Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah keluarnya darah dari kemaluan. Menstruasi yang
timbul pertama kali disebut menarche kemudian setiap bulan secara periodik seorang
wanita normal akan mengalami menstruasi secara siklik. Menstruasi merupakan
peristiwa yang wajar dan alami, walaupun kenyataannya banyak wanita mengalami
masalah menstruasi di antaranya yang sering terjadi adalah dismenorea atau nyeri haid.
Dismenore adalah nyeri yang dirasakan ketika seorang wanita mengalami
menstruasi sehingga memaksanya untuk beristirahat dan nyeri tersebut dapat berakibat
pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang
mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Nyeri haid
(dismenorhea) banyak dialami oleh wanita. Di Amerika Serikat
diperkirakan hampir 90% wanita mengalami nyeri haid (dismenorhea),
dan 10-15% diantaranya mengalami nyeri haid (dismenorhea) berat,yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di
Indonesia angka kejadian dismenorhea sebesar 64.25% yang terdiri dari
54,89% nyeri haid (dismenorhea) primer dan 9,36% nyeri haid
(dismenorhea) sekunder (Info sehat, 2008).
Menurut Surtiretna (2001) dalam (Defi Nafiroh and Nuke Devi
Indrawati, 2013) dysmenorrhea yaitu rasa sakit yang terasa di perut bagian
bawah, dimulai 24 jam sebelum haid dan berlangsung sampai 12 jam
pertama setelah masa haid
Nyeri haid (dismenorhea) dapat disertai dengan rasa mual, muntah,
diare dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan
pingsan, dan mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga
menyebabkan penderita mengalami “kelumpuhan” aktifitas untuk
sementara (Saryono, 2009).

1
Saat menstruasi, sering muncul keluhan, khususnya para wanita
usia produktif. Sebagian wanita, saat menjelang menstruasi sering merasa
tak nyaman bahkan sangat sering mengganggu aktifitas sehari-hari, seperti
sakit perut hingga bagian pinggang, mual, atau pusing (Kasdu, 2005).
Nyeri haid (dismenorhea) adalah karakteristik nyeri yang terjadi
sebelum atau selama menstruasi, terjadi pada hari pertama sampai
beberapa hari selama menstruasi. Hal ini adalah satu dari sekian banyak
masalah ginekologi, mempengaruhi lebih dari 50% wanita dan
menyebabkan ketidakmampuan beraktifitas selama 1-3 hari tiap bulan
pada wanita tersebut. Absensi pada wanita dewasa saat sekolah akibat
dismenore mencapai 25% (Suhartatik, 2003).
Nyeri haid (dismenorhea) ada dua bentuk yaitu nyeri haid
(dismenorhea) primer dan sekunder. Nyeri haid (dismenorhea) primer
biasa timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya
bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen bawah. Beberapa
faktor yang dikaitkan dengan dismenorhea primer yaitu prostaglandin
uterine yang tinggi, dan faktor emosi/psikologis.Belum diketahui dengan
jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenorhea tetapi
diketahui bahwa wanita dengan dismenorhea mempunyai prostaglandin
yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore (Siswandi, 2007).
Dampak yang terjadi jika nyeri haid (dismenorhea) tidak ditangani
adalah gangguan aktifitas hidup sehari-hari, Retrograd menstruasi
(menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan), kehamilan
atau kehamilan tidak terdeteksi ektopik pecah, kista pecah, perforasi rahim
dari IUD dan infeksi. Selain dari dampak diatas, konflik emosional,
ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing. Ketegangan
biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat. Sedikit
tidak merasa nyaman dengan cepat berkembang menjadi suatu masalah
besar dengan segala kekesalan yang menyertainya. Dengan demikian
kegelisahan, perasaan tidak gembira atau juga perasaan tertekan semua itu

2
bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu pada usia remaja nyeri haid
(dismenorhea) harus ditangani agar tidak terjadi dampak seperti hal- hal
yang diatas (www.media ilmu.com).

Pada saat nyeri haid (dismenorhea) ini tidak ada pencegahannya.


Cara mengatasi dismenorhea yang paling sederhana adalah mencoba
mengalihkan rasa nyeri pada kegiatan lain, seperti mandi air hangat,
meletakkan sesuatu yang hangat di perut, ataupun olahraga ringan. Hindari
juga kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin atau atasi
dengan obat-obatan; kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga
meredakan gejala, Mirena atau Progestasert AKDR dapat mencegah kram,
obat pilihan lainnya adalah Ibuprofen, 200-250 mg diminum per oral
setiap 4-12 jam tergantung dosis namun tidak melebihi 600 mg dalam 24
jam, Aleve (natrium naproksen) 200 mg juga bias diminum per oral setiap
6 jam. Bila tidak juga teratasi harus dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti
USG untuk melihat apakah ada kista ovarium ataupun laparoskopi untuk
melihat endometriosis. Nyeri haid (dismenorhea) akibat kelainan seperti
endometriosis tentu saja yang harus diatasi adalah kelainannya tersebut
(Endif, 2008).
Pasien mungkin diobati dengan pil KB, Lupron, atau obat-obatan
lain, sesuai anjuran dokter (Geri Morgan 2009).

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang Pengaruh Nyeri Haid (dismenorhea)Terhadap Konsentrasi Belajar
Mahasiswi Kebidanan Semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi
Kebidanan Konawe.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkaan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah yaitu adakah Pengaruh Nyeri Haid (dismenorhea)Terhadap
Konsentrasi Belajar Mahasiswi Kebidanan Semester 4 Yayasan
Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui adakah Pengaruh Nyeri Haid (dismenorhea)Terhadap
Konsentrasi Belajar Mahasiswi Kebidanan Semester 4 Yayasan
Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi nyeri haid(dismenorhea) pada Mahasiswi


Kebidanan Semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan
Konawe.

b. Mengidentifikasi aktifitas sehari-hari yang dilakukan saat terjadi


nyeri haid (dismenorhea) pada Mahasiswi Kebidanan Semester 4
Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe.

c. Menganalisis pengaruh nyeri haid (dismenorhea) terhadap aktifitas


sehari-hari pada Mahasiswi Kebidanan Semester 4 Yayasan
Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Konsentrasi Belajar
a. Definisi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah memfokuskan suatu pikiran dengan
tidak memikirkan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan
mata pelajaran (Slameto, 2003). Konsentrasi adalah pemusatan
serta perhatian terhadap pekerjaan dan aktivitasnya (Hornby and
Siswoyo, 1993). Menurut (Setiani, 2014) untuk mengamati
perilaku gangguan konsentrasi belajar mahasiswi di kelas dapat
menggunakan observasi sebagai instrumen pendukung dimana
instrumen observasi tersebut akan disajikan dalam bentuk check
list.
Konsentrasi belajar yaitu memfokuskan jiwa terhadap suatu
hal yang dituju seperti konsentrasi, perhatian, dan sebagainya
(Djamarah and Bahri, 2008). Artinya bahwa baik siapapun itu
dalam proses pembelajaran haruslah memfokuskan fikirannya
terhadap materi, sebab konsentrasi belajar yang baik merupakan
salah satu faktor pendukung dalam meraih prestasi terlebih jika hal
itu ternyata fungsinya akan diterapkan pada masyarakat dalam hal
ini terkhusus pada mahasiswi kebidanan, apabila ternyata
konsentrasi belajar mengalami penurunan maka otomatis
konsentrasi belajar di kelas maupun pribadi akan terganggu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi belajar adalah memusatkan atau memfokuskan
fikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan
hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran
tersebut guna mengukur seberapa besar mata pelajaran yang
ditangkap dan mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

5
b. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
(Engkoswara and Komariah, 2012) menjelaskan beberapa
klasifikasi yang dapat mengukur seorang mahasiswi berkonsentrasi
atau tidak dalam belajar, diantaranya:
1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang berhubungan dengan
pengetahuan, informasi, serta keahlian terpelajar. Perilaku
kognitif tersebut dapat dilihat melalui:
a) Kesigapan pengetahuan yang dapat segera muncul atau
timbul ketika diperlukan
b) Lengkap dalam menjelaskan suatu informasi
c) Mengaplikasikan atau menerapakan pengetahuan yang telah
diperoleh
d) Mampu menganalisis dan memadukan pengetahuan yang
telah diperoleh antar yang satu dengan yang lainnya.
2) Perilaku afektif, yaitu perilaku berupa sikap dan tanggapan
terhadap mata pelajaran. Hal ini dapat dilihat melalui:
a) Adanya penerimaan informasi, yaitu tingkat perhatian
tertentu
b) Adanya keinginan untuk merespon atau mereaksi materi yang
disampaikan
c) Mengeluarkan suatu pendapat berdasarkan ide, pandangan,
keyakinan dari orang tersebut.
3) Perilaku Psikomotor, perilaku ini dapat dilihat pada mahasiswi
melalui:
a) Adanya gerakan anggota badan yang tepat sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh guru atau dosen
b) Ekspresi muka dan gerakan-gerakan penuh arti
c) Perilaku berbahasa. Pada hal ini, mahasiswi yang memiliki
konsentrasi belajar akan mengemukakan suatu hal atau
pendapat dengan bahasa yang terstruktur, baik, dan benar.

6
c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsetrasi Belajar

Menurut Tonie Nase (2007) dalam (Luh Putu Ayu Widya


Ningsih et al., 2014) konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Lingkungan
Lingkungan terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
a) Suara : Sebagian orang ada yang menyukai belajar dengan
mendengarkan musik, belajar di tempat ramai dan bersama
teman. Namun sebagian orang ada yang hanya dapat belajar
di tempat tenang tanpa suara dan ada juga yang dapat
belajar di dalam suasana apapun.
b) Pencahayaan : ada orang yang senang belajar di tempat
gelap dan ada juga orang yang senang belajar di tempat
terang. Tergantung dari faktor kenyamanan visual di dalam
ruangan maupun bangunan.
c) Temperatur : ada seseorang yang menyukai belajar di
tempat yang dingin, ada yang menyukai belajar di tempat
yang hangat dan ada yang menyukai belajar di kedua
kondisi tersebut.
d) Desain Belajar : desain belajar merupakan media atau
sarana dalam belajar. Seperti contoh ada seseorang yang
senang belajar di tempat santai sambil duduk di sofa, kursi,
tempat tidur, maupun di karpet. Cara mendesain media dan
sarana merupakan salah stau cara membuat seseorang dapat
berkonsentrasi dalam belajar.
2) Modalitas belajar : menentukan mahasiswi dapat memproses
setiap informasi yang diterima. Konsentrasi belajar dan
kreativitas guru dalam memberikan strategi dan metode
pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar
mahasiswi sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat.

7
3) Pergaulan : dapat mempengaruhi dalam menerima pelajaran,
perilaku, dan pergaulan mereka. Dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor teknologi yaitu televisi, internet
dan lain-lain yang berpengaruh pada sikap dan perilaku
mahasiswi
4) Psikologi : keadaan psikologis yang bermasalah akan
mempengaruhi konsentrasi mahasiwa dalam belajar. Seperti
masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga.

Beberapa gangguan yang dapat menimbulkan mahasiswi


kehilangan konsentrasi belajarnya sebagai berikut (Nugroho, 2007) :
1. Tidak memilki motivasi diri dalam belajar
Motivasi yang kuat dalam diri seorang mahasiswi sangatlah
diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
motivasi tersebut membuat mahasiswi lebih semangat dan
berkonsentrasi dalam belajar. Namun sebagian besar motivasi
mahasiswi dalam belajar lemah atau tidak ada.
2. Kondisi kesehatan mahasiswi
Ketika seseorang terlihat enggan dalam mengikuti proses
pembelajaran. Terkadang kondisi kesehatan yang sedang tidak
baik pun dapat mempengaruhi konsentrasi belajar.
3. Mahasiswi merasa jenuh
Beban pelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswi sangatlah
banyak. Selain pendidikan formal, pendidikan non formal pun
terkadang harus mereka ikuti. Padatnya aktifitas tersebut
terkadangan membuat mahasiswi jenuh.

8
2. Dysmenorrhea
a. Definisi Dysmenorrhea
Dysmenorrhea merupakan hal yang sering dirasakan oleh
wanita usia produktif. Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani,
dimana “dys” berarti gangguan/nyeri hebat/abnormalitas, “meno”
berati bulan dan “rrhea” berarti aliran, sehingga dysmenorrhea
dapat diartikan dengan gangguan aliran darah haid. Dysmenorrhea
yaitu rasa sakit yang seperti kejang pada perut bagian bawah dan
biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12
jam pertama dari masa haid (Nina, 2001).
Dysmenorrhea adalah rasa sakit pada perut bagian bawah
yang dialami sebelum dan selama menstruasi berlangsung serta
disertai dengan rasa mual (Prawirorahardjo, 2007).
Dysmenorrhea adalah rasa nyeri saat menstruasi pada
wanita dan mengharuskan wanita untuk beristirahat serta dapat
menurunkan kemampuan kerja dan aktivitas sehari-hari
(Proverawati and Misaroh, 2009).
Dysmenorrhea adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah
dan dapat menjalar ke punggung serta permukaan paha yang
dimulai 24 jam sebelum masa haid dan dapat berlangsung 24-36
jam setelah masa menstruasi (H, 2006).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
dysmenorrhea merupakan rasa nyeri yang terjadi pada wanita usia
produktif di perut bagian bawah yang dimulai 24 jam sebelum
masa haid dan berlangsung sampai 24 jam setelah masa haid,
biasanya disertai dengan beberapa gejala seperti mual dan
membuat penderita tidak berdaya dalam menahan rasa nyeri
tersebut.

9
b. Derajat Dysmenorrhea
Menurut (Potter and Perry, 2005) terdapat beberapa faktor
dalam menentukan skala nyeri berdasarkan penilaian subyektif dari
penderita dysmenorrhea. Skala deskriptif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
1) Numeral rating Scale (NRS)
Suatu alat ukur yang meminta pasiennya untuk mengukur
intensitas nyerinya pada skala 0-10 atau 0-100. Angka 0
diartikan sebagai tidak ada nyeri dan 10 atau 100 diartikan
sebagai nyeri hebat. NRS lebih digunakan sebagai alat
pendeskripsi data.
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

2) Verbal rating Scale (VRS)


Alat ukur yang digunakan untuk menentukan level
intensitas nyeri yang berbeda. Range yang ditampilkan mulai
dari no pain atau tidak nyeri sampai nyeri berat yang tidak
terkontrol atau tidak tertahankan. Keterbatasan VRS adalah
ketidakmampuan pasien dalam menentukan dalam
membedakan skala nyerinya dan ketidakmmapuan pasien buta
huruf dalam memahami kata sifat yang digunakan.

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

10
3) Visual Analog Scale (VAS)
VAS merupakan alat ukur yang digunakan dalam
menentukan intensitas nyeri sepanjang 10-15 cm garis. Skala ini
memberikan kebebasan kepada penderita dalam menentukan
intensitas nyerinya. VAS dapat mengukur lebih sensitif terhadap
tingkat keparahan nyeri, karena penderita dapat mengidentifikasi
tingkat nyerinya dan tidak perlu memilih stau huruf atau satu
angka.

Skala Analog Visual (VAS)

4) Faces Poin Score


Terdiiri dari 6 gambar kartun yang dapat mendeskripsikan
tingkat keparahan nyeri pada penderita. Gambar dimulai dengan
wajah senyum yang berarti tidak nyeri dan diakhiri dnegan
gambar wajah menangis yang artinya nyeri sangat hebat.
Pengukuran ini sangat memudahkan penderita dalam memilih
tingkat keparahannya karena penderita dapat menentukan
keparahan tersebut sesuai dengan ekspresi wajah sebenarnya.
Pengukuran ini dianggap lebih sederhana.
Faces Pain Score

11
c. Gejala Klinis
Gejala dysmenorrhea yang paling umum adalah nyeri
seperti kram di perut bagian bawah yang menjalar ke punggung
dan kaki. Gejala lainya adalah muntah, sakit kepala, cemas,
kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh.
Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai
dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006).
Menurut Riyanto (2002) dalam (Rofli Marlinda et al., 2013)
menyebutkan bahwa biasanya gejala-gejala klinis dimulai 24
jam sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid dan
jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya dirasakan pada bagian
abdomen bawah, punggung, tulang kemaluan. Selain rasa nyeri,
dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah
tersinggung/depresi.

d. Pengaruh Dysmenorrhea Terhadap Konsentrasi Belajar

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh (Iswari

et al, 2014) di PSIK FK Unud Program A didapatkan data jumlah

mahasiswi angkatan 2010 yaitu 74 orang, 2001 sebanyak 54 orang,

dan 2013 75 orang. Hasil wawancara yang didapatkan adalah 89%

mahasiswi mengalami dysmenorrhea dan 67% nya mengalami

penurunan konsentrasi dan sisanya tidak mengalami penurunan

konsentrasi.

12
Dalam penelitian (Iswari et al, 2014) menunjukkan

sebanyak 140 mahasiswi (88,6%) mengalami dysmenorrhea

sedang, 18 mahasiswi (11,4%) mengalami dysmenorrhea berat dan

besar responden yang mengalami terganggunya aktivitas belajar

yaitu 108 mahasiswi (68,4%), kategori sangat terganggu yaitu 34

mahasiswi (21,5%), dan kateogori tidak terganggu aktivitas

belajarnya yaitu 16 mahasiswi (10,1%).

B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Dismenorrhea

1. Ringan Konsentrasi
2. Sedang Belajar
3. Berat

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi


belajar, peneliti mengambil faktor kondisi kesehatan mahasiswi, karena
kejadian dysmenorrhea termasuk kedalam gangguan kondisi kesehatan.
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu konsentrasi belajar dan
variabel independen yaitu kejadian dysmenorrhea.

C. Hipotesis
Ada pengaruh nyeri haid (Dismenorrhea) terhadap konsentrasi
belajar mahasiswi kebidanan semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi
Kebidanan Konawe.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
bivariat, design studi cross sectional. Peneliti menggunakan cross sectional
karena penelitian yang diteliti adalah pengaruh rasa nyeri saat haid
(dysmenorrhea) dengan konsentrasi belajar di kelas dimana faktor risiko
(dysmenorrhea) dengan variabel efek yang peneliti observasi (konsentrasi
belajar) merupakan kasus yang terjadinya di waktu bersamaan atau
sekaligus. Subjek dari penelitian ini yaitu mahasiswi kebidanan semester 4
Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 – 23 Juli di
Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi
semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan Konawe yang
berjumlah 118 orang.
2. Sampel
sampel responden dipilih kembali. Menghitung besar atau
jumlah sampel minimal ditentukan menggunakan rumus beda
proporsi, sebagai berikut :

( 𝑍1−𝛼/2 √2𝑃̅(1−𝑃̅ )+ 𝑍1−𝛽 √𝑃1 (1−𝑃1 ) + 𝑃2 (1−𝑃2 ) )2


n= (𝑃1 − 𝑃2 )2

n = jumlah atau besar sampel yang dibutuhkan dalam


penelitian

14
Z1-α/2 = derajat kepercayaan 99% = 2,58
Z1-β = kekuatan uji 90% = 1,28
𝑃̅ = proporsi rata-rata (P1+P2)/2 = (0,68+0,1)/2 = 0,39
P1 = Aktivitas belajar terganggu = 68% = 0,68 (Iswari et al,
2014)
P2 = Aktivitas belajar tidak terganggu = 10% = 0,1 (Iswari et
al, 2014)

Dari perhitungan diatas, sampel minimum yang didapatkan


dari uji beda proporsi yaitu dibutuhkan sebanyak 38 (two tails)
mahasiswi kebidanan semester 4 di Yayasan Pendidikan Akademi
Kebidanan Konawe. Untuk mengantisipasi hilangnya kuisioner
wawancara ataupun sampel yang drop out, maka sampel akan
ditambahkan sebesar 10% menjadi 42 sampel. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara simple random sampling.

D. Variable Penelitian
1. Variabel Dependent

Variabel Dependent adalah variabel terikat karena dipengaruhi

oleh independent dalam hal ini yang menjadi varibel dependent

dalam penelitian konsentrasi belajar. (Machfoed, 2007).

2. Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel bebas khususnya variabel

yang diteliti berdasarkan kerangka konsep. Variabel independent

dalam penelitian ini adalah kejadian nyeri haid (Dysmenorrhea).

(Machfoed, 2007).

15
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur

1 Konsentrasi Memusatkan atau Wawancara Pedoman 1. Ya Ordinal


Belajar memfokuskan wawancara 2. Tidak
fikiran terhadap
(check list)
suatu mata
pelajaran dengan
mengesampingkan
hal-hal lain yang
tidak berhubungan
dengan mata
pelajaran tersebut
serta ciri
konsentrasi belajar
lainnya guna
mengukur
seberapa besar
mata pelajaran
yang ditangkap
dan mencapai
prestasi belajar
yang lebih baik.

16
2 Kejadian Wawancara Pedoman 1.Ya Ordinal
Dysmenorrhe Rasa nyeri yang (ringan,
wawancara
a terjadi pada wanita sedang,
usia produktif di (check list) berat)
perut bagian 2. Tidak
bawah yang
dimulai 24 jam
sebelum masa haid
dan berlangsung
sehari setelah masa
haid,disertai
dengan beberapa
gejala seperti mual
dan membuat
penderita tidak
berdaya.

F. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan
yaitu dengan wawancara. Dalam metode ini, peneliti mendapatkan
informasi dari responden melalui lisan dan secara face to face. Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin dimana
pertanyaan-pertanyaan sudah disiapkan secara terstruktur serta responden
pun akan menjawab sesuai dengan struktur dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara (check
list).

17
G. Instrument Penelitian
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini adalah kuesioner yang diperuntukkan untuk mengumpulkan data yang
terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data


Menurut (Setiadi, 2007) pengolahan data merupakan suatu proses
untuk memperoleh data berdasarkan suatu kelompok data yang belum
diolah atau masih mentah dengan menggunakan rumusan tertentu sehingga
melahirkan informasi yang dibutuhkan. Beberapa kegiatan yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi beberapa
tahap, yaitu editing (upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data.
Kegiatan ini dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul), coding (memberi skor atau nilai untuk setiap jawaban), entry
(merapihkan atau memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam
tabel), cleaning (pemeriksaan kembali data untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam memasukkan data), saving (menyimpan data untuk tujuan
analisis). Metode analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan
bivariat.
1) Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo,
2005). Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data
hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat
berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel kejadian
dysmenorrhea dan variabel konsentrasi belajar pada mahasiswi
kebidanan semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan
Konawe.
2) Analisis Bivariat

18
Analisa bivariat bertujuan untuk menguji perbedaan dan menguji
hubungan antara dua variabel penelitian yang digunakan. Pada
penelitian ini, peneliti ingin menguji ada tidaknya hubungan antara
variabel kejadian dysmenorrhea dengan konsentrasi belajar mahasiswi
kebidanan semester 4 Yayasan Pendidikan Akademi Kebidanan
Konawe dengan menggunakan analisis Chi-kuadrat. Uji Chi-kuadrat
digunakan untuk menganalisa hubungan variabel katagorik dengan
kategorik. Variabel kejadian dysmenorrhea dan konsentrasi belajar
dalam penelitian ini tentukan sebagai variabel kategorik. Berikut
adalah rumus Chi-Square yang digunakan :

2
(𝑂 − 𝐸)2
𝑥 =∑
𝐸
𝑥 2 = nilai chi-kuadrat
O = Observed (hasil pengamatan)
E = Expected (nilai yang diharapkan)

I. Etika Penelitian
Menurut Azis Alimul Hidayat (2007), etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Cofidentiality (Kerahasiaan)

19
Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan
dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.

20

Anda mungkin juga menyukai