-sel
yang mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis akustikus eksternus dalam
bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total serumen. Serumen juga terdiri atas
lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik
mempengaruhi tipe serumen secara signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika
memiliki serumen dengan warna terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras
asia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu atau coklat muda, mudah patah
dan kering yang berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan granula
pigmen.5

Serumen diproduksi di sepertiga luar bagian kartilaginosa kanalis akustikus


eksternus. Komponen utama dari serumen merupakan hasil akhir dari siklus HMG-
14
KoA reduktase, bernama skualan, lanosterol. Tipe serumen telah digunakan oleh
antropologis untuk melihat pola migrasi manusia. Perbedaan tipe serumen berkaitan
dengan perubahan dasar tunggal (suatu polimorfisme nukleotida tunggal/ single
nucleotide poly morphism) pada gen yang dikenal gen C-11 rantai yang berikatan
dengan ATP (“ATP- binding cassette C-11 gene”). Selain mempengaruhi tipe
serumen, mutasi ini dapat juga menurunkan produksi keringat. Penelitian ini
bermanfaat pada ras Asia Timur dan Amerika Latin yang tinggal di daerah beriklim
dingin.5

3.3 Fungsi Serumen


Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut debris
epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani. Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan
fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari komponen asam
lemak, lisozim dan immunoglobulin. Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan
serumen secara alami, dengan adanya migrasi epitel dari membran timpani menuju
6
ke meatus akustikus eksterna dan dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
Fungsi serumen:
1. Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
rahang seperti mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah
membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo kedinding kanalis
akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus
eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut
keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan memampatkan kotoran yang
menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan
pengeluaran kotoran.
2. Lubrikasi
Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada

15
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alkohol.
3. Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain
bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri
antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia
colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat
dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini
dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang
relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula
bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi.
Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi
barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara
klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.

3.4 Patofisiologi
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen terbentuk
oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau produksi serumen
yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar
serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan kontaminan.
Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong serumen ke
1,6
arah membran timpani.

Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau pembengkakan
sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen kontak dengan air.
Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan perubahan dari
1,6
sekret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit dikeluarkan.

3.5 Gejala
Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga menyebabkan rasa
penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif). Terutama bila telinga masuk

16
air (sewaktu mandi atau berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan
rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu.
7
Beberapa pasien mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus.

3.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh
material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen
dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani dan riwayat fraktur
6
tulang temporal atau pembedahan telinga.

3.7 Penatalaksanaan
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen dapat
dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan
dengan pengair atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan,
maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama
3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya,
dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
7
disesuaikan dengan suhu tubuh.

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus
tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras
kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang telinga
dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasi yang
diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan
belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior
kanalis akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari
belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah

17
telinga dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan
prosedur ini.3

Gambar 2.Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus3

Indikasi untuk mengeluarkan selumen adalah sulit untuk melakukan evaluasi


membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli
konduktif. Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran
timpani. Bila terdapat keluhan tinitus, cerumen yang sangat keras dan pasien
6
yang tidak kooperatif merupakan kontraindikasi dari microsuction.

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi membran timpani
memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air
yang terlalu keras kearah membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan
menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air
diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus
yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung
8
dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.

18
Tatalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang
digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox dan
8
cerumenex.

3.8 Ekstraksi/Irigasi Telinga


Ektraksi atau irigasi serumen adalah tindakan mengeluarkan serumen yang menutup
sebagian atau seluruh liang telinga dengan menggunakan metode/teknik ekstraksi
manual, irigasi, atau kombinasi kedua teknik tersebut. Tindakan tersebut dapat
dilakukan dengan didahului pemberian pelunak serumen atau langsung. Impacted
cerumen/ serumen impaksi adalah mencakup serumen yang menutup sebagian atau
menutup seluruh liang telinga.8

3.8.1 Indikasi dan Kontraindikasi Irigasi Serumen


a. Indikasi : serumen impaksi
b. Kontraindikasi :
1) Perforasi membran timpani
2) Infeksi aktif kulit liang telinga (otitis eksterna)
3) Metode/ teknik irigasi tidak boleh dilakukan pada serumen yang menutup
seluruh liang telinga9

3.8.2 Persiapan
a. Pasien
1) Penjelasan tindakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
2) Ijin Tindakan bila tindakan dilakukan dalam pembiusan atau kasus sulit
(risiko tinggi komplikasi)
3) Pemberian cairan / larutan pelunak serumen 15 menit sebelum ekstraksi atau
irigasi (bila diperlukan)9
b. Alat dan bahan (ekstraksi serumen dengan/tanpa kombinasi teknik
suctioning)
Kerja irigasi adalah mengalirkan air ke belakang serumen melalui celah antara
serumen dan dinding liang telinga, dan selanjutnya cairan irigasi akan

19
dipantulkan keluar oleh membran timpani sehingga timbul tekanan ke arah luar
liang telinga yang akan mendorong serumen.9
1) Bahan :
a) Kapas
b) Kertas tissue = 5 lembar
c) Larutan pelunak serumen berbahan dasar air (air (H2O), asam asetat 2%,
NaCl 0,9%), Cairan H2O2 3 %, bukan air / bukan minyak (Gliserol,
Karbogliserin 10%), minyak (minyak kelapa (murni), minyak zaitun
(murni), minyak almond (murni)

2) Alat :
a) Handuk = 1 unit
b) Lampu kepala = 1 unit
c) Otoskop = 1 unit
d) Endoskop telinga = 1 unit (bila tersedia)
e) Pengait serumen (cerumen hook) = 1 unit
f) Kom berisi air hangat = 1 unit
g) Nierbekken / bengkok = 1 unit
h) Alat Spooling atau Spuit 20 cc = 1 unit
i) Klem alligator = 1 unit
j) Pinset bayonet telinga = 1 unit
k) Aplikator kapas = 1 unit
l) Kapas
m) Mesin suction = 1 unit
n) Suction telinga = 1 unit

20
Gambar 3. Alat-alat yang diperlukan untuk irigasi serumen

3.8.3 Prosedur
a. Tindakan Irigasi Serumen:9
1) Identifikasi pasien
2) Identifikasi konsistensi serumen. Bila serumennya keras, maka sebelum
tindakan harus diberikan larutan pelunak serumen
3) Pasien dalam posisi duduk stabil. Pada pasien anak harus dipangku oleh orang
dewasa yang berperan memegang/ menahan kedua kaki, tangan kanan
memegang kedua tangan pasien, dan tangan kiri memegang/menahan kepala
pasien
4) Handuk diletakkan di pundak sisi telinga yang dibersihkan
5) Nierbekken diletakan dibawah telinga yang akan dibersihkan
6) Daun telinga ditarik ke arah superior dan posterior untuk pasien dewasa atau
ke arah posterior untuk pasien anak
7) Cairan disemprotkan ke arah celah di antara serumen dan kulit liang telinga.
Arah irigasi tidak dianjurkan ke arah inferior dinding liang telinga disebabkan
kemungkinan terpicunya refleks vagal yang ditandai dengan batuk
8) Liang telinga dikeringkan dengan kapas/suction
9) Evaluasi liang telinga dan membran timpani

Gambar 4. Irigasi serumen

21
3.8.4 Evaluasi outcome :9
a. Tidak ada serumen
b. Tidak ada komplikasi: ekskoriasi atau laserasi kulit liang telinga, perforasi
membran timpani, dan refleks vagal (bradikardia, penurunan kesadaran)

22
BAB IV
KESIMPULAN

1. Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga
2. Serumen memiliki fungsi untuk membersihkan, melubrikasi, dan sebagai
antibakteri dan antifungi.
3. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat
dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa
pendengaran yang menurun hingga tuli ringan, adanya rasa penuh di telinga sampai
rasa nyeri telinga dan gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari
warna serumen
5. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang
bersifat seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi
seperti kuretase dan penyedotan (suction).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2012.
2. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002.
Available at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html
3. Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13th
edition. Binarupa Aksara
4. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby
Yaer Book.
5. Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at
Retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
6. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2012.
7. Cerumen Impaction Removal. Medscape. 2012.
http://emedicine.medscape.com/article/1413546-overview#showall
8. Lalwani A. Diseases of the External Ear in Current Diagnosis & Treatment

Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd Ed. New York; McGraw-Hill’s.
2007Wyk C.
9. PERHATI-KL. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Praktik Klinis
Tindakan (PPKT), Clinical Pathway (CP) di Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-
Kepala, Leher Volume 2. Jakarta: Pengurus Pusat PERHATI.

24

Anda mungkin juga menyukai