Dops Serumen Prop Auris Dextra
Dops Serumen Prop Auris Dextra
Preceptor:
Disusun Oleh:
Elma Rosa Vidia (1718012052)
Rama Agung Prakasa (1718012054)
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan DOPS sebagai rangkaian kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF THT RSUD Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Dengan ketulusan hati penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
dosen pembimbing di bagian THT, atas semua bantuan dan kesabarannya
membimbing penulis sehingga penulis dapat menjalani kepaniteraan klinik di bagian
THT RSUD Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tentu tidak terlepas dari kekurangan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sumbatan serumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi antara lain dermatitis
kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental,
adanya benda asing di liang telinga, eksostosis di liang telinga, terdorongnya serumen oleh
jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, dan kebiasaan mengorek telinga. Bila terjadi
pada kedua telinga maka serumen obturans ini menjadi salah satu penyebab ketulian pada
penderita. Suara dari luar tak dapat masuk ke dalam telinga dan dengan demikian suara
tidak dapat menggetarkan oleh membran timpani.
3
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Alamat : Metro
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Belum bekerja
Tanggal periksa : 13 Mei 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada Jumat, 13 Mei 2019 di Poli THT-KL
RSAY Metro.
Keluhan utama: Penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 7 hari yang lalu
Keluhan tambahan: Telinga kanan terasa penuh dan gatal
4
Tidak ada riwayat demam dan batuk pilek sebelumnya. Dua hari yang lalu pasien
memakai obat tetes telinga yang ada di rumahnya, namun keluhannya tidak membalik.
Pasien mengetahui bahwa obat tetes telinga tersebut berisi antibiotik namun tidak
mengingat nama obatnya. Karena tidak terdapat perbaikan keluhan yang ia rasakan
maka pasien mendatangi poli THT-KL RSAY Metro.
5
STATUS LOKALIS
PEMERIKSAAN TELINGA
KANAN TELINGA LUAR KIRI
Normal, nyeri tarik (-), Daun telinga Normal, nyeri tarik (-),
warna kulit sama dengan warna kulit sama dengan
sekitarnya sekitarnya
6
Tertutup oleh serumen Kelainan Lain Retraksi (-), buldging (-)
Retraksi (-), buldging (-) Kelainan Lain Retraksi (-), buldging (-)
PEMERIKSAAN HIDUNG
KANAN HIDUNG LUAR KIRI
Nyeri tekan (-), krepitasi Nyeri tekan, krepitasi Nyeri tekan (-), krepitasi
(-) (-)
Selulitis (-), edema (-) Ala nasi Selulitis (-), edema (-)
7
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Rhinoskopi Posterior
8
FARING
Uvula Ditengah
TONSIL
Pembesaran T1 – T1
LARING
9
RESUME
A. Anamnesis
a. Keluhan utama: penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 7 hari yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang :
1. Pendengaran berkurang pada telinga kanan (+)
2. Telinga terasa penuh dan gatal (+)
3. Riwayat trauma dan kemasukan benda asing pada telinga disangkal
4. Keluhan telinga berdenging, rasa nyeri didalam telinga dan keluar cairan tidak
ada.
5. Riwayat sering batuk-pilek disangkal.
6. Riwayat telinga kemasukan air dan pasien mengatasinya dengan mengorek-
ngorek telinga menggunakan cottonbud.
7. Pasien memiliki kebiasaan mengorek telinga menggunakan cottonbud setiap
minggu sekali.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak terdapat riwayat penyakit herediter.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala – leher: Dalam batas normal
b. Telinga
Pemeriksaan Rutin Umum Telinga:
Pada telinga kanan:
MAE : lapang, hiperemis (-), serumen (+) 2/3 dalam.
DIAGNOSIS KERJA
Serumen prop auris dextra
PENATALAKSANAAN
a. Irigasi telinga
b. Edukasi
1) Tidak boleh mengorek telinga dengan tangan atau benda apapun
2) Tidak boleh kemasukan air/basah pada telinga
10
IV. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kata serumen umumnya disinonimkan dengan earwax (lilin telinga), namun ada
pendapat yang mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini berbeda. Serumen
ditujukan hanya pada hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus
eksternus, dan ini merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen
lainnya berupa lapisan besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati,
penumpukan sel pada lapisan luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam
substansi asing. Subtansi asing ini dapat berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke
kanalis akustikus eksternus, contohnya spray rambut (hair spray) sampo, krim untuk
mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan sejenisnya. Komponen utama
earwax adalah keratin. Namun, karena perbedaan serumen dan keratin tidak
merupakan suatu hal yang mendasar maka keduanya akan disebut sebagai serumen.2
12
periodik menyumbat liang telinga.3 Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe
kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.2
Gambar 1.Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering
13
d. Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita
temukan di tempat praktek.2
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan konsistensinya
dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna hitam
biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapat menjadi
tanda awal terjadinya aklaptonuria.4 Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat
diketahui hanya melalui mata telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-
tipisnya dari sampel. Pigmen yang menjadi zat pemberi warna pada semen masih
belum dapat teridentifikasi.2
Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam produksi
serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah 1000-2000
buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat apokrin
yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar
sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi
asam lemak rantai panjang tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan
kolesterol.5
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan kulit.
Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari migrasi
hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel dapat dengan mudah
jatuh. Namun pada telinga, kecil kemungkinannya untuk tidak menumpuk. Sel-sel
yang mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis akustikus eksternus dalam
bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total serumen. Serumen juga terdiri atas
lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik
mempengaruhi tipe serumen secara signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika
memiliki serumen dengan warna terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras
asia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu atau coklat muda, mudah patah
dan kering yang berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan granula
pigmen.5
15
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alkohol.
3. Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain
bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri
antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia
colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat
dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini
dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang
relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula
bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi.
Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi
barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara
klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.
3.4 Patofisiologi
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen terbentuk
oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau produksi serumen
yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar
serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan kontaminan.
Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong serumen ke
1,6
arah membran timpani.
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau pembengkakan
sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen kontak dengan air.
Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan perubahan dari
1,6
sekret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
3.5 Gejala
Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga menyebabkan rasa
penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif). Terutama bila telinga masuk
16
air (sewaktu mandi atau berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan
rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu.
7
Beberapa pasien mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus.
3.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh
material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen
dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani dan riwayat fraktur
6
tulang temporal atau pembedahan telinga.
3.7 Penatalaksanaan
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen dapat
dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan
dengan pengair atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan,
maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama
3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya,
dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
7
disesuaikan dengan suhu tubuh.
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus
tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras
kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang telinga
dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasi yang
diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan
belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior
kanalis akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari
belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah
17
telinga dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan
prosedur ini.3
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi membran timpani
memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air
yang terlalu keras kearah membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan
menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air
diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus
yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung
8
dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.
18
Tatalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang
digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox dan
8
cerumenex.
3.8.2 Persiapan
a. Pasien
1) Penjelasan tindakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
2) Ijin Tindakan bila tindakan dilakukan dalam pembiusan atau kasus sulit
(risiko tinggi komplikasi)
3) Pemberian cairan / larutan pelunak serumen 15 menit sebelum ekstraksi atau
irigasi (bila diperlukan)9
b. Alat dan bahan (ekstraksi serumen dengan/tanpa kombinasi teknik
suctioning)
Kerja irigasi adalah mengalirkan air ke belakang serumen melalui celah antara
serumen dan dinding liang telinga, dan selanjutnya cairan irigasi akan
19
dipantulkan keluar oleh membran timpani sehingga timbul tekanan ke arah luar
liang telinga yang akan mendorong serumen.9
1) Bahan :
a) Kapas
b) Kertas tissue = 5 lembar
c) Larutan pelunak serumen berbahan dasar air (air (H2O), asam asetat 2%,
NaCl 0,9%), Cairan H2O2 3 %, bukan air / bukan minyak (Gliserol,
Karbogliserin 10%), minyak (minyak kelapa (murni), minyak zaitun
(murni), minyak almond (murni)
2) Alat :
a) Handuk = 1 unit
b) Lampu kepala = 1 unit
c) Otoskop = 1 unit
d) Endoskop telinga = 1 unit (bila tersedia)
e) Pengait serumen (cerumen hook) = 1 unit
f) Kom berisi air hangat = 1 unit
g) Nierbekken / bengkok = 1 unit
h) Alat Spooling atau Spuit 20 cc = 1 unit
i) Klem alligator = 1 unit
j) Pinset bayonet telinga = 1 unit
k) Aplikator kapas = 1 unit
l) Kapas
m) Mesin suction = 1 unit
n) Suction telinga = 1 unit
20
Gambar 3. Alat-alat yang diperlukan untuk irigasi serumen
3.8.3 Prosedur
a. Tindakan Irigasi Serumen:9
1) Identifikasi pasien
2) Identifikasi konsistensi serumen. Bila serumennya keras, maka sebelum
tindakan harus diberikan larutan pelunak serumen
3) Pasien dalam posisi duduk stabil. Pada pasien anak harus dipangku oleh orang
dewasa yang berperan memegang/ menahan kedua kaki, tangan kanan
memegang kedua tangan pasien, dan tangan kiri memegang/menahan kepala
pasien
4) Handuk diletakkan di pundak sisi telinga yang dibersihkan
5) Nierbekken diletakan dibawah telinga yang akan dibersihkan
6) Daun telinga ditarik ke arah superior dan posterior untuk pasien dewasa atau
ke arah posterior untuk pasien anak
7) Cairan disemprotkan ke arah celah di antara serumen dan kulit liang telinga.
Arah irigasi tidak dianjurkan ke arah inferior dinding liang telinga disebabkan
kemungkinan terpicunya refleks vagal yang ditandai dengan batuk
8) Liang telinga dikeringkan dengan kapas/suction
9) Evaluasi liang telinga dan membran timpani
21
3.8.4 Evaluasi outcome :9
a. Tidak ada serumen
b. Tidak ada komplikasi: ekskoriasi atau laserasi kulit liang telinga, perforasi
membran timpani, dan refleks vagal (bradikardia, penurunan kesadaran)
22
BAB IV
KESIMPULAN
1. Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga
2. Serumen memiliki fungsi untuk membersihkan, melubrikasi, dan sebagai
antibakteri dan antifungi.
3. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat
dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa
pendengaran yang menurun hingga tuli ringan, adanya rasa penuh di telinga sampai
rasa nyeri telinga dan gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari
warna serumen
5. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang
bersifat seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi
seperti kuretase dan penyedotan (suction).
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2012.
2. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002.
Available at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html
3. Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13th
edition. Binarupa Aksara
4. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby
Yaer Book.
5. Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at
Retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
6. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2012.
7. Cerumen Impaction Removal. Medscape. 2012.
http://emedicine.medscape.com/article/1413546-overview#showall
8. Lalwani A. Diseases of the External Ear in Current Diagnosis & Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd Ed. New York; McGraw-Hill’s.
2007Wyk C.
9. PERHATI-KL. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Praktik Klinis
Tindakan (PPKT), Clinical Pathway (CP) di Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-
Kepala, Leher Volume 2. Jakarta: Pengurus Pusat PERHATI.
24